Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSKESMAS MINGGIR
ANGKATAN 33

DISUSUN OLEH:

RIKA ARTIKAWATI 18811058


WILDAN SETYO RAYANDI 18811059
TRI SENJA APRILIA 18811061
FARAH DESTASA NABILAH 18811062
RIDHO RIZKY PUTRA ROSADI 18811067

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS ISLAM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
JANUARI 2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS MINGGIR
TANGGAL…………………

Disetujui Oleh:

Pembimbing

Program Studi Profesi Apoteker Penanggung Jawab

(Dr. Arba Pramundita, M.Sc.,Apt) (Edawati Lasmadita, S.Farm.,Apt )

Mengetahui

Ketua Program Studi Kepala Puskesmas


Profesi Apoteker

( Dr. Farida Hayati, M.Si.,Apt ) ( dr. Trisni Nur Andayani )

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehinggga penyusun dapat melaksanakan dan
menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas di
Puskesmas Minggir, Sleman pada periode Januari 2019. Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat profesi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia. Melalui PKPA ini diharapkan dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang berkaitan dengan bidang farmasi di
puskesmas. Pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini tentunya tidak dapat
berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Riyanto, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Dr. Farida Hayati, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia.
3. Ibu dr. Trisni Nur Andayani, selaku Kepala Puskesmas Minggir Sleman atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga kami dapat melakukan kegiatan
PKPA di Puskesmas Minggir.
4. Ibu Edawati Lasmadita, S.Farm.,Apt. selaku Apoteker Penanggung Jawab di
Puskesmas Minggir Sleman yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada kami sehingga proses PKPA puskesmas dapat berjalan dengan lancar.
5. Ibu Dr. Arba Pramundita, M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada kami sehingga proses PKPA puskesmas dapat berjalan dengan lancar.
6. Seluruh karyawan di Puskesmas Minggir Sleman, yang telah banyak membantu
kami selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas di
Puskesmas Minggir Sleman.

iii
7. Semua pihak yang tidak dapat kami tuliskan satu persatu, yang telah membantu
dan mendukung pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker Bidang Puskesmas
di Puskesmas Minggir Sleman.
Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas bantuannya
dalam penulisan laporan PKPA ini, semoga mendapatkan pahala yang sebesar-
besarnya dan semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT. Akhir kata penulis
mohon maaf dengan ketulusan hati seandainya dalam penulisan laporan ini
terdapat kesalahan. Harapan penulis semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat pada umumnya serta perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada khususnya, Amin.

iv
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ............................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B. TUJUAN DAN MANFAAT PKPA DI PUSKESMAS .............................. 2
a. Tujuan .................................................................................................................... 2
b. Manfaat.................................................................................................................. 3
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN MEMBANDINGKAN
ANTARA TEORI DAN PRAKTEK ............................................................................... 4
1. ASPEK UMUM ............................................................................................. 4
b. Struktur Organisasi dan SDM ( Sumber Daya Manusia) di Puskesmas ......... 6
c. Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas .......................................................... 7
d. Kebijakan Pengelolaan Obat di Puskesmas ....................................................... 8
2. PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI
PUSKESMAS..................................................................................................... 9
a. Perencanaan dan Permintaan .............................................................................. 9
Perencanaan .............................................................................................................. 9
b. Penerimaan, penyimpanan dan distribusi ........................................................ 11
c. Distribusi .............................................................................................................. 14
d. Pengendalian, pencatatan dan pelaporan ......................................................... 15
Pengendalian ........................................................................................................... 15
e. Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat ....................................................... 17
3. PELAYANAN FARMASI KLINIS DI PUSKESMAS ............................ 18
a. Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan dan Rawat Inap ................................... 19
b. Pengkajian dan Pelayanan Resep ...................................................................... 20
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) ....................................................................... 21

v
d. Pelayanan konseling dan/atau Home care ........................................................ 22
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO) ................................. 23
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ........................................................................ 24
g. Evaluasi Penggunaan Obat Rasional ................................................................ 25
4. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT ...................... 26
TUGAS PKPA PUSKESMAS MINGGIR .................................................................... 29
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 29
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 29
B. SARAN......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29
Lampiran .............................................................................Error! Bookmark not defined.

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan menjadi unsur penting dalam kelangsungan hidup dan
menjadi hak asasi tiap manusia sehingga keadaan sehat harus diwujudkan dengan
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan meliputi upaya
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan
(R. Indonesia, 2009). Upaya kesehatan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan di
masyarakat salah satunya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelengarakan upaya kesehatan
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam menjalankan upaya kesehatan
harus meliputi manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium (RI, 2014).
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan pada pasien secara
langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian Puskesmas
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang meliputi
pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP terdiri dari
perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan, serta pemantauan dan
evaluasi pengelolaan. Sedangkan pelayanan farmasi klinis terdiri dari pengkajian
resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat
(PIO), konseling, visit pasien (khusus Puskesmas dengan rawat inap), pemantauan
dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat, serta evaluasi
penggunaan obat (Departemen Kesehatan, 2016).

