Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI PUSKESMAS MINGGIR
ANGKATAN 33
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh:
Pembimbing
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehinggga penyusun dapat melaksanakan dan
menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas di
Puskesmas Minggir, Sleman pada periode Januari 2019. Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat profesi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia. Melalui PKPA ini diharapkan dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang berkaitan dengan bidang farmasi di
puskesmas. Pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini tentunya tidak dapat
berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Riyanto, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Dr. Farida Hayati, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia.
3. Ibu dr. Trisni Nur Andayani, selaku Kepala Puskesmas Minggir Sleman atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga kami dapat melakukan kegiatan
PKPA di Puskesmas Minggir.
4. Ibu Edawati Lasmadita, S.Farm.,Apt. selaku Apoteker Penanggung Jawab di
Puskesmas Minggir Sleman yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada kami sehingga proses PKPA puskesmas dapat berjalan dengan lancar.
5. Ibu Dr. Arba Pramundita, M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada kami sehingga proses PKPA puskesmas dapat berjalan dengan lancar.
6. Seluruh karyawan di Puskesmas Minggir Sleman, yang telah banyak membantu
kami selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas di
Puskesmas Minggir Sleman.
iii
7. Semua pihak yang tidak dapat kami tuliskan satu persatu, yang telah membantu
dan mendukung pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas
di Puskesmas Minggir Sleman.
Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas bantuannya
dalam penulisan laporan PKPA ini, semoga mendapatkan pahala yang sebesar-
besarnya dan semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT. Akhir kata penulis
mohon maaf dengan ketulusan hati seandainya dalam penulisan laporan ini
terdapat kesalahan. Harapan penulis semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat pada umumnya serta perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada khususnya, Amin.
iv
DAFTAR ISI
v
d. Pelayanan konseling dan/atau Home care ........................................................ 22
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO) ................................. 23
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ........................................................................ 24
g. Evaluasi Penggunaan Obat Rasional ................................................................ 25
4. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT ...................... 26
TUGAS PKPA PUSKESMAS MINGGIR .................................................................... 29
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 29
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 29
B. SARAN......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29
Lampiran .............................................................................Error! Bookmark not defined.
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan menjadi unsur penting dalam kelangsungan hidup dan
menjadi hak asasi tiap manusia sehingga keadaan sehat harus diwujudkan dengan
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan meliputi upaya
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan
(R. Indonesia, 2009). Upaya kesehatan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan di
masyarakat salah satunya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelengarakan upaya kesehatan
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam menjalankan upaya kesehatan
harus meliputi manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium (RI, 2014).
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan pada pasien secara
langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian Puskesmas
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang meliputi
pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP terdiri dari
perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan, serta pemantauan dan
evaluasi pengelolaan. Sedangkan pelayanan farmasi klinis terdiri dari pengkajian
resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat
(PIO), konseling, visit pasien (khusus Puskesmas dengan rawat inap), pemantauan
dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat, serta evaluasi
penggunaan obat (Departemen Kesehatan, 2016).
1
2
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN
MEMBANDINGKAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
UPT Puskesmas Minggir terletak di dusun Minggir III, desa
Sendangagung, Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. meliputi 5 (lima) desa
Sendangmulyo, Sendangsari, Sendangrejo, Sendangarum dan Sendangagung.
Kecamatan Minggir merupakan salah satu diantara 17 kecamatan yang ada di
kabupaten sleman, dengan batas wilayah yaitu, Sebelah Utara: Wilayah
Kecamatan Tempel, Sebelah Selatan: Wilayah Kecamatan Moyudan, Sebelah
Barat: Wilayah kabupaten kulonprogo, Sebelah Timur: Wilayah Kecamatan
Seyegan, Kecamatan Godean dan Kecamatan Moyudan. Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Puskesmas Minggir berlangsung selama 12 hari kerja, mulai kamis 10
Januari 2019 hingga rabu 23 Januari 2019. Waktu pelaksanaan PKPA mengikuti
jam kerja karyawan Puskesmas Minggir yaitu hari Senin- Kamis jam 07.30 -
14.30 WIB, jumat jam 07.30 - 11.30 WIB dan sabtu 07.30-12.30 WIB. Puskesmas
Minggir memiliki 4 Puskesmas Pembantu yaitu, Pustu Sendangmulyo, Pustu
Sendangsari, Pustu Sendangrejo, Pustu Sendangarum dan Pustu Sendangagung.
