Anda di halaman 1dari 39

A.

Sejarah Akuntansi di Indonesia


Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung
dan membuat suatu catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun.
Pada abad ke–15, terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh
pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan
diperlukannya suatu sistem pencatatan yang lebih baik sehingga dengan
demikian akuntansi mulai berkembang.
Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat
perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem
akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah dan
digunakan di negara-negara tersebut. Sejak itu perhitungan rugi laba mulai
dibuat secara tahunan yang kemudian mendorong dikembangkannya
penyusunan neraca secara rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya
akuntansi biayadan konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York Slock
Exchange dan American Institute of Certified Public Accountant membahas
dan menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi perusahaanperusahaan yang
sahamnya terdaftar di bursa saham.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan
Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).
Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui
pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen
Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda
mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Sistem ini diperkenalkan
oleh Luca Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk
melakukan pencatatan upah sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal
merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debit dan
kredit secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang sistematis serta

1
laporan keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan
mendapatkan gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan, serta
hak pemilik.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial
utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik
bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun
1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam
paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan
akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing
mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang
terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan
Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di
perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W
Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama
yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan
perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907
(Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan
Akuntan Negara- Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun
1915 (Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan
kantor di Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor
akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan
pendirian Jawatan Akuntan Pajak- Belasting Accountant Dienst (Soemarso
1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai
akuntan publik.

2
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD
Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak
pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995). Kesempatan bagi akuntan
lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya
Belanda dari Indonesia.
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia
yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda
masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang
orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan
kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi
model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model
Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang
terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi
pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan
jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan
(Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961,
Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas
Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik
akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB
2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun
1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap
reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk
menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar
dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut

3
memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga
internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan
reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak
ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk
menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar
pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan
maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank
domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk
tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan
keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan
keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh
tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada
tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB
2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada
Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut.
Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian.
Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan
Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi
pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika
memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal dari
model “ casino ” menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investas
jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan
berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan
dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah
melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang
dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua,

4
Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan
Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan
regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995,
pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam
Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah
memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang
Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan
pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai
awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapse nya system perbankan,
meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama
dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang
ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan
pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan
informasi (transparency).

B. Perkembangan Akuntansi Di Indonesia


Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya menganut sistem
kontinental, sama seperti yang di pakai Belanda. Sistem kontinental ini, yang
di sebut juga Tata Buku atau Pembukuan, yang sebenarnya tidak sama dengan
akuntansi, karena Tata Buku (Bookkeeping) adalah elemen prosedural dari
akuntansi sebagaimana aritmatika adalah elemen prosedural dari matematika.
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan Akuntansi, yakni :
a. Tata Buku (Bookkeeping): menyangkut kegiatan–kegiatan proses akuntansi
seperti pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas – aktivitas
lain yang bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang
berdasarkan pada data.
b. Akuntansi (Accounting): menyangkut kegiatan–kegiatan analisis dan
interprestasi berdasarkan informasi akuntansi.

5
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang
mendorong pula perkembangan akuntansi. Pada waktu itu, para manajer
pabrik, misalnya ingin mengetahui biaya produksinya. Dengan mengetahui
berapa besar biaya produksi, mereka dapat mengawasi efektivitas proses
produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu, berkembanglah
akuntansi dalam bidang khusus, yaitu akuntansi biaya yang memfokuskan
diri pada pencatatan biaya produksidan penyediaan informasi bagi
manajemen. Revolusi Industri mengakibatkan perkembangan akuntansi
semakin pesat sehingga menyebar sampai ke Benua Amerika, khususnya
di Amerika Serikat dan melahirkan sistem Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku mulai di tinggalkan
orang. Di Indonesia, orang atau perusahaan semakin banyak menerapkan
sistem akuntansi Anglo Saxon yang berasal dari Amerika, dan ini di
sebabkan oleh :
a. Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara Indonesia –
Belanda yang membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di Belanda
di tarik kembali dan dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai
Negara (termasuk Amerika), terkecuali negara Belanda.
b. Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan
pengembangan akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan
menerapkan system akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem
ini lebih dominan di gunakan daripada sistem Kontinental / Tata buku di
Indonesia.
c. Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman Modal Asing
(PMA) di Indonesia membawa dampak positif terhadap perkembangan
akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara tata buku dan
akuntansi, yaitu :
-Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
-Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’ ;

6
-dan lain – lain.
Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA) merumuskan Standar
Akuntansi untuk di sahkan oleh Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk
menyesuaikan dan menyusun laporan keuangan yang di keluarkan oleh
pihak ekstern. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, hubungan dagang
antarnegara pada masa – masa kerajaan di masa lalu seperti Majapahit,
Mataram, Sriwijaya, menjadi pintu masuk akuntansi dari negara lain ke
Indonesia.
Meskipun demikian, belum terdapat penelitian yang memadai
mengenai sejarah akuntansi di Indonesia. Masa perkembangan akuntansi
di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16 awalnya
untuk berdagang, kemudian Belanda membentuk perserikatan
maskapai Belanda yang dikenal dengan Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC). Pada tahun 1602, terjadi peleburan 14 maskapai
yang beroperasi di Hindia Timur, yang selanjutnya di tahun 1619
membuka cabang di Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Perjalanan VOC ini berakhir pada tahun 1799 dan setelah VOC
dibubarkan, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak
masa itulah mulai tumbuh perusahaan - perusahaan Belanda di
Indonesia. Catatan pembukuan saat itu menekankan pada mekanisme
debit dan kredit berdasarkan praktik dagang yang semata-mata untuk
kepentingan perusahaan Belanda. Pada masa ini, sektor us aha kecil
dan menengah umumnya dikuasai oieh masyarakat Cina, India, dan
Arab yang praktik akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh
sistem dari negara mereka masing-masing. Pada masa penjajahan
Jepang tahun 1942 sampai 1945, system akuntansi tidak banyak

