2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada tiga, yaitu :
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan.
Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
Arteri koronaria : Arteri yang mendarahi dinding jantung
Arteri subklavikula : Arteri bawah selangka yang bercabang kanan
kiri leher melewati aksila.
Arteri brachialis : Arteri pada lengan atas.
Arteri radialis : Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
Arteri karotis : Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
Arteri temporalis : Arteri yang teraba denyutnya pada depan
telinga.
Arteri facialis : Teraba berdenyut di sudut rahang bawah.
Arteri femoralis : Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha
menuju ke belakang lutut.
Arteri tibia : Arteri pada kaki.
Arteri pulmonalis : Arteri yang menuju ke paru-paru.
Gambar 2. Struktur Eritrosit
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali di bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh
darah yang lebih besar yang disebut vena. Fungsi kapiler adalah :
Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan
jaringan.
Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.
Menyerap hasl makanan yang terdapat di usus.
Menyaring darah yang terdapat di ginjal
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang
penting :
Vena Cava Superior : Vena balik yang memasuki atrium kanan,
membawa darah kotor dari daerah kepala, thorak, dan ekstremitas
atas.
Vena Cava Inferior : Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
Vena Jugularis : Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak
ke jantung.
Vena Pulmonalis : Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari paru-paru.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn,
2008 : 133).
Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya
kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam
mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya
mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari
eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan hati,
yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah
itu akan mati.
Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit
berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-
11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan
RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai
pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain
didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia.
Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau
infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
Gambar 3. Jenis - Jenis Leukosit
Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir
90% plasma darah terdiri dari :
(a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
(b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
(c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
(d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
(e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)
b) Fisiologi
1. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
o SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di
dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis. SA Nodus
berfungsi untuk menghasilkan/ menimbulkan denyut jantung. SA
nodus mempunyai sel peacemakaer dengan frekuensi denyutan 60 –
100 x/menit.
o Jaras Internodal : struktur penghubung SA nodus dan AV nodus yang
berfungsi untuk meneruskan denyutan SA nodus ke seluruh dinding
atrium lalu ke AV nodus
o AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum
atrium dekat muara sinus koronari. Av nodus berperan dalam
meneruskan denyutan SA nodus ke berkas HIS serta menahan
denyutan SA Nodus selama 0,08 – 0,12 detik untuk memberikan
waktu pengisian darah entrikel selama atrium berkontraksi. A nodus
memiliki sel peacemaker tang memiliki frekuensi denyutan 40 – 60
x/menit.
o Berkas HIS: Struktur penghubung AV nodus dan sel purkinye.
Berfungsi untuk meneruskan denyutan AV nodus ke berkas purkinye.
o Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel. Berfungsi untuk
meneruskan denyut berkas HIS ke seluruh dinding jantung.
B. Definisi Penyakit
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik 90 mmHg. (WHO)
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : Hipertensi dimana tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg. (Darmojo, 1999)
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat
meningkat sampai 120-130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita.(Abdul Majid, 2004)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah, dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas
90 mmHg.
C. Epidemiologi
Hipertensi adalah salah satu faktor resiko utama penyakit vaskular jantung,
saraf dan ginjal, dimana lebih dari setengah penyebab angka kematian pada
negara maju. Prevalensi hipertensi pada populasi masih cukup tinggi dan
diperkirakan 1-2 % penderita hipertensi dapat terjadi kirisis hipertensi.
Dari populasi hipertensi, ditaksir 70% menderita hipertensi ringan, 20%
hipertensi sedang dan 10% hipertensi berat. Pada setiap jenis hipertensi ini dapat
timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat
sampai 120 – 130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Angka kejadian krisis hipertensi menurut laporan dari hasil penelitian
dekade lalu di negara maju berkisar 2 – 7% dari populasi hipertensi, terutama
pada usia 40 – 60 tahun dengan pengobatan yang tidak teratur selama 2 – 10
tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun belakangan ini karena
kemajuan dalam pengobatan hipertensi, seperti di Amerika hanya lebih kurang
1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi.( Edial Sanif, 2009)
D. Etiologi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55
tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah
menopause .(Marliani,2007). Peran hormone estrogen adalah
meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam
pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone
estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas
hormone estrogen sesuai dengan umur wanita secara alami. Umumnya,
proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus
benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi
pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50
tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping
dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi
(Elsanti,2009). Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar
40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan
darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang
dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda.
Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk
terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
F. Manifestasi klinis
Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi yang
meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung,
gangguan penglihatan, mual dan muntah.
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, dan
nocturia karena hypokalemia.
Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jatung kiri, yang dapat
menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan
paroxysmal nocturnal dyspnea. Keterlibatan cerebral karena stroke yang
disebabkan oleh trombosis atau hemoragik dari mikroaneurisma. Pada pemeriksaan
fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi badan.
Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik di
kukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi
postural dilakukan palpasi
leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipoti-
roid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan
funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan
jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring
dengan peningkatan derajat beratnya hipertensi
dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan pening-
katan reflek cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan
pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke2 karena penutupan
dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang bergeser ke arah lateral.
G. Klasifikasi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri,tetapi
lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes
melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak
90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu
banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
untuk menderita penyakit ini. Onset hipertensi essensial biasanya muncul pada
usia antara 25-55 tahun, sedangkan usia di bawah 20 tahun jarang ditemukan.
Patogenesis hipertensi essensial adalah multifaktorial. Faktor-faktor yang
terlibat dalam pathogenesis hipertensi essensial antara lain faktor genetik,
hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek natriuresis,
natrium dan kalsium intraseluler, serta konsumsi alkohol secara berlebihan.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10
persen kasus sisanya , penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi,
tapi bukan faktor penyebab. Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang
spesifik. Hipertensi sekunder dapat terjadi pada individu dengan usia sangat
muda tanpa disertai riwayat hipertensi dalam keluarga. Penyebab hipertensi
sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler
ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing, feokromsitoma,
koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obatobatan.
Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tabel 1
Kategori Hipertensi
Kategori stadium Tekanan sistolik Tekanan diastolic
Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
H. Gejala klinis
Menurut Karyadi (2006), sebagian besar penderita hipertensi pada
umumnya, tidak mempunyai keluhan khusus dan tidak mengetahui dirinya
menderita hipertensi. Gejala-gejala umum yang kadang dirasakan sebelumnya
antara lain :
1) Sakit kepala terutama pada waktu bangun tidur dan kemudian hilang sendiri
beberapa jam
2) Kemerahan pada wajah
3) Cepat capek
4) Lesu dan impotensi.
Sedangkan gejala yang mungkin timbul akibat adanya penyakit lain yang yang
menyebabkan hipertensi adalah sindrom chusing yaitu peningkatan berat badan,
emosi yang labil serta gejala lain seperti sering buang air kecil dan ingin minum
terus pada kelainan pengaturan kelenjar adrenal di ginjal (Karyadi, 2006).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
dari hidung).
I. Komplikasi
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan tidak terkontrol dapat
menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai berikut
(Padmawinata, 2006):
1) Komplikasi pada otak
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi menyebabkan kerusakan pada
dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini memicu
pembentukan plak aterosklerosis dan thrombosis (pembekuan darah yang
berlebihan). Akibatnya pembuluh darah tersumbat dan jika penyumbatan terjadi
pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke.
2) Komplikasi pada mata
Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati hipertensi
dan dapat menyebabkan kebutaan.
3) Komplikasi pada jantung
Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada
pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) dan
kerusakan otot jantung (Infark Jantung). Selain itu pada penderita hipertensi,
beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga
akan terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisnya yang disebut dengan dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari
paru sehingga banyak cairan yang tertahan di paru-paru maupun jaringan tubuh
lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema, kondisi ini disebut
gagal jantung
4) Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan menyebabkan
kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal.
Apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan gagal ginjal kronik atau
bahkan gagal ginjal terminal.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian obat
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat
yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang
bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke,
gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner.
Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan
diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
b. Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi
ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam
Alfa-blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
c. Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya
dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan
menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-
blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan sebagainya.
d. Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole
sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun. Obat
yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
e. Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium
ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah
Nifedipine dan Verapamil.
f. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat.
Obat jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan
Enalapril.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriks
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang
tidak adekuat.
5. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif.
C. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
untuk membatasi
e. Mengidentifikasi
aktivitas yang cukup
pencetus kelelahan.
berat seperti berjalan
jauh, berlari, f. Menyamakan
mengangkat beban persepsi perawat-
berat, dll pasien mengenai
tanda-tanda
Activity Therapy
kelelahan dan
a. Kolaborasi dengan
menentukan kapan
tim kesehatan lain
aktivitas pasien
untuk merencanakan ,
dihentikan.
monitoring program
aktivitasi klien. g. Mencegah
timbulnya sesak
b. Bantu pasien memilih
akibat aktivitas
aktivitas yang sesuai fisik yang terlalu
dengan kondisi. berat.
b. Aktivitas yang
teralau berat dan
tidak sesuai dengan
kondisi pasien dapat
memperburuk
toleransi terhadap
latihan.
c. Melatih kekuatan
dan irama jantung
selama aktivitas.