Anda di halaman 1dari 28

Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat... (Ora.

Evaristin Puji Indiyati)

APLIKASIISOTOP SULFUR-34 DAN OKSIGEN-18 DALAM SULFAT


UNTUK STUDI PANAS BUMI DAN AIR TANAH

Evaristin Puji Indiyati


Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, SATAN, Jakarta
e-mail: patir@batan.go.id

ABSTRAK

APLIKASI ISOTOP SULFUR-34 DAN OKSIGEN-18 DALAM SULFAT UNTUK STUDI


PANASBUMI DAN AIR TANAH. Isotop sulfur-34 dalam senyawa sulfat dan gas hidrogen sulfida telah
digunakan sebagai geotermometer reservoir panasbumi di Sibayak - Sumatera. Isotop sulfur-34 dan
oksigen-18 dalam senyawa sulfat telah digunakan untuk merunut sumber sulfat pada beberapa
manifestasi permukaan panasbumi di Sumatera. Kedua isotop tersebut juga telah digunakan untuk
mengetahui adanya kontribusi air lindi dari Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Bantar Gebang - Bekasi
terhadap air tanah dangkal di sekitarnya. Metode yang digunakan adalah injeksi gas S02 ke dalam alat
spektrometer massa untuk penentuan rasio isotop sulfur-34 terhadap sulfur-32 (nilai 0 34S) dan injeksi
gas CO2 untuk pengukuran rasio isotop oksigen-18 terhadap oksigen-16 (nilai 0180). Gas S02 diperoleh
dari oksidasi Ag2S dengan CU20 sedangkan gas C02 diperoleh dari reduksi BaS04 dengan grafit (C).
Suhu reservoir lapangan panas bumi Sibayak diperkirakan sekitar 434°C - 479°C berdasarkan distribusi
isotop sulphur-34 dalam sol- dan H2S. Umumnya, nilai OCDT 34S dan OSMOW 180 dalam senyawa sulfat
pada contoh mata air panas di Sumatera menunjukkan adanya kemungkinan percampuran dua sumber
sulfat utama yaitu dari fumarol dan reservoir. Fumarola mempunyai nilai OCDT 34S yang dipermiskin
sebesar -0,150/00dan 1,800/00sedangkan reservoir mempunyai nilai OCDT 34S yang diperkaya sebesar
16,80/00hingga 18,13%0. Berdasarkan nilai 0 34S dan konsentrasi sulfat maka air lindi diindikasikan telah
mencampuri air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang - Bekasi. Kondisi yang lebih jenuh pada
air lindi daripada air tanah dangkal ditunjukkan dengan penurunan nilai 0 180 dalam senyawa sulfat.

Kata kunci: Air tanah, panas bumi, isotop alam,sulfur-34, oksigen-18, sulfat.

ABSTRACT

APLICATION OF SULPHUR-34 AND OXYGEN-18 ISOTOPES IN SULPHATE TO STUDY


THE GEOTHERMAL AND GROUNDWATER. Sulphur-34 isotope in dissolved sulphate and hydrogen
sulphide gas has been used to measure the temperature of reservoir in Sibayak geothermal field.
Sulphur-34 and oxygen-18 isotopes in dissolved sulphate have been used to trace sulphate origins for
some surface manifestations in Sumatera. Both isotopes have been used to investigate whether
leachate water from Bantar Gebang sanitary landfill has contributed toward shallow groundwater. A
method to determine isotope ratio of sulphur-34 to sulphur-32 (0 34S value) is by injection of S02 gas to
mass spectrometer whereas isotope ratio of oxygen-18 to oxygen-16 (0 180 value) is obtained by
injection of CO2 gas. S02 gas was extracted from oxidation of Ag2S with Cu20 whereas C02 gas was
extracted from reduction of BaS04 with graphite (C). The temperature of Sibayak geothermal reservoir is
around 434°C to 479°C according to its sulphur-34 isotope distribution in sol- and H2S. Generally, the
o 34S and 0 180 values of dissolved sulphates from hot springs indicated a possibility of mixture between
two major sulphate sources those are fumaroles and reservoirs. Fumaroles have a depleted value of
OCDT 34S about -0,150/00 and 1,800100 whereas reservoir has an enriched value of OCDT 34S from 16,80/00to
18,130/00.Based on 0 34S value and sulphate content, leachate water might has contributed to shallow
groundwater in the vicinities of Bantar Gebang landfill. A more saturated condition in leachate water was
indicated by the depletion of 0 180 value in dissolved sulphate.

Keywords: Ground water, geothermal, natural isotopes, sulphur-34, oxygen-18, sulphates

65
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

BABJ PENDAHULUAN

Isotop sulfur-34 merupakan salah satu isotop alam yang mulai diteliti vanasl
kelimpahannya di alam sejak tahun 1949. Penelitian pertama dilakukan oleh Thode [1-2]
tentang komposisi isotop sulfur-34 dalam senyawa sulfat terlarut pad a air laut. Penelitian air
alam dengan menggunakan parameter isotop sulfur-34 dan oksigen-18 dalam senyawa sulfat
telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh E. Schroll pada air danau [3], C.T
Johnson pada air tanah [4], A. Longinelli pada air sungai [5] dan B.W Robinson pada air
panasbumi [6].
Oi Indonesia, isotop ini mulai dikembangkan pad a tahun 1993 oleh Kelompok
Hidrologi-Bidang Kebumian dan Lingkungan - Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-
BATAN. Isotop ini melengkapi beberapa isotop alam lain seperti oksigen-18, deuterium dan
karbon-13 yang telah lebih dahulu diterapkan dalam bidang hidrologi. Penelitian dengan
menggunakan parameter isotop sulfur-34 di bidang hidrologi mulai berkembang setelah alat
spektrometer massa Delta S beserta alat preparasinya yaitu alur penyiapan sulfida (sulphide
preparation line) dan alur penyiapan sulfat (sulphate preparation line) dipasang.
Oalam penelitian di bidang hidrologi, isotop sulfur-34 digunakan untuk merunut
sumber atau asal senyawa sulfat terlarut dalam air tanah. Penggunaan isotop sulfur-34
bersama dengan oksigen-18 dalam senyawa sulfat dapat memberikan informasi tentang
proses fisik maupun kimia yang mempengaruhi komposisi kedua isotop tersebut. Ada empat
mekanisme yang dapat diidentifikasikan yaitu proses percampuran dua air tanah dengan
komposisi isotop dalam senyawa sulfat berbeda, kristalisasi mineral sulfat, adsorpsi senyawa
sulfat oleh sedimen dan reaksi redoks sulfur [7]. Oalam studi pencemaran air tanah, kedua
isotop ini dapat digunakan untuk merunut sumber sulfat di lokasi sanitary landfill [8].
Oalam bidang panasbumi, isotop sulfur-34 dalam kesetimbangan antara senyawa
sulfat dan sulfida, maupun sulfat dan air dapat digunakan untuk studi geotermometer suatu
lapangan panasbumi. Penerapan isotop sulfur-34 bersama dengan oksigen-18 dalam
senyawa sulfat dapat digunakan untuk menentukan sumber sulfur suatu manifestasi air
permukaan dan reservoir panasbumi [6].
Penerapan kedua isotop ini di bidang hidrologi di Indonesia masih sangat terbatas
karena merupakan teknologi terbaru. Oi bidang panasbumi, isotop ini telah digunakan untuk
menentukan suhu suatu reservoir dan sumber sulfat pada beberapa manifestasi di Sumatera
dan Kotamobagu-Sulawesi Utara, Kamojang-Jawa Barat [9-11]. Oi bidang hidrologi, isotop ini
juga telah digunakan untuk merunut sumber sulfat pad a air tanah dangkal di sekitar Tempat
pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang-Bekasi [12]. Kedua isotop ini juga digunakan untuk
mengetahui karakteristik senyawa sulfat pad a air sungai Ciliwung [13] dan air tanah dangkal
di daerah Karawang [14].
Makalah ilmiah ini merupakan kumpulan beberapa penelitian yang menerapkan
isotop sulfur-34 dan oksigen-18 dalam senyawa sulfat terlarut dan sulfur-34 dalam gas H2S.
Tujuan penelitian isotop sulfur-34 dalam gas hidrogen sulfida dan senyawa sulfat terlarut di
daerah Sibayak adalah untuk menentukan suhu reservoir panasbumi. Sebelum sumber
panasbumi dieksploitasi untuk pembangkit tenaga listrik, salah satu kegiatan yang penting
dilakukan adalah menentukan suhu reservoirnya. Suhu reservoir panasbumi yang
disyaratkan adalah lebih tinggi dari 150°C [15]. Tujuan penelitian isotop sulfur-34 dan
oksigen-18 dalam senyawa sulfat terlarut di beberapa manifestasi permukaan sistem
panasbumi di Sumatera adalah untuk menentukan asal-usul senyawa sulfat. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa sulfat tersebut berasal dari sumber magmatik
atau berasal dari fluida dalam (deep fluid) atau telah mengalami percampuran dengan asam
sulfat yang berasal dari permukaan. Apabila senyawa sulfat manifestasi tersebut berasal dari
fluida dalam maka dapat diperkirakan suhu reservoirnya sehingga ada kemungkinan untuk
melanjutkan tahap eksplorasi sistem panasbumi [16].
Tujuan penelitian isotop sulfur-34 dan oksigen-18 dalam senyawa sulfat terlarut pada
air tanah dangkal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang - Bekasi adalah
untuk merunut sumber sulfat. Hal ini perlu dilakukan karena munculnya keluhan dari
penduduk sekitar akan beberapa penyakit seperti infeksi kulit, diare, disentri dan infeksi
saluran pernafasan atas [17]. Selain itu, penelitian terhadap kualitas air tanah dangkal di
sekitar TPA Bantar Gebang dinilai sangat buruk [18]. Oengan penelitian ini, masyarakat
sekitar TPA Bantar Gebang mendapatkan informasi akan bahaya kontaminasi air lindi pada
air tanah.

66
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 da/am Su/fat... (Ora. Evaristin Puji /ndiyati)

Pada umumnya perlakuan awal yang diperlukan adalah mengubah cuplikan asal
menjadi senyawa perak sulfida (Ag2S) atau barium sulfat (BaS04)' Kedua senyawa ini sesuai
untuk proses ekstraksi yang selanjutnya menjadi gas sulfur dioksida (S02) atau gas
karbondioksida (C02) untuk analisis spektrometer massa. Metode yang digunakan untuk
memperoleh gas CO2 adalah reduksi BaS04 dengan menggunakan grafit (C) pada suhu
sekitar 1200°C dalam kondisi vakum. Dalam reaksi ini selain gas CO2 dihasilkan juga gas CO.
Pad a tegangan tinggi, gas CO dioksidasi menjadi gas CO2 [19]. Gas CO2 diinjeksikan ke
sEektrometer massa untuk mendapatkan rasio isotop oksigen-18 terhadap oksigen-16 (nilai 0
1 0). Metode yang digunakan untuk memperoleh gas S02 yaitu oksidasi Ag2S dengan
tembaga I oksida (CU20) pada suhu sekitar 1000 °c dalam kondisi vakum [20]. Gas ini
diinjeksikan ke spektrometer massa untuk memperoleh rasio isotop sulfur-34 terhadap sulfur-
32 (nilai 0 34S).

BAB II TINJAUAN PUST AKA

2.1. Senyawa Sulfur

Sulfur (S) merupakan suatu unsur non logam dengan berat molekul 32,066 dan
nomor atom 16, dalam tabel periodik terdapat pada golongan VI dan periode 3. Sulfur
terdistribusi secara luas di hidrosfer, litosfer, biosfer dan atmosfer bumi. Pad a kondisi
pengoksidasi, sulfat (SO/-~ merupakan senyawa sulfur yang dominan sedangkan pada
kondisi pereduksi, sulfida (S -) dan HS- merupakan senyawa sulfur yang dominan.
Sulfur sebagai senyawa sulfida terdapat dalam deposit mineral logam yang
terasosiasi dengan batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Pada biosfer, air laut,
batuan evaporit dan bahan organik seperti minyak mentah dan batubara, senyawa sulfur
yang dominan adalah sulfat. Dalam sedimen laut, senyawa sulfur dapat berbentuk sebagai
sulfida maupun sulfat. Elemental sulfur ditemukan sebagai endapan sulfur akibat kegiatan
vulkanik yakni dari gas-gas yang diemisikan dari kawah aktif solfatar atau dari sumber air
panas yang mengandung sulfur atau dari sedimen di dasar danau.

