Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Blok 7.1

Tutor : dr. Qathar Refa Tulandi

KELOMPOK 6B
Seslastri Randeni G1A115028
Laila Hanifah G1A115029
Ulfadiya Putri G1A115045
Hairon Dhiyaulhaq G1A115046
Regina Dwindarti Darosty G1A115064
Febrima Cahyani G1A115065
Cyndi Natalia Susanto G1A115066
Novia Martha Theresya G1A115097
Siti Agusriantina G1A115099
Dinda Asri Aisyah G1A115100

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019
SKENARIO

Abdul, seorang dokter baru bekerja di klinik perusahaan Mining Hantam di


Rantau Rasau . Abdul mencari tahu peraturan perundangan terkait kesehatan kerja apa saja
yang sudah diterapkan di perusahaan tersebut karena ingin menerapkan prinsip-prinsip dan
pelayanan kesehatan kerja. Abdul juga ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan awal dan
berkala pada karyawan perusahaan untuk mendapatkan data tentang penyakit-penyakit akibat
kerja dan hubungan kerja. Pihak perusahaan juga meminta pada dokter Abdul untuk
memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang ergonomi kerja yang diharapkan berdampak
pada penurunan angka kecelakaan kerja di perusahaan tersebut.
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Kesehatan kerja : Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan,


jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja
dapat bekerja produktif secara sosial ekonomi tanpa
membahayakan diri sendiri, teman sekerja, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.1
2. Penyakit akibat kerja : Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah
diakui3
3. Ergonomi : Ilmu tentang kemampuan keterbatasan dan sifat
manusia dalam system kerjanya serta memanfaatkan
kemampuan ini untuk mendapatkan sistem kerja yang
efektif, aman, sehat dan efisien.2
4. Kecelakaan kerja : Kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada
waktu melaksanakan pekerjaan.3
5. Penyuluhan : Proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mau dan mampu menolong dan
merorganisasikan dalam mengakses informasi untuk
peningkatkan produktifitas3
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja peraturan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan


kerja?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dan pelayanan dasar kesehatan kerja?
3. Apa tujuam pemeriksaan awal dan berkala kesehatan kerja?
4. Bagaimana pemeriksaam awal dan berkala kesehatan kerja?
5. Apa saja kriteria penyakit akibat kerja?
6. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja?
7. Apa saja daftar-daftar ergonomic kerja?
8. Apa saja jenis-jenis kecelakaan kerja?
9. Jelaskan mengenai pertolongan pada kecelakaan kerja ?
10. Bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja?
11. Apa saja upaya atau himbauan kepada para pekerja tentang ergonomi kerja dalam
penyuluhan atau pembinaan yang akan dilakukan?
BRAINSTROMING

1. Apa saja peraturan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan


kesehatan kerja?
Jawab :
1. UU no 70, 1970 tentang keselamatan kerja
2. UU no 29, 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU no 36, 2009 tentang Kesehatan
4. Keprs RI no 22, 1993 tentang panyakit yang timbul akibat hubungan kerja
5. Permennakertrans no 2, 1980 tentang pemeriksaan keshatan tenaga kerja
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
6. Permennakertrans no 3, 1982 tentang pelayanan kesehatan kerja

2. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dan pelayanan dasar kesehatan kerja?


Jawab :
Adanya penyerahan antara kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja

3. Apa tujuam pemeriksaan awal dan berkala kesehatan kerja?


Jawab :
- Untuk memenuhi persyaratan penerimaan kerja
- Untuk mengetahui keterbatasan
- Untuk mempertahankan derajat kesehatan serta menilai adanya pengaruh
pekerjaan terhadap kesehatan

4. Bagaimana pemeriksaam awal dan berkala kesehatan kerja?


Jawab :
Pemeriksaan awal & berkala :
- Pemeriksaan Fisik Lengkap
- Pemeriksaan Jasmani
- Pemeriksaan Rontgen Paru
- Pemeriksaan Lab.Rutin
- Pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu (biasanya perusahaan punya
ketentuan sendiri)

5. Apa saja kriteria penyakit akibat kerja?


Jawab :
- Terdapat 31 kriteria penyakit akibat kerja
- Menurut WHO terdapat 4 kriteria
- Menurut ILO terdapat 5 kriteria

6. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja?


Jawab :
- Pencegahan Primer ( Health Promotion)
- Pencegahan Primer ( Spesific Protection)
- Pencegahan Sekunder ( Early Diagnosis & Promt Treatment)
- Pembatasan Kemampuan ( Disabiliti & Limitation)
- Rehabilition

7. Apa saja daftar-daftar ergonomic kerja?


Jawab :
Penyesuaian antara pekerjaan (alat,cara,proses,tempat,lingkungan) terhadap
pekerja

8. Apa saja jenis-jenis kecelakaan kerja?


Jawab :
- Menurut tipe pekerjaan
- Menurut benda
- Menurut lingkungan kerja
- Menurut jenis luka
- Menurut lokasi luka

9. Jelaskan mengenai pertolongan pada kecelakaan kerja ?


Jawab:
Berdasarkan pendekatan epidemiologis & klinis

9. Bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja?


Jawab :
- Melalui pengendalian bahaya di tempat kerja
- Melalui pembinaan & pengawasan
- Melalui system manajemen

10. Apa saja upaya atau himbauan kepada para pekerja tentang ergonomi kerja
dalam penyuluhan atau pembinaan yang akan dilakukan?
Jawab :
- Memberi tau pekerja mengenai potensi pengaruh pekerjaan,jenis pekerjaan
pada diri pekerja
- Meningkatkan produktifitas & upaya untuk menyesuaikan dengan kemampuan
pekerja & persyaratan pekerja
ANALISIS MASALAH

1. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan kerja?


