PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa menjadi fokus utama dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia khususnya pada anak dan remaja yang
merupakan generasi yang harus dipersiapkan sebagai sumber kekuatan
bangsa. Gangguan jiwa pada anak dan remaja akhir-akhir ini terus meningkat,
hampir 20% anak-anak terdeteksi mengalami gangguan jiwa.
Salah satu masalah kesehatan jiwa pada anak yang meningkat akhir-
akhir ini adalah autis. Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada
anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Dalam artikel ini
dibahas tentang cara deteksi dini terhadap autism, sehingga masalah autism
dapat segera diatasi sedini mungkin.
Dalam pendidikian luar biasa kita banyak mengenal macam-macam
anak yang berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah anak autis. Anak Autis
juga merupakan pribadai individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan maupun secara akademik: permasalahan yang dilapangan
terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh
karena itu harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian
tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya
dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiridan anak-
anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang
selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah
ini nantinya dapat membentu kita mengetahui anak autis tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dinyatakan tersebut, berikut beberapa
masalah yang akan dibaha antara lain:
1. Apakah pengertian autis?
2. Bagaimana ciri-ciri autis?
3. Apakah penyebab autis pada anak?
4. Bagaimana cara mendetiksi dini autis ?
C. Tujuan Masalah
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetaui bagaimana cara
deteksi dini autis pada anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Autis
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Kata autisma berasal dari
bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Pada umumnya
penderita autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan
situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih
sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya. (Mardiyono, 2010)
Menurut Leo Kanner (Handojo 2010), autism merupakan suatu jenis
gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan
menyendiri. Chaplin (2003) Mengatakan :
(1). cara berfikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,
(2). menganggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3).
keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Gangguan autism terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36
bulan (sumber dari pedomanan penggolongan diagnotik gangguan jiwa).
Autism adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membaentuk hubungan
social atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut
terisolasi dari manusia lain dan masih dalam dunia repetive, aktivitas dan
minat yang obsesif. Jadi anak autism merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi social serta
perilakunya.
a. Ditinjau dari segi pendidikan: anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan komunikasi, social, perilaku pada
anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini
b. Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan
komunikasi, social, prilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
c. Ditinjau dari segi psikologis : anak autis adalah yang mengalami
gngguan perkembangan yang berat dari bisa diketahui sebelum usia 3
tahun, aspek komunikasi social, prilaku, bahasa sehingga anak perlu
adanya penanganan secara psikologis.
d. Ditinjau dari segi social : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi ,
bahasa, interaksi social, sehingga anak ini memerlukan bimbingan
keterampilan social agar dapat menyesuaikan dengan lingkunganya.
Jadi anak autism merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa,
prilaku komunikasi dan gangguan interaksi seosial sehingga ia mempunyai
dunianya sendiri.
B. Karakteristik/ciri-ciri autis
Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna
Kadang kata-kata yang digunkan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
Senang meniru
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyia
tersebut tanpa mengerti artinya
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit
berbincanf (kurang verbal) sampai usia dewasa
Senang menarik-narimtangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginka, misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi social
Penyandang autistic lebih suka menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar
untukbertatapan
Tidak tertarik unutk bermain bersama teman
Bila diajak bermai, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris
Sangat sensitive terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
Tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umunya
Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
Tidak kraetif, tidak imajinatif
Tidak bermain sesaui fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu
rodanya diputar-putar
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin,
sepeda roda.
Dapat sangat dekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang
terus dan dibawa kemana-mana
5. Prilaku
Dapat berprilaku berlebihan atau kekurangan
Memperlihatkan prilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan
mata ke pesawat TV
Tidak suka pada perubahan
Dapat pu;a duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa,
menangis tanpa alasan
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak
di berikan keinginannya
Kadang suka menyerang dan merusak
Kadang-kadang anak anak berprilaku yang menyakiti dirinya
sendir
Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
C. Penyebab autis
Menurut Mardiyono (2010), Penyebab autisme belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat
gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh
gangguan psikiatri/jiwa.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena
kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat
beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan
masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak,
namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini
mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan netabolisme metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh
tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya.
Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin.
Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuat
dengan terhadap metalotianin dibandingkan logam berat lainnya sepertoi
tembaga, perak atau zinc.
D. Diagnose Autis
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism para klinisi sering
menggunakan pedoman DSM IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimla
harus ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
1. Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial, minimal harus ada dua
manifestasi:
Hendaya dalam perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat
kurang, ekspresi muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh
dalam interaksi social
Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan
perkembangannya
Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
Kurangnya hubungan sosial dan emosional
2. Gangguan Kualitatif dalam Bidang Komunikasi, minimal 1 gejala di
bawah ini:
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berlkembang (tak ada
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara).
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa
meniru.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan teknologi dan metode deteksi dini terhadap anak dengan
masalah autis sangat bermanfaat dalam penanganan masalah autis pada anak,
sehingga dampak autis yang kompleks dapat di cegah dan mendapatkan
penanganan sedini mungkin. Masalah autis pada anak adalah hal yang serius
dan menjadi salah satu masalah pada kejiawaan anak yang masih ditakuti oleh
semua orang tua jika terjadi pada anaknya. Semoga artikel ini memberikan
informasi yang bermanfaat untuk kemajuan teknologi kesehatan.
Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungdi otak
yang bersifat pervasive yaitu meliputi ganguan kognitif, bahsa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi social, sehingga ia mempunyai dunianya
sendiri
Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain: kelas
transisi, program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program
sekolah di rumah, panti rehabilitas autis. Bentuk layanan ini begitu cocok
diterapkan bagi anak autis tersebut agar ia kelak mendiri dan mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya.
B. Saran
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih
peduli kepada anak-anak berkebutuhan khusus terutarama bagi anak autis.
Sebagai masyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-anak
tersebut.
Semogah makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan
layanan pendidikan bagaia anak-anak autis
DAFTAR PUSTAKA
Ellah Siti Chalidah (2009), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
pendidikan Khusus, Jakarata:Dikti
Departemen Psikiatrik FK-UI. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak. Jakarta.