1
2

Upaya perbaikan derajat kesehatan dilakukan melalui usaha


pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Upaya
tersebut dilakukan baik secara individu sendiri atau melalui bantuan dari tenaga
kesehatan. Pemerintah juga menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang kesehatan
yang merata, terjangkau dan dapat diakses secara berkesinambungan sehingga
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan optimal (R.
Indonesia, 2009).
Mengingat berkembangnya peran apoteker di Puskesmas, sesuai
dengan PP No. 75 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian, maka Program Studi Profesi Apoteker perlu
melakukan latihan kerja di Puskesmas melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Puskesmas Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ilmu yang
sebelumnya sudah dipelajari di masa perkuliahan perlu diselaraskan dengan apa
yang terjadi di dunia nyata terkhusus dalam hal ini yakni tentang pelayanan
kefarmasian di puskemas. Hal ini mendasari dilakukannya PKPA di Puskesmas
untuk memberikan bekal pengalaman serta memberikan kesempatan kepada para
calon Apoteker untuk mempelajari secara langsung praktek ilmu kefarmasian
yang dimiliki agar nantinya dapat melakukan pekerjaan kefarmasian secara
profesional dan bertanggung jawab.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PKPA DI PUSKESMAS
a. Tujuan:
1. Memberi pemahaman tentang kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas.
2. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab
apoteker dalam pengelolaan obat dan praktek pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku (professionalism),
serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktek
profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
3

4. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat, mempelajari


dan mempraktekkan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
5. Memberi kesempatan untuk belajar berinteraksi, bekerjasama, dan
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain di Puskesmas sesuai dengan
etika profesi apoteker yang benar.
6. Memberi kesempatan untuk belajar pengalaman praktek profesi apoteker
di Puskesmas dalam kaitan dengan peran, tugas, dan fungsi apoteker
dalam bidang kesehatan masyarakat.
b. Manfaat:
1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang peran, fungsi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan obat dan praktek pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis dan realistis tentang cara pengelolaan
obat dan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
3. Memperoleh pengalaman langsung tentang tata cara berkomunikasi dan
berinteraksi yang baik dengan tenaga kesehatan lain di Puskesmas.
4. Membentuk sikap perilaku, dan jiwa profesionalisme untuk memasuki
dunia kerja bidang kefarmasian di Puskesmas.
4

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN
MEMBANDINGKAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
UPT Puskesmas Minggir terletak di dusun Minggir III, desa
Sendangagung, Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. meliputi 5 (lima) desa
Sendangmulyo, Sendangsari, Sendangrejo, Sendangarum dan Sendangagung.
Kecamatan Minggir merupakan salah satu diantara 17 kecamatan yang ada di
kabupaten sleman, dengan batas wilayah yaitu, Sebelah Utara: Wilayah
Kecamatan Tempel, Sebelah Selatan: Wilayah Kecamatan Moyudan, Sebelah
Barat: Wilayah kabupaten kulonprogo, Sebelah Timur: Wilayah Kecamatan
Seyegan, Kecamatan Godean dan Kecamatan Moyudan. Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Puskesmas Minggir berlangsung selama 12 hari kerja, mulai kamis 10
Januari 2019 hingga rabu 23 Januari 2019. Waktu pelaksanaan PKPA mengikuti
jam kerja karyawan Puskesmas Minggir yaitu hari Senin- Kamis jam 07.30 -
14.30 WIB, jumat jam 07.30 - 11.30 WIB dan sabtu 07.30-12.30 WIB. Puskesmas
Minggir memiliki 4 Puskesmas Pembantu yaitu, Pustu Sendangmulyo, Pustu
Sendangsari, Pustu Sendangrejo, Pustu Sendangarum dan Pustu Sendangagung.
Sebelum memulai praktek kerja, mahasiswa mendapat pembekalan di
Puskesmas Minggir pada hari rabu 9 januari 2019 oleh Edawati Lasmadita
S.Farm., Apt, selaku Apoteker Penanggung Jawab di Puskesmas Minggir.
Pembekalan meliputi tata letak gedung di puskesmas, pengenalan unit farmasi
puskesmas dan penunjang yang terdiri satu apoteker penanggung jawab, dan satu
TTK peran Apoteker di Puskesmas sesuai dengan PMK nomor 30 tahun 2014,
gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan selama PKPA seperti
pelayanan resep, konseling pasien rawat jalan, pengadaan, penerimaan dan
penyimpanan obat, distribusi obat, dan lainnya. Mahasiswa juga diberi daftar obat
yang ada di puskesmas Minggir.
1. ASPEK UMUM
a. Aspek Legal Puskesmas
Puskesmas Minggir merupakan satu-satunya Puskesmas yang terletak di
kecamatan Minggir kabupaten Sleman. Puskesmas Minggir merupakan Unit