7
mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan pola Belanda.
b. Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa
lampau dari masa kolonial Belanda, maka sistem akuntansinya
mengikuti akuntansi Belanda yang dikenal dengan Sistem Tata Buku.
Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem akuntansi atau hanya
merupakan metode pencatatan. Setelah masa penjajahan Belanda
berakhir dan masuk ke dalam masa kemerdekaan, banyak perusahaan
milik Belanda yang dirasionalisasi yang diikuti pula dengan masuknya
berbagai investor asing, terutama Amerika Serikat. Para investor
tersebut memperkenalkan system akuntansi Amerika Serikat ke
Indonesia.

Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia.

8
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir
seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah,
menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan
yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan
transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di
mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis
yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi
keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa
sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah
profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang
terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar
akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya,
terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di
Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI
melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di
Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Kemudian,
tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya alam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali

9
melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam
buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun
1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke
adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh
dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat
terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam perkembangannya, standar
akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994.
Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1
Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September
2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di
dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan
KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar,
sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat
menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan
kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah
Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia PAI)
yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan.
Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak
tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui.
Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite
PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,

10
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan
PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah
(KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK).
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan
perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK.
Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar
profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK
dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar
akuntansi keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK,
kronologis kejadian dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-
prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi,
yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
(Terjadi pada periode 1973-1984). Komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia
1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai
suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan
mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan
menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan
35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis
dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994) Ada perubahan Kiblat dari US GAAP
ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari
Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International
Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi
keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk

11
menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten
dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat
sendiri. (Terjadi pada periode 1994-2004). Merupakan konvergensi IFRS
Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan
sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009.
Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan
bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target
ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008.
Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008
jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33
standar. (terjadi pada periode 2006-2008)

C. Standar Akuntansi Internasional di Indonesia


Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal
sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia, 2008) di Indonesia selama dalam penjajahan
Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai
standar (Sound Business Practices) gaya Belanda sampai Thn. 1955 :
Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang
standar keuangan.
a. Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat
oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
b. Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar
Akuntansi.
c. Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar
yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)

12
d. Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
e. Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat
diselesaikan.
f. Tahun 2012 : ikut IFRS sepenuhnya?
Asas Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada
US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard),
namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Di era globalisasi saat ini
menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat
diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional. Namun proses
harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya
tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada tiap-tiap negara,
perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan
perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar
negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor
untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa
terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip
pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US
GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan
IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi
domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi, persyaratan akan item item pengungkapan akan
semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula,
manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang

13
lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat
diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva,
hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi
internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012
secara keseluruhan atau full adoption. Diharapkan Indonesia sudah
mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan
diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul
permasalahan mengenai sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam
Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok
apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi
perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia
pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi
IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya
untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka
panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan
IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan
untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
a. Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
b. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang
berdasarkan pada IFRS.
c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses
konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting
Standards(IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting

14
Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan pengembangan
standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi domestik : Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph.
Diaconu Paul (2002) adalah:
1. Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
2. Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,
3. Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta
mempermudah dalam melakukan training pada karyawan,
4. Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar
modal internasional,
5. Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional
yang berguna untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam
pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan pihak
lain.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa
akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional
dalam berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya yang berada
dalam negara yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen
dan pengambilan keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti
meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi akuntansi,
sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi
IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya
secara global, apalagi dengan semakin meningkatnya persaingan global saat
ini. Akan menjadi suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat
diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam menarik
modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk
memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau

15
sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu
bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi
yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru
harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar
internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut
terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik
merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional
tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin
menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan
perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan.

D. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan


Akuntansi
Telah banyak yang menyatakan bahwa akuntansi dipengaruhi oleh
lingkungannya dan sebaliknya akuntansi juga mempengaruhi lingkungannya.
Pada pokoknya, tesis ini menyiratkan bahwa inovasi dan perkembangan
akuntansi dipicu oleh faktor-faktor non-akuntansi. Standar-standar akuntansi
muncul ke permukaan setelah banyak akuntan mengalami tuntutan hukum,
LIFO ditimbulkan oleh kondisi-kondisi inflasi, dan banyak pengungkapan-
pengungkapan keuangan yang merupakan konsekuensi dari pasar modal
publik.
Kondisi-kondisi lingkungan yang diharapkan mempengaruhi penentuan
standar akuntansi, meiliputi:
1. Relativisme budaya, dengan cara bagaimana konsep-konsep akuntansi
yang ada di setiap negara seunik ciri budaya negara tersebut.
2. Relativisme linguistik, dengan cara bagaimana akuntansi sebagai suatu
bahasa dengan karakteristik leksikal dan gramatikalnya akan
mempengaruhi perilaku linguistik dan non-linguistik dari para
penggunanya.