TREES

MOSSES

"' ••. LICHENS

LITHOSPHERE -

Gambar 1. Siklus global sulfur di alam [21J

Sulfur terikat dalam berbagai tingkat oksidasi dari sulfida ke sulfur elemental, atau ke
sulfat dengan tingkat valensi dari -2 hingga +6. Sulfur juga terdapat pad a hampir semua
lingkungan alam dan pada setiap skala suhu dalam lapisan bumi. Dari kenyataan tersebut,

67
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

maka senyawa sulfur sangat menarik dalam studi geokimia terutama dari sudut pandang
fraksinasi isotopnya [21,22]. Siklus sulfur di alam terdiri dari beberapa prases dan sub siklus
di dalamnya. Gambar 1 memperlihatkan siklus sulfur secara global dengan dua sub siklus
yaitu mikrabial dan makanan hewan tingkat tinggi [21].

2.1.1. Iso top Sulfur

Sulfur mempunyai empat isotop stabil dengan kelimpahan sebagai berikut:


32S = 95 02 %
33S = 0'75 %
34S = 4'21 %
36S = 0:02 %

Unsur sulfur juga mempunyai beberapa isotop sulfur buatan (artificial) dengan waktu
para pendek yang bersifat radioaktif. Salah satu isotop sulfur buatan dengan waktu para
paling panjang adalah 35S dengan waktu para 87 hari dan biasanya digunakan dalam
percobaan perunut sulfur. Oari keempat isotop sulfur stabil tersebut, kelimpahan isotop 34S
adalah yang terbanyak kedua setelah 32S. Oleh karena itu dalam banyak studi, umumnya
kedua isotop tersebut yang dipelajari [2,21]. Komposisi isotop sulfur dinyatakan dalam notasi
o 34Sdalam bagian per seribu (%0 atau permill) yang didifinisikan sebagai:

(348/ ) . - e48/ )

o'~ = /32 S r';':,


%8) /32
slandar S,,," ,", X 103 (1)

Istilah pengkayaan (enrichment) atau pemiskinan (depletion) mengacu pada standar


yang digunakan. Umumnya standar pengukuran isotop sulfur yang digunakan adalah sulfur
dalam senyawa troilite (FeS) dari batuan besi meteorit Canyon Diablo (COT). Batuan ini
mempunyai rasio kelimpahan isotop 34Sf32S sebesar 22,22. Pemilihan standar ini adalah
dianggap tepat karena nilai 0 34S batuan troilite dari meteorit tersebut mendekati nilai rata-rata
skala nilai 0 34S contoh materi sulfur dari permukaan bumi (terrestrial). Selain itu komposisi
isotop sulfur dalam batuan beku (igneous rocks) sangat sama dengan batuan meteorit. Hal ini
mengandung konsekuensi bahwa nilai 0 34S suatu contoh sulfur dari terrestrial dipakai
sebagai suatu ukuran perubahan yang terjadi pada komposisi isotop sulfur sejak awal
terbentuknya bumi [21,22].
.. rI
rneteorit I .' . I' . ," J],"I r -., ~.•• , I
• 'I' ~'- ••' ." ' •• ',_. ", ' •.•••.•• - ••• ' • ,-

-, ' •••• _ ,r .• _•..•.~


t] ~
•• , •• '~••• h·Wb!'''''W.r0··.rf;i''o/i·W?(:0<iY&:'$.m--r&{I@''W~'-~1
~,'"..
t', ,h t:::.·;" :~_'.,..:;.'
Yc.... 1,.-·...•.:.··~~:1;~
!~;;;;~4~7.'/.(:?'~~W,...Zf
•.
?·//.:-:~{/,;.;;~f(~-$:9X•.~zJ:":-iJ
deposit rnagrnatik ~j""~"r<:"<V~:"i«{f~";<;"::'~
I·;g";.-..•·••·;.•,.·; >,:,-:-:.'-:,;,'1 "

vulkanik
batuan sedirnen
air laut sekarang
batuan evaporit
deposit Pb, Zn
H"S (Devonian, Alberta)
~ rninyak burni
udara
air pennukaan
batubara
tanah

-40 -20 o +20 +40


8345 (%0)
LiIJorganik ,SoD sulfat ,302

Gambar 2. Variasi nilai <534 S dari beberapa bahan alam [21]

Sejak penelitian pertama yang dilakukan oleh Thode pada tahun 1949, variasi
kelimpahan isotop sulfur di alam telah banyak ditemukan. Oiketahui sulfat terberat (heaviest

68
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 da/am Su/fat ... (Ora. Evaristin Puji /ndiyati)

sulfates) mempunyai nilai b 34S adalah lebih dari +90%0 sedangkan sulfida terringan (lightest
sulphides) mempunyai nilai b 34Ssekitar -65%0 [2].
Gambar 2 memperlihatkan variasi nilai b 34S dari beberapa bahan alam. Sulfida
primer yang jauh terpendam dalam perut bumi, deposit magmatik dan batuan karbon at
mempunyai skala nilai b 34S sempit dan dekat dengan standar trailite. Batuan dan gas
vulkanik mempunyai skala nilai b 34S yang lebih lebar karena adanya proses pertukaran
isotop dan sumber sulfur lain selain sulfida primer [21].
Nilai b 34S senyawa sulfat dalam air laut saat ini adalah seragam dan konstan yaitu
+20%0 kecuali dekat dengan pertemuan air sungai. Udara dan air mempunyai skala b 34S
yang lebih luas karena input senyawa sulfur bermacam-macam baik dari sumber alam
maupun kegiatan man usia. Adanya proses fraksinasi isotop oleh aktivitas mikroba turut
mempengaruhi nilai b 34S. Oerajat fraksinasi tersebut tergantung pada kandungan nutrisi
sulfur, kecepatan metabolik, dan organisme yang terlibat [2,8,21].

2.1.1.1. Mekanisme Fraksinasi Isotop Sulfur

Ada dua jenis reaksi yang mengakibatkan terjadinya fraksinasi isotop sulfur di alam,
yaitu:
1. Reaksi reduksi ion sulfat menjadi hidrogen sulfida oleh aktivitas bakteri anaerobik.
2. Reaksi pertukaran isotop sulfur antara ion, antara molekul, dan antara padatan yang
mengandung sulfur, yaitu antara sulfat dan sulfida atau antara sulfida-sulfida itu sendiri.

(a) Oari kedua jenis reaksi terse but, reaksi yang pertama adalah sumber utama
variasi komposisi isotop sulfur di alam. Bakteri anaerobik pereduksi sulfat berasal dari genera
Desulfovibrio dan Desulfatomaculum. Bakteri Desulfovibrio desulfuricans umumnya tinggal
dalam deposit sedimen laut dan danau. Bakteri ini memperoleh energi untuk pertumbuhan
dengan penggabungan oksidasi gas hidrogen pada kondisi anaerobik dan bahan-bahan
organik.
Bakteri ini akan memisahkan oksigen dari ion sulfat dan melepaskan gas H2S yang
diperkaya dalam isotop 32S relatif terhadap sulfat. Tingkat fraksinasi isotop sulfur tergantung
pada tahap pengontrol kecepatan reaksi. Selain tergantung pad a lingkungan, kecepatan
reduksi sulfat juga sangat tergantung pad a konsentrasi sulfat dan elektron donor. Oalam
sistem anorganik, tingkat fraksinasi isotop selama reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida
disebabkan oleh perbedaan kecepatan pemutusan ikatan S---O. Ikatan 32S 0 lebih mudah
diputuskan daripada ikatan 34S 0 sehingga H2S pertama yang dihasilkan dari reduksi S042-
akan diperkaya 32S sekitar 22%0 atau nilai b 34S dipermiskin (depleted) relatif terhadap sulfat.
Sebaliknya nilai b 34Sdalam residu sulfat akan semakin diperkaya (enriched) dengan semakin
menurunnya konsentrasi sulfat [2,21].
Reduksi sulfat oleh bakteri melalui dua tahapan yaitu masuknya sulfat ke dalam sel

L r t
dan pemutusan ikatan S-O, seperti digambarkan pada skema berikut:
ATP
makanan
AP5 :7 5032-
(2)

1 II IV III I
ATP = Adenosin tripospat, APS = Adenosin-5'-Posposulfat

Pad a umumnya tahap pengontrol kecepatan reaksi adalah proses ke-II dimana
pertama kali terjadi pemutusan ikatan S---O. Proses ini menghasilkan perubahan besar
dalam komposisi isotop sulfur sedangkan proses ke-I menghasilkan sedikit pertukaran isotop.
Faktor fraksinasi dari reduksi sulfat pada suhu 25°C:

32S04 2-(aq) + H2 34S (g) --:;-7


~ 34S042-(aq) + H2 32S (g) ( 3)
a [SO/- -- H2S) = (34SP2S) SO/- = 1,075 (4)
(34S/32S)H2S

69
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

(b) Pada suhu lingkungan yang tinggi (>250°C), proses reduksi sulfat menjadi gas
hidrogen sulfida tidak lagi disebabkan oleh aktivitas bakteri tetapi lebih disebabkan oleh unsur
logam pereduksi seperti Fe2+ dalam batuan. Mekanisme ini terutama terjadi pada lingkungan
dimana sirkulasi air melewati batuan vulkanik panas. Pertukaran isotop antara sulfat dan
sulfida akan menyebabkan pengkayaan isotop 34S pad a senyawa dengan tingkat oksidasi
sulfur paling tinggi. Pertukaran isotop sulfur antara senyawa sulfida logam yang berbeda
menimbulkan sedikit variasi komposisi isotop sulfur. Pengkayaan isotop 34S terjadi pada
senyawa sulfida dengan ikatan paling kuat [2].

2.1.2. Isotop Oksigen

Oksigen merupakan unsur yang kelimpahannya paling banyak di bumi. Senyawa


yang mengandung oksigen terdapat dalam setiap fasa yaitu gas, cair dan padatan. Beberapa
senyawa yang mengandung oksigen adalah air, sulfat, pospat, silikat dan karbonat. Karena
kelimpahan di alam cukup besar dan umumnya stabil terhadap suhu maka oksigen
merupakan salah satu unsur yang menarik dalam geokimia isotop.
Oksigen mempunyai tiga isotop stabil dengan kelimpahan sebagai berikut:
160 = 99,763 %
170 = 00375%
180 = 0:1995 %
Oari ketiga isotop tersebut, umumnya yang digunakan untuk pengukuran isotop oksigen
adalah rasio 180 terhadap 160. Hal ini disebabkan kelimpahan kedua isotop tersebut cukup
besar. Komposisi isotop oksigen dinyatakan dalam notasi 0 180 dalam bagian per seribu (%0)
yang didifinisikan sebagai [2, 8, 22]:

----------------x
o 180 = (18;{60)clIPlikan
-(18;{60)standar
10
3
(5)

(18;{6 0) stan dar


Standar internasional yang digunakan untuk pengukuran rasio isotop 180/160 dalam
air adalah rata-rata air laut yang disingkat dengan SMOW (Standard Mean Ocean Water).
Untuk pengukuran rasio isotop 180/160 dalam cuplikan padatan digunakan standar
internasional POB yaitu dari fosil Balemnitella american a dari formasi Cretaceous Pee Dee di
Carolina Selatan. Konversi standar POB ke SMOW adalah [8,19]:

C o SMOW 18 0 (%00) = 1,04143 x C0 PDB 18 0 + 41,4 3. (6)


Fraksinasi isotop oksigen mengakibatkan adanya variasi rasio isotop 180/160 dari
berbagai bahan alam. Variasi tersebut telah mencapai nilai 0 180 sebesar 100%0. Gambar 3
memperlihatkan diagram variasi nilai 0 180 yang terjadi secara alami pada berbagai bahan
alam [2].

o air laut

~l';%';:~1batuan metamorf

~::1;:f0j batuan granit

t3 batuan basalt

~ (batuan
materi Juar
meteorit
angkasa
dan bulan)
I I I I I I I I I I I
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70

o 180 (%0)

Gambar 3. Variasi nilai 0180 dari beberapa bahan alam [2J

70
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

2.1.2.1. Mekanisme Fraksinasi Isotop Oksigen

Fraksinasi isotop oksigen dalam senyawa sulfur di alam disebabkan oleh reaksi
pertukaran isotop oksigen antara sulfat dan air dalam kesetimbangan, dan efek kinetik. Pada
umumnya reaksi pertukaran isotop oksigen antara S042- dan H20 berjalan sangat lambat.
Pada kondisi tertentu seperti di daerah panasbumi diperkirakan telah terjadi kesetimbangan
isotop antara kedua senyawa tersebut. Reaksi kesetimbangan isotop oksigen adalah
sebagai:
1,4 (S 180/-) + H2 160 .•• • 1,4 (S 160/) + H2 180. (7)
Kecepatan reaksi pertukaran isotop ini tergantung pada suhu dan pH. Pada kondisi semakin
asam dan semakin tinggi suhu lingkungan maka kecepatan reaksi semakin meningkat [7,22].
Efek kinetik yang mempengaruhi terjadinya fraksinasi isotop oksigen adalah reduksi
senyawa sulfat dan oksidasi senyawa sulfida. Seperti halnya pada isotop sulfur, proses
reduksi senyawa sulfat akan menyebabkan pengkayaan isotop 180 pada residu senyawa
sulfat. Reaksi reduksi sulfat lebih memilih ion sulfat yang mengandung 160 daripada 180. Hal
ini disebabkan oleh ikatan S 180 lebih kuat daripada ikatan S 160 sehingga ikatan S 180
tidak mudah diputuskan oleh aktivitas bakteri pereduksi sulfat.
Fraksinasi isotop oksigen selama oksidasi sulfida menjadi sulfat oleh oksigen melalui
dua tahapan. Reaksi pertama yaitu oksidasi sulfida menjadi sulfit.
S2- + H20 + O2 • sot. (8)
Untuk menghasilkan senyawa sulfit, molekul oksigen yang terlibat berasal dari oksigen dari
air dan oksigen dari gas oksigen. Karena efek kinetik maka isotop yang lebih ringan yaitu 160
akan dikonsumsi lebih dulu daripada isotop 180 untuk membentuk senyawa sulfit. Reaksi
kedua yaitu oksidasi sulfit menjadi sulfat.
sot + Y2 O2 • SO/-. (9)
Reaksi kedua berjalan sangat lambat dibandingkan dengan reaksi pertama tetapi dengan
adanya logam maka reaksi tersebut dapat lebih cepat [22].

2.2. Panasbumi

Magma yang terakumulasi di dalam perut gunung api memiliki suhu sekitar 700°C
hingga 1600°C. Magma memberikan panasnya kepada batuan sekitarnya sehingga merubah
struktur dan sifat batuan tersebut. Sambil melepaskan panas, magma juga melepaskan gas-
gas (degassing magma) yang sebagian besar mengandung uap air, CO2, S02, H2S dan HC!.
Oi sisi lain, air hujan yang meresap ke dalam tanah (meteoric water recharge) akan
berinteraksi dengan batuan panas (water-rock interaction) menjadi air panas atau uap (fluida)
bertekanan tinggi. Gambar 4 menjelaskan proses pembentukan gas dan ftuida panasbumi
serta terjadinya jenis air panasbumi pada sistem vulkanik [23].
Gas dan uap dari magma naik, sebagian masuk ke dalam sistem reservoir
panasbumi dan sebagian naik ke permukaan bercampur dengan air tanah. Konsentrasi gas
dalam reservoir dikontrol oleh berbagai reaksi kesetimbangan pada suhu reservoir. Absorbsi
gas tersebut ke dalam air tanah dalam dan pendinginan akan menyebabkan pembentukan
asam, oksidasi dan fluida yang reaktif. Fluida tersebut dapat tereduksi dan ternetralkan
melalui interaksi dengan batuan, dimana kation dari batuan terlarut ke dalam fluida. Fluida ini
akan mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau menerobos celah-celah antar batuan
untuk melepaskan tekanannya ke permukaan bumi. Manifestasi fluida ke permukaan bumi
berupa uap panas (fumarole), telaga air panas (hot spring) atau sebagai lumpur panas (mud
pots) seperti terlihat pada Gambar 5.
Uap panas (fumarole) terjadi akibat proses pendidihan fluida seiring berkurangnya
tekanan. Gas terlarut dalam fluida tersebut akan terlepas kembali dan masuk ke dalam fasa
uap menuju permukaan. Kondensasi uap ke dalam air tanah dapat membentuk telaga air
panas (hot spring). Akibat adanya proses oksidasi gas H2S di permukaan maka telaga
tersebut banyak mengandung asam sulfat (acid sulfate spring). Fluida residual di kedalaman
yang kaya akan klorida akan mengalir secara lateral dan bercampur air tanah kemudian
keluar sebagai telaga air yang banyak mengandung klorida (chloride spring). Apabila fluida
panas tersebut tidak dapat keluar ke permukaan bumi karena tidak tersedia celah atau
terhalang oleh lapisan kedap air (impermeable), maka fluida panas akan tetap terperangkap

71
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

di dalam. Lokasi tempat fluida tersebut terperangkap disebut sebagai reservoir panasbumi.
Reservoir ini menyimpan potensi panasbumi sebagai sumber energi [23,24].
Beberapa persyaratan kondisi reservoir untuk dapat dikembangkan sebagai
pembangkit tenaga listrik adalah:
(a) Mempunyai suhu tinggi (>150°C) dan entalpi tinggi (>150 kal/g)
(b) Kedalaman reservoir tidak lebih dari 3 km
(c) Mempunyai volume reservoir (>5km3)
(d) Mempunyai permeabilitas yang sesuai untuk memastikan kecukupan produksi fluida
pada tiap sumur.
(e) Mempunyai lapisan impermeabel di atas reservoir untuk mencegah kehilangan fluida ke
permukaan [15].

zona uap
+ kondensasi
zona pendidihan
(dua fasa)

reaksi batuan-air

~ en-asem sulfat
~ en-bikarbonat
1:::3 zona dua fasa

Gambar 4. Proses pembentukan gas dan fluida dalam sistem panasbumi [23]

Gambar 5. Contoh manifestasi permukaan dari sistem panasbumi [24]

72
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat. .. (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

2.2.1. Oaerah Panasbumi di Sumatera

Di bagian tengah pulau Sumatera sepanjang 1700 km terdapat zona patahan


Sumatera (Sumatera fault zone) yakni garis yang menghubungkan deretan gunung api.
Sepanjang zona ini terdapat 11 gunung api aktif (active volcanoes), 5 gunung api yang
mengeluarkan gas (degassing volcanoes) dan 1 kaldera yakni danau Toba seperti terlihat
pad a Gambar 6. Sedikitnya 30 sistem suhu tinggi terdapat juga di zona patahan Sumatera
dengan suhu reservoir lebih dari 200°C yang mentransfer panasnya ke permukaan.
Setidaknya separuh dari gunung api aktif dan degassing volcano tersebut terasosiasi dengan
reservoir panasbumi yang mengandung gas-gas dari magmatik dan fluida asam [25].
Lapangan panasbumi Sibayak merupakan lapangan yang mempunyai reservoir
dengan dominasi air (liquid dominated) dengan suhu reservoir antara 225°C hingga 300°C.
Lokasinya berada kurang lebih 60 km di sebelah barat daya Kota Medan, pada kaldera
Singkut pad a lereng sebelah Selatan G. Sibayak - Sumatera Utara dengan ketinggian 1500
m dpl [26]. Tahap eksplorasi panasbumi Sibayak dimulai pada tahun 1990, dengan
melakukan pemboran 10 sumur dengan kedalaman 1500 m sampai 2300 m. Sejak tahun
1995 lapangan panasbumi Sibayak memproduksi listrik sebanyak 2 MW [27].

LCf'

Gambar 6. Lokasi gunung api aktif di pulau Sumatera [25J

2.2.2. Geotermometer Isotop Sulfur

Penentuan suhu reservoir daerah panasbumi merupakan salah satu kegiatan yang
sangat penting dalam tahap eksplorasi. Pada umumnya penentuan suhu dilakukan dengan
cara kimia. misalnya T Na-K, T Na-K-Ca. T Na-Li dan T K-Mg. Penentuan suhu dengan metode isotop
belum banyak dilakukan karena kendala teknologi dan informasi. Geotermometer kimia
memiliki kelemahan diantaranya adalah dapat mengalami pengenceran dan dapat terjadi
kesetimbangan ulang pada saat fluida naik ke permukaan. Geotermometer isotop
membutuhkan waktu lama untuk terjadi kesetimbangan isotop. Sebagai contoh adalah laju
untuk terjadi kesetimbangan isotop antara sulfat dan air pad a pH=7 dan suhu 250C
memerlukan waktu 1900 tahun [22].
Geotermometer isotop dapat dilakukan pada komponen gas dalam fluida panasbumi.
Apabila konsentrasi gas terlalu rendah maka dapat dilakukan dengan geotermometer isotop

73
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

dalam senyawa sulfur. Sebagai contoh adalah pertukaran isotop sulfur dalam kesetimbangan
antara sulfat dan sulfida atau pertukaran isotop oksigen dalam kesetimbangan antara sulfat
dan air [28].

32S0/- + H234S. • 34S0/- + H232S (10)


S 160/- + H2 180• • S 16031802- + H2 160 (11)
Pada penelitian ini, isotop alam 34S yang terdistribusi dalam kesetimbangan senyawa
sulfat dan gas hidrogen sulfida (10) digunakan untuk mengetahui suhu reservoir lapangan
panasbumi Sibayak [9]. Faktor fraksinasi (a) isotop 34S dalam senyawa sulfat dan hidrogen
sulfida berhubungan langsung dengan suhu (K) menurut persamaan [29]:
so, -
+ '40T-.'
1000 a= SH2S In a
= 6,04x106 26
1000 , +, (12)
1000 + 0 34S ,_

(13)

.•..•.•.
o
~
..••..•.

ooo
.•...

2 3 4 5 6 789

Gombar 7. Plot 1000 In a terhadap l/T] dalam tiga sistem panas bumi yaitu
50]- H]5, 50/- - H]5 don 50/- - H]O [29]
Gambar 7 memperlihatkan hubungan faktor fraksinasi terhadap suhu pada tiga
sistem kesetimbangan senyawa sulfur. Kesetimbangan antara gas H2S dengan S042-
menunjukkan skala suhu 200-450°C sedangkan untuk skala suhu yang lebih rendah
digunakan kesetimbangan antara S042- dengan H20 [29].

2.3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang-Bekasi

Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang terletak di Kecamatan Bantar Gebang,


Kabupaten Bekasi. Secara geografis kecamatan Bantar Gebang terletak antara 107°21' -
107°10' Bujur Timur dan 61°7' - 6°27' Lintang Selatan. Wilayah TPA meliputi tiga desa yaitu
desa Ciketing Udik, Cikiwul dan Sumur batu. Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan
Bantar Gebang adalah untuk pemukiman sebesar 52,6%. Sebanyak 13% lahan pertanian
dan 11,6% lahan sawah telah dialihkan menjadi lahan perumahan untuk menampung
pendatang. Pesatnya pembangunan di kecamatan Bantar Gebang merupakan daya tarik bagi
penduduk daerah lain. Sejak terjadi krisis ekonomi tahun 1997 terjadi peningkatan urbanisasi
yang cukup signifikan. Gejala ini diikuti peningkatan jumlah pendatang yang mendirikan
perumahan liar di sekitar TPA.
TPA Bantar Gebang yang dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta sejak tahun 1986
merupakan realisasi dari rencana pengelolaan sampah di belahan Timur. Bantar Gebang
dinilai cocok untuk dijadikan TPA karena lahannya yang cekung dan jauh dari pemukiman
penduduk. Areal ini semula adalah bekas lahan galian tanah untuk perbaikan jalan dan

74
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

kepentingan beberapa perumahan di Jakarta seperti Sunter, Podomoro dan Kelapa Gading
[17,30].

Tabel1. Prediksi timbunan sampah DKI Jakarta pad a tahun 2005-2020*)

Tahun sampah
JumlahJumlah
10.298.300
10.931.207
11.603.010
12.316.101
27.752
29.624
31.676
33.869 timbulan
(m3/hari)
penduduk
Uiwa)

*) Sumber pustaka [30J

Persentase komposisi sampah di Jakarta pada tahun 2003 adalah sampah non-
organik sebanyak 35% sedangkan sampah organik sebesar 65%. Timbunan sampah di
Jakarta meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, keadaan sosial dan
kemajuan teknologi. Prediksi peningkatan jumlah sampah dan penduduk Jakarta pada tahun
2005 hingga 2020 disajikan pada Tabel1 [30].
TPA Bantar Gebang menerapkan metode pembuangan secara sehat (sanitary
landfill) yang terdiri atas 5 zona dengan total area 108 ha. Metode ini meliputi pembuangan
dan penumpukan sampah di wilayah cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian
menutupnya dengan tanah. Jika ketinggian timbunan sampah telah mencapai 15 m maka
proses penimbunan dipindah ke zona lain. Sampah dibiarkan terurai secara alami dengan
bantuan aktifitas mikroorgnisme. Pembusukan sampah menghasilkan gas metana (CH4) dan
gas hidrogen sulfida (HzS). Secara umum, sanitary landfill seperti tertera pad a Gambar 8
dengan elemen sebagai berikut [31]:
1. Sistem pelapis (lining system) berguna untuk mencegah atau mengurangi air lindi
(leachate) ke dalam tanah yang akhirnya dapat mencemari air tanah. Sistem ini
umumnya terbuat dari lempung yang dipadatkan (compacted clay).
2. Sistem pengumpul air lindi (leachate collecting system) berguna untuk
mengumpulkan air lindi dan memompa keluar sebelum menggenang di sistem
pelapis. Air lindi yang dipompa keluar, dimasukkan ke dalam sistem pengolahan air
lindi untuk diproses sebelum pembuangan akhir.
3. Sistem penutup (cap system) berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang
masuk ke dalam landfill sehingga dapat mengurangi air lindi.
4. Sistem ventilasi gas (gas ventilation system) berguna untuk mengendalikan aliran
dan konsentrasi gas di dalam landfill. Sistem ini untuk mengurangi resiko gas
mengalir ke dalam tanah tanpa terkendali yang dapat mengakibatkan peledakan.
5. Sistem pemantau (monitoring system) berguna sebagai peringatan dini kalau terjadi
kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.

Gambar 8. Penampang lintang TPA secara sehat modern [31]

75
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

Penelitian dampak TPA Bantar Gebang telah dilakukan sejak tahun 1991-1994
terhadap perubahan kondisi fisik dan kimia air sungai Ciketing sebelum dan sesudah
melewati TPA. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daya hantar listrik (DHL), alkali,
amonia, kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen Demand) dan kebutuhan oksigen
kimia (Chemical Oxygen Demand) di atas baku mutu. Kenyataan ini membuktikan bahwa
pengelolaan drainase dan sanitary landfill di TPA Bantar Gebang kurang mendapat perhatian
[17].
Penyakit yang diderita penduduk sekitar TPA adalah infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA), penyakit gigi, infeksi kulit, anemia, diare, disentri, pneumonia dan infeksi telinga. Air
sumur di sekitar TPA tercemari oleh bakteri Escherichia Coli yang menyebabkan penyakit
diare dan Salmonela typhosa yang menyebabkan penyakit tifus. Bakteri ini kemungkinan
berasal dari air lindi yang merembes ke air sumur penduduk. Kandungan COD (>20 mg/L),
BOD (>10 mg/L), Fe (>0,3 mg/L), N02- (>1 mg/L), N03- (>10 mg/L), Mn (>0,1 mg/L), Pb
(>0,05 mg/L) dan pH «6,5) pada air sumur penduduk sekitar TPA telah melampaui standar
baku mutu air minum menurut peraturan (No.416/MENKES/PERIIX/1990) dan mutu airnya
dinilai sangat buruk [17, 18]. Gambar 9 memperlihatkan timbunan sampah di TPA Bantar
Gebang yang berasal dari DKI Jakarta sebanyak 6000 ton/hari dan sebagian telah memasuki
zona pengolahan air lindi.

Gambar 9. Timbunan sampah di TPA Bantar Gebang - Bekasi (diambil tahun 2002)

BAB III TATA KERJA

3.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah AgN03 0,1 N; CU20; nitrogen cair;
grafit, aseton, BaCI2, NaCI, HgCI2, NaOH, resin penukar ion cr (Dowex 50-100 mesh), HCI,
gas CO2 murni 99,9%, kertas saring milipore 0,25f.1m, aquades dan gas S02 murni 99,9%,
BaS04 DIN 5033 (Merck), Ag2S J-1 (Merck Art.12340), BaS04 PSS-1 (Pakistan Sulphate
Standard), Ag2S R-2268.

3.2. Alat

Alat yang digunakan adalah alur penyiapan sulfida (sulphide preparation line), alur
penyiapan sulfat (sulphate preparation line), neraca analitik, lempeng platina, agate mortar,
alat gelas (beker gelas, gelas ukur dll), termos, spektrometer massa Delta S Finnigan,
spektrometer massa Sira 9 VG Isogas, spektrofotometer UV-VIS, Cryocool immersion cooler
CC-100 II, pH meter, papan pemanas (hot plate), kondensor dan separator Weber, kolom
gelas diameter 28 mm dan tinggi 200 mm, tabung kaca vakum, botol plastik 2 I dan 10 I.

76
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

3.3. Metode

3.3.1. Pengambilan cuplikan

3.3.1.1. Fluida panasbumi di 8umatera

Peta pengambilan cuplikan fluida panasbumi di 8umatera dapat dilihat pada Gambar
10. Pengambilan cuplikan tersebut dibagi 2 yaitu pengamatan cuplikan di manifestasi
permukaan dan sumur dalam. Cuplikan dari manifestasi permukaan dimasukkan ke dalam
botol plastik 2 I dan ditambahkan HgCI2 untuk analisis 348 dan 180 dalam 8042-.
Pengambilan cuplikan fluida dari sumur dalam digunakan separator Weber dan
kondensor seperti terlihat pad a Gambar 11 [32]. Cuplikan air yang telah dipisahkan
(separated water sample) digunakan untuk analisis 348 dan 180 dalam 80/- sedangkan
cuplikan uap yang telah dipisahkan (separated steam sample) digunakan untuk analisis 348
dalam H28. Cuplikan air dimasukkan ke dalam botal plastik 2 I dan ditambahkan HgCI2.

Gambar 10. Peta lokasi pengambilan cuplikan fluida panasbumi di Sumatera [25J

manometer

sampling pOint

removable Insulation
jacket

separOlted :steam sample separated water sample

Gambar 11. Skema pengambilan cuplikan fluida panasbumi [32J

77
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

3.3.1.2. Air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang

Pengambilan cuplikan dilakukan pada bulan April-Mei 2001. Cuplikan air tanah
dangkal sebanyak 15 I diambil dari sumur penduduk pada kedalaman 6-25 m. Jarak antara
titik pengambilan cuplikan adalah 1-2 km. Cuplikan air lindi diambil dari Instalasi Pengolahan
Air Sampah-I (IPAS-I) dan cuplikan air dari sungai Ciketing yang melintasi TPA sebanyak 15 I.
HgCI2 ditambahkan pada cuplikan air untuk mencegah aktivitas bakteri. Peta lokasi
pengambilan cuplikan tersebut seperti tertera pada Gambar 12.

Utara

kilometer

keterangan
__ Jalanraya
--- Jalandesa
~ sungai
"$ lokasi TernpalPembU3nganAkhir(I'PA;)
.•. lokasi sampling

Gambar 12. Peta lokasi pengambilan cuplikan air lindi dan air tanah dangkal
di sekitar TPA Bantar Gebang

3.3.2. Analisis 180 dalam senyawa sulfat

3.3.2.1. Pengendapan BaS04

Pengendapan BaS04 dari cuplikan air dengan konsentrasi sulfat kurang dari 50 ppm
dilakukan dengan pemekatan menggunakan resin penukar ion. Kolom diisi dengan resin
penukar ion cr, dikondisikan dengan pengelusian HCI 6N kemudian dialirkan 300 ml aquades
dengan kecepatan 4-5 ml/menit. Cuplikan air disaring dengan kertas saring milipore
kemudian dielusikan ke dalam kolom. Sebanyak 300 ml NaCI 1 M dielusikan untuk
melarutkan ion sulfat sehingga terbentuk larutan Na2S04. Ke dalam larutan diteteskan HCI 1N
hingga pH 3-4 kemudian dipanaskan. Endapan BaS04 diperoleh dengan menambahkan
larutan BaCI2. Endapan BaS04 disaring dan dikeringkan pada suhu ruang [33].
Kandungan sulfat pada cuplikan fluida panas bumi umumnya adalah tinggi (>50 ppm).
Pembentukan endapan BaS04 dapat dilakukan dengan langsung menambahkan BaCI2 pada
cuplikan dalam keadaan panas. Endapan BaS04 yang terbentuk, disaring dan dikeringkan
pada suhu ruang [34].

3.3.2.2. Ekstraksi gas CO2

Preparasi gas CO2 dari cuplikan BaS04 untuk analisis 180 dilakukan dengan proses
reduksi menurut metode Rafter [19]. Sekitar 50 mg BaS04 dicampur dengan dengan 50 mg
grafit kemudian diletakkan dalam lempeng platina. Campuran ini dibakar pada kondisi vakum

78
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

dengan suhu 1200°C dalam alat alur penyiapan sulfat seperti tertera pada Gambar 13.
Reaksi yang terjadi adalah
BaS04 + 3C ----.- BaS + CO2 + 2CO (14)
Uap air yang berasal dari pembakaran grafit dan BaS04 akan membeku pad a suhu aseton
yang didinginkan pada alat cryocool (-70°C) sedangkan gas CO dan CO2 akan mengalir ke
tabung discharge yang tercelup pad a suhu nitrogen cair (-196°C). Oengan mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi 1,2 kV pad a 2 lempeng platina, maka gas CO akan dioksidasi menjadi
gas CO2. Gas CO2 yang diperoleh dikumpulkan ke dalam botol cuplikan dan siap diinjeksikan
ke spektrometer massa untuk pengukuran rasio isotop 180/160 [33].
\'9

pompa difus;
pompa rotm:,
o \' I -9: katllp
G I -3: pengul,:ur tekanan

TI : Trap I (_700 C)
G2 T2: Trap 2 (-196e,C ; 1,2 KV)

reaklor
V2

GI G3

VI
V?

botol colltoh

11 T2 manometer

Gambar 13. Skema alat alur penyiapan sulfat

3.3.2.3. Penentuan nilai () 180

Penentuan nilai () 180 dalam senyawa sulfat dilakukan dengan pengukuran rasio
isotop 180/160 dalam alat spektrometer massa Sira 9 VG Isogas. Rumus yang digunakan
adalah [8,35]

o 180 (%0) = (RCliPlikan -1) xl 03 (15)


R'k

c 18 0 = x 1+
6PDB 0 (%0) (1000 + c6sk
1000 + Si6sk 180
180 (
)-IJXIO' (16)

(17)

dengan :
R adalah rasio isotop 180/60 cuplikan dan standar kerja
COPDB 180 : nilai 0 180 suatu cuplikan terhadap standar internasional POB
COSk 180 : nilai 0 180 cuplikan terhadap standar kerja (gas CO2 dalam tanki)
SiOSk 180 : nilai 0 180 standar internal terhadap standar kerja (gas CO2 dalam tanki)
SiOPDB 180 : nilai 0 180 suatu standar internal terhadap POB. Standar internal yang digunakan
adalah CaC03. Wallingford carbonate dengan nilai -1,46%0 POB
C OSMOW 180: nilai 0 180 suatu cuplikan terhadap standar internasional SMOW

79
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

Pengukuran rasio isotop 180 terhadap 160 dalam spektrometer massa dilakukan
sebanyak 10 kali ulangan secara bergantian antara cuplikan dan standar kerja. Kalibrasi dan
uji banding nilai 0 180 terhadap BaS04 DIN 5033 tertera pada lampiran A [36]. Nilai OSMOW 180
dengan 13 kali ulangan pada BaS04 DIN 5033 adalah 11,85 ± 0,33%0. Pengukuran isotop
OSMOW 180 dari BaS04 R.1931 yang dilakukan oleh Rafter menunjukkan nilai penyimpangan
sebesar 0,29%0 dengan 17 kali ulangan. Nilai penyimpangan sebesar 0,3%0 masih dianggap
baik untuk pengukuran isotop 180 dalam senyawa sulfat [19].
Uji banding terhadap nilai 0 180 pad a BaS04 DIN5033 dan PSS-1 dilakukan dengan
laboratorium Pinstech (Pakistan Institute of Nuclear Science and Technology) [35,36]. Uji
rata-rata nilai 0 180 BaS04 DIN5033 dengan distribusi t- Student dengan tingkat kepercayaan
95%, menunjukkan tidak ada perbedaan nilai 0 180 antara dua laboratorium tersebut [37].

3.3.3. Analisis 34Sdalam senyawa sulfat dan sulfida

3.3.3.1. Ekstraksi gas S02

Sisa reduksi BaS04 dengan grafit dilarutkan dalam aquades. Filtrat ditambahkan
AgN03 sehingga terbentuk endapan Ag2S. Reaksi yang terjadi,

BaS + 2 AgN03 (18)

Cuplikan gas H2S dari panasbumi yang telah terlarut dalam NaOH ditambahkan AgN03.
Endapan Ag2S yang terbentuk dioksidasi dengan CU20 untuk memperoleh gas S02 menurut
metode Robinson-Kusakabe [20].
Sebanyak 20 mg endapan Ag2S dan 60 mg CU20 yang telah digerus halus
ditempatkan ke dalam lempeng platina dan kemudian dimasukkan ke dalam reaktor. Cuplikan
dipanaskan pada suhu 100°C selama 5 men it dalam alat alur penyiapan sulfida yang telah
divakumkan seperti tertera pada Gambar 14. Uap air akan dibekukan pada pipa penjebak I
yang tercelup pad a nitrogen cair yang dijaga suhunya pad a -80°C. Suhu penjebak I tetap
pada -80°C selama proses pembakaran cuplikan. Cuplikan dibakar pada suhu sekitar
1000°C selama 10 menit untuk melepaskan gas S02. Reaksi yang terjadi adalah

(19)

Gas yang dihasilkan akan melewati penjebak I untuk pemurnian sedangkan gas S02 akan
diendapkan pada pipa penjebak II yang tercelup pada nitrogen cair dan suhunya dijaga pada
-135°C. Setelah selesai pembakaran, penjebak II dipanaskan pad a suhu -80°C untuk
menguapkan kembali gas S02 dan dialirkan ke botol cuplikan [38]. Gas S02 siap diinjeksikan
ke spektrometer massa untuk pengukuran rasio isotop 34SP2S.

pompa rotari 14 12

pirani I

II
Ickanan
6
5
7

reaktor 4 2

• pirani 2
•o
1-6 : tempal eonloh o bolol gas S02
7-14 : katllp
pendingin I pcndingin 2 pirani 3

Gambar 14. Skema a/at a/ur penyiapan sulfida

80
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 dalam Sulfat ... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

3.3.3.2. Penentuan nilai 8 34S

Pengukuran rasio isotop 34Sp2S dalam gas S02 dilakukan dengan alat spektrometer
massa Delta S. Perhitungan nilai 8 34Ssuatu cuplikan adalah [8,39]

8 34S (%0) = (RWPlikllll 1) xl 03 (20)


R'k

"6cm ""8(%0)= (1000


1000+"6,/48
+ "15,,"S x (1+ "6cm " 8 )-1 J'x10 (21)

dengan R adalah rasio isotop 34Sp2S cuplikan dan standar kerja


c8CDT 34S : nilai 8 34Scuplikan terhadap standar internasional COT
c8Sk 34S : nilai 8 34Scuplikan terhadap standar kerja (gas S02 dalam tanki)
Si8sk 34S : nilai 8 34S standar internal terhadap standar kerja (gas S02 dalam tanki)

Si8cDT 34S: nilai 8 34S standar internal terhadap standar internasional COT (Canon Diablo
Troilite)

Untuk perhitungan nilai 8 34S dari Ag2S J-1 dipergunakan standar internal Ag2S R-
2268 yang bernilai 3,25%0 COT. Karena jumlah Ag2S R-2268 sangat terbatas maka untuk
menghitung nilai 8 34S suatu cuplikan terhadap standar COT digunakan standar internal Ag2S
J-1. Kalibrasi dan uji banding nilai 8 34S dalam standar internal Ag2S J-1 seperti tertera pada
lampiran B. Hasil kalibrasi standar internal Ag2S J-1 dengan 15 kali ulangan diperoleh nilai
rata-rata 8CDT 34S adalah 3,64 ± 0,19%0 [40]. Nilai penyimpangan pengukuran yang
disarankan untuk aplikasi isotop sulfur sebagai perunut di lingkungan, hidrogeologi maupun
geologi adalah kurang dari 0,2%0 [39].
Uji banding terhadap nilai 8CDT 34Spada Ag2S J-1 dilakukan dengan Institute Geology
and Nuclear Sciences - New Zealand [41]. Uji rata-rata nilai 8CDT 34S Ag2S J-1 dan PSS-1
yang dilakukan dengan menggunakan distribusi-t dengan tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan tidak ada perbedaan nilai 8 34Santara dua laboratorium [37,39].

3.3.4. Analisis kadar S042-

Analisis kadar SO/- dilakukan dengan menggunakan metode kekeruhan. Absorbansi


larutan diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 420 nm [41].

BAB IV HA51L DAN PEMBAHA5AN

4.1. Aplikasi isotop 345 dan 180 dalam sulfida dan sulfat di lapangan panasbumi
5umatera

4.1.1. Penentuan suhu reservoir panasbumi di Sibayak

Tabel 2 memperlihatkan hasil pengukuran nilai 8CDT 34Sdalam senyawa SO/- dan 2S
dari tiga periode pengambilan cuplikan. Terlihat bahwa nilai 8CDT 34S dalam S042-dari tiga
sumur dalam yaitu SBY-3, SBY-5 dan SBY-6 berkisar 17,14%0 hingga 18,14%0 sedangkan
8CDT 34Sdalam gas H2S berkisar 3,31%0 hingga 4,34%0.

81
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

Tabel 2. Nilai OCOT 34S dalam senyawa S042- dan H2S dari lapangan panasbumi Sibayak
18,52
17,52
17,92
18,02
16,79
18,01
17,70
17,86
17,11
18,13
8umur produksiaCDT 17,14
17,88
348 ± I0,36
Periode
3,25
0,34348
4,34
4,11
4,04
4,70
4,22
3,34
3,35
3,41
0,16
3,31
3,73
aCDT ±
(80/-) 0,06
0,31
%0 (H28) %0

Oari data pada Tabel 2 dan perhitungan pad a persamaan (12) dan (13) maka
diperoleh nilai fraksinasi (ex) dan perkiraan suhu reservoir seperti tertera pada Tabel 3. Oari
ketiga sumur dalam tersebut diperoleh nilai rata-rata suhu reservoir ± 460°C. Perhitungan
suhu reservoir yang dilakukan dengan menggunakan geotermometer a 180 dalam
kesetimbangan 80/- dan H20 adalah ± 270°C [11]. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan
oleh perbedaan kedalaman dan kondisi pad a saat terjadi kesetimbangan antara kedua
senyawa yang dipakai sebagai geotermometer. Adanya air hujan yang meresap di
kedalaman menyebabkan hidrasi gas 802 menjadi asam sulfat dan terjadi kesetimbangan
antara 80/- dan H28. Kesetimbangan ini terjadi pad a suhu sekitar 200-450°C dan terjadi
pada kedalaman mendekati magma. Hal ini terlihat pad a kemiripan nilai a 348 pada senyawa
H28 yang bernilai 3,31%0 hingga 4,34%0 dengan kisaran nilai a 348 pada sulfida magmatik.
Kisaran nilai 8 348 pada sulfida magmatik yaitu -4%0 hingga 4%0 atau mendekati nilai a 348
standar troilite (0%0) [21,29].
Kesetimbangan antara senyawa 8042- dan H20 kemungkinan besar terjadi pada
kedalaman yang lebih dangkal dan didominasi oleh air. Pada saat fluida bergerak ke atas
maka akan berhubungan dengan suhu yang lebih rendah. Oalam hal ini terjadi fraksinasi
isotop 180 dan 160 yang berbeda yang mengakibatkan perubahan nilai a 180 dalam H20.
Nilai a 180 dalam senyawa sulfat selain dipengaruhi oksigen dari senyawa H20 juga dapat
dipengaruhi oleh kontribusi molekul oksigen dari atmosfer dengan nilai a 180 yaitu 23%0 [8].
Pengukuran suhu dengan metode geotermometer isotop 180 dalam kesetimbangan
80/- dan H20 menunjukkan nilai yang hampir sama dengan pengukuran secara langsung
dengan peralatan custer (suhu aktual). Pengukuran suhu pada sumur 8BY-3 dengan isotop
180 menunjukkan nilai 251°C sedangkan dengan peralatan custer menunjukkan suhu 260°C
[11].

Tabel 3. Perkiraan suhu lapangan panasbumi 8ibayak dengan geotermometer 348 dalam
kesetimbangan 8042- - H28

434
479
475
8uhu1,014771108
1,013360167
1,013481490
Nilai (0C)
fraksinasi (ex)
8umur produksi

4.1.2. Penentuan asal f1uida sulfat

Untuk menentukan asal fluida sulfat di lapangan panasbumi dapat dilakukan dengan
mengukur nilai a 180 dan a 348 dalam senyawa sulfat. Tabel 4 memperlihatkan hasil
pengukuran nilai aSMOW 180 dan aCDT 348 dalam senyawa sulfat dari berbagai manifestasi di
permukaan (fumarol, mata air panas dan kawah) dan sumur dalam (reservoir) pad a beberapa

82
Aplikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 da/am Sulfat ... (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

lapangan panasbumi di Sumatera. Gambar 15 memperlihatkan sebaran nilai 8 180 terhadap 8


34Sdalam senyawa sulfat dari berberapa cuplikan panasbumi.
Berdasarkan nilai 8CDT 34S dari semua cuplikan manifestasi di permukaan dan sumur
dalam yang dianalisis , maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
(a) cuplikan dengan nilai 8CDT 34Slebih besar 16%0
(b) cuplikan dengan nilai 8CDT 34Smendekati 0%0
(c) cuplikan dengan nilai 8CDT 34Santara 0%0hingga 16%0

Fluida dari sumur dalam (deep well) yaitu SBY 3, SBY 4, SBY 5 dan SBY 6;
memperlihatkan kisaran nilai 8CDT 34S yang sempit yakni 16,80%0 hingga 18,13%0. Mata air
panas dari Sumurup (8CDT 34S = 18,9%0)juga mempunyai nilai 8CDT 34S mirip dengan sumur
dalam SBY. Kelompok (a) ini mempunyai nilai 8CDT 34S sangat kaya (enriched) yang
menunjukkan asal fluida dari dalam (deep fluid). Kelompok ini tidak menunjukkan nilai 8CDT
34Ssebesar 21%0 yang mengindikasikan tidak adanya proses percampuran dengan air laut
[2,8,21]. Sebagai perbandingan, fluida sulfat dari lapangan panasbumi Mahanagdong-
Philipina mempunyai nilai 8CDT 34S rata-rata 20%0 [42] sedangkan lapangan panasbumi di
Wairakei- New Zealand mempunyai nilai 8CDT 34Srata-rata 23%0 [29] dan sistem panasbumi di
Iceland sebagian berasal dari air laut [28].
Proses pengkayaan nilai 8CDT 34S dalam fluida (kelompok a) ini kemungkinan
disebabkan oleh reaksi hidrasi gas S02 dari sumber sulfur magmatik menjadi asam sulfat
dengan reaksi