4
5

Pelayanan Teknis (UPT) induk paling barat di Kabupaten Sleman.


penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial, Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) Pengembangan, serta Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas Mingir memberikan pelayanan
rawat jalan dan rawat inap 24 serta UGD terbatas 24 jam, Kegiatan UPT
puskesmas Minggir secara garis besar tercantum dalam program Upaya, yaitu :
 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial:
1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. KIA

4. Perbaikan Gizi

5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

 Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):

1. Balai Pengobatan Umum (BP Umum)

2. Balai Pengobatan Gigi dan Mulut (BP Gigi)

3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Ibu dan Anak( KIA)

4. Poli Prolanis

5. Laboratorium

6. Farmasi

7. Poli PKPR

8. UGD 24 Jam

9. Rawat Inap

 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan :

1. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

2. Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

3. Kesehatan Gigi Mayarakat (UKGM)

4. Kesehatan Mata (Indra)


6

5. Kesehatan Jiwa

6. Upaya Kesehatan Kerja

7. PTM (Prolanis)

8. PKPR

b. Struktur Organisasi dan SDM ( Sumber Daya Manusia) di Puskesmas


Organisasi Puskesmas secara langsung disusun oleh dinas kesehatan
kabuopaten/kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan, dan beban kerja
Puskesmas tersebut. Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud paling
sedikit terdiri atas:
a. Kepala Puskesmas

b. Kepala sub bagian tata usaha

c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium: dan

e. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas


pelayanan kesehatan

Gambar 3.1. struktur organisasi Puskesmas Minggir


7

c. Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas


Puskesmas Minggir memiliki staf pelayanan kefarmasian sebanyak 3
orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker sebagai penanggung jawab dan dibantu
oleh 2 Tenaga Teknis Apoteker (TTK). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun
2009 menyebutkan bahwa pelayanan resep atau penyerahan obat resep dokter di
pelayanan kefarmasian (salah satunya puskesmas) harus dilakukan oleh apoteker.
Pelayanan resep merupakan salah satu dari pelayanan farmasi klinik yang
merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan vaksin. Pelayanan farmasi klinik diantaranya meliputi (D. K. R.
Indonesia, 2009):
a. Konseling
b. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
c. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
d. Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan pelayanan Home Care
e. Evaluasi Penggunaan Obat
Pada Puskesmas Minggir Apoteker melakukan pengelolaan obat, BMHP,
dan vaksin yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Pengelolaan obat, BMHP dan vaksin bertujuan untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Apoteker juga
melakukan pelayanan farmasi klinis seperti pengkajian resep, penyerahan obat
dan langsung memberikan pemberian informasi obat, melakukan konseling
dengan obat yang memiliki cara penggunaan khusus seperti tetes mata, tetes
telinga, salep mata, suppositoria dan tablet vagina, melakukan pelaporan efek
samping obat (ESO), pemantauan terapi obat dan mengevaluasi penggunaan obat.
Apoteker di Puskesmas Minggir melakukan visite pasien di rawat inap. Namun,
pelayanan home care belum diterapkan pada Puskesmas Minggir. Pelayanan
8

farmasi klinik bertujuan untuk meningkatkan mutu dan memperluas cakupan


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, memberikan Pelayanan Kefarmasian yang
dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai, meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian, dan melaksanakan kebijakan
Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional
(Departemen Kesehatan, 2016).
Pada Puskesmas Minggir Apoteker melakukan promosi kesehatan. Selain
melakukan kegiatan pengelolaan obat dan farmasi klinik, apoteker yang
merupakan tenaga kesehatan ikut serta dalam promosi kesehatan yang dilakukan
Puskesmas untuk mencapai standar minimal pelayanan kesehatan. Hal ini diatur
dalam PMK No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Program yang dilakukan oleh
apoteker pada promosi kesehatan adalah PROLANIS, Posyandu Balita dan
Lansia, dan GEMA CERMAT (RI, 2014).
d. Kebijakan Pengelolaan Obat di Puskesmas
Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yaitu Pengelolaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang memiliki tujuan untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan. Kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas Minggir didasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Pengelolaan obat dilakukan dengan menggunakan
kartu stok di lemari gudang Farmasi, kartu stok di tiap unit dan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas. Kegiatan
pencatatan dan pelaporan obat yaitu dengan membuat kartu stok untuk setiap item
obat di gudang, kemudian diletakkan kartu stok tersebut di rak berdekatan dengan
obat. Penyusunan obat yang digunakan di Puskesmas Minggir yaitu beradasarkan
farmakologi, bentuk sediaan, dan suhu penyimpanan obat. Pengeluaran obat
dengan metode First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
Seluruh obat yang keluar atau masuk dicatat dalam kartu stok untuk membantu
9