16
3. Relativisme politik dan sipil, dengan cara bagaimana konsep akuntansi
yang ada di setiap negara didasarkan pada konteks keadaan politik dan
sipil negara tersebut.
4. Realtivisme ekonomi dan demografi, dengan cara bagaimana konsep
akuntansi yang ada di setiap negara didasarkan pada konteks ekonomi
dan demografi di negara tersebut.

E. Macam-macam Akuntansi
a. Akuntansi Keuangan
Akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi keuangan. Hasil
akhir akuntansi keuangan adalah Laporan Laba/rugi, Laporan perubahan
modal, neraca, Laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan prisip
akuntansi yang berterima umum.

b. Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang memberikan informasi baik keuangan (kuantitatif) maupun
bukan keuangan (kualitatif), untuk kepentingan manajemen. perusahaan.
Bidang ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pengendalian operasi
perusahaan.
c. Akuntansi Biaya
Akuntansi keuangan yang hanya menyajikan sebagian elemen dari laporan
laba atau rugi.
d. Akuntansi pemerintah
Penyajian laporan transaksi yang dilakukan oleh pemerintah.
e. Akuntansi Perpajakan
Akutansi yang mengkhususkan pada penyiapan data yang diperlukan untuk
perhitungan pajak.
f. Akuntansi Anggaran

17
Akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan rencana pengeluaran
perusahaan dan membandingkannya dengan pengeluaran aktual.

Profesi di bidang akuntansi di sebut akuntan.


Macam-macam akuntan dan tugasnya, menurut UU No.34 th. 1945 :
a. Akuntan Privat/Intern/Manajemen
Adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan/organisasi tertentu,
bertugas menjalankan fungsi akuntansi keuangan maupun akuntansi
manajemen.
b. Akuntan Publik (Extern)
Adalah akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas
(indepeden) terhadap laporan keuangan perusahaan dan organisasi lain. Hasil
laporan keuangan dinyatakan dalam laporan akuntansi yang berisi pendapat
tentang kewajaran atau kelayakan laporan keuangan yang diperiksanya.

Tugas selain pemeriksaan adalah :


- Konsultasi perencanaan dan pelaporan pajak
- Penyusunan anggaran
- Penyusunan system akuntansi
- Penyusunan system akuntansi
- Penyususnan laporan keuangan
c. Akuntan Pemerintah
Adalah akuntan yang bekerja di lembaga pemerintahan, misalnya : di BPK,
Dirjen pajak, BPKP, Departemen keuangan dan lain-lain.
Tugasnya adalah mengawasi keuangan dan kekayaan negara sampai
pengelolaan keuangan dan kekayaayan negara.
d. Akuntan Pendidik
Akuntan yang bekerja di lembaga pendidikan untuk mengajarkan, melakukan
riset dan mengembangakan pengetahuan akuntansi.

18
F. Akuntansi Internasional
a. Pengertian Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional adalah akuntansi untuk transaksi antar negara,
pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan
dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Perkembangan
akuntansi internasional sekarang ini semakin pesat dan perhatian profesi
akuntan pun terhadap masalah ini semakin besar.
b. Tujuan Akuntansi Internasional :
a. Mengidentifikasi sejarah perkembangan
akuntansi internasional
b. Memperkenalkan berbagai perbedaan nasional dalam sistem akuntansi
di dunia
c. Meringkas evolusi bisnis sampai zaman modern
d. Membahas pentingnya dimensi akuntansi dalam bisnis global dan
topik-topik penting yang membentuk akuntansi internasional.
c. Sejarah Akuntansi Internasional
Pada abad 14 dan 15 Italia menggunakan system Double bookkeeping
entry . Sistem Double bookeeping Entry mempengaruhi kepentingan bisnis
negara Inggris dan koloninya . Kemudian pada zaman Fugger dan
Kelompok Hanseatik beralih ke Jerman dari ‘Pembukuan Ala italia’. Para
filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan. Di abad
15 aparat pemerintah Perancis menemukan keuntungan dan diterapkan
dalam system perencanaan dan akuntabilitas pemerintah. Tahun 1850 di
Skotlandia terbentuk suatu komunitas profesi akuntan public. Tahun 1870
di Inggris juga lahir suatu komunitas profesi akuntan public. Dari Inggris
praktek akuntansi menyebar ke seluruh Amerika Utara dan wilayah
persemakmuran. Sistem akuntansi Belanda masuk ke Indonesia. Sistem
akuntansi Perancis menemukan tempatnya di Polinesia dan Afrika. Sistem

