1. Definisi
Dengue Fever (DF) adalah demam tinggi libih dari 38°c, nyeri kepala, bola mata,
otot, sendi, perut, punggung, mual, muntah, mukosa bibir kering.
Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan demm berdarah (DBD) (Hidayat,
2008)
Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus
deman berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan.
Dengue Shok Syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar
dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50%
penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu
kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue. Menurut kriteria
WHO tahun 1997 dinyatakan sebagai DHF derajat III-IV.
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBD
disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalahkelanjutan
dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue,
derajat paling berat, yang berakibat fatal.Pada keadaan yang parah bisa terjadi
kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuhdalam syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma. Keadaan ini disebutdengue shock syndrome(DSS).
Dengue haemoragic fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi klinis perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian. (mansjoer, 2000)
Dengue syok syndrome (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai
dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue syk syndrome (DSS)
adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita dengue hemoragic fever (DHF) atau
demam berdarah dengue
2. Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam di sertai gejala klinis lain, tanpa pendarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditandar dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi
3. Derajat III
Di tandai gejala kegagalan peredareaan darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/menit ) tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun (120/100,
90/70,80/70)
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/menit)
anggota gerak terba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat WHO 1997
1. Derajat I
Demam dengan test rumple leed positif.
2. Derajat II
Sama dengan derjat I tetapi di sertai dengan perdarahan spontan di kulit atau
pedarahan lain.
3. Derajat III
Di temukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/hipotensi di sertai dengan kulit dingin lebab dan pasien menjadi
gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat dengan nadi yang tidak terba dan tekanan darah tidak dapat di ukur.
3. Etiologi
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam arbovirus
(arthropodbron virus) grup B menjadi 4 tipe virus dengue. Ke 4 tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia.
b. Vector
Nyamuk aedes aegypti merupakan vector penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lain melalui gigitanya.
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-
antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5
yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang
merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui
endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi,hipoproteinemia dan efusi cairan
pada rongga serosa. Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma
dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan
hipovolemia ini bila tidak ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis
metabolic sehingga terjadi pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler.
Mekanisme ini diikuti oleh penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling
sehingga lebih memperberat kondisi renjatan/shock. Selain itu kematian penderita DSS
ialah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan
berlangsung lama dan tidak diatasi secara adekuat. Terjadinya perdarahan ini disebabkan
oleh:
Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dna
mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
Gangguan fungsi trombosit
Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin memanjang
sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin normal,beberapa
factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan fibrinogen.
DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi
Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
perembesan plasma,namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan
asidosis metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga peranannya
akan menonjol. Renjatan dan DIC salig mempengaruhi sehingga kejadian renjatan yang
irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan berakhir dengan
kematian.
6. Pemeriksaan penunjang
A. Hasil Laboratorium
a. Trombosit menurun, <100.000 (pada hari sakit ke 3-7). Hal ini diterangkan
hipotesis meningkatnya reaksi imunologi pada sebagian besar kasus ditemukan
tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin sianosis
sekitar mulut nadi menjadi cepat masuk dalam fase syok.
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih Hematokrit akan meningkat saat terjadi
peningkatan hemokonsentras, baik oleh peningkatan kadar sel darah atau
penurunan kadar plasma darah.
c. Albumin cenderung menurun
Hipoalbunemia dapat menyebabkan penurunan tekanan onkotik tubuh.
Tekanan on kotik sendiri merupakan tekanan yang berfungsi untuk membawa
cairan kedalam sistem peredaran darah. Dilansir dari laman livestrong, tekanan
on kotik yang menurun dapat menyebabkan pembekakan diseluruh bagian
tubuh atau lokasi tertentu.
d. SGOT, 56PT sedikit meningkat
e. Asi dosis metabolik pada lab BGA CPCO₂<35-40 mmHg,Hco3 menurun
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya
terjadi pelemahan sirkulasi sistematik sehingga perkusi jaringan menurun. jika
tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
f. Imunoglobulin M
IgM ditemukan pada permukaan sel B yang matang dan mempunyai waktu
paruh biologi 10 hari. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh fetus.
Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atau adanya
antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM sangat efisien dan merupakan
isohemaglutinin alamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan
komplemen.(Darmono,2006)
IgM mempunyai struktur pentamer dan merupakan imunoglobulin terbesar.
IgM merupakan paling aktif dalam aktivasi komplemen jalur klasik. Molekul
IgM diikat oleh rantai J. Kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaan
sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk terlebih dahulu pada respon imun
primer terhadap kebanyakan antigen. Kebanyakan atibodi alamiah seperti
isoaglitinin, golongan darah AB, antibodi heterofil adalah IgM. IgM dapat
mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan
merupakan aglutinator poten antigen.(Karmen Gama,2004)
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum yaitu 75% dari seluruh
iminoglobulin serum. Berat molukulnya 160.000 dalton dan kadarnya dalam
serum sekitar 13 mg/ml. IgG merupakan imunoglobulin yang paling banyak
ditemukan di dalam plasma dan cairan ekstraseluler.
1. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi
sampai umur 6-9 bulan.
2. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin (memudahkan
fagositosis) pada pemusnahan antigen.
3. IgG juga berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak antigen sel
melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik sel NK,
eosinofil, netrofil. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit
autoimun.(Karmen Gama,2004)
g. Ns1 antigen adalah modalitas diagnostik yang mampu mendeteksi infeksi virus
dengue (sejak hari pertama demam) lebih awal dibandingkan pemeriksaan
antibodi IgM(muncul sekitar 3bulan).
Beberapa peneliti telah dilakukan menunjukkan hasil yang cukup baik dimiliki
oleh pemeriksa NS1 antigen dalam menegakkan dianosis IVD. Sensitivitas
NS1 antigen dilaporkan mencapai 98,9% (82,0%-98,9%). Spesifikasinya
bahkan mencapai 100%, artinya jika hasil pemeriksaan NS1 antigen positif
artinya pasien terebut dapat dipastikan terinfeksi virus dengue.
B. Foto ron tgen
Pemeriksaan foto thorax R LD (Right Lateral Dext)
C. Efusi Pleura (PEI…%)
D. USG
Pada pemerikasaan USG biasanya ditemukan
1. Asites dan Efusi pleura.
2. Hepatomegali
7. Penatalaksanaan
8. WOC
9. Asuhan keperawatan teori
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
I. IDENTITAS
Identitas anak
Nama : An. A
Tanggal lahir : 11 Januari 2003
Jenis kelamin :L
Diagnosa medis : DF
Sumber informasi :
Alamat : Kebonduren RT 03/RW 01
Imunisasi :
BCG (umur ……) Polio …..x (umur …..) DPT ….x (umur …..)
Campak (umur ….) Hepatitis ….x (umur …..)
IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada :
Normal Tidak normal, jenis : ………
Pola nafas :
Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes
Lain-lain : ........................................................................
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Stridor Ronchi
Lain-lain : ........................................................................
Sesak :
Tidak ya
Batuk :
Tidak ya
Produktif :
Tidak ya
Bentuk dada :
Silinder Funnel chest Pigeon chest
Retraksi otot bantu nafas :
Tidak ada ada
Alat bantu pernafasan :
Tidak ada ada
Nasal Masker Respirator
Flow : …………… Lpm
Lain-lain : .........................................................................
V. B2 (BLOOD)
Irama jantung :
Reguler Ireguler
Bunyi jantung :
Normal Gallop Murmur Lain-lain :
CRT :
< 3 dtk > 3 dtk
Akral :
Dingin Kering Basah Merah Pucat
Hangat
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : Resiko Syok
VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam Moro
Patella Triseps Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky Kernig
Lain-lain :
Istirahat / tidur : 7 jam/hari Gangguan tidur :
Kebiasaan sebelum tidur :
Minum susu Cerita/dongeng Mainan
Penglihatan (mata):
Pupil :
Isokor Anisokor Lain-lain :
Strabismus
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran :
Tidak ya
Jelaskan :
..................................................................................................................................................
.....
Penciuman (hidung):
Bentuk :
Normal Tidak
Jelaskan :
..................................................................................................................................................
.....
Gangguan penciuman :
Tidak ya
Jelaskan :
Lain-lain:
..................................................................................................................................................
.....
VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan :
Bersih Kotor
Urin : Jumlah : 1000 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter, dll) :
Kandung kemih :
Membesar :
Tidak ya
Nyeri tekan :
Tidak ya
Bentuk alat kelamin :
Normal Tidak normal, jelaskan :
Uretra :
Normal Hipospadia/Epispadia
Lain-lain : .............................................................................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan :
Baik
Menurun Frekuensi : 2x/hari
Mual
Muntah
(Warna : Konsistensi : kental Jumlah : 3x/ hari
)
Porsi makan :
Habis
Tidak habis Keterangan : pasien hanya mau makan setengah porsi saja
Minum : Jumlah : ……………cc/hr Jenis :
Mulut dan tenggorokan :
Mulut :
Bersih Kotor Berbau
Mukosa :
Lembab
Kering
Stomatitis
Peristaltik usus: ...........x/menit
Pembesaran hepar :
Tidak ya
Pembesaran lien :
Tidak ya
Buang air besar :
Teratur :
Ya Tidak
Frekuensi : 1 x/hr
Konsistensi : lunak Bau : khas Warna : kuning
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : Resiko kekurangan volume cairan
IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi :
Bebas ` Terbatas
Kekuatan otot :
Warna kulit :
Ikterus Sianosis Kemerahan
Pucat Hiperpigmentasi
Turgor :
Baik
Sedang
Jelek
Odema :
Ada
Tidak ada Lokasi :
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : ..........................................................................................................
X. ENDOKRIN
Tyroid : Membesar :
Tidak Ya
Hiperglikemi :
Tidak Ya
Hipoglikemi :
Tidak Ya
Luka Gangren :
Tidak Ya
Lain-lain : .............................................................................................................................
Masalah keperawatan : .........................................................................................................
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi :
Senang
Sedih
Menangis
Cemas
Marah
Diam
Takut Lain-lain :
Hubungan dengan keluarga :
Akrab Kurang akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : anak cemas akan penyakitnya
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua cemas dan merasa sedih melihat kondisi
anaknya
Masalah keperawatan : ansietas
……….. , ………….…
( )
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
No Hari/ Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx Tanggal
1. Rabu, 17.05 1. Monitor TTV S:
16-1-2019 17.06 2. Kaji input dan intake - Pasien
cairan mengatakan
18.03 3. Memonitir level badanya masih
kebingungan dan lemas
orientasi O:
18.04 4. Memonitor turgor otot - Pasien tampak
pergerskan bedrest
18.05 5. Memonitir sespon - Mata tampak
neurologi cowong
18.07 6. Memonior status - Turgpr kulit
cairan menurun
- Output :
BAK : 1000cc
Bau : khas
Warna : kuning
BAB : 1x/hari
Konsistensi:
lunak
Bau : khas
Warna : kuning
- Intake :
Minum : 300cc
Infus :
Assering : 1000cc
A: masalah belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi 1,
2,3,4,5 dan 6