Apoteker dalam pengecekan obat. Kartu stok juga digunakan untuk menulis obat
yang masuk (tambahan obat) baik dari bon maupun permintaan bulanan
(Departemen Kesehatan, 2016).
Pencatatan penggunaan obat pada pelayanan resep juga dicatat dan
dilaporkan menggunakan excel dan buku untuk obat- obat psikotropik, OOT dan
pasien TB. Pencatatan penggunaan obat dilaporkan per hari dan di rekapitulasi di
tiap minggu. Dari hasil rekapitulasi, akan diolah menjadi data yang terbagi atas
penggunaan obat untuk antibiotik, diare dan ISPA. Setelah dilakukan rekapitulasi,
dilakukan penelusuran resep obat yang memiliki permasalahan dan dilaporkan
pada saat rapat antar unit Puskesmas untuk menghindari masalah dalam
penggunaan obat berdasarkan resep.
Perbekalan kesehatan (obat dan alat kesehatan) di Puskesmas Minggir
disuplai oleh gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Pengadaan,
penggunaan, maupun persediaan obat harus selalu dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman dalam bentuk LPLPO yang dibuat setiap bulannya.
2. PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI
PUSKESMAS
a. Perencanaan dan Permintaan
Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai yang tidak tepat
dapat mempengaruhi ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai. Dampak
yang mungkin terjadi adalah timbulnya kejadian stagnant dan stock out obat di
Puskesmas. Istilah Stagnant berarti keadaan ketika jumlah sisa persediaan obat
lebih dari tiga kali jumlah pemakaian rata-rata dan Stockout yaitu keadaan ketika
jumlah sisa persediaan kurang dari pemakaian rata-rata. Kejadian stagnant dan
stockout obat tentu akan memberikan dampak yang merugikan bagi Puskesmas,
diantaranya yaitu peningkatan biaya akibat pemakaian obat yang tidak rasional.
Hal ini tentu akan merugikan Puskesmas. Mengingat pentingnya kegiatan
pengelolaan obat dan bahan medis habis dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, maka pelaksanaan pengelolaan obat diatur dalam Permenkes Nomor
10

74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Rahma,


2018 hal 2) (Rahmah, 2018).

Perencanaan bertujuan untuk menentukan jenis obat dan jumlah kebutuhan


obat di puskesmas. Perencanaan obat yang telah disepakati kemudian dibuat
berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Perencanaan obat dilakukan setiap tahun LPLPO dengan menjadikan pola
komsumsi dan epidemiologi sebagai acuan perencanaanya. Pola konsumsi adalah
metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat dan BMHP bulan
sebelumnya. Metode epidemiologi berdasarkan penyakit yang sering muncul yang
terjadi pada bulan tertentu di tahun sebelumnya, serta program yang akan
dilakukan oleh pemerintah pada periode tersebut. Misalnya yaitu program haji,
dan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Berikut kolom yang
terdapat pada format LPLPO di Puskemas Minggir Sleman :
1) Nomor
2) Nama obat
3) Stok awal, yaitu jumlah stok sisa akhir bulan lalu.
4) Penerimaan, yaitu jumlah penerimaan bulan lalu.
5) Persediaan, yaitu jumlah stok awal + penerimaan.
6) Pemakaian, yaitu jumlah pemakaian bulan ini.
7) Retur/Expired date, penukaran obat atau tanggal kadaluwarsa obat
8) Sisa stok, yaitu selisih antara persediaan dengan pemakaian dan jumlah
obat rusak/kadaluwarsa.
9) Permintaan, yaitu jumlah barang yang diminta untuk bulan depan
10) keterangan
Permintaan
Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi
kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai
dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat (Kemenkes RI, 2016 hal 14).
11

Tujuan permintaan obat di Puskesmas Minggir Sleman peruntukan supaya


memperoleh jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan sesuai yang telah
direncanakan. Permintaan diajukan kepada Gudang Farmasi Kabupaten Sleman
sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah setempat. Jumlah permintaan
sudah ditentukan menggunakan rumus dengan cara jumlah pemakaian obta bulan
sebelumnya dikalikan 2, kemudian dikurangi sisa stok di Gudang Farmasi
Puskesmas.
b. Penerimaan, penyimpanan dan distribusi
Penerimaan
Kegiatan penerimaan dan pemeriksaan obat merupakan salah satu kegiatan
dalam tahap pengadaan obat (Safriantini, 2011 hal 2) (Safriantini et al., n.d.).
Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat dan BMHP yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.( Kemenkes,
2016 hal 14)
Obat dan BMHP dari GFK Sleman diterima oleh apoteker penanggung jawab
gudang farmasi puskesmas minggir. Apoteker mengambil sendiri ke GFK
Sleman. Pengecekan dilakukan terhadap waktu kadaluarsa, jumlah dan bentuk
fisik dari obat dan BMHP. Jika hal tersebut telah sesuai maka apoteker akan
menandatangani bukti penerimaan obat pada lembar atas LPLPO. Penerimaan
disertai dengan nota harga dan BMHP yang diserahkan. Namun jika obat yang
diterima tidak sesuai dengan permintaan, obat atau BMHP dapat segera ditukar
karena penerimaan dilakukan di GFK Sleman, atau apoteker dapat mengajukan
pernyataan keberatan secara langsung dan obat tidak jadi diambil.
Prosedur penerimaan obat di Puskesmas Minggir Sleman meliputi beberapa
hal, yaitu:
1) Pertama, Apoteker atau pengelola obat puskesmas datang ke Dinas
Kesehatan untuk pengecekan obat sebelum dibawa ke Puskesmas.
12

2) Kedua, obat yang diterima disesuaikan dengan surat pemesanan dan


LPLPO meliputi keadaan fisik obat, jenis obat, jumlah obat serta
Expired Date yang sesuai.
3) Ketiga, Apoteker menandatangani lembaran dan buku yang berisi
catatan obat-obat yang sudah diterima obat dari Dinas Kesehatan
sebagai arsip bukti penerimaan obat dan BMHP.
4) Keempat, memasukkan obat ke dalam gudang obat puskesmas kemudian
dilakukan pencatatan pada kartu stok.
Puskesmas Minggir juga menerima obat untuk pasien-pasien PROLANIS yang
mana obat tersebut sudah dikemas sendiri dan diberikan nama pasien masing-
masing untuk pengobatan satu bulan.

Gambar 3.2. Penerimaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman


Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap obat dan BMHP yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2016 hal 15).
Penyimpanan obat di puskesmas Minggir terdiri dari penyimpanan obat di ruang
peracikan, penyimpanan di gudang farmasi, penyimpanan obat di unit gawat
darurat (UGD), dan penyimpanan obat di unit rawat inap.
Obat dan alat kesehatan yang telah diterima dari Gudang Farmasi Kabupaten
disimpan di gudang obat Puskesmas sesuai dengan tempatnya. Sedangkan obat-
obat PROLANIS disimpan secara khusus dalam almari obat tersendiri terpisah
dengan yang lain. Jumlah obat yang diterima dari GFK dituliskan pada kartu stok
13

masing-masing obat sebagai stok masuk. Kartu stok obat meliputi kolom tanggal
penerimaan obat atau pengeluaran obat, nama obat beserta dosis obat, penerimaan
atau penggunaan obat, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar serta obat yang
tersisa. Setelah menulis kartu stok, obat-obat dan alat kesehatan disimpan pada
tempatnya masing-masing dengan sistem FEFO dan FIFO (obat yang datang lebih
awal dan lebih dekat Expired Date (ED) atau masa kadaluwarsanya diletakkan
pada posisi mudah dijangkau untuk dikeluarkan terlebih dahulu) serta disesuaikan
dengan bentuk sediaannya.
Penyimpanan obat di ruang pelayanan disimpan berdasarkan farmakologi,
bentuk sediaan dan sesuai kelas terapinya kemudian dilengkapi dengan rak/lemari
obat, 2 pendingin ruangan (Air Conditioner, AC) yang diatur pada suhu 15–25°C
yang selalu dinyalakan secara bergantian, lemari pendingin untuk obat seperti
suppositoria yang diatur pada suhu 2–8°C, pengukur suhu, kartu suhu, kartu stok,
penandaan LASA, penandaan high alert dan penandaan obat kadaluwarsa yang
diberi stiker merah dan sudah sesuai PMK 74 tahun 2016.
Obat tuberculosis (TB), obat untuk pasien PROLANIS dan psikotropika
disimpan di ruang pelayanan di dalam lemari yang berbeda dan terpisah dari obat-
obat lain. Sedangkan penyimpanan vaksin di puskesmas Minggir, bukan
dilakukan oleh Farmasi tetapi dilakukan oleh petugas imunisasi di poli Kesehatan
Ibu dan Anak, penyimpanan vaksin mengunakan chiller dan selalu dijaga suhunya
dengan pengecekan suhu 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore sebelum jadwal
tugas berakhir dan selalu tercatat suhunya dalam grafik suhu. Untuk
mengendalikan persediaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas, dilakukan
pencatatan obat keluar setiap hari pada kartu stok. Obat yang masuk dari GFK
selalu dicatat pada kartu stok untuk masing-masing obat.
Beberapa persyaratan yang sudah dipenuhi oleh gudang Puskesmas Minggir
diantaranya memiliki ruangan obat tersendiri, cukup aman kuat dapat dikunci,
tidak terkena sinar matahari langsung, dan kondisi ruangan yang selalu bersih.
14

Gambar 3.3. Penyimpanan obat LASA


c. Distribusi
Distribusi/penyaluran adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta
tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Pendistribusian obat mencakup kegiatan
pengeluaran dan pengiriman obat dari gudang obat untuk memenuhi kebutuhan
unit-unit pelayanan kesehatan. Pendistribusian disesuaikan dengan dengan
permintaan yang ada di LPLPO diiantaranya kepada unit rawat jalan, unit rawat
inap, Poli umum, Poli Kesehatan Ibu dan Anak, Poli gigi, laboratorium, Vaksin
dan Unit Gawat Darurat. Selain itu, pendistribusian juga dilakukan di Puskemas
Pembantu (Pu 2stu), dan Posyandu. Puskesmas pembantu yang terdapat di
Kecamatan Minggir terdapat 4 yaitu Pustu Sendang Arum, Sendang Rejo,
Sendang Mulyo dan Sendang sari. Puskesmas Minggir juga melakukan distribusi
khusus misalnya P3K untuk kegiatan natal, tahun baru, perayaan hari
kemerdekaan Indonesia, persediaan kotak syok anafilaksis dan Bulan Imunisasi
Anak Sekolah.
Pendistribusian obat untuk unit rawat jalan, UGD, Pustu dan distribusi
khusus dilakukan dengan cara floor stock atau penyerahkan obat sesuai dengan
kebutuhan. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan istem
individual prescription. Sedangkan untuk pasien rawat inap dilakukan dengan
kombinasi antara floor stock dan, individual prescription dan unit dose dispensing
(UDD). Pemberian dengan UDD pada pasien akan diberikan oleh perawat setiap
kali waktu minum obat pasien.
15

Gambar 3.4. Pengecekan kotak syok anafilaksis/ kotak emergency


d. Pengendalian, pencatatan dan pelaporan
Pengendalian
Kegiatan pengelolaan ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan habis pakai yang efektif, efisien, dan
rasional. Selain itu, juga meningkatkan kompetensi dan kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan. Selain itu, penyelenggaraan pengelolaan obat ini
juga merupakan bagian dari proses manajemen logistik yang dilakukan oleh
Puskesmas (Rahmah, 2018 hal 2).
Petugas penanggung jawab farmasi melakukan pencatatan harian yang
meliputi pencatatan jumlah item obat yang masuk dan keluar dari Gudang Obat
Puskesmas Minngir dan mencatat stok obat. Tujuan dari pengendalian yaitu agar
tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan pengendalian diantaranya memperkirakan rata- rata periode tertentu di
puskesmas dan seluruh unit pelayanan, menentukan jumlah stok obat yang
diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau
kekosongan. Selain itu dilakukan juga pengecekan jumlah fisik obat dan alkes
dengan kartu stok serta pengecekan tanggal kadaluarsa. Pengecekan kesesuaian
dengan kartu stok Puskesmas Minggir dilakukan 2 kali dalam satu bulan untuk
gudang farmasi dan setiap akhir bulan unit rawat jalan. Sedangkan pengecekan
tanggal kadaluarsa bertujuan untuk memastikan bahwa obat maupun alkes yang
diserahkan kepada pasien belum kadaluarsa. Obat maupun alkes yang mempunyai
tanggal kadaluarsa dekat dibuat cacatan khusus.
16

Keterlibatan mahasiswa PKPA dalam pengendalian obat yaitu mengihitung


jumlah persediaan, pengecekan fisik persediaan dengan kartu stok dan tanggal
kadaluarsa yang terdapat di gudang farmasi puskesmas, unit rawat inap, unit rawat
jalan, poli umum, poli Vaksin, Unit Gawat Darurat dan Puskemas Pembantu
(pustu).
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian dalam penatalaksanaan
pengarsipan obat dan BMHP serta secara tertib, baik dalam penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya. Tujuan dari pencatatan dan pelaporan yiatu sebagai bukti bahwa
pengelolaan obata dan BMPH telah dilakukan, selain itu sebagai sumber data
dalam melakukan pengaturan dan pengendalian. Fungsi lainnya dari pencatatan
dan pelaporan sebagai sumber data dalam pembuatan laporan .
Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Minggir merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan secara rutin bulanan, maupun tahunan. Hasil dari pencatatan akan
digunakan untuk pelaporan internal untuk di puskesmas dan eksternal pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman. Adapun bentuk dari pencatatan dan pelaporan di
puskesmas Minggir yaitu :
1. Kartu stok
Kartu stok digunakan untuk mengontrol persediaan obat dan pencatatan stok
setiap barang, baik obata maupun alat kesehatan. Kartu stok diberikan untuk
masing- masing obat maupun alat kesehatan. Kartu ini berisi nama barang,
tanggal, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, sisa barang, dan keterangan
(berisi keterangan asal barang atau tujuan penggunaan barang). Pengisian krtu
stok dilakukan setiap ada barang masuk ataupun keluar, selain itu kartu stok
diletakan berdekatan dengan obat atau alkes yang bersangkutan disimpan. Farmasi
Puskesmas Minggir melakukan pengecekan fisik obat dan alkes secara rutin
terhadap kartu stok untuk melihat kesesuaian barang dengan tercatat di kartu stok.
Pengecekan dilakukan tiap akhir bulan untuk unit rawat jalan dan 2 kali
pengecekan untuk Gudang Farmasi.
2. LPLPO
17

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) berfungsi untuk


pelaporan, analisis penggunaan, dan perencanaan kebutuhan serta pengendalian
persediaan. Lembar LPLPO didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
setiap bulannya, kemduain Apoteker di Puskesmas memasukan data pemakaian
obat bulan sebelumnya. Lembar LPLPO memuat informasi jumlah obat dan
jumlah pemberian obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) Sleman. LPLPO
dilaporkan kepada kepala Puskemas untuk ditandatangani, setelah itu dilakukan
pelaporan kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman melalui GFK
Sleman setiap awal bulan.
3. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas merupakan salah
satu bentuk pencatatan adminitrarif untuk pengedalian keseluruhan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas yang dibuat perbulan. Meliputi pelayanan resep rawat
jalan, rawat inap, konseling dan pemberian informasi obat kepada pasien. Laporan
dibuat berdasarkan data – data yang dikumpulkan berdasarkan lembar resep yang
diterima dari rawat jalan dan rawat inap di unit pelayanan farmasi.
4. Pola resep
Laporan pola resep merupakan laporan penggunaan obat yang sesuai dengan resep
yang diterima pasien. Laporan dibuat berdasarkan jenis penyakit dan penggunaan
obat pada resep yang diterima. Contoh laporan pola resep yang dilakukan oleh
Puskesmas Minggir yaitu dikelompokan berdasarkan penyakit diantaranya diare,
ISPA, penggunaan antibiotik, dan DRP pada resep. Kemudian akan dibuat
evaluasi penggunaanya dalam satu bulan dengan hasil akhir berupa persentase
hasil dari kategori diare, ISPA, DRP, dan pengunaan antibiotik.
e. Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Ruang Farmasi di Puskesmas
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik (Kemenkes RI, 2016 Hal 17).
18

Monitoring dan evaluasi penggunaan obat dilakukan secara periodik dengan


tujuan mengendalian dan menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaanya.
Sehingga sebagai bentuk pelaksanaan menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan. Monitoring dan evaluasi penggunaan obat yang dilakukan terus
menerus dapat memperbaiki pengelolaan obat dan BMHP serta dapat memberikan
penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaannya.

Puskesmas Minggir melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan obat tersebut


dengan berupa program Monitoring Obat Satelit (MOS). Program MOS dilakukan
untuk evaluasi dan meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada pasien.
Mengingat pentingnya pelyanan kefarmasian dalam kesehatan, maka Puskesmas
Minggir melaksanakan program MOS secara rutin, yaitu 3 kali dalam setahun.

3. PELAYANAN FARMASI KLINIS DI PUSKESMAS


Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 meliputi standar pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan standar pelayanan Farmasi
Klinik (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.5). Pelayanan farmasi klinik merupakan
bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan Obat dan BMHP dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.19)
Tujuan dari pelayanan kefarmasian adalah untuk meningkatkan mutu dan
memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di Puskesmas; Meningkatkan mutu
dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; Memberikan
Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi
Obat dan BMHP; Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian; Melaksanakan
kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan Obat
secara rasional (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.19)
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan
resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite pasien (khusus
19

Puskesmas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO), pemantauan


terapi obat (PTO) dan evaluasi penggunaan obat (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.19).
Berdasarkan standar pelayanan farmasi klinik yang tercantum dalam
Permenkes no 74 tahun 2016, Puskesmas Minggir juga melakukan pelayanan
farmasi klinik meliputi:
a. Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan dan Rawat Inap
Puskesmas Minggir merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Sleman yang memiliki sarana rawat inap, sehingga pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Minggir dilakukan pada Instalasi Rawat Jalan serta Rawat inap.
Pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan di Puskesmas Minggir terdapat
pelayanan poli umum, poli gigi, poli kesehatan ibu dan anak (KIA), unit VK, dan
Unit Gawat Darurat (UGD). Pelayanan kefarmasian dilakukan meliputi
penerimaan resep, skrinning resep, peracikan obat, memberikan etiket dan
penyerahan obat. Alur pelayanan kefarmasian rawat jalan di Puskesmas Minggir
dimulai dari pengumpulan resep pada kotak resep di Ruang obat, kemudian pasien
dipersilahkan untuk menunggu, kemudian apoteker dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) melakukan skrining resep dan konfirmasi ke dokter penulis
resep apabila ditemukan ketidaksesuaian, selanjutnya dilakukan penyiapan obat
atau peracikan obat sesuai dengan resep serta memberikan etiket, kemudian
dilakukan penyerahan obat kepada pasien yang disertai dengan pemberian
informasi obat berupa nama obat, indikasi, aturan pemakaian, dan perhatian
penggunaan khusus seperti antibiotik.
Pelayanan kefarmasian untuk instalasi rawat inap dilakukan oleh
perawat/bidan untuk shift siang dan malam. Obat sudah disediakan di lemari obat
rawat inap oleh Apoteker dan TTK untuk kebutuhan selama 1 bulan. Resep rawat
inap/UGD/VK pada shift pagi dilayani pada di Famasi rawat jalan. Pelayanan
kefarmasian pada rawat inap tidak dilaksanakan oleh Apoteker secara langsung
dikarenakan jumlah tenaga apoteker yang terbatas di Puskesmas.
20

b. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
farnasetik, dan klinis untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan
administrasi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dan
paraf dokter, tanggal resep, serta ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik
meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan
ketersiediaan, aturan dan cara penggunaan, serta inkompatibilitas
(ketidakcampuran obat). Persyaratan klinis meliputi: ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan efek samping
obat, kontra indikasi, serta efek adiktif (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.19-20).
Puskesmas Minggir melakukan pengkajian resep meliputi kesesuaian obat dengan
diagnosis dokter, dosis obat, dan cara penggunaan serta kondisi khusus seperti
pasien hamil/tidak. Konfirmasi dilakukan melalui telepon atau berbicara secara
langsung kepada dokter penulis resep apabila terjadi ketidaksesuaian ataupun
resep yang kurang jelas dan tidak dapat terbaca.
Setelah dilakukan pengkajian resep, selanjutnya dilakukan kegiatan
pelayanan resep yang meliputi penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi
obat kepada pasien. Puskesmas Minggir melakukan kegiatan pelayanan resep
yang diawali dengan menyiapkan obat sesuai dengan resep hingga penyerahan
obat. Terdapat beberapa resep obat jadi namun terdapat juga resep yang
memerlukan peracikan. Peracikan yang dilakukan oleh Puskesmas Minggir adalah
pembuatan pulveres dan rekonstitusi sirup kering. Pembuatan pulveres dilakukan
dengan menggunakan blender ataupun secara manual dengan mortir-stamper
untuk penggerusan obat, membagi sama rata secara visual, memasukkan serbuk
obat ke dalam kertas/kantung puyer dan dikunci dengan menggunakan mesin
press (sealer). Rekonstitusi sirup kering dilakukan dengan menambahkan aqua
bidestilata sesuai dengan yang dibutuhkan secara perlahan ke dalam sediaan sirup
kering, kocok perlahan.
Setelah peracikan atau penyiapan obat selesai dilakukan, obat disiapkan
dalam plastik dan diberikan etiket dengan warna yang sesuai fungsinya,
Puskesmas Minggir mempunyai 2 jenis etiket utama yaitu etiket berwara putih
21

untuk obat dalam/per oral dan etiket berwarna biru untuk obat luar. Puskesmas
Minggir juga mempunyai beberapa etiket khusus yang mencantumkan waktu
minum obat terkhususnya untuk obat antibiotik, etiket untuk oralit. Informasi
yang dituliskan pad etiket adalah tanggal, nama pasien, aturan pakai, nama obat,
indikasi.
Setelah pemberian etiket obat dapat diserahkan kepada pasien dengan alur
pengecekan ulang mengenai obat dan etiket, kemudian Apoteker atau TTK
memanggil nama pasien dan memberikan obat serta informasi terkait obat.
Pemberian informasi meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai dan durasi
penggunaan untuk antibiotik, serta cara penggunaan khusus terkait penggunaan
salep mata, tetes mata dan telinga, supposituria.
Pelayanan resep untuk obat psikotropika di Puskesmas Minggir dilakukan
dengan pencatatan pada buku serah terima obat psikotropika. Pencatatan
pelayanan psikotropika meliputi tanggal pengambilan, nama pasien, nomor resep,
nomor rekam medis, usia pasien, nama obat, jumlah obat, nama pengambil,
hubungan dengan pasien dan tanda tangan pengambil obat. Pencatatan tersebut
dilakukan untuk melacak apabila terjadi kesalah dalam input data obat-obat
psikotropika.
Puskesmas Minggir juga melakukan pelayanan obat untuk pasien dengan
obat antituberculosis (TBC) yang dilayani di poli khusus TