Sambungan Baja digunakan apabila profil baja yang tersedia tidak mencukupi
panjang yang diperlukan. Pada umumnya Profil Baja yang dijual dipasaran
panjangnya bervariasi antara 3,0 m sampai 15 m, akan tetapi tidak semua panjang
profil yang tersedia dipasaran mencapai 15 m. Panjang profil baja biasa disesuaikan
dengan kemudahan dalam Transportasi baja itu sendiri, artinya apabila terlalu
panjang atau lebih 15 m maka akan sulit mengangkutnya melalui jalan raya.
Selain itu Sambungan Baja juga digunakan untuk membuat suatu profil yang
menjadi satu kesatuan dengan profil yang lainnya terutama jika profil baja yang ingin
dipakai memiliki bentuk yang berbeda.
Oleh karena itu mari kita membahas tentang baut mutu tinggi, yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut.
Kecuali baut mutu tinggi di atas, ada juga baut biasa / baut mesin / baut hitam.
Adapun standar mutu baut biasa adalah standar ASTM A307. Jenis baut seperti ini
tidak diperbolehkan untuk bangunan struktur utama.
Dengan mengetahui alat sambung baut maka perlu juga mengetahui kekuatan baut
tersebut, khususnya terhadap arah gaya yang bekerja padanya. Secara prinsip baut
lebih kuat menerima gaya tarik aksial dibanding gaya geser. Itu dapat dilihat dari
tabel AISC berikut:
Meskipun kuat tarik lebih besar 1.5 kali dibanding kuat geser, tetapi karena detail
sambungan dan kemudahanan pemasangannnya menyebabkan baut diorientasikan
tarik tidak mudah diusahakan. Sebagai gambaran dapat dilihat dari suatu sambungan
balok-kolom sbb:
Gambar 4 Beberapa detail sambungan beam-column (Geschwindner 2008)
Perhatikan Gambar 4, dari empat variasi sambungan dengan baut untuk balok-kolom,
maka alat sambung baut yang dapat diorientasikan hanya menerima gaya tarik hanya
detail (h), yaitu end-plate. Penggunaan alat sambung baut untuk detail yang lain
mengandalkan geser terjadi pada baut, yang tentunya tidak akan seoptimal jika tarik.
Meskipun demikian itu dipilih karena kemudahan dalam pembuatan detail dan
pemasangan sambungan tersebut.
Pada gambar 5 terlihat siku yang disambung dengan pelat-pelat dikanan-kirinya dan
disatukan dengan alat sambung baut mutu tinggi. Siku tersebut jelas tidak akan
dibebani tegak lurus batangnya (momen) tetapi searah sumbu aksial siku, dengan
demikian baut-baut tersebut semunya menerima gaya geser.
mekanisme kerja sambungan geser
Jika sistem sambungan seperti pada gambar 5 digunakan baut mutu tinggi maka
mekanisme kerjanya tergantung dari bagaimana baut mutu tinggi tersebut
dikencangkan. Berbeda dengan baut biasa, jika digunakan baut mutu tinggi maka
dapat diberikan pre-tensioning.
Baut mutu tinggi yang diberi pre-tensioning dapat menghasilkan [a] mekanisme slip
kritis, dan [b] mekanisme tumpu. Keduanya tentu tidak terjadi secara bersama-sama,
tergantung dari gaya sambungan yang bekerja. Meskipun memakai baut mutu tinggi,
tetapi tidak diberi pre-tensioning maka sambungan hanya dapat menghasilkan
mekanisme tumpu saja.
Apa itu mekanisme slip-kritis dan apa mekanisme tumpu maka ada baiknya
dijelaskan dalam bentuk gambar.
Illustrasi di atas sengaja saya ambil dari Disertasi saya, maklum gambar free-body
dari Salmon menurutku kurang jelas. Jadi karena aku juga drafter, maka aku gambar
sendiri. :)
Untuk bisa memahami mekanisme di atas maka perlu dipahami bahwa lubang baut
pada pelat adalah lebih besar dari pada diameter baut tersebut. Ini adalah ketentuan
AISC sebagai kompromi untuk toleransi pelaksanaan. Jadi pada gambar di
atas, shank baut dapat terpisah (gap) dari lubang baut di pelat. Jadi pelat atas dan
pelat bawah dapat tersambung karena adanya gaya clamping dari pretensioning. Gaya
clamping menghasilkan tahanan friksi pada bidang kontak efektif permukaan pelat
yang disambung. Dalam hal ini tentu saja kondisi permukaan pelat sangat
menentukan. Itulah mengapa pada Gambar 1, pada sambungan warnanya berbeda
dengan yang lain (belum boleh di cat).
Jika gaya aksi-reaksi pada sambungan diperbesar dan melebihi tahanan friksi pada
bidang kontak efektif maka shank baut (badan baut) akhirnya bergerak menuju pelat
sambungan. Proses pergeseran dalam sistem sambungan tersebut disebut SLIP.
Pada saat SLIP mulai terjadi maka mekanisme kerja slip-kritis berakhir (dianggap
hilang kekuatannya) dan diganti oleh mekanisme tumpu yang gambarannya adalah
sebagai berikut.
Pada mekanisme tumpu ini maka semua komponen akan bekerja sampai ultimate, dan
kekuatan sambungan ditentukan oleh komponen yang mempunyai kekuatan terkecil
sebagaimana terlihat pada illustrasi berikut :
Gambar 8. Berbagai kemungkinan kegagalan akibat mekanisme tumpu
Dari penjabaran secara kronologi di atas maka tentunya dapat dipahami bahwa kedua
mekanisme tersebut tidak dapat terjadi secara bersama-sama. Untuk mendapatkan
gambaran secara keseluruhan bagaimana suatu sambungan geser dengan baut mutu
tinggi yang diberi pre-tensioned bekerja, dapat dilihat kurva perilaku sambungan dari
Kulak sbb.
Perhatikan gambar di atas khususnya pada Major slip yang mana terlihat tanda
terputus-putus. Kondisi gaya sebesar nol sampai sebelum kurva terputus-putus dapat
dikatakan bahwa sambungan memanfaatkan mekanisme slip kritis, selanjutnya
setelah terjadi major slip sambungan berubah memanfaatkan mekanisme tumpu.
Jadi dapat juga dikatakan bahwa untuk kapasitas gaya rencana yang sama maka
perencanaan dengan mengandalkan mekanisme slip-kritis memerlukan jumlah baut
yang lebih banyak dibanding mekanisme tumpu biasa. Lebih mahal gitu lho. Itulah
mengapa mekanisme tumpu lebih populer untuk konstruksi gedung yang memang
secara nature tidak terlalu signifikan pengaruhnya, apalagi kalau hanya digunakan
sebagai strategi memperkaku gedung. Itu cara yang mahal boo.
Saya kira sudah dapat menjadi gambaran sekarang apa itu mekanisme tumpu.