4H20 + 4S02 • H2S + 3H+ + 3HS04-. (22)


Menurut Ohmoto dan Rye, dalam reaksi ini lebih dari 70% isotop berat e4S) akan
terkonsentrasi pada senyawa sulfat (Iebih enriched) dan menyebabkan nilai 8CDT 34S gas H2S
menurun (Iebih depleted). Pada suhu 350-3700C, sulfat terbentuk mempunyai nilai 8CDT 34S
17%0 hingga 18%0, dengan asumsi 8 CDT 34S dari gas H2S pad a 0%0. Pada suhu 280°C nilai
8CDT 34S menjadi sekitar 23%0 [43].
Selain hidrasi gas S02, proses pembentukan sulfat dalam sistem reservoir
panasbumi dapat juga berasal dari proses oksidasi gas H2S dari magmatik. Dalam
kesetimbangan antara S042- dan H2S maka isotop berat 34Sakan terkayakan dalam senyawa
sulfat [29]. Dalam sistem reservoir panas bumi Sibayak, nilai 8CDT 34Sdalam gas H2S sebesar
3%0hingga 4%0menghasilkan sulfat dengan rata-rata nilai 8CDT 34Ssebesar 17%0.
Dua cuplikan fumarol yakni RDD-7 dan PBT-1 mempunyai nilai 8CDT 34S dalam
senyawa sulfat yang hampir sama, yakni berturut-turut -0,15%0 dan 1,8%0 (kelompok b). Nilai
tersebut sang at dekat dengan nilai 8CDT 34S dari sulfur magmatik dan standar troilite Canon
Diablo yakni 0%0[2,8,21]. Pad a suhu yang sangat tinggi di dalam sumber magma, gas utama
yang mengandung sulfur adalah S02 dan H2S. Tampaknya, nilai 8CDT 34S dalam senyawa
sulfat pada dua cuplikan fumarol tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi isotop sulfur
dalam gas H2S dari magma.

83
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

Tabel4. Nilai bSMOW 180 dan bCOT


34Sdalam senyawa sulfat di beberapa lapangan panasbumi
di Sumatera

RNT
WP
SBL-1
SMR
TSA -3
Kode
SBY-6
SBY-5
PBT
SBY-4
SBY-3
RDD-8
Kawah
RDD-7
SLW -2
PBT-1 1,80bSMOW
Samosir-Sumut
Pusuk
Pibayak-Sumut
usuk
8,63
5,25
14,20
7,20
17,88
17,14
18,90
16,80
18,13
3,47
14,00
13,90
12,50
-0,15 Lokasi
Seulawah-Aceh
Sibayak-Sumut
R
S antau
Tambang
b COT34S(S042-)
Manifestasi
Bukit- SumutFumarol
Sumut
2,10
8,67
4,43
1,42
-3,87
16,70
-3,67
-4,90
-3,07
2,64
7,56
6,60
3,96
2,13
Semurup-Kerinci-Jambi
Dadap-Sumsel
Dadap
-3,77 Sumur
Kawahair
Fumarol
-Sumsel
Sawah-Bengkulu
Waipanas-Lampung
%0 Mata
Mata air panas
panas 180
(S042-) %0

Komposisi isotop sulfur dalam senyawa sulfat pada delapan cuplikan mata air dan
satu kawah memperlihatkan variasi yang lebih luas yakni dari 5,25%0 hingga 14,20%0
(kelompok c). Kelompok ini mempunyai nilai b 34SCOTantara fumarol yang miskin (depleted)
dan sumur dalam yang kaya (enriched). Cuplikan manifestasi yang diambil dari mata air
panas di permukaan umumnya tidak lagi memperlihatkan komposisi isotop sulfur yang sama
dengan reservoirnya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya proses percampuran dengan
asam sulfat dalam air tanah dekat permukaan. Asam sulfat ini terjadi dari oksidasi gas H2S
pada permukaan sehingga menghasilkan nilai b 34SCOTdalam sulfat yang lebih rendah dari
sulfat dalam reservoir [29].
Sumber sulfat terlarut dalam air tanah dapat mempengaruhi komposisi isotop sulfur
dalam mata air panas. Selain oksidasi sulfur vulkanik dan gas H2S, sumber sulfat dalam air
tanah adalah sulfat dari air hujan dan pelarutan sedimen laut maupun tanah dimana terdapat
aktivitas bakteri pereduksi sulfat. Kondisi bervariasi dalam air tanah menyebabkan kisaran
nilai bCOT34Syang lebar [22].
15 25
0 N0a0~ 1005
~ (/)>R ::;: .,.
oQ
........•
........-
CJ) +sumur dalam
-5
-5
0 -10
20 • mata air panas
SLW
• t,. fumarol
• kawah

• WP

y = -0,58 x + 7,86
R2 = 0,7 (r =0,84)

o 5 10 15 20 25

<5 COT 34S (SOl-) %0

Gambar 15. Hubungan nilai 6CDT 34 S dan 6SMOW 180 da/am sulfat
dari lapangan panasbumi di Sumatera.

84
Ap/ikasi isotop Sulfur-34 dan Oksigen-18 da/am Sulfat ... (Ora. Evaristin Puji /ndiyati)

Persamaan percampuran antara dua air yang mempunyai senyawa sulfat berbeda
komposisi isotopnya dinyatakan dengan

x83~a + (1- X)83~h =834S (23)

X8180(/ + (1- X)8180h =8180 (24)

dengan a dan b adalah dua larutan, x dan (1-x) adalah fraksi mol dua larutan tersebut dan
834S dan 8180 adalah nilai terukur. Jika persamaan (24) dibagi (23) maka menjadi
8180-8180 8180 -8180
____ h = (/ h =C (25)
83~ _834S h 83~ _834S
(/ h

dengan C adalah konstanta. Persamaan (25) dapat ditulis sebagai

8180 = C83~ - C834Sh +8180h (26)

Karena C83~h +8180h adalah konstant maka plot antara nilai b 34S versus b 180 adalah
linear [7].
Pada Gambar 15 memperlihatkan hubungan bCDT 34S terhadap bSMOW 180 pad a
beberapa cuplikan sulfat dari lapangan panasbumi di Sumatera. Variasi nilai bCDT 34S dan
bSMOW 180 dalam sulfat di atmosfer diadopsi dari Clark [8]. Hubungan tersebut linear dengan
korelasi sebesar 0,84 (R2=0.7) dengan persamaan garis sebagai berikut bSMOW 180 = -0,58
bCDT 34S + 7,86 dengan pengecualian titik SLW. Titik data pada mata air panas tersebut
umumnya tersebar pada garis percampuran yang mengarah pada dua sumber sulfat yang
berbeda. Sumber sulfat dengan nilai bCDT 34S yang terkayakan yaitu reservoir SBY dan
sumber sulfat lain dengan nilai bCDT 34S yang termiskinkan yaitu dari fumarol menjadi sumber
utama percampuran yang membentuk senyawa sulfat pada mata air panas.
Nilai bSMOW 180 pada senyawa sulfat dipengaruhi oleh nilai bSMOW 180 (H20) dan b 180
(02) atmosfer, yakni 23%0 [8]. Pada Gambar 15 tampak bahwa nilai bSMOW 180 (SO/') dari
reservoir SBY lebih miskin (depleted) bila dibandingkan dengan bSMOW 180 (SO/) pada
fumarol. Nilai bSMOW 180 (S042') yang bernilai rata-rata -3,6%0 pada SBY menunjukkan
pengaruh nilai b SMOW 180 (H20) pada air hujan yang meresap bernilai negatif sekitar -9,160/00
[9]. Selama oksidasi sulfida ataupun sulfur unsur maka oksigen dari H20 terlibat dalam
pembentukkan sulfat [8]. Perbedaan nilai tersebut lebih disebabkan oleh adanya faktor
pendidihan di reservoir, pemisahan uap atau adanya pertukaran isotop oksigen dengan
batuan (oxygen shift) karena pengaruh suhu yang tinggi [15].
Cuplikan senyawa sulfat dari fumarol (RDD-7 dan PBT-1) dan mata air panas SLW
mempunyai nilai bSMOW 180 yang sangat tinggi. Keadaan ini mencerminkan bahwa atom
oksigen yang mengoksidasi gas H2S menjadi senyawa sulfat berasal dari permukaan atau
dari kesetimbangan dangkal (shallow equilibrium). Mata air panas SMR, TSA dan WP yang
bersifat mata air panas didih atmosfer (boiling spring) mempunyai nilai bSMOW 180 yang rendah
dan nilai bCDT 34S yang tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa pembentukan sulfat berasal
dari fluida reservoir yang naik ke permukaan tanpa mengalami percampuran dengan air
meteorik (air hujan). Fluida ini terbentuk pad a suhu reservoir dimana mineral dan isotop
berada pada kesetimbangan di kedalaman (deep equilibrium). Berdasarkan perhitungan
geotermometer kimia (yaitu T Na.K, T Na.K.Ca, T Na-li dan T K-Mg) dan isotop 180 pada
kesetimbangan antara senyawa S042- dan H20, cuplikan mata air panas TSA dan WP
menunjukkan suhu 210°C hingga 240°C. Kedua mata air panas ini juga mempunyai
kandungan ental pi yang tinggi sehingga diperkirakan layak untuk dieksplorasi lebih lanjut [44].
Tampak bahwa nilai bSMOW 180 (02) dari atmosfer lebih berpengaruh pad a nilai bSMOW
180 (S042) pada kebanyakan cuplikan manifestasi daripada cuplikan reservoir. Hal ini
disebabkan berkurangnya suhu pada permukaan dan adanya hubungan dengan atmosfer.
Pertukaran isotop oksigen dalam senyawa S042- dengan H20 pada umumnya berjalan sangat
lambat pada suhu air tanah normal, kondisi alkali atau netral [8,15]. Pertukaran isotop
oksigen pada fluida geothermal dapat berlangsung lebih cepat pada pH asam dan semakin
menin~kat pad a pH di bawah 3. Pad a konsentrasi asam sulfat dan bisulfat tinggi, pertukaran
isotop 80 berlangsung melalui reaksi dehidrasi/hidrasi berikut ini [8]:
S042- + 2H+ .•• • HS04' + H+ .•• • H2S04", • S03 + H20 (27)

85
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

4.2. Aplikasi isotop 345 dan 180 dalam sulfat pada air tanah dangkal di sekitar TPA
Bantar Gebang

Tabel5. Oata lokasi, kedalaman sumur dan konsentrasi sulfat pada air tanah dangkal, air
lindi dan air sungai di sekitar TPA Bantar Gebang
IPAS
No Kode Area
As-11
As-29
As-35
As-36
As-37
As-41
As-21
As-40
Ak-6
Os.
Sam18,64TP
pel
PT.Gayane
Koper
Gg. ppm
Os.Taman
Sungai
Rumah A Rahayu
Cikiwul
3,92
6,95
5,75
4,58
3,64
4,63
6,10 80,95
6,48
Ciketing
PU-Os
Mesjid
[S042.] hilirLokasi
Kedalaman
Rt.04/Rw06
Rt04/Rw04
Garment
Udik
Os.
Ciketing
seb. SumurRt02/Rw05
Sumur
Jembatan Batu
Batu
Rt02/Rw05
(b), Utara 6
15
24
25
13
12
permukaan
TPA
Ciketing
(m)

Tabel6. Nilai 8SMOW 180 dan 8CDT 34S dalam SO/·, 8SMOW 180 dalam H20 pada air lindi, air
sungai dan air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang
18 •
No IPAS
As-21
As-35
As-40
As-41
As-11
As-29
As-37
As-36
KodeAk-6
Sam1 pel -4,87
-6,61
-6,36
-5,67
-6,42
-7,11
-6,15
-6,46
-5,89
-3,59
11,65
4,79
4,25
5,06
6,66
3,92
6,46
8,80
9,29
9,30
5
9,79
9,31
8,26
7,02
4,32
6,39
4,40
8,87,30(S042')
8 SMOW 8CDT
180 34S(S042')
%0 %0
1

Pad a penelitian ini dianalisis delapan cuplikan air tanah dangkal, satu cuplikan air
lindi dan satu cuplikan air sungai Ciketing. Oata lokasi, kedalaman dan konsentrasi sulfat
tertera pad a Tabel 5 sedangkan data isotop 8SMOW 180 dan 8CDT 34S dalam senyawa SO/-
tertera pada Tabel 6. Oata 8SMOW 180 dalam H20 (*) juga dicantumkan dalam tabel tersebut
yang diambil dari Syafalni pad a lokasi dan waktu pengambilan cuplikan yang sama [45].