Jawab :
1. UU no 70, 1970 tentang keselamatan kerja
2. UU no 29, 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU no 36, 2009 tentang Kesehatan
4. Keprs RI no 22, 1993 tentang panyakit yang timbul akibat hubungan kerja
5. Permennakertrans no 2, 1980 tentang pemeriksaan keshatan tenaga kerja dalam
penyelenggaraan keselamatan kerja
6. Permennakertrans no 3, 1982 tentang pelayanan kesehatan kerja4

UU No. 36, 2009 tentang kesehatan kerja ( pasal 164 )

1. Upaya Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
2. Sasaran : pekerja formal dan informal, & setiap orang yg berada di lingkungan
tempat kerja.
3. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja.
4. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja , menjamin
lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
kerja.
5. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

6. Hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai


pertimbangan seleksi pekerja.4

2. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dan pelayanan dasar kesehatan kerja?


Jawab :
A. Prinsip – prinsip dasar
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Berikut penjabaran prinsip-prinsip
kesehatan kerja:
 Beban kerja
Berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan kerja yang
sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Derajat tepat suatu penempatan
meliputi kecocokan pengalaman, keterampilan, motivasi dan lainnya.
 Kapasitas kerja
Tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh,
keadaan gizi dan sebagainya.
 Lingkungan kerja
Sebagai beban tambahan, baik berupa:
o Faktor mesin/peralatan : cidera, kecelakaan kerja
o Faktor psikologik dan beban kerja: gangguan muskuloskeletal
o Faktor fisik : NIHL, gangguan neurovaskular
o Faktor kimia : intoksikasi, alergi
o Faktor biologik : infeksi, alergi
o Faktor psikologik : stres psikis, depresi
o Faktor psikososial : konflik, kualitas kerja

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang
optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja berupa penyakit akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas
kerja.5,6

B. Pelayanan kesehatan kerja


Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK): Dalam pedoman ini didefinisikan sesuai dengan
Konvensi ILO tentang Pelayanan Kesehatan Kerja 1985 (No. 161), dan merujuk kepada
pelayanan kesehatan pada atau untuk tempat kerja, yang mempunyai fungsi penting
adalah pencegahan. dr. Abdul selaku dokter perusahaan bertanggung jawab memberikan
PKK untuk memberikan panduan kepada pengusaha dan juga kepada pekerja dan
perwakilan mereka, tentang bagaimana membangun dan memelihara lingkungan kerja
yang selamat dan sehat, dan cara kerja yang mendukung kesehatan fisik dan mental yang
optimal. PKK juga memberikan panduan tentang penyesuaian pekerjaan kepada
kemampuan pekerja dari segi kesehatan fisik dan mental mereka.5,6

3. Apa tujuan pemeriksaan awal dan berkala kesehatan kerja?


Jawab:
Tujuan Umum pemeriksaan kesehatan

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.7

Tujuan khusus pemeriksaan

1. Deteksi dini PAK


2. Antisipasi terjadinya ganguan kesehatan akibat kerja
3. Menetapakan kecakapan kerja ( fitness status)
4. Melihat tren perkembangan penyakit
5. Data dasar kesehatan untuk pembanding di masa datang
6. Dasar menilai efektifitas program pencegahan yang sudah dilakukan
7. Memenuhi aturan perundangan.7

4. Bagaimana pemeriksaan awal dan berkala kesehatan kerja ?

Jawab:

Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja meliputi :

a. Anamnesis
b. Pemeriksaan mental
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan kesegaran jasmani
e. Pemeriksaan radiologi
f. Pemeriksaan laboratorium
g. Pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut8

A. Anamnesis

Pada anamnesis ini dokter memastikan agar setiap pertanyaan dapat dijawab dengan teliti
dan seluas-luasnya. Yang perlu ditanyakan adalah :

1. Riwayat-riwayat penyakit umum : tuberkulosis, asma, diabetes, penyakit jantung,


hipertensi, hipotensi, dll.
2. Riwayat perawatan di rumah sakit : alasan dirawat di rumah sakit; belum atau pernah
dirawat; berapa lama; karena penyakit apa.
3. Riwayat kecelakaan : Apakah pernah kecelakaan; apakah berhubungan dengan
pekerjaan; bagian anggota badan yang cidera; apakah dirawat atau tidak, jika dirawat
tanyakan berapa lama perawatan dan apakah mendapat cacat sementara atau menetap.
4. Riwayat operasi : pernah menjalani operasi atau tidak, jika pernah tanyakan jenis
operasi apa, kapan dilaksanakan operasi tersebut, dimana dan berapa lama perawatan
pasca operasi.
5. Riwayat pekerjaan : apakah pernah bekerja sebelumnya atau belum, bila sudah
bekerja tanyakan pernah bekerja dimana dan berapa lama serta mengapa berhenti dari
pekerjaan sebelumnya.
6. Riwayat haid : bagi tenaga kerja wanita perlu ditanyakan kapan mulai haid, teratur
atau tidak, lamanya sakit serta perlu ditanyakan masalah kehamilan, melahirkan,
keluarga berencana, keguguran dan jumlah anak bai yang hidup maupun yang mati.8

B. Pemeriksaan mental

Pemeriksaan mental diselenggarakan sewaktu dilakukan anamnesis atau pemeriksaan


fisik dengan cara mengemukakan pertanyaan-pertanyaan umum dan spesifik tentang hal-
hal sebagai berikut :
- Maksud melamar pekerjaan
- Tujuan apabila diterima dalam jabatan tertentu
- Rasa puas dengan berbagai situasi mengenai diri dan lingkungannya
- Motivasi untuk bekerja dan sebagainya.