Sebelum memulai praktek kerja, mahasiswa mendapat pembekalan di
Puskesmas Minggir pada hari rabu 9 januari 2019 oleh Edawati Lasmadita
S.Farm., Apt, selaku Apoteker Penanggung Jawab di Puskesmas Minggir.
Pembekalan meliputi tata letak gedung di puskesmas, pengenalan unit farmasi
puskesmas dan penunjang yang terdiri satu apoteker penanggung jawab, dan satu
TTK peran Apoteker di Puskesmas sesuai dengan PMK nomor 30 tahun 2014,
gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan selama PKPA seperti
pelayanan resep, konseling pasien rawat jalan, pengadaan, penerimaan dan
penyimpanan obat, distribusi obat, dan lainnya. Mahasiswa juga diberi daftar obat
yang ada di puskesmas Minggir.
1. ASPEK UMUM
a. Aspek Legal Puskesmas
Puskesmas Minggir merupakan satu-satunya Puskesmas yang terletak di
kecamatan Minggir kabupaten Sleman. Puskesmas Minggir merupakan Unit
4
5
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA
4. Perbaikan Gizi
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Ibu dan Anak( KIA)
4. Poli Prolanis
5. Laboratorium
6. Farmasi
7. Poli PKPR
8. UGD 24 Jam
9. Rawat Inap
5. Kesehatan Jiwa
7. PTM (Prolanis)
8. PKPR
Apoteker dalam pengecekan obat. Kartu stok juga digunakan untuk menulis obat
yang masuk (tambahan obat) baik dari bon maupun permintaan bulanan
(Departemen Kesehatan, 2016).
Pencatatan penggunaan obat pada pelayanan resep juga dicatat dan
dilaporkan menggunakan excel dan buku untuk obat- obat psikotropik, OOT dan
pasien TB. Pencatatan penggunaan obat dilaporkan per hari dan di rekapitulasi di
tiap minggu. Dari hasil rekapitulasi, akan diolah menjadi data yang terbagi atas
penggunaan obat untuk antibiotik, diare dan ISPA. Setelah dilakukan rekapitulasi,
dilakukan penelusuran resep obat yang memiliki permasalahan dan dilaporkan
pada saat rapat antar unit Puskesmas untuk menghindari masalah dalam
penggunaan obat berdasarkan resep.
Perbekalan kesehatan (obat dan alat kesehatan) di Puskesmas Minggir
disuplai oleh gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Pengadaan,
penggunaan, maupun persediaan obat harus selalu dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman dalam bentuk LPLPO yang dibuat setiap bulannya.
2. PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI
PUSKESMAS
a. Perencanaan dan Permintaan
Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai yang tidak tepat
dapat mempengaruhi ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai. Dampak
yang mungkin terjadi adalah timbulnya kejadian stagnant dan stock out obat di
Puskesmas. Istilah Stagnant berarti keadaan ketika jumlah sisa persediaan obat
lebih dari tiga kali jumlah pemakaian rata-rata dan Stockout yaitu keadaan ketika
jumlah sisa persediaan kurang dari pemakaian rata-rata. Kejadian stagnant dan
stockout obat tentu akan memberikan dampak yang merugikan bagi Puskesmas,
diantaranya yaitu peningkatan biaya akibat pemakaian obat yang tidak rasional.
Hal ini tentu akan merugikan Puskesmas. Mengingat pentingnya kegiatan
pengelolaan obat dan bahan medis habis dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, maka pelaksanaan pengelolaan obat diatur dalam Permenkes Nomor
10
masing-masing obat sebagai stok masuk. Kartu stok obat meliputi kolom tanggal
penerimaan obat atau pengeluaran obat, nama obat beserta dosis obat, penerimaan
atau penggunaan obat, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar serta obat yang
tersisa. Setelah menulis kartu stok, obat-obat dan alat kesehatan disimpan pada
tempatnya masing-masing dengan sistem FEFO dan FIFO (obat yang datang lebih
awal dan lebih dekat Expired Date (ED) atau masa kadaluwarsanya diletakkan
pada posisi mudah dijangkau untuk dikeluarkan terlebih dahulu) serta disesuaikan
dengan bentuk sediaannya.
Penyimpanan obat di ruang pelayanan disimpan berdasarkan farmakologi,
bentuk sediaan dan sesuai kelas terapinya kemudian dilengkapi dengan rak/lemari
obat, 2 pendingin ruangan (Air Conditioner, AC) yang diatur pada suhu 15–25°C
yang selalu dinyalakan secara bergantian, lemari pendingin untuk obat seperti
suppositoria yang diatur pada suhu 2–8°C, pengukur suhu, kartu suhu, kartu stok,
penandaan LASA, penandaan high alert dan penandaan obat kadaluwarsa yang
diberi stiker merah dan sudah sesuai PMK 74 tahun 2016.
Obat tuberculosis (TB), obat untuk pasien PROLANIS dan psikotropika
disimpan di ruang pelayanan di dalam lemari yang berbeda dan terpisah dari obat-
obat lain. Sedangkan penyimpanan vaksin di puskesmas Minggir, bukan
dilakukan oleh Farmasi tetapi dilakukan oleh petugas imunisasi di poli Kesehatan
Ibu dan Anak, penyimpanan vaksin mengunakan chiller dan selalu dijaga suhunya
dengan pengecekan suhu 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore sebelum jadwal
tugas berakhir dan selalu tercatat suhunya dalam grafik suhu. Untuk
mengendalikan persediaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas, dilakukan
pencatatan obat keluar setiap hari pada kartu stok. Obat yang masuk dari GFK
selalu dicatat pada kartu stok untuk masing-masing obat.
Beberapa persyaratan yang sudah dipenuhi oleh gudang Puskesmas Minggir
diantaranya memiliki ruangan obat tersendiri, cukup aman kuat dapat dikunci,
tidak terkena sinar matahari langsung, dan kondisi ruangan yang selalu bersih.
14
untuk obat dalam/per oral dan etiket berwarna biru untuk obat luar. Puskesmas
Minggir juga mempunyai beberapa etiket khusus yang mencantumkan waktu
minum obat terkhususnya untuk obat antibiotik, etiket untuk oralit. Informasi
yang dituliskan pad etiket adalah tanggal, nama pasien, aturan pakai, nama obat,
indikasi.
Setelah pemberian etiket obat dapat diserahkan kepada pasien dengan alur
pengecekan ulang mengenai obat dan etiket, kemudian Apoteker atau TTK
memanggil nama pasien dan memberikan obat serta informasi terkait obat.
Pemberian informasi meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai dan durasi
penggunaan untuk antibiotik, serta cara penggunaan khusus terkait penggunaan
salep mata, tetes mata dan telinga, supposituria.
Pelayanan resep untuk obat psikotropika di Puskesmas Minggir dilakukan
dengan pencatatan pada buku serah terima obat psikotropika. Pencatatan
pelayanan psikotropika meliputi tanggal pengambilan, nama pasien, nomor resep,
nomor rekam medis, usia pasien, nama obat, jumlah obat, nama pengambil,
hubungan dengan pasien dan tanda tangan pengambil obat. Pencatatan tersebut
dilakukan untuk melacak apabila terjadi kesalah dalam input data obat-obat
psikotropika.
Puskesmas Minggir juga melakukan pelayanan obat untuk pasien dengan
obat antituberculosis (TBC) yang dilayani di poli khusus TBC yang terletak di
ruang depan puskesmas pada hari Sabtu. Pengambilan obat untuk setiap pasien
TBC dicatat dalam buku kendali TBC. Pencatatan dilakukan karena pasien TBC
di Puskesmas Minggir mengambil obat setiap 2 minggu sekali serta ada pasien
yang mengambil 1 minggu sekali, sehingga obat TBC tidak langsung diberikan
secara utuh kepada pasien untuk terapi jangka panjang guna menghindari
ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan mengetahui efek samping.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi mengenai obat
22
laporan efek samping obat, mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping obat, mengisi formulir Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), dan melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.24).
Puskesmas Minggir melakukan kegiatan pemantauan ESO ketika terdapat
kasus yang terjadi dengan didukung bukti adanya efek samping obat yang terjadi
pada pasien. Pelaporan efek samping obat di Puskesmas Minggir dilakukan pada
kasus-kasus tertentu seperti alergi antibiotik. Apabila ditemukan kasus atau
keluhan pasien mengenai respon obat yang tidak diarapkan pada dosis normal
maka pelaporan tersebut dicatatan dalam buku retur obat. Pencatatan yang
dilakukan pada buku retur obat mencakup nomor, tanggal pelaporan, data pasien
(nama pasien, nomor rekam medis, alamat), detail obat yang diduga menimbulkan
efek samping (nama obat, jumlah obat, nomor resep dan tanggal resep), efek
samping yang terjadi dan penanganannya, nama dokter yang menangani dan
paraf. Namun, Puskesmas Minggir tidak melakukan pelaporan efek samping ke
Dinas Kesehatan, hanya melakukan pencatatan dan pelaporan berupa
dokumentasi. Pelaporan efek samping yang sering terjadi di Puskesmas Minggir
adalah keluhan alergi obat.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya adalah
mendeteksi masalah yang terkait dengan obat dan memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang terkait dengan obat (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.24).
Kriteria pasien yang perlu dilakukan PTO antara lain: Anak-anak dan
lanjut usia, ibu hamil dan menyusui; Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis;
Adanya multidiagnosis; Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati;
Menerima obat dengan indeks terapi sempit; Menerima obat yang sering diketahui
menyebabkan reaksi obat yang merugikan (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.24-
25).
25
resep untuk pengobatan ISPA dan diare, serta resep acak yang dicatat obat dengan
jumlah dan dosis penggunaannya.
Melalui data LPP pada bulan Desember 2018 di Puskesmas Minggir
ditemukan jumlah resep antibiotik per Desember 2018 sebanyak 309 dari total
resep sebanyak 1463 resep, sehingga didapatkan persentase penggunaan antibiotik
untuk bulan Desember 2018 sebesar 21,12%. LPP untuk data peresepan ISPA
ditemukan persentase penggunaan antibiotik sebesar 3.33%, polifarmasi 2.33,
penggunaan kortikosteroid 0%. LPP untuk data peresepan Diare oralit serta zink
sebesar 100%. Pada LPP juga mencantumkan data Acak yaitu terdapat DRP
polifarmasi.
Program MTP merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
pencapaian kriteria atau persyaratan ideal dari intervensi penggunaan obat yang
dilakukan oleh sebuah tim untuk me-monitoring (pengawasan resep) dalam
penggunaan obat secara rasional. Salah satu program MTP di Puskesmas Minggir
adalah MTP peresepan ISPA, yang diharapkan dapat dilakukan untuk
memperoleh data akurat dan lengkap mengenai jumlah penggunaan obat pada
pasien dengan kasus ISPA.
4. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan garda terdepan
dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Salah satu dari upaya kesehatan wajib
Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan terutama di
puskesmas merupakan kegiatan yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
27
masyarakat lanjut usia agar membina kesehatan secara mandiri dan mencapai
masa tua yang bahagia. dan Kegiatan Posyandu dilakukan oleh masyarakat yang
direkrut menjadi kader dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan. Posyandu
balita dan lansia dilakukan tiap bulan bersamaan dengan puskesmas keliling.
Jadwal Posyandu dilakukan di hari Senin- Kamis pada pukul 10.30- 12.30 WIB,
hari Jum’at dimulai pada pukul 10.00-11.30 WIB, dan Sabtu dimulai pada pukul
10.30- 12.30 WIB. Terdapat 70 Posyandu dari 68 desa yang ada di kecamatan
Minggir dengan 8 posyandu berstrata Madya, 27 Posyandu berstrata Purnama, dan
35 Posyandu berstrata Mandiri. Posyandu Lansia terdapat 46 Posyandu. Bila
dalam desa tersebut terdapat posyandu balita dan lansia, maka puskesmas keliling
dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Kegiatan PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien dengan penyakit
kronis tentang obat yang mereka gunakan dari nama obat, cara penggunaan, cara
minum, dosis, efek samping dan interaksi obat, serta cara penggunaan obat khusus
yang diadakan setiap satu bulan sekali di awal bulan. Peserta yang diambil berupa
pasien yang menderita penyakit kronis. Materi yang digunakan dalam program
prolanis ini yaitu obat-obat diabetes, kolesterol, asma dan hipertensi yang sering
digunakan oleh pasien penyakit kronis di Puskesmas Minggir.
Kegiatan GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat) bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat
tentang cara penggunaan obat yang benar, cara penyimpanan obat, informasi yang
terdapat dalam obat, pembuangan obat dan penggolongan obat. Kegiatan GEMA
CERMAT dilakukan bersamaan dengan puskesmas keliling dan dilakukan
sebelum kegiatan posyandu balita dan lansia. Kegiatan GEMA CERMAT
dilatarbelakangi oleh masyarakat yang masih belum tepat cara peenyimpanan obat
dan membuang obat. Selain itu, masyarakat juga sering salah informasi dalam
penggunaan obat sehingga pengobatan menjadi tidak rasional. Oleh karena itu,
GEMA CERMAT menjadi solusi bagi masyarakat agar penggunaan obat menjadi
rasional.
29
Puskesmas Minggir terdapat pada beberapa unit, yaitu pada poli umum, poli gigi,
KIA, VK dan UGD yang dikontrol sebanyak 2 kali dalam 1 tahun untuk
diperbarui. Kontrol dilakukan dengan mencocokan obat dan alkes yang terdapat di
dalam kotak syok anafilaksis dengan daftar tabel yang berisikan nama, jumlah
serta tanggal kadaluwarsa. Jika ditemukan obat/alkes yang sudah kadaluwarsa
atau mendekati kadaluwarsa maka akan segera ditarik untuk ditukar dengan
obat/alkes yang memiliki tanggal kadaluwarsa yang lebih lama. Setelah itu, isi
kotak dilengkapi jika terdapat kekurangan dan diperbarui daftar tabelnya. Setelah
selesai, kotak syok anafilaksis dikembalikan kembali ke posisi semula. Kotak
syok anafilaksis dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Produsen Vaksin
(PT. Biofarma)
Dinas Provinsi
D.I. Yogyakarta
Dinas Kabupaten
Sleman
Puskesmas
Minggir
menggunakan vaccine carrier yang berisi dengan cool pack dan dijaga suhunya
sama seperti penyimpanan vaksin sekitar 2- 8 ⁰C. Vaksin yang belum digunakan
dan masih tersegel dapat dikembalikan setelah program dan disimpan kembali
sampai kadaluarsa. Sedangkan vaksin yang masih tersisa dan sudah digunakan
lebih dari 6 jam setelah penggunaan dapat dimusnahkan pada program selanjutnya
dan ditempatkan di luar refrigator.
Vaksin campak
Vaksin Campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk
vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril. Vaksin
campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit
campak(31). Diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan pada usia 6-59 bulan
serta saat SD kelas 1-6. Cara pemberian dan dosis : munisasi campak terdiri dari
satu dosis tunggal 0,5 mL disuntikan secara subkutan pada lengan bagian atas
33
setelah dilarutkan dengan pelarutnya. Efek Samping : sakit ringan dan bengkak
pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi, demam (selama 1-2
hari) 2. Vaksin Hepatitis B Vaksin hepatitis B digunakan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg(30,31). Idealnya
diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4
minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2
bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Cara pemberian dan dosis:
a. Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis.
b. Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan).