4.2.1. Sumber sulfur dalam sulfat pada air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang

Pad a umumnya kandungan sulfat dalam air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar
Gebang berkisar 3,64 ppm hingga 8,64 ppm sedangkan kandungan sulfat pada air lindi (IPAS
1) lebih tinggi yakni 80,95 ppm. Tingginya kandungan sulfat ini kemungkinan disebabkan oleh
tingginya kandungan senyawa sulfur terreduksi seperti H2S, S02. S dan sulfida logam atau
sulfida organik yang dapat dioksidasi menjadi sulfat [17]. Kandungan bakteri pengoksidasi
sulfur juga turut meningkatkan kandungan sulfat. Bakteri ini berlaku sebagai katalis dalam
reaksi oksidasi pyrit berikut [8]

FeS2 + 3 %02 + H20 -----. Fe2+ + 2S0/' + 2H+ Thiobacillus thiooxidans. (28)
FeS2 + 14 Fe3++ 8 H20 --+ 15 Fe2+ + 2S0/' + 16H+ abiological. (29)
Fe2+ + %02 + H+ • Fe3+ + % H20 Thiobacillus ferrooxidans. (30)
Gambar 16 memperlihatkan sebaran nilai 8SMOW 180 dan 8CDT 34S dalam SO/· pada
air tanah dangkal, air lindi dan air sungai Ciketing. Terlihat bahwa 8CDT 34S pad a air lindi lebih

86
Ap/ikasi isotop Su/fur-34 dan Oksigen-18 da/am Su/fat ... (Ora. Evaristin Puji /ndiyati)

enriched dengan nilai 8,87%0 daripada kelompok air tanah yang berkisar 3,92%0hingga 6,66%0.
Hal ini disebabkan oleh kondisi badan air yang lebih stagnant dan tingginya kandungan
bahan-bahan organik pad a kolam IPA8-1. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya
kandungan oksigen terlarut sehingga pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat lebih cepat.
12 I •

o
• air tanah

• air lindi
N---- 48 10
00~0
(,Q
(/)
~
?f?-
::;;
~ 26 • air sungai

0 0


2 4 6 8 10 12 14
DCDT 348 (8042-) %0

Gambar 16. Sebaran nilai 6CDT J4S dan 6SMOW 1<10 da/am sulfat pada
air tanah dangka/ di sekitar TPA Bantar Gebang

Bakteri seperti Desulfovibrio dan Desulfatomaculum mengendalikan reduksi sulfat


dengan memutuskan ikatan 8---0, dimana ikatan 328 0 lebih mudah putus daripada ikatan
348 0. Gas H28 pertama yang terbentuk akan lebih kaya 328 dibandingkan dengan sulfat
residu. Fraksinasi isotop yang terjadi adalah

32804 (aq) + H2348 (g). ~ 34804(aq) + H2328 (g). (31)


Reaksi reduksi sulfat dan fraksinasi isotop sulfur berlangsung terus menerus
hingga kolam teracuni oleh gas H28 dan mengakibatkan residu sulfat semakin enriched
dalam isotop 348 [2].
Nilai DCDT 348 dalam senyawa sulfat pada air sungai Ciketing memperlihatkan nilai
lebih tinggi yakni 11,65%0. Proses percampuran antara air lindi dengan berbagai sumber
sulfat antara lain limbah industri, pupuk sulfat dan pelarutan batuan sulfur turut
mempengaruhi tingginya nilai DCDT 348 pada air sungai Ciketing. Berdasarkan fungsinya desa
Bantar Gebang diperuntukan sebagai jalur industri yang kemungkinan membuang limbahnya
ke kali Ciketing [17].
Gambar 16 juga menunjukkan bahwa sulfat pad a air lindi mung kin bukan
penyumbang yang sangat dominan terhadap sumber sulfat air tanah dangkal di sekitar TPA
karena terletak pada kelompok yang terpisah dengan air tanah. Tetapi kenyataan ini perlu
ditinjau lebih mendalam lagi karena suatu sumber sulfat dalam sistem air tanah dapat
mengalami proses distribusi atau percampuran dengan sumber lain. Proses percampuran 2
sumber (misal A dan B) mengikuti kesetimbangan isotop [21]

(32)

dengan CA dan Ca adalah konsentrasi dua sumber yakni sumber A dan B, masing-masing
mempunyai komposisi isotop sulfur 6 A dan 6a. C adalah konsentrasi sulfat dari titik
pengamatan. Karena Ca = C-CA maka persamaan tersebut ditulis

(33)

87
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

Apabila dibuat garis linear maka

(34)
6 = (kons~anta) + 6B
Gambar 17 menunjukkan sebaran nilai OCDT 34S (SO/-) terhadap 1/[konsentrasi sulfat]
untuk air tanah, air kali dan air lindi sekitar TPA Bantar Gebang. Mengacu pada persamaan
(34), maka diperoleh persamaan garis linear air tanah dangkal dari kedua parameter tersebut
adalah

2- _ -17,135 + 8,401 (35)


uCDT
s: 345(504 )_~ L0L14 J

dengan korelasi sebesar 0,85 (R2 = 0,72). Apabila garis percampuran tersebut diperpanjang
maka tampaknya garis tersebut mengarah ke nilai OCDT 34S (SO/-) pada air lindi yakni
8,865%0. Hal ini mengindikasikan adanya kontribusi sulfat dari air lindi terhadap sulfat air
tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang.
Adanya indikasi percampuran sulfat air lindi pada kandungan sulfat air tanah dangkal
sekitar TPA Bantar Gebang mendukung kesimpulan yang diambil oleh Syafalni. Dalam
penelitian tersebut digunakan parameter kandungan isotop 180 dan 2H (dalam H20),
hidrokimia dan nitrat [45].

I.
8 ]4 0.]
610
0
a ..-.
Cf)
g~ I-
N'"
..•.

0
• air lindi

4 • air tanah

J 2012 • • air sungai



y = -17,14x + 8,40
R2 = 0,72 (r = 0,85)

0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

1/[SO/-] 1/ppm

Gambar 17. Hubungan nilai 6CDT 34S da/am sulfat terhadap 1/[konsentrasi sulfat] pada
air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar Gebang

4.2.2. Sumber oksigen dalam sulfat pada air tanah dangkal di sekitar TPA Bantar
Gebang

Gambar 18 menunjukkan grafik hubungan OSMOW 180 (SO/-) terhadap OSMOW 180
(H20) pada air tanah dangkal, air lindi dan air kali di sekitar TPA. Pada gambar tersebut
memperlihatkan nilai 0 180 (H20) pada air sampah dan air kali lebih terkayakan daripada air
tanah. Ini menunjukkan proses evaporasi yang lebih besar terjadi pad a sistem terbuka seperti
kolam air sampah dan air kali yang cenderung stagnant. Bila dilihat titik-titik data pada air
tanah terdapat selang 1,44%0 untuk nilai 0 180 (H20) dan 2,77%0 untuk nilai 0 180 (SO/).
Agaknya data tersebut selain bergerak ke arah vertikal juga sedikit ke horizontal.

88
Ap/ikasi isotop Su/fur-34 dan Oksigen-18 da/am Su/fat ... (Ora. Evaristin Puji /ndiyati)

Pergerakkan vertikal menunjukkan terjadinya proses reduksi senyawa sulfat yang diikuti oleh
percampuran dengan proses oksidasi senyawa sulfida. Pergerakan horizontal menunjukkan
adanya proses dilusi air meteorik (misal air hujan) atau proses evaporasi [7, 8,15].
Gambar 18 juga dicantumkan persentase molekul H20 yang terlibat dalam reaksi
oksidasi sulfida. 8eperti diketahui bahwa untuk pembentukan senyawa sulfat diperlukan
oksigen untuk proses oksidasi senyawa sulfida. Oksigen tersebut dapat berasal dari atmosfer,
molekul H20 atau campuran keduanya. Apabila dilihat pada sebaran air tanah pada Gambar
18, maka sekitar 0-25% molekul H20 menyumbangkan oksigennya untuk pembentukan
senyawa sulfat pada air tanah tersebut. 8isanya sebesar 100-75% adalah berasal dari
oksigen atmosfer. Pada kebanyakan kasus, diprediksikan bahwa kontribusi oksigen dari H20
untuk proses oksidasi senyawa sulfida adalah kurang dari 25% untuk kondisi tak jenuh
seperti air tanah dangkal sedangkan pad a kondisi jenuh dan abiotik maka kontribusi H20 bisa
mencapai 35%-100% [8].
Pad a air lindi terlihat persentase H20 yang terlibat dalam reaksi oksidasi sulfida
untuk pembentukan sulfat lebih tinggi daripada air tanah. 8ekitar 40% molekul oksigen dari
H20 terlibat dalam reaksi tersebut sedangkan 60% adalah berasal dari oksigen pada molekul
O2 atmosfer. Hal ini mengindikasikan kondisi yang lebih jenuh pada air lindi daripada air
tanah sekitarnya. Tingginya kandungan bakteri pengoksidasi sulfida (misal T. ferrooxidans)
dan logam be rat (Fe, Pb, Hg, Ag) juga dapat mengakibatkan penurunan nilai b 180 (80/)
seperti yang terjadi pada air lindi [7,8].
Adanya percampuran antara H20 dan O2 atmosfer dalam reaksi oksidasi sulfida pada
air lindi dan air tanah sekitar TPA Bantar Gebang menunjukkan bahwa reaksi pertama (28) di
atas adalah yang utama dalam pembentukan sulfat. Apabila reaksi kedua (29) yang terjadi
maka nilai b 180 (80/-) akan sama dengan nilai b 180 (H20).

30

20

25%

50%

75%

.air tanah
100%
.air lindi

_air sungai
-30
-30 -25 -20 -15 -10 -5 o 5 10

bSMOW 180 (H20) %,

Gambar 18. Nilai 5180 da/am sulfat dan air pada air tanah dangkal di sekitar
TPA Bantar Gebang menurut persentase H20 dalam reaksi oksidasi sulfida

89
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Aplikasi isotop 34S dalam kesetimbangan SO/- dan H2S dari lapangan panasbumi
Sibayak memberikan suhu reservoir sekitar 434°C - 479°C yang menunjukkan bahwa salah
satu persyaratan sebagai pembangkit tenaga listrik telah terpenuhi.
Sebaran nilai OCDT 34S dan OSMOW 180 dalam senyawa sulfat pada cuplikan mata air
panas di Sumatera menunjukkan adanya percampuran sulfat dari fumarol dan reservoir
panas bumi. Nilai OCDT 34S yang rendah pad a sulfat fumarol dipengaruhi oleh komposisi
isotop sulfur dalam gas H2S dari magma. Nilai OCDT 34S yang tinggi dalam senyawa sulfat
pada reservoir Sibayak menunjukkan kemungkinan adanya proses hidrasi gas S02 dan
oksidasi H2S dari magma. Sulfat pada mata air panas Tambang Sawah (TSA) di Bengkulu,
Waipanas di Lampung (WP) dan Semurup (SMR) di Jambi berasal dari fluida dalam (deep
fluid). Diperkirakan mata air panas TSA dan WP layak untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Berdasarkan sebaran nilai kandungan sulfat dan OCDT 34S, air lindi telah turut
menyumbang sulfat ke dalam air tanah dangkal sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Bantar Gebang - Bekasi. Kondisi yang lebih jenuh pada air lindi daripada air tanah
diindikasikan oleh penurunan nilai OSMOW 180 dalam senyawa sulfat. Penurunan nilai OSMOW
180 dalam sulfat pada air lindi kemungkinan dipengaruhi oleh tingginya kandungan logam
berat dan bakteri pengoksidasi sulfida.