Selain itu juga perlu adanya pemeriksaan mengenai:

1. Kondisi umum

- Keadaan
- Orientasi perorangan
- Orientasi waktu
- Orientasi ruang
- Orientasi situasi

2. Sikap & Tingkah Laku

- Mudah tidaknya penyesuaian sikap dan tingkah laku dengan suasana yang ada. Kes
impulan status mentalis adalah : Normal, terganggu dan perlu pengobatan, perlu ko
nsultasi.8

C. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan menurut perincian dalam kartu pemeriksaan. Pemeri
ksaan fisik ini diselenggarakan di tempat yang penerangannya cukup dan dalam suasana t
enang serta tidak tergesa-gesa, serta meliputi sebagai berikut:

1. Pengukuran berat badan dilaksanakan dalam keadaan berpakaian minim.


2. pengukuran tinggi badan dilakukan tanpa alas kaki.
3. pengukuran lingkaran dada dilaksanakan setinggi pelakatan rusuk (insertio constalis)
kelima, bila terdapat perbedaan antara ukuran pada waktu inspirasi maksimal dan ek
spirasi maksimal sebesar 4 cm atau kurang maka diduga adanya kelainan intrahoraka
l.
4. pengukuran nadi dan frekuensi pernafasan dilakukandalam keadaan berbaring denga
n tenang, kalau denyut nadi teratur maka frekuensinya cukup diukur selama 30 detik
dan hasilnya dilakukan dua untuk memperoleh nadi permenit, kalau denyut nadi tida
k teratur, pengukuran denyut nadi dilakukan selama 1 meni.
5. tekanan darah diukur dalam posisi berbaring dengan tenang.
6. pemeriksaan indra penglihatan meliputi keadaan fisik mata, ketajaman penglihatan, l
uas lapangan penglihatan dan kemampuan membedakan warna.
7. pemeriksaan indra pendegaran meliputi keadaan fisik telinga serta ketajaman penden
garan dan dilakukan dengan membisikkan kata tunggal bagi masingmasing telinga s
ementara telinga yang lain ditutup.
8. pemeriksaan indra penciuman meliputi fisik hidung dan ketajaman penciuman.
9. Kontak mental dan perhatian : Kemampuan untuk mengadakan hubungan mental dal
am waktu cukup panjang dalam bentuk-bentuk: – Kontak psikis – Kewajaran – lama
nya
10. Inisiatif: Kesanggupan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang disebut asli yaitu
(tidak meniru atau tidak mencontoh atau tidak atas perintah).Insiati : normal, kurang
atau lebih.
11. Fungsi Spesifik/Khusus :

a. alam perasaan yang meliputi keadaan, emosi, dan effek.

- wajar;

- terlalu gembira;

- depresif atau

- siklotinik (berubah-ubah).

b. Intelegensia dan intelek:

Apakah kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan; keadaan intelegensia normal


atau menurun.

c. Proses berfikir:

- Keadaan jelas dan tajam

Proses berfikir abnormal seperti:


- delusi

- halusinasi

-fikiran yang melompat-lompat.

- gejala-gejala lainnya.

12. Pemeriksaan indra perabaan meliputi kemampuan alat peraba untuk dapat membeda
kan suhu dan alat penglihatan indra perabaan dalam keadaan mata tertutup.
13. pemeriksaan indra perasaan kulit meliputi kemampuan alat perasa serta ketajaman.8

D. Pemeriksaan kesegaran jasmani

Maksud pemeriksaan ini ialah untuk menentukan tingkat kesegaran sesuai dengan keperlu
an jenis pekerjaan fisik yang berat. Cara yang dipakai adalah pengujian Scneider test. Bag
i yang berumur lebih dan 40 tahun, juga dilakukan uji langkah menurut master dan pemer
iksaan elektro-cardiografi (EKG).

E. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini terutama untuk meliputi keadaan paru-paru dan jantung.

F. Pemeriksaan laboratorium

Pemenksaan laboratorium meliputi pemeriksaan danah, air seni dan tinja. Pemeriksaan da
rah terdiri dan pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan jumlah sel-sel darah putih secara men
yeluruh dan menurut pemeriksaan laju endapan darah. Pemeriksaan Laboratorium air seni
meliputi jenis, pemeriksaan warna, kejernihan, reduksi, protein dan sedimen. Pemeriksaan
tinja meliputi : pemeriksaan warna, konsistensi dan telur cacing.

G. Pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut

Pemeriksaan lebih lanjut adalah pemeriksaan yang dilakukan lebih mendalam mengenai k
eadaan mental, fisik, kesegaran jasmani, pemeriksaan sinar tembus dan pengujian laborat
orium lainnya atas dasar pertunbangan medis dan pertimbangan jenis pekerjaan serta kead
aan lingkungan kerja agar tercipta keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bagi yang d
iperiksa maupun orang sekitarnya atau umum. Contoh-contoh pemeriksaan tambahan sep
erti : elektro enchephalografi (EEG), pemeriksaan faal hati, faal ginjal, apirometri, pemeri
ksaan cairan otak dan sebagainya.

Kesimpulan pengujian :

Setelah dilakukan pengujian kesehatan sebelum bekerja, dokter pemeriksa mengambil


kesimpulan tentang keadaan kesehatan calon tenaga kerja dengan kemungkinan kemungkinan

sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan ringan atau sedang.


2. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan berat.
3. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan sebagalniana dimaksud dalam angka 1 atau 2
dengan persyaratan tertentu.

Ditolak sementara oleh karena untuk sementara belum memenuhi syarat kesehatan dan meme
rlukan pengobatan atau perawatan. Pemeriksaan kesehatan diulang setelah selesai pengobatan
/ perawatan.8

5. Apa saja kriteria penyakit akibat kerja ?


Jawab :
Kriteria penyakit akibat kerja
Untuk memastikan suatu penyakit adalah PAK harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit
2. Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi
daripada masyarakat
3. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif.9

6. Bagaimana cara pencegahaan penyakit akibat kerja?


Jawab :
a. Pencegahan Primer (heath promotion)
b. Pencegahan Primer (spesific protection)
c. Pecegahan Sekunder (Early diagnosis & promt tretment)
d. Pembatasan ketidakmampuan ( Disability limitation)
e. Rehablitation
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan
1. Subtitusi
Mengganti bahan berbahaya dengan barang yang tidak
berbahaya. Contoh : Triclor Etilen, CFC etc
2. Ventilasi Umum
Mengalirkan udara menurut perhitungan dalam ruang kerja
bahan berbahaya < NAB
3. Local Exhauster
Menghisap bahan-bahan tertentu keluar ruangan dengan kipas.10

7. Apa saja daftar-daftar ergonomic kerja?

Jawab :