19
akuntansi Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia dan Rusia. Setelah PD-
II, sistem akuntansi semakin pesat tumbuh di dunia barat, terutama Jerman
dan Jepang.
Abad ke-20 Akuntansi tumbuh di Amerika Serikat dan menjadi suatu
disiplin ilmu di Universitas. Perkembangan tersebut meliputi hal-hal
berikut ini :
 Sekitar abad ke-16 terjadi beberapa perubahan di dalam teknik-teknik
pembukuan. Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkan jurnal-
jurnal khusus untuk pencatatan berbagai jenis transaksi yang Berbeda
 Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan
periodik. Sebagai tambahan lagi, di abad ke-17 dan abad ke-18 terjadi
evolusi pada personifikasi dari seluruh akun dan transaksi, sebagai
suatu usaha untuk merasionalisasikan aturan debit dan kredit yang
digunakan pada akun-akun yang tidak pasti hubungannya dan abstrak.
 Penerapan sistem pencatatan berpasangan juga diperluas ke jenis-jenis
organisasi yang lain.
 Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan akun-akun
persediaan yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda.
 Dimulai dengan East India Company di abad ke-17 dan selanjutnya
diikuti dengan perkembangan dari perusahaan tadi, seiring dengan
revolusi industri, akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang
ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan akuntansi biaya, dan
kepercayaan yang diberikan kepada konsep-konsep mengenai
kelangsungan, periodisitas, dan akrual.
 Metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami evolusi pada
abad ke-18.
 Sampai dengan awal abad ke-19, depresiasi untuk aktiva tetap hanya
diperhitungkan pada barang dagangan yang tidak terjual.
 Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai sebuah hasil dari
revolusi industri.

20
 Pada paruh terakhir dari abad ke-19 terjadi perkembangan pada teknik-
teknik akuntansi untuk pembayaran dibayar di muka dan akrual,
sebagai cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba
periodik.
 Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
 Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi
untuk isu-isu kompleks, mulai dari perhitungan laba per saham,
akuntansi untuk perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa
jangka panjang dan pensiun, sampai kepada masalah penting dari
akuntansi sebagai produk baru dari rekayasa keuangan (financial
engineering).

Akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip


akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar
akuntansi di seluruh dunia adalah definisi Akuntansi Internasional menurut
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) selain itu ada 3 bidang lain yang
luas yaitu:
a. Pengukuran (Measurements)
Membantu dalam proses mengidentifikasi, mengelompokkan dan
menghitung aktivitias dan transaksi, memberikan masukan mendalam
mengenai profitabilitas, operasi dan kekuatan posisi keuangan
perusahaan.
b. Pengungkapan (Disclosure)
Proses dimana pengukuran akuntansi dikomunikasikan kepada para
pengguna laporan keuangan dan digunakan dalam pengambilan
keputusan atau proses mengkomunikasikan kepada para pengguna.

21
c. Auditing (Auditing)
Proses dimana para kalangan professional akuntansi khusus (auditor)
melakukan atestasi (pengujian) terhadap keandalan proses pengukuran
dan komunikasi.

d. Kompetisi Global
Salah satu pentingnya akuntansi internasional adalah fenomena
kompetisi global. Penentuan acuan (benchmarking), suatu tindakan
untuk membandingkan kinerja satu pihak dengan suatu standar yang
memadai, bukanlah hal yang baru. Hal yang baru adalah standar
perbandingan yang kini melampaui batas-batas nasional.
Dalam penentuan acuan terhadap pesaing internasional, seseorang
harus berhati-hati untuk memastikan bahwa perbandingan yang
dilakukan memang benar-benar dapat dibandingkan. Sebagai contoh,
alat ukur kinerja yang sering digunakan adalah pengembalian atas
ekuitas (Return on Equity).
Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat
bervariasi. Bidang-bidang yang dahulu tidak di bayangkan sebagai sektor
usaha sekarang menjadi sektor besar. Bunga Bank yang tinggi mendorong
orang mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan permodalannya,
persaingan antar perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam
menghadapi itu semua para pengelola perusahaan sangat membutuhkan
informasi akuntansi dalam rangka pengambilan keputusan. Akuntansi
mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya bisnis surat-surat berharga khususnya bisnis saham di pasar
modal.
Masyarakat Amerika sudah mengenal bisnis tersebut sejak tahun 1900
(Belkaoui, 2007). Dalam bertransaksi, baik para investor maupun calon
investor telah menggunakan informasi keuangan perusahaan sebagai salah

22
satu pedoman dalam membuat prediksi-prediksi dan untuk mengambil
keputusan bisnis, yaitu investasi dalam surat-surat berharga, khususnya
dalam saham. Perkembangan positif yang terjadi terhadap bisnis saham di
pasar modal Amerika juga menunjukkan bahwa kebutuhan perusahaan akan
modal juga meningkat seirama dengan perkembangan pasar.
Perkembangan ini sekaligus menunjukkan bahwa pasar modal
memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara khususnya
Amerika pada era tersebut. Disamping itu, juga berarti bahwa kebutuhan dan
peran informasi akuntansi menjadi semakin penting.

e. Terkait Akuntansi Internasional


Perkembangan yang cepat dalam transportasi dan komunikasi
membuat dunia menjadi tanpa batas hingga mewujudkan apa yang
dinamakan “global village”. Ditambah dengan ditandai pertumbuhan
perdagangan internasional dan pertukaran bisnis lainya diantara
berbagai negara mempengaruhi kehidupan kita. Umumnya,
perkembangan ini membawa dampak berbagai kebiasaan, dan praktek
yang sama. Dalam kegiatan bisnis khusus telah mendukung keinginan
untuk meng-harmonisasikan standar akuntansi diantara berbagai
negara tersebut.Harmonization menunjukkan derajat koordinasi atau
kesamaan diantara berbagai set variasi standar akuntansi nasional dan
metode serta format pelaporan keuangan. (Meek et. al dalam Wolk &
Tearney, 1992; 577).
Salah satu faktor yang mendasari perlunya meng-harmonisasikan
standar akuntansi internasional adalah adanya peningkatan kepentingan
dari berbagai perusahaan multinational. Kesamaan secara umum dalam
satandar akuntansi dan prosedur akuntansi akan
memfasilitasi/memudahkan koordinasi diantara perusahaan
multinational. Sebagai contoh, laporan keuangan konsolidasi akan

23
mudah disajikan jika perangkat akuntansi yang tersedia applicable
untuk perusahaan multinational tersebut. Konsekuensi dari MNCs
tersebut maka profesi akuntan publik pun ikut mendunia, banyak
firma-firma akuntan publik berpraktek diseluruh dunia. Akhirnya
pembiayaan antar negara meningkat ditandai dengan bergairahnya
pasar-pasar modal antar berbagai negara.
Donna L. Street et. al (2000), dalam penelitiannya di Amerika,
menyatakan bahwa adanya program dari IOSCO (International
Organization of Securities Commissions) bagi pasar modal-pasar
modal untuk menggunakan standar akuntansi internasional (IAS),
memberikan secara signifikan konteks global dari pasar modal
Amerika dan memaksanya untuk melakukan rekonsiliasi (penyesuaian)
antara GAAP dengan IAS. Hal itu dimaksudkan agar dalam praktek
akuntansinya mudah dipahami oleh Securities exchange commission
(SEC) dengan tujuan konteks global dari pasar modal Amerika.
Bagaimana dengan Indonesia?
Zubaidur Rahman, (2000) dalam papernya menyatakan bahwa semua
negara yang ada di kawasan Asia Timur semuanya telah memiliki
standar akuntansi nasional yang semuanya diadopsi atau disusun
berdasarkan standar akuntansi internasional (IAS), tetapi pada
kenyataannya laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan yang ada di negara-negara Asia Timur tersebut jauh
panggang dari api, sejak di perbandingkan, mereka kurang
memperhatikan mekanisme dari standara akuntansi nasionalnya di
rekonsialiasikan dengan standar akuntansi internasional.

G. Pengertian Sistem Akuntansi


Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan

24
melaporkan informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu
organisasi bisnis . Sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan besar
sangat kompleks. Kompleksitas sistem tersebut disebabkan oleh kekhususan
dari sistem yang dirancang untuk suatu organisasi bisnis sebagai akibat dari
adanya perbedaan kebutuhan akan informasi oleh manajer, bentuk dan jalan
transaksi laporan keuangan.
Sistem akuntansi terdiri atas dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan,
laporan dan prosedur yang digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi-
transaksi serta melaporkan hasilnya. Operasi suatu sistem akuntansi meliputi
tiga tahapan:
a. Harus mengenal dokumen bukti transaksi yang digunakan oleh
perusahaan, baik mengenai jumlah fisik mupun jumlah rupiahnya , serta
data penting lainnya yang berkaitan dengan transaksi perusahaan.
b. Harus mengelompokkan dan mencatat data yang tercantum dalam
dokumen bukti transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi.
c. Harus meringkas informasi yang tercantum dalam catatan-catatan
akuntansi menjadi laporan-laporan untuk manajemen dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan.

H. Desain system
Sistem akuntansi harus dirancang untuk memenuhi spesifikasi informasi
yang dibutuhkan oleh perusahaan, asalkan informasi tersebut tidak terlalu
mahal. Dengan demikian, pertimbangan utama dalam merancang system
akuntansi adalah keseimbangan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh informasi tersebut.
Agar efektif, laporan yang disajikan oleh sistem akuntansi harus dibuat
secara tepat waktu, jelas dan konsisten. Laporan yang disajikan dengan
pengetahuan dan kebutuhan pemakai agar dapat digunakan sebagai
pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.
Desainer (perancang) sistem harus memiliki pengetahuan untuk

25
membedakan sistem akuntansi dan metode pemrosesan data baik pemrosesan
data secara manual maupun dengan menggunakan komputerisasi. Kemampuan
untuk membedakan pemrosesan transaksi secara manual dan komputer cukup
penting, karena pada organisasi bisnis tertentu tidak semua transaksi dapat di
proses dengan komputer dan kemampuan desainer sistem dalam mengevaluasi
alternatif-alternatif yang dipertimbangkan pengetahuan akan prinsip-prinsip
dasar sistem akuntansi. Singkatnya, prinsip dasar yang terkandung dalam
system akuntansi yang baik kemungkinan besar sistem yang dirancang pada
perusahaan tertentu akan mengalami kesulitan ketika diterapkan.

I. Implementasi system
Implementasi sistem bukan hanya merupakan tanggung jawab personel
yang ada pada bagian tertentu, tetapi semua personel harus bertanggung jawab
terhadap pengoperasian sistem. Pengoperasian sistem harus secara hati-hati
dan selalu dilakukan supervisi atas system tersebut sebelum dioperasikan
sepenuhnya.

Buku Besar Pembantu


Buku ini biasa juga disebut buku tambahan. Buku pembantu ini disediakan untuk
rekening-rekening buku besar yang membutuhkan perincian, misalnya: piutang
dagang, utang dagang dan persediaan barang dagangan. Dari buku pembantu ini dapat
disusun daftar mengenai rekening yang bersangkutan pada setiap tanggal yang
dikehendaki (biasanya akhir bulan atau akhir tahun ).

Jurnal Khusus
Sesuai dengan namanya, jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan khusus untuk
mencatat kelompok transaksi - transaksi yang sejenis. Pengelompokkan transaksi -
transaksi yang sejenis bergantung pada aktivitas perusahaan yang bersangkutan.
Meskipun telah disediakan jurnal-jurnal khusus, perusahaan tetap membutuhkan

26
jurnal
umum yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak dapat dicatat di
dalam jurnal khusus, dan juga untuk keperluan membuat jurnal penyesuaian, jurnal
penutupan dan koreksi pembukuan. Format dan cara pemakaian jurnal-jurnal khusus
berbeda dengan jurnal umum. Perubahan tersebut dimaksudkan agar pengerjaan
jurnal dan pembukuan dari jurnal ke buku besar dapat dilakukan secara lebih efisien.
Berikut adalah beberapa jurnal khusus yang biasa digunakan:
a. Jurnal Penjualan merupakan jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi yang dilakukan secara kredit. Penjualan secara tunai
biasanya tidak dimasukkan dalam jurnal ini karena dalam transaksi penjualan
tunai terjadi penerimaan kas, sehingga penjualan tunai biasanya dicatat dalam
jurnal penerimaan kas.
b. Jurnal Penerimaan Kas merupakan jurnal yang disediakan khusus untuk
mencatat transaksi penerimaan kas. Untuk menghemat waktu pencatatan,
maka jurnal ini dirancang dengan meanyediakan sejumlah kolom dan hanya
total setiap rupiah yang dibukukan kedalam buku besar.

Jurnal Umum digunakan untuk mencatat penyesuaian pembukuan, penutupan


pembukuan, koreksi dan transaksi - transaksi lainnya yang tidak dapat dicatat
di dalam jurnal khusus.

J. Sistem Ekonomi
Kelangkaan timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
keinginan manusia untuk mendapatkan barang dan jasa dengan kemampuan
faktorfaktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
keinginan tersebut.
Hal tersebut menjadi masalah pokok ekonomi di setiap negara. Para ahli
ekonomi membagi masalah pokok ekonomi yang dihadapi masyarakat ke

27
dalam tiga persoalan, yaitu mengenai hal-hal berikut ini.
a. Apakah barang dan jasa yang harus diproduksi? (What).
b. Bagaimanakah caranya memproduksi barang dan jasa tersebut?
(How).
c. Untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi? (For Whom).
Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengoordinasikan
perilaku masyarakat (konsumen, produsen, pemerintah, dan sebagainya) dalam
menjalankan kegiatan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap negara mempunyai sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal
ini dipengaruhi selain oleh ideologi suatu bangsa juga dikarenakan perbedaan
budaya dan pandangan politik di setiap negara. Sistem perekonomian yang
dianut bangsa Indonesia berbeda dengan sistem perekonomian yang dianut
negara Malaysia, Thailand, Australia, Inggris, Italia dan negara-negara di
Afrika. Perbedaan-perbedaan sistem ekonomi tersebut, pada dasarnya
mengarah pada tujuan-tujuan yang sama berikut ini.
a. Mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
c. Mencapai kestabilan ekonomi dengan kesempatan kerja yang luas.
d. Mengurangi jumlah pengangguran.
e. Pemerataan pendapatan diantara berbagai golongan dan lapisan
masyarakat

K. Macam-macam Sistem Ekonomi


Ada 3 sistem ekonomi yang dianut di negara kita yaitu sistem ekonomi liberal,
sistem ekonomi sosialis dan sistem ekonomi campuran.
a. Sistem ekonomi liberal
sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem ekonomi yang
memberikan kebebasan dalam segala bidang perekonomian kepada
masing-masing individu untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Gambaran secara menyeluruh mengenai sistem

28
ekonomi liberal, dapat kita perhatikan ciri-ciri sistem ekonomi
liberal berikut ini:
 Setiap orang bebas memiliki alat-alat produksi.
 Adanya kebebasan berusaha dan kebebasan bersaing.
 Campur tangan pemerintah dibatasi.
 Para produsen bebas menentukan apa dan berapa yang akan
diproduksikan.
 Harga-harga dibentuk di pasar bebas.
 Produksi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan laba serta
semua kegiatan ekonomi didorong oleh prinsip laba.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, sistem ekonomi liberal memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan sistem ekonomi liberal:
 Setiap individu diberi kebebasan memiliki kekayaan dan
sumber daya produksi.
 Individu bebas memilih lapangan pekerjaan dan bidang usaha
sendiri.
 Adanya persaingan menyebabkan kreativitas dari setiap
individu dapat berkembang.
 Produksi barang dan jasa didasarkan pada kebutuhan
masyarakat.
Kekurangan sistem ekonomi liberal:
 Muncul kesenjangan yang besar antara yang kaya dan yang
miskin.
 Mengakibatkan munculnya monopoli dalam masyarakat.
 Kebebasan mudah disalahgunakan oleh yang kuat untuk
memeas pihak yang lemah.
 Sulit terjadi pemerataan pendapatan.
b. Sistem ekonomi sosialis

29
Sistem ekonomi ini disebut juga sistem ekonomi terpusat. Mengapa
hal demikian dikatakan sistem ekonomi terpusat karena segala
sesuatu harus diatur oleh negara serta dikomandokan dari pusat.
Sistem ekonomi sosialis mempunyai ciri-ciri berikut ini.
a. Semua sumber daya ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh
negara.
b. Seluruh kegiatan ekonomi harus diusahakan bersama.
Semua perusahaan milik negara sehingga tidak ada
perusahaan swasta.
c. Segala keputusan mengenai jumlah dan jenis barang
ditentukan oleh pemerintah.
d. Harga-harga dan penyaluran barang dikendalian oleh
negara.
e. Semua warga masyarakat adalah karyawan bagi negara.

Seperti halnya sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis juga


mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem ekonomi
sosialis, yaitu :
1. Semua kegiatan dan masalah ekonomi dikendalikan pemerintah
sehingga pemerintah mudah melakukan pengawasan terhadap
jalannya perekonomian.
2. Tidak ada kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, karena
distribusi pemerintah dapat dilakukan dengan merata.
3. Pemerintah bisa lebih mudah melakukan pengaturan terhadap barang
dan jasa yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.

Kekurangan sistem ekonomi sosialis.


1. Mematikan kreativitas dan inovasi setiap individu.
2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.

30
3. Kurang adanya variasi dalam memproduksi barang, karena hanya
terbatas pada ketentuan pemerintah.

Profil dan Sejarah


PT. TELKOM (PT . Telkomunikasi Indonesia Tbk.)

Riwayat singkat Telkom


Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi
dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan
yang berlaku di Indpnesia. Dengan statusnya sebagai Perusahaan milik negara yang
sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas perusahaan
adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik.
Saham Perusahaan diperdagangkan di BEI, NYSE, LSE, Public Offering Without
Listing (POWL) di Jepang.
Bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan

31
telegraf pada tahun 1882, layanan komunikasi dikonsolidasikan oleh pemerintah
Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23
Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama
yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg), momen tersebut
di kemudian hari atau tepatnya tahun 2009 dijadikan sebagai hari lahir Telkom.
Status jawatan diubah pada tahun 1961 menjadi Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi atau PN Postel. Pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi
Perusahaan Negara Pos dan Giro, dan satunya lagi adalah Perusahaan Negara
Telekomunikasi. Selanjutnya pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya
menjadì Perusahaan Umum Telekomunikasi atau Perumtel yang menyelenggarakan
jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tahun 1980 seluruh saham
PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diakuisisi oleh Pemerintah
Indonesia dan dijadikan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN untuk
menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
Undang, Pada tahun 1989 undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang
Telekomunikasi ditetapkan untuk mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan
telekomunikasi.

Kemudian pada tahun 1991 Perumtel diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor
25 Tahun 1991.
Penawaran umum perdana saham Telkom dilakukan pada tanggal 14 November
1995, maka sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian (BEJ dan BES)
sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain di BEI saham telkom juga
tercatat di Bursa saham New York (NYSE) dan Bursa saham London (LSE), Selain
itu saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa saham Tokyo.
Sejak tahun 1989 Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor
telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas, dengan demikian Telkom

32
tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 1999 ditetapkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Pada tahun 2001 Telkom membeli 35 persen saham Telkomsel dari PT. Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di
Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan
silang antara Telkom dan Indosat. Dan Duopoli penyelenggaraan telekomunikasi pun
terjadi sejak bulan Agustus 2002.
Kemudian peluncuran ''New Telkom'' yang ditandai dengan penggantian identitas
perusahaan terjadi pada tanggal 23 Oktober 2009.
Komposisi kepemilikan saham Telkom dari waktu ke waktu terus mengalami
perubahan, pada 14 November 1995 dan block sale Desember 1996 Komposisi
saham Telkom menjadi Pemerintah Indonesia 75,80 persen dan Publik free-float 24,2
persen. Kemudian Per 7 Mei saham Telkom menjadi, Pemerintah Indonesia 66,20
persen dan Publik free-float 33,80 persen. Lalu per 8 Desember 2001 Saham Telkom
berubah menjadi, Pemerintah Indonesia 54,30 persen dan Publik free-float 45,7
persen. Dan pada 16 Juli 2002, saham Telkom berubah lagi menjadi, Pemerintah
Indonesia 51,19 persen, Publik free-float 40,21 persen, Serta Bank of New York dan
Investor dalam negeri 8,79 persen.

Layanan Telekomunikasì Telkom:


TELEPON, DATA dan INTERNET
1. Telepon Tetap (PSTN) : Layanan telepon tetap.
2. Flexi : Layanan telepon, data dan internet berbasis fixed wireless CDMA.
3. TelkomNet Instan : layanan internet dial up.
4. TelkomNet Astinet : layanan akses internet berlangganan dengan fokus
perusahaan.
5. Speedy : layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band)
menggunakan teknologi ADSL.
6. e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, TELKOMWeb Plazatron).
7. Solusi Enterprise-INFONET.

33
8. TELKOMLink VPN IP : layanan komunikasi data any to any connection berbasis
IP MPLS.
9. TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial) : layanan akses dial up ke intranet suatu
perusahaan yang dilakukan secara remote dan mobile via jaringan data berbasis
TCP IP (MPLS/tunneling) pada TELKOMNet.
10. TELKOM ISDN : Jaringan digital yang menyediakan layanan telekomunikasi
multimedia, merupakan pengembangan dari sistem telepon yang telah
terintegrasi.

SATELIT
1. TELKOMSatelit (Sewa Transponder)
2. TELKOMVSAT (VSAT).

TELEVISI BERLANGGANAN
1. Groovia TV
2. TelkomVision
3. USee TV
4. YesTV.

Nama Perusahaan :PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk


Jenis :Publik
Industri :Informasi dan Komunikasi
Didirikan :23 Oktober 1856
Kantor Pusat :Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Produk :Telepon Tetap, Seluler, Aplikasi, Content, Datacom, Properti
dan Kontruksi
Pemilik :Pemerintah Indonesia
Situs Web :www.telkom-indonesia.com

34
Riwayat singkat TELKOM
Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi
dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan
yang berlaku di Indonesia. Dengan statusnya sebagai Perusahaan milik negara yang
sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan
adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik.
Saham Perusahaan diperdagangkan di BEI, NYSE, LSE dan Public Offering Without
Listing (“POWL”) di Jepang. Riwayat singkat Telkom dari tahun ke tahun dapat
dilihat pada bagian “Sejarah Panjang Menempa Kami”.

KEGIATAN USAHA
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
adalah menyelenggarakan jaringan dan layanan telekomunikasi, informatika serta
optimalisasi sumber daya Perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas,
Perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang meliputi:

Usaha Utama
Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan,
memasarkan atau menjual/menyewakan dan memelihara jaringan telekomunikasi dan
informatika dalam arti yang seluas-luasnya dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual dan
meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti yang seluas-
luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Usaha Penunjang
Menyediakan layanan transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui
jaringan telekomunikasi dan informatika.
Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang
dimiliki Perusahaan, antara lain pemanfaatan aset tetap dan aset bergerak, fasilitas

35
sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan dan fasilitas pemeliharaan dan
perbaikan.
Penjelasan mengenai produk dan layanan Perusahaan dapat dilihat pada bagian
“Tinjauan Bisnis – Portofolio Bisnis”.

Laporan Keuangan Perusahaan PT. Telekomunikasi Tbk 2012


Berikut adalah perhitungan Rasio Likuiditas PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk :

A. Current Ratio
(Aktiva Lancar : Hutang Lancar) = (25.025 : 42.637) = 0,59 atau 59%
B. Cash Ratio (Ratio of immediate solvency)
((Kas + Efek) : Hutang Lancar)) = ((11.925 + 0) : 24.014) = 0,50 atau 50%
C. Quick (Acid test) Ratio
((Kas + Efek) + (Piutang) : Hutang Lancar )) = ((11.925 + 0) + (2.164 +
3.995 + 3.288) : 24.014)) = 0,89 atau 89%
D. Working Capital to Total Assets Ratio
((Aktiva Lancar – Hutang Lancar) : Jumlah Aktiva) = ((25.025 – 24.014) :
105.402)) = 0,0096 atau 0,96%

Sejarah Telkom.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero) biasa disebut Telkom Indonesia atau
Telkom saja ((Indonesia) Bursa Efek Indonesia: Profil Telkom Indonesia,LSE: TKID,
NYSE: TLK) adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan
jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai
perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon
tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia (52,47%), dan 47,53% dimiliki oleh Publik, Bank of New York,
dan Investor dalam Negeri[1]. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13

36
anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Direktur Utama Telkom saat ini adalah Arief Yahya yang menggantikan Rinaldi
Firmansyah pada 11 Mei 2012.

Era Kolonial
Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan
telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia
Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal
23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik
pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg).[2] Pada
tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.

Perusahaan Negara
Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi
Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Perumtel
Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan
Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi
nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional,
terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun
1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam
penyelenggaraan telekomunikasi.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)


Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan

37
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1991.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk


Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham
Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (keduanya sekarang bernama Bursa Efek
Indonesia (BEI)), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE).
Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Jumlah
saham yang dilepas saat itu adalah 933 juta lembar saham.
Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi. Sejak tahun 1989, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di
sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian,
Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.
Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai
bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia
yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang
antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli
penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru")
yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.

Komposisi Kepemilikan Saham


Pada Penawaran saham pada 14 November 1995 dan block sale Desember 1996,
komposisi saham Telkom menjadi :
Pemerintah Indonesia : 75,80%
Publik free-float : 24,2%

Per 7 Mei 1999, komposisi saham Telkom menjadi :


Pemerintah Indonesia : 66,20%

38
Publik free-float : 33,80%

Per 8 Desember 2001, Saham Telkom berubah menjadi :


Pemerintah Indonesia : 54,30%
Publik free-float : 45,70%

Per 16 Juli 2002, saham Telkom berubah kembali menjadi :


Pemerintah Indonesia : 51,19%
Publik free-float : 40,21%
Bank of New York dan Investor dalam Negeri : 8,79%

Sebelum Penawaran saham perdana, Telkom 100% dimiliki Pemerintah Indonesia.

39

Anda mungkin juga menyukai