5.2. Saran

Di samping geotermometer isotop 34S, perlu digunakan geotermometer lain seperti


isotop 13C, 180, 2H, anion-kation dan gas dalam pemantauan suhu reservoir panasbumi.
Dalam pengambilan contoh senyawa sulfat dari sumur dalam, perlu dihindarkan kontaminasi
dengan sumber sulfat dari permukaan atau formasi lain.
Selain parameter kimia air dan isotop 34S, 180 dan 2H seperti yang telah dilakukan,
perlu adanya monitoring isotop lain seperti 13C, 15Ndan 37CI untuk identifikasi air lindi dalam
air tanah. Untuk memperbaiki kualitas air lindi, sistem sanitary landfill yang diterapkan di TPA
sebaiknya diganti dengan sistem aerobic landfill atau semi-arobic landfill. Dalam setiap
pembangunan TPA hendaknya setiap sistem dalam sanitary landfill, terutama pemantuan gas
dan air tanah, dapat berfungsi dengan baik sehingga kasus pencemaran air tanah dan
kebakaran dapat dihindarkan.

DAFT AR PUST AKA

[1] THODE, H.G., MONSTER, J., DUNFORD,B., Sulphur isotope geochemistry, Geochim
cosmochim Acta 25 (1961) 159.
[2] HOEFS, J., Stable isotope geochemistry, 2nd edition, Springer-Verlag (1980) 43.
[3] SCHROLL, E., PAK, E., Studies on sulphur isotope variations in nature: Sulphur
isotopes in the water of lake Neusiedl-Austria, Proc. of an advisory group meeting 1985,
Vienna IAEA (1987),15-18.
[4] JOHNSON CT., 34S and 180 of groundwater sulphate in a multiaquifer system,
Kitchener-Waterloo, Ontario, Prepared for ESC-Dr. T.W.D. Edwards (1994).
[5] LONGINELLI, A., CORECCI ., Isotopic abundance of oxygen and sulphur in sulfate ion
from river water, Earth and Planet Science Letters 7 (1970) 376-380.
[6] ROBINSON, B.W., SHEPPARD, D.S., A chemical and isotopic study of Tokaanu Waihi
Geothermal area - New Zealand, Journal of Volcanology and Geothermal Research 27
(1986) 135-151.
[7] KROUSE, HR, Studies on sulphur isotope variations in nature: Relationship between
the sulphur and oxygen isotope composition of dissolved sulphate, Proc. of an advisory
group meeting 1985, Vienna IAEA (1987) 19-29.
[8] CLARK, 1.0., FRITZ, P., Environmental isotopes in hydrogeology: groundwater quality,
Boca Raton - New York Lewis publishers (1997).

90
Aplikasi isotop $ulfur-34 dan Oksigen-18 dalam $ulfat. .. (Ora. Evaristin Puji Indiyati)

[9] ABIDIN, Z., ALlP, NENENG., RISTIN, P.I., FAUZI A (2005), Use of isotope techniques to
trace the origin of acidic fluids in geothermal systems: Environmental isotopes of
geothermal fluids in Sibayak geothermal field, IAEA-TECDOC-1448, Vienna IAEA (2005)
37 -60.
[10] ABIDIN, Z., WANDOWO., INDROJONO., ALlP., DJIONO., RISTIN, P.I., Kamojang
overview and geotermometer study, Advisory group meeting on isotope applications in
geothermal energy development AG-909, Vienna IAEA(1995).
[11] ABIDIN, Z., WANDOWO., RISTIN, P.I., DJIONO., ALlP., Karakterisasi panasbumi di
daerah Sumatera dan Sulawesi Utara dengan menggunakan geotermometer TI80S04_H20,
Risalah Pertemuan IImiah Apisora, BATAN (1998) 65-71.
[12] RISTIN PUJIINDIYATI, E., SYAFALNI., Study of sulphate origin in shallow groundwater
in the vicinity of Bantar Gebang landfill using sulphur-34 and oxygen-18, Atom
Indonesia 33 (2007) 117-127.
[13] NENENG, L., Kajian asal-usul senyawa sulfat yang mengandung 180 dan 34Sdi Ciliwung
pada musim hujan, Skripsi S1, Kimia-FMIPA Universitas Nusa Bangsa (2003).
[14] RISTIN PUJIINDIYATI, E., ABIDIN, Z., MELLAWATI,J., SIDAURUK, P., NENENG, L.R,
Penentuan nilai c5 34 S dalam pupuk dan aplikasinya untuk menentukan sumber sulfur
pada air tanah Kampung Loji - Karawang, Risalah pertemuan ilmiah Apisora, BATAN
(2001) 75-80.
[15] IAEA, Stable isotope hydrology, Deuterium and oxygen-18 in water cycle: Geothermal
waters, ed. Gat, J.R, Gonfiantini, R, Technical Report Series No. 210, International
Atomic Energy Agency (1981) 103,241
[16] ARNORSSON, S., Isotopic and chemical techniques in geothermal exploration,
development and use: Assesment of reservoir fluid composition from wet steam well
data, International Atomic Energy Agency (2000), 103
[17] NORIKO, N., Tinjauan ekologis tempat pemusnahan akhir Bantar Gebang Bekasi,
http://tumoutou.net/6_sem2_023/nita_noriko.html(2003 )
[18] MATAHELUMUAL, B.C., Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di
Kecamatan Bantar Gebang., Jurnal Geologi Indonesia, Vo1.2, No.2, Juni 2007; 113-118
[19] RAFTER, T.A., A method for the extraction of oxygen and its quantitative conversion to
carbon dioxide for isotope radiation measurements, New Zealand Journal of Science 10
(1967) 493.
[20] ROBINSON, B.W., KUSAKABE, M., Quantitative preparation of sulfur dioxide for 34Sf2S
analysis from sulfides by combustion with cuprous oxide, Analytical Chemistry 47 (1975)
1179-1181.
[21] KROUSE, H.R, Handbook of environmental isotope geochemistry: sulphur isotopes in
our environment, ed. Fritz, P and Fontes, C.H, Amsterdam Elsevier, vol.1 (1980) 435.
[22] PEARSON, F.J., RIGHTMIRE, CT, Handbook of environmental isotope geochemistry:
sulphur and oxygen isotopes in aquifers sulphur compounds, ed. Fritz, P and Fontes,
C.H, Amsterdam Elsevier, vol.1 (1980) 227.
[23] MARINI, L., Geochemical Techniques for Exploration and Exploitation of Geothermal
Energy, Dipartimento per 10 Studio del Territorio e delle sue Risorse, Universita degli
Studi, Geneva, Italy (2000).
[24] SUPRIYANTO, Catatan kuliah Panasbumi: reservoir, manifestasi, magma.,
http://taman.blogsome.com/category/panas-bumi/[30 Oktober, 2006] (2006).
[25] HOCHSTEIN, M.P., SUDARMAN, S., Geothermal resources of Sumatra, Geothermics
22 (1993) 181-200.
[26] DARDIRI, Kenali bumi kita: Lapangan panasbumi Sibayak, http://dardiri.com/?p=2 [19
Maret 2008] (2008).
[27] SINAR HARAPAN, Semua panas bumi Pertamina berproduksi tahun 2010,
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0705/04/eko06.html(2007).
[28] MOOK, W.G., MEBUS, G., Environmental isotopes in hydrological cycle: Groundwater-
saturated and unsaturated zone, Vol. IV, IAEA-UNESCO, Paris (2000) 80.
[29] ROBINSON, B.W., Studies on sulphur isotope variations in nature:Sulphur and
sulphate-oxygen isotopes in New Zealand Geothermal system and volcanic discharges,
Proc. of an advisory group meeting 1985, Vienna IAEA (1987), 31-48.
[30] BAPEDA DKI JAKARTA, Rencana pola pengelolaan sampah,
http://bappedajakarta.go.idlimages/prediksisampahbig. gif (diakses 2008).
[31] KEMENTRIAN NEGARA LlNGKUNGAN HIDUP, The roll of landfill, http://
www.menlh.go.id.lapec_vc/osaka/eastjava/wst_mng_en/page2.html( diakses 2008).

91
Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN 2087-8079

[32] GIGGENBACH,W.F., GOGUEL,R.L., Collection and analysis of geothermal and volcanic


water and gas discharges, fourth edition, Chemistry Division-Department of Scientific
and Industrial Research Petone, New Zealand (1989).
[33] INSTITUTE OF GEOLOGICAL & NUCLEAR SCIENCES, Laboratory manual: Sulphate
line and ion exchange techniques, Wairakei Research Centre (1995).
[34] HEEMSKERK, AR, Technical procedure 30.0: Pretreatment of sulphate and sulphides,
Environmental isotope laboratory department of earth sciences University of Waterloo
(1994).
[35] SAJJAD, M.I., QURESHI, RM., LATIF, Z., AHMED, M., TASNEEM, MA, Oxygen
isotope analysis of sulfates, Pakistan Institute of Nuclear Science & Technology (1995).
[36] RISTIN PUJIINDIYATI, E., SIDAURUK, P., WIBAGYO., DJIONO., SATRIO., Penentuan
nilai rasio isotop oksigen (80;160) dan sulfur (4s12s) dari BaS04 DIN 5033 (Merck)
untuk standar internal, Risalah pertemuan ilmiah Apisora, BAT AN (2000) 225-228.
[37] SUPRANTO, J., Statistik: Teori dan aplikasi., Jilid 2, edisi keenam, Penerbit Erlangga
(2001 ).
[38] SCIENTIFIC SOLUTIONS LTD., Laboratory manual: Sulphur isotope system, Lower
Hutt- New Zealand (1995).
[39] SAJJAD, M.I., LATIF, Z., All, M., QURESHI, RM., TASNEEM, MA, AHMED, M.,
Fabrication of S02 preparation system and calibration of Pinstech sulfur standard for
34SPS mass spectrometric analysis, Pakistan Institute of Nuclear Science & Technology
(1994).
[40] RISTIN PUJIINDIYATI, E., ABIDIN, Z., DJIONO., Penentuan rasio isotop 34SPS standar
kerja J-1 dengan spektrometer massa,
[41] STANDAR NASIONAL INDONESIA, Metode pengujian sulfat dalam air dengan alat
spektrofotometer (06-2426-1991)., Badan Standarisasi Nasional (1991).
[42] SALONGA, N.D., PARILLA, E.V., MARTINEZ, M.M., Acid fluids in Tongonon,
Mahanagdong and Alto Peak geothermal fields, Leyte, Philipines, Proceedings, IAEA
regional group training on isotope geochemistry for exploration of geothermal energy
resources, Manila (1997).
[43] OHMOTO, H., RYE, RO., Geochemistry of hydrothermal ore deposits: Isotopes of
sulphur and carbon, ed. Barnes, 2nd edition, John Wiley and Sons, New York (1979) 509-
567.
[44] ZAINAL A, WANDOWO., INDROJONO, DJIONO., RISTIN, E., Penentuan suhu
reservoir panasbumi dengan metode geotermometer isotop., Risalah pertemuan ilmiah
Apisora, BATAN (1996) 147-153.
[45] SYAFALNI., SRI SAENI, M., HARDJOAMIDJOJO, S., PAWITAN, H., Metode isotop
alam untuk studi migrasi polutan nitrat dalam air tanah dangkal Tempat Pembuangan
Akhir(TPA) Bantar Gebang-Bekasi, Majalah BATAN.35 (2002) 73-87.

92

Anda mungkin juga menyukai