- Bekerja dalam posisi atau posisi normal


- Mengurangi beban berlebihan
- Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
- Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
- Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
- Meminimalisir gerakan statis
- Meminimalisir titik beban
- Mencakup jarak ruang
- Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
- Melakukan gerakan olahraga dan peregangan saat bekerja
- Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.11

8. Apa saja jenis-jenis kecelakaan kerja?

Jawab:
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan,
sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan
kerja pada perusahaan.
Menurut Bird and Germain (1990), terdapat tiga kecelakaan kerja, yaitu :
1. Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi
manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugia.
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident.
Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.
2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya melalui jalan
yang wajar)
4. Penyakit akibat kerja.
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada hari
itu dan bisa melakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh:
terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh, dan terkilir.
2. Kecelakaan kerja sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan
perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh: terjeit, luka sampai robek, luka bakar.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan
kegagalan fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.12

Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut ILO Tahun 2004, Menurut tipe kecelakaan :

- Orang jatuh
- Terpukul benda jatuh
- Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak
- Terjepit diantara dua benda
- Gerakan yang di paksakan
- Terkena suhu yang ekstrem
- Tersengat arus listrik
- Terkena bahan – bahan berbahaya atau radiasi
- Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini.

a. Menurut benda
MESIN
1. Penggerak utama terkecuali motor listrik
2. Gigi transmisi mesin
3. Mesin pemotong
4. Mesin kayu
5. Mesin pertambangan
6. Lain – lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi ini

Alat pengangkat dan sarana angkutan


1. Mesin dan perlengkapan pengangkat
2. Pengangkut diatas rel
3. Alat pengangkut lainnya selain diatas rel
4. Pengangkut udara
5. Pengangkut perairan
6. Lain – lain sarana angkutan

Perlengkapan lainnya
1. Bejana bertekanan
2. Dapur, oven, pembakaran
3. Pusat – pusat pendingin
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk
peralatan – peralatan listrik.
5. Alat – alat listrik tangan
6. Alat – alat, perkakas, perlengkapan listrik.
7. Tangga, jalur landai (ramp)
8. Perancah

Material, bahan dan radiasi


1. Bahan peledak
2. Serbuk, gas, cairan dan kimia
3. Pecahan terpelanting
4. Radiasi
5. Lain – lain

LINGKUNGAN KERJA
1. Diluar gedung
2. Didalam gedung
3. Dibawah tanah
- Lain – lain
1. Hewan
2. Lain – lain

b. Menurut jenis luka – luka


- Fraktur / retak
- Dislokasi
- Terkilir
- Gegar otak dan luka didalam

lainnya

- Amputasi
- Luka – luka lainnya
- Luka – luka ringan
- Memar dan remuk
- Terbakar
- Keracunan akut
- Pengaruh cuaca
- Sesak nafas
- Akibat arus listrik
- Akibat radiasi
- Luka – luka majemuk berlainan
- Lain – lain luka.

c. Menurut Lokasi luka pada bagian


- Kepala
- Leher
- Badan
- Tangan
- Tungkai
- Aneka lokasi
- Luka – luka umum
- Luka – luka lainnya

Klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja jarang


disebabkan oleh faktor tertentu melainkan berbagai faktor sekaligus.
Terpenting dicatat adalah interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam
kecelakaan itu sendiri. Faktor manusia merupakan faktor utama kecelakaan
kerja.13

9. Jelaskan mengenai pertolongan pada kecelakaan kerja ?


Jawab:

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau P3K (First Aid) adalah upaya pertolongan
dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang
lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Oleh karena itu, pertolongan tersebut bukan
sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan
sementara yang dilakukan oleh petugas P3K yang pertama melihat korban. P3K dimaksudkan
memberikan perawatan darurat pada korban sebelum pertolongan yang lebih lengkap
diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya. Tujuan dari P3K seperti berikut:15
1. Menyelamatkan nyawa korban.
2. Meringankan penderitaan korban.
3. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah.
4. Mempertahankan daya tahan korban.
5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut prinsip dari P3K yaitu
a. menolong secara tepat dengan memperhatikan tujuan P3K,
b. menolong secara cepat kepada penderita dengan cara-cara P3K yang sesuai,
c. menolong korban yang bersifat sementara sebelum dibawa ke dokter/instalasi gawat
darurat (IGD).

Pokok-pokok Tindakan P3K sebagai berikut:


1. Jangan Panik dan bertindak cekatan.
2. Perhatikan nafas korban, jika terhenti lakukan nafas buatan.
3. Hentikan pendarahan. Pendarahan pada pembuluh besar dapat mengakibatkan kematian
dalam waktu 3-5 menit. Hentikan pendarahan dengan menekan luka menggunakan kain
sekuat-kuatnya dan posisikan luka pada posisi yang lebih tinggi.
4. Perhatikan tanda-tanda shock. Bila shock, terlentangkan dengan posisi kepala lebih
rendah. Bila muntah-muntah dan setengah sadar, letakkan posisi kepala lebih bawah
dengan kepala miring atau telungkupkan. Bila menderita sesak, letakkan dalam sikap
setengah duduk.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru, pastikan luka yang dialami korban. Jangan
menambah cidera korban.15

Alat-alat yang harus tersedia di kotak P3K yaitu


1. Kapas
2. Perban atau Pembalut Luka
3. Kasa Steril
4. Plester Gulung
5. Plester Tunggal (band aid)
6. Kain pembalut lebar untuk kecelakaan berat
7. Boor Water
8. Wangi-wangian (Eau de cologne)
9. Mercuchrome/Obat merah
10. Gelas pencuci mata
11. Gunting kecil/besar
12. Jepitan/Pinset
13. Obat-obatan

Berikut ini adalah beberapa penanganan P3K dalam K3 seperti berikut.


A. Luka Bakar terdiri dari 3 tingkatan, yaitu
1) Tingkat I yaitu luka bakar biasa, kulit tidak melepuh. Penanganannya dengan obat
merah/salep.
2) Tingkat II yaitu kulit melepuh (ada gelembung). Penanganannya yaitu dengan
mengolesi kulit yang melepuh dengan mercuchrome/dilap dengan alkohol 94% lalu
tutup dengan kain kasa steril.
3) Tingkat III yaitu luka bakar dengan tingkat parah/hangus (jaringan kulit sampai
rusak). Penanganannya yaitu menutupi luka dengan perban steril dan meminta
bantuan dokter.
B. Luka Tersayat benda tajam atau benda tumpul ditangani dengan membersihkan luka
dengan kain tipis/perban yang steril, olesi dengan iodium tincture 3,5% pada daerah
sekeliling luka. Jika luka yang dihasilkan adalah luka besar dan banyak mengeluarkan
darah maka dibalut diantara bagian sisi dan tengah luka agar darah tidak banyak keluar,
lalu tutup luka dengan perban steril. Jika sakit terus berlanjut maka minta pertolongan
dokter untuk ditangani lebih lanjut. Pada kasus patah tulang, jangan pindahkan korban
kecuali jika tidak memungkinkan seperti pada kasus kebakaran atau kebocoran gas.

C. Tersengat Arus Listrik/Shock kesetrum memiliki gejala sebagai berikut:


1) Shock karena listrik di bawah 220 volt mengacaukan denyut jantung.
2) Shock karena listrik di atas 1000 volt menghentikan pernafasan.
3) Shock karena listrik 220-1000 volt menimbulkan gejala denyut jantung dan
menghentikan pernafasan.
4) Pingsan akibat listrik dapat berlangsung lama.
5) Pernafasan mungkin terhenti namun denyut jantung mungkin masih ada.
Pertolongan yang dapat diberikan adalah matikan sumber arus listrik dan tolong korban
dengan cara mengisolasi diri dari tanah. Kemudian, tarik korban dari pakaiannya. Bila
korban tidak pingsan maka diberi minum larutan NaHCO3 (1 sendok teh dalam 1 gelas
air). Bila korban pingsan maka lakukan langkah penyadaran, jika pernafasan terhenti
maka diberi nafas buatan. Jangan memberi minum pada saat korban pingsan. Jika
terjadi luka bakar, rawat luka bakar korban. Korban segera dibawa ke rumah sakit
untuk ditangani lebih lanjut.

D. Kecelakaan pada Mata dilakukan yaitu dengan meneteskan setetes minyak jarak pada
mata, tutup dengan kapas tebal, lalu balut perlahan-lahan untuk mencegah cahaya
masuk. Berikut ini adalah beberapa sumber kecelakaan pada mata serta penanganannya
yakni
1) zat padat pada mata jika tidak berbahaya, dapat dihilangkan dengan sapu tangan
yang dibasahi air dengan membuka kelopak mata bagian bawah. Bila kotoran ada di
bagian kelopak mata bagian atas, kedip-kedipkan mata dalam air di atas piring kecil
2) pecahan kaca jika masuk ke dalam mata jangan berusaha untuk mengeluarkannya
karena berbahaya. Penanganannya yaitu tutup mata dengan kapas tebal, balut
perlahan-lahan. Korban segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut
3) zat Korosif asam keras. Penanganannya yaitu diguyur dengan larutan soda 5% atau
air biasa selama 15-30 menit secara terus menerus dan harus mengenai bagian-
bagian yang berada di balik kelopak mata
4) zat korosif basa keras. Penanganannya yaitu diguyur dengan larutan cuka encer (1
bagian cuka dapur +1 bagian air) atau air biasa, guyur selama 30-45 menit terus
menerus dan harus mengenai bagian-bagian yang berada di balik kelopak. Selama
diguyur gerakan-gerakan bola matanya.

E. Keracunan memiliki gejala yaitu pusing, sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-
kejang, kram perut, air liur berlebih, nyeri otot, koma, dan pingsan. Tindakan yang
harus dilakukan seperti berikut.
1) Jika korban tidak sadar, korban jangan disuruh muntah/minum.
2) Jika korban sadar, beri minum 24 gelas air/susu kemudian korban disuruh muntah
dengan cara memasukkan telunjuk jauh ke dalam mulut (kecuali jika yang termakan
bensin, pelumas, asam/basa).
3) Korban disuruh muntah hingga muntahnya jernih. Untuk menghindari kekurangan
cairan, korban diberi minum 1 gelas air garam (1 sendok dalam 1 liter air).
4) Penawar racun seperti susu, putih telur yang sudah dikocok, penawar racun
universal, proses netralisasi dengan memberikan bahan kimia tertentu, tergantung
dari jenis racun.
Tabel 2. 1. 3 Keracunan akibat bahan kimia
No Jenis Bahan Kimia Pertolongan
Arsen, cadmium, kromat,
dikromat, klorat, hipoklorit, eter,
hidrokarbon aromatic, aldehid, Bila termakan jangan dimuntahkan, korban
1
keton, halusinogenia (ganja, diberi minum penawar racun universal.
heroin), insektisida, salisilat, cat,
dan pelarutnya.
Tidak dimuntahkan. Korban diberi zat
Bahan Kimia khusus: Asam penetral kemudian minum susu/putih telur.
2 mineral organik, Alkali, Alkaloida Zat penetral: Asam: gel Al(OH)3, Basa:
(kokain, morfin, nikotin), Alkohol CH3COOH 1%, HNO3 1%, air jeruk,
Alkaloida: KMnO4 1%, dan Alkohol:
NAHCO3
Air raksa, fosfor, fosfor organik,
Bila termakan dimuntahkan dengan diberi
3 fenol, senyawa hidroksil, timbal,
minum air garam. Diberi susu/putih telur.
brom, sianida.

Penanganan bila keracunan melalui pernafasan yaitu

1) penolong menggunakan gas masker untuk menolong korban,


2) pindahkan korban ke tempat aman dan berhawa segar,
3) lakukan pernafasan buatan jika pernafasan terhenti,
4) siapkan gas O2,
5) korban dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.

Penanganan bila keracunan melalui kulit yaitu

1) lepaskan pakaian/jauhkan peralatan yang terkena racun,


2) bagian kulit yang terkena racun dibilas dengan air yang mengalir selama 15 menit.