Kontra indikasi : Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Penanganan Efek samping:
a. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat (Departemen Kesehatan,
2009).
timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam
24 jam setelah pemberian. Penanganan efek samping:
a. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
f. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter
Vaksin Polio
Vaksin polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis/polio, diberikan empat kali saat usia 1,2,3,4 bulan untuk mencegah
penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Toksoid adalah antigen
yang terbuat dari toksin yang diproduksi bakteri/ kuman Toksoid yang digunakan
di puskesmas adalah vaksin TT (Indonesia, 2017).
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis
per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1000 CCID50 virus campak dan
1000 CCID50 virus rubella. Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella
dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Vaksin MR
diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan
dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial
Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi
VVM A atau B. Kontraindikas bagi individu yang sedang dalam terapi
kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi,wanita hamil, leukemia, anemia
berat dan kelainan darah lainnya, kelainan fungsi ginjal berat, Decompensatio
cordis, setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah dan riwayat alergi
terhadap komponen vaksin (neomicyn). Pemberian imunisasi ditunda pada
keadaan sebagai berikut: demam, batuk pilek, diare (KEMENKES, 2017).
BAB IV
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
1. Kebijakan Pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
2. Peran dan tanggung jawab apoteker ditetapkan pada Standar Kompetensi
Apoteker oleh IAI pada tahun 2009
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku (professionalism),
serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) menjadi hal yang penting
bagi calon profesi apoteker untuk mengimplementasikan bagi masyarakat.
Hal ini menjadi tanggung jawab petugas kesehatan yang telah diatur oleh
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
4. Mahasiswa telah mendapatkan kesempatan untuk melihat, mempelajari
dan mempraktekkan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
5. Mahasiswa telah mendapatkan kesempatan belajar berinteraksi,
bekerjasama, dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain di
Puskesmas sesuai dengan etika profesi apoteker yang benar.
6. Mahasiswa telah mendapatkan pengalaman praktek profesi apoteker di
Puskesmas dalam kaitan dengan peran, tugas, dan fungsi apoteker dalam
bidang kesehatan masyarakat.
B. SARAN
1. Untuk Puskesmas Minggir diharapkan kedepannya terkait pengadaan obat,
alat kesehatan dan BMHP tidak mengalami kekosongan dapat
menggunakan pembelian langsung yang saat ini belum diterapkan .
2. Untuk mahasiswa calon apoteker diharapkan untuk lebih giat lagi dan
lebih mempelajari terkait pelayanan farmasi di puskesmas.
29
3. Untuk PSPA diharapkan menjelaskan lebih rinci terkait tugas individu dan
kelompok agar mahasiswa tidak bingung dan mempertimbangkan kembali
terkait durasi lama praktek di puskesmas selama 2 minggu saja.
30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, R.I., 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Indonesia, D.K.R., 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Depkes RI. Jakarta.
Indonesia, P.P.I.A., 2010. Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia Nomor 058/SK/PP. IAI/IV/2011 Tentang Standar Kompetensi
Apoteker Indonesia [Internet ….
Indonesia, R., 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, R.I., 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan: Panduan Bagi Petugas Kesehatan Di Puskesmas. Jakarta.
Rahmah, F., 2018. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas “X”
Berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia 6, 15–20. https://doi.org/10.20473/jaki.v6i1.2018.15-
20
RI, K., 2014. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 Tentang PUSKESMAS. Jakarta:
Depkes RI.
Safriantini, D., Ainy, A., Mutahar, R., n.d. ANALYSIS PLANNING AND
PROCUREMENT OF DRUGS AT PUBLIC EALTH CENTER (PHC)
PEMBINA PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 9.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Labeling update ED obat
Lampiran 2. Lembar distribusi gudang