Penanganan bila keracunan melalui mata yaitu

1) usahakan mata tetap dibuka,


2) dibilas dengan air hangat selama 15 menit,
3) bibir mata tidak menghalangi proses pembilasan.

F. Pingsan dengan gejala hilang kesadaran lalu berkeringat pada bagian kepala dan bibir
atas. Bila korban pingsan maka penanganan yang dilakukan sebagai berikut.
1) Baringkan korban pada tempat sejuk dengan posisi datar atau kepala korban sedikit
lebih rendah.
2) Telentangkan korban di atas lantai dan biarkan menghirup uap ammonia encer atau
garam-garam yang berbau.
3) Stimulasi kulit korban dengan menggosok menggunakan sikat berbulu keras.
4) Lepas atau longgarkan semua pakaian yang menekan leher dan segera bungkukkan
kepala korban diantara kedua kaki sampai muka korban merah.
5) Bila korban dapat menelan air, berikan air kopi.
6) Bila korban muntah, miringkan kepala korban agar tidak tersedak
7) Bila pernafasan pendek/tertahan-tahan, lakukan pernafasan buatan atau hembuskan
oksigen 6% dengan CO2.
8) Pernafasan buatan diberikan bila korban tidak ada gerakan bernafas, tidak ada ap
hasil pernafasan, kuku, bibir, dan muka korban mulai membiru.15

10. Bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja?

Jawab :

Dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan hal-hal


antara lain :13
1. Bahaya faktor kimia
Berikut adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi bahaya dari faktor kimia:
a. Peningkatan pengetahuan pekerja dalam mengenali bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan serta dampak dan gejala yang ditimbulkan.
b. Memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan
c. Menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja terhadap
bahaya
d. Menggunakan alat pelindung diri (PAD) yang diperlukan untuk melindungi
pekerja seperti respirator dan sarung tangan.
e. Menggunakan pelabelan berupa gambar, simbol, huruf, tulisan, atau kombinasi
untuk membentuk penjelasan adanya bahaya dan ditempelkan atau dimasukkan ke
dalam kemasan bahan-bahan kimia.
2. Bahaya faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang menjadi faktor resiko kecelakaan akibat kerja dan upaya
pencegahannya seperti diantaranya adalah:
a. Kebisingan
Berikut adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi bahaya dari kebisingan:
1) Lakukan identifikasi sumber dan tentukan tingkat kebisingan.
2) Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti penutup telinga (earplug dan
earmuff) yang disediakan ditempat kerja yang tidak bisa dikurangi tingkat
kebisingannya.
3) Dalam banyak kasus, merotasi pekerjaan dapat membantu mengurangi tingkat
paparan kebisingan.
b. Penerangan
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk memcegah atau mengurangi
potensial kerugian dari penerangan yang buruk:
1) Pekerja diusahakan mendapatkan penerangan yang sesuai dengan
pekerjaannya sehingga pekerja tidak bekerja dalam posisi membungkuk atau
memicingkan mata.
2) Atur posisi lampu sedemikian rupa sehingga pencahayaan yang didapatkan
oleh pekerja lebih optimal.
c. Getaran
Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dan mengurangi risiko dari getaran
yaitu:
1) Jika dimungkinkan, kendalikan atau bahkan mendesain ulang peralatan yang
menghasilkan getaran, atau jika tidak, pasangkan penyerap getaran atau
peredam kejut.
2) Gunakan penutup lantai, alas kaki, dan sarung tangan yang dapat meredam
getaran.
3) Gunakan peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaran agar dapat
membatasi tingkat getaran yang dirasakan pekerja.
d. Iklim kerja
Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
memperbaiki kontrol iklim kerja:
1) Mengupayakan posisi dinding dan pembagi ruangan tidak membatasi aliran
udara.
2) Menyediakan ventilasi udara sehingga udara dapat dialirkan.
3) Mengurangi beban kerja fisik ketika bekerja dalam kondisi panas serta
pastikan pekerja mendapatkan rehidrasi (air minum) dan istirahat yang cukup.
3. Bahaya faktor biologi
Faktor bilogi yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan akibat
kerja dapat dicegah dengan melakuakn pencegahan terhadapa penyakit menular
seperti pemberian vaksi, pemberin antibiotik profilaksis, dan menjaga hieginitas
tempat bekerja dan lingkungan disekitarnya sehingga terhindar dari infeksi, bakteri,
virus, jamur, atau parasit lainnya.
4. Bahaya faktor ergonomi
Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan
bahaya faktor ergonomi:
1) Menyediakan posisi kerja atau posisi duduk yang sesuai, meliputi sandaran, kursi
atau bangku dan/atau tikar bantalan untuk beridir
2) Mendesain workstation sedemikian rupa sehingga alat-alat mudah dijangau, dan
mengupayakan bahu dan lengan dalam posisi netral dan rileks saat bekerja.
3) Pertimbangan rotasi pekerjaan dan berikan istirahat yang tertaur kepada pekerja
untuk mengurangi risiko kram berulang.
5. Potensi bahaya listrik
Upaya yang dapat dilakuakn untuk mencegah bahaya listtrik yaitu:
1) Melakukan isolasi bagian aktif sehingga tidak ada potensi arus kejut.
2) Semua bagian aktif atau bertegangan listrik diberi penghalang atau seluungkup.

3) Membuat rintangan pada peralatan yang mempunyai tegangan tinggi


4) Perlatan yang mempunyai tegangan tinggi harus diberi jarak aman
5) Menggunakan APD yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menghantarkan
arus listrik saat bekerja dengan potensi bahaya listrik
6) Memasang grounding atau pembumian pada peralatan listrik, sehingga saat ada
arus kejut atau tegangan petir, arus mengalir ke tanah, sehingga akan memperkecil
resistansi alat dan bumi.
7) Menggunakan kabel tiga kawat (three-wire cord) dengan kontak yang
tergrounding
8) Melakukan pengecekan berkala terhadap kabel-kabel dan sumber listrik13
6. Potensi bahaya kebakaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran yaitu:
1) Mengidentifikasi dan mengendalikan risiko bahay kebakaran yang dapat terjadi
baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja, dan lingkungan.
2) Menyediakan sarana deteksi kebakaran, alarm, sarana pemadaman kebakaran dan
tempat evakkuasi sementara.
3) Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
4) Untuk tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang atau tempat kerja
yang berpotensi menimbulkan kebakaran sedang hingga berat, sebaiknya memilki
buku rencanan penanggulangan keadaaan darurat kebakaran
5) Tidak menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar (bahan bakar cair atau gas)
didalam gedung yang memiliki pit atau lantai dibawahnya kecualu dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat mencegah akumulasi gas tersebut, serta memasang
alat yang dapat mendeteksi kebocoran gas tersebut.
6) Pemasangan peringatan daerah mudah terbakar, sehingga para pekerja atau orang-
orang disekitar dapat memahami untuk tidak menyalakan api atau hal-ahal lain
yang dapat mencetuskan kebakaran.

7) Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) dengan jarak antar APAR
maksimal 15 meter, digantungkan pada dinding dengan penguatan sengkang atau
dengan konstruksi penguat lainnya

Gambar: contoh APAR dan penempatannya


8) Membentuk tim keadaan darurat kebakaran.
7. Faktor bahaya dari permesinan produksi
Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi salah satunya bersumber dari alat-alat
mesin yang digunakan selama bekerja atau proses produksi. Berikut adalah hal-hal
yang dapat dilakukan untuk menghindari atau mengurangi kecelakaan tersbeut:
1) Melakukan pelatihan terhadap pekerja mengenai jenis pekerjaan dengan alat-alat
yang digunakan
2) Membekali pekerja dengan pengetahuan mengenai kegunaan, tata cara pengerjaan
dan untuk jenis pekerjaan apa saja alat-alat tersebut digunakan.
3) Mengenalkan pekerja akan sumber bahaya yang kemungkinan dapat ditimbulkan
dari alat-alat yang digunakan.
4) Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja seperti kaca mata, respirator, helm
atau kedok saat bekerja.
5) Memiliih alat-alat bermutu baik untuk digunakan selama proses produksi,
melakukan perawatan dan pengecekan berkala serta mengganti alat-alat yang
sudah tua atau rusak.
6) Selalu melakukan pengecekan terhadap keamanan alat setiap akan digunakan.13

11. Apa saja upaya atau himbauan kepada para pekerja tentang ergonomi kerja dalam
penyuluhan atau pembinaan yang akan dilakukan?

Jawab :

Memberitahu apa itu ergonomi, bagaimana prinsip nya, dan bagaimana sikap kerjanya.
Berikut ini contoh Prinsip Fundamental Ergonomis.14

Prinsip 1. Menjaga Postur Netral.

Postur netral adalah postur dimana tubuh sejajar dan seimbang, baik
ketika duduk atau berdiri, menempatkan stres minimal pada tubuh dan menjaga sendi
selaras. Postur netral meminimalkan stres diterapkan pada otot, tendon, saraf dan
tulang dan memungkinkan untuk kontrol yang maksimum dan produksi tenaga.
Kebalikan dari postur netral adalah "sikap canggung." Postur Canggung menjauhkan
postur netral ke arah range of motion yang ekstrim. Hal ini menempatkan tekanan
lebih pada sistem muskuloskeletal pekerja, merupakan faktor risiko yang
berkontribusi untuk Gangguan Musculoskeletal (MSDS), dan harus dihindari.

Berikut ini adalah contoh Netral vs postur Canggung :

Prinsip 2. Bekerja di Power / Comfort Zone.

Prinsip sangat mirip dengan mempertahankan postur


netral.Kekuatan/comfort zona untuk lifting adalah selalu dekat tubuh, ketinggian
antara mid-thigh dan mid chest. Zona ini adalah di mana lengan dan punggung dapat
mengangkat dengan paling sedikit usaha. Zona Ini juga bisa disebut " zona jabat
tangan" atau "zona kenyamanan." Prinsipnya di sini adalah bahwa jika Anda dapat
"berjabat tangan dengan pekerjaan Anda", Anda meminimalkan jangkauan yang
berlebihan dan mempertahankan postur netral. Bekerja dari zona power / kenyamanan
/ jabat tangan memastikan bahwa Anda bekerja pada ketinggian dan jangkauan yang
tepat , yang mengurangi faktor risiko MSD dan memungkinkan untuk lebih efisien
dan bebas rasa sakit waktu bekerja. Sekarang ketika Anda melihat pekerja yang
bekerja dengan extended reach dan pada ketinggian yang tidak benar, Anda akan tahu
mereka berada di luar zona kenyamanan dan faktor risiko akan meningkat.

Prinsip 3. Pergerakan dan Peregangan.

Sistem muskuloskeletal sering disebut sebagai sistem gerak tubuh manusia,


dan dirancang untuk bergerak. Bekerja untuk jangka waktu yang lama dalam posisi
statis akan menyebabkan tubuh Anda kelelahan. Ini adalah apa yang dikenal sebagai
beban statis.

Sebagai contoh:

-Angkat tangan di atas kepala Anda selama 30 menit.

-Tetap berdiri di posisi yang sama selama 8 jam.

-Menulis dengan pensil selama 60 menit.

Jika Anda melakukan hal-hal diatas, Anda akan mengalami beban statis.
Beberapa detik pertama atau menit tampaknya tidak terlalu buruk, tetapi efek
kumulatif memegang posisi statis ,yang tampaknya bebas stres dalam waktu yang
lama , akan menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Peregangan/stretching,
akan mengurangi kelelahan, meningkatkan keseimbangan otot dan postur tubuh dan
meningkatkan koordinasi otot. Setiap orang adalah atlet dalam hidup, sehingga Anda
perlu mempersiapkan tubuh Anda untuk bekerja dengan pemanasan untuk
meningkatkan kinerja dan risiko cedera yang lebih rendah. Sebuah rejimen
pemanasan peregangan adalah cara yang bagus untuk mempersiapkan tubuh Anda
untuk bekerja. Hal ini juga bermanfaat untuk mengambil periodik peregangan
istirahat selama hari kerja Anda ,untuk mengembalikan aliran darah dan
mengembalikan energi Anda.

Prinsip 4. Mengurangi kekuatan berlebihan.

Kekuatan yang berlebihan adalah salah satu faktor risiko ergonomi utama.
Banyak pekerjaan membutuhkan banyak tenaga yang berlebihan pada tubuh
manusia. Peningkatan upaya otot dalam menanggapi persyaratan kekuatan tinggi akan
meningkatkan kelelahan dan resiko dari MSD. Ada banyak kondisi yang
mempengaruhi kekuatan, tetapi gagasannya adalah kapan untuk mengenali pekerjaan
atau tugas yang membutuhkan kekuatan yang berlebihan dan kemudian menemukan
cara untuk mengurangi kekuatan yang berlebihan itu. Menghilangkan persyaratan
kekuatan yang berlebihan akan mengurangi kelelahan pekerja dan risiko pembentukan
MSD di sebagian besar pekerja. Menggunakan bantuan mekanik, sistem kontra
keseimbangan, adjustable height lift tables and workstation, power tool dan alat
ergonomis akan mengurangi usaha kerja dan pengerahan tenaga otot.
Prinsip 5. Kurangi Gerakan berlebihan/berulang-ulang.

Gerakan berulang merupakan salah satu dari faktor risiko ergonomi utama.
Banyak tugas kerja dan siklus yang berulang-ulang , dan sering dikendalikan oleh
target produksi per jam atau harian dan proses kerja. Pengulangan kerja yang sering,
bila dikombinasikan dengan faktor-faktor risiko lainnya seperti kekuatan yang tinggi
dan / atau postur canggung, dapat berkontribusi untuk pembentukan MSD.
Pekerjaan dianggap sangat berulang-ulang jika waktu siklus adalah 30 detik atau
kurang. Gerakan yang berlebihan atau gerakan yang tidak perlu harus dikurangi jika
mungkin. Dalam situasi di mana hal ini tidak mungkin, adalah penting untuk
menghilangkan persyaratan kekuatan yang berlebihan dan postur canggung. Metode
pengendalian lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah , rotasi pekerjaan dan break
untuk peregangan .

Prinsip 6. Minimalkan kontak Stres.


Menurut OSHA, contact stress adalah hasil dari kontak terus menerus atau
gesekkan antara benda / permukaan tajam dan keras dan jaringan tubuh yang sensitif,
seperti jaringan lunak dari jari-jari, telapak tangan, paha dan kaki. Kontak ini
menciptakan tekanan lokal untuk area kecil dari tubuh, yang dapat menghambat
darah, fungsi saraf, atau gerakan tendon dan otot.

Contoh stres kontak termasuk pergelangan tangan istirahat di tepi tajam meja atau
workstation saat melakukan tugas, menekan alat ke telapak tangan, tugas yang
membutuhkan palu, dan duduk tanpa ruang yang cukup untuk lutut .

Prinsip 7. Mengurangi Getaran berlebihan.

Studi telah menunjukkan bahwa paparan teratur dan sering ke getaran dapat
mengakibatkan efek yang merugikan kesehatan permanen. Hand arm vibration dapat
menyebabkan berbagai kondisi yang dikenal sebagai hand arm vibration
sindrom (HAVS), serta penyakit tertentu seperti jari putih atau sindrom Raynaud,
carpel tunnel syndrome dan tendinitis. Sindrom getaran memiliki efek yang
merugikan peredaran darah dan saraf di jari. Tanda-tanda dan gejala termasuk mati
rasa, nyeri, dan blanching (pucat dan pucat).

Prinsip 8. Memberikan Pencahayaan yang memadai.

Pencahayaan miskin adalah masalah umum di tempat kerja yang dapat


mempengaruhi tingkat kenyamanan pekerja dan kinerja. Terlalu banyak atau terlalu
sedikit cahaya membuat pekerjaan sulit - bayangkan mencoba untuk melakukan
pekerjaan Anda tanpa terlihat! Area kerja remang-remang dan silau dapat
menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala dan daerah tidak benar menyala
membuat pekerja memiliki resiko yang lebih besar untuk semua jenis cedera.
Menyediakan pekerja dengan tugas pencahayaan disesuaikan seringkali solusi
sederhana untuk masalah pencahayaan.
Pada workstation komputer, mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan layar
silau, dan pastikan bahwa monitor tidak ditempatkan di depan jendela atau latar
belakang terang.14
DAFTAR PUSTAKA

1. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2005.
2. Bridger, R. S. Introduction to Ergonomics. New York: Mc Graw Hill; 1995
3. International Labour Organization (ILO). Keselamatan dan kesehatan kerja: Switzerland;
2004

4. Sumber : UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (online). Diunduh dari: URL:
http://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nomor%2036%2
0Tahun%202014.pdf
5. Djatmiko RD. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Cetakan 1. Yogyakarta:
Deepublish
6. Direktorat Pengawasan kesehatan kerja. Pedoman Bersama ILO/WHO tentang
Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Direktorat Pwngawasan Kesehatan Kerja; 2005.
DIunduh dari: URL: www.who.int/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pdf
[Diakses pada tanggal 27 Agustus 2018]

7. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2005.

8. Menteri Kesehatan RI. Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Calon Tenaga Kerja
Indonesia.

9. Modul Kesehatan kerja bagi petugas kesehatan. Bagian ilmu kedokteran: Universitas
Jambi;2011.
10. International Labour Organization (ILO). Keselamatan dan kesehatan kerja: Switzerland;
2004
11. Baiduri,Drg,MK3.,Modul Kuliah Ergonomi.Depok: FKM UI.2008
12. https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-jenis-penyebab-pencegahan-kec
elakaan-kerja.html
13. International Labour Organization (ILO). Keselamatan dan kesehatan kerja: Switzerland;
2004
14. http://www.kesehatankerja.com/ergonomi.html
15. Redjeki, Sri. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2016

Anda mungkin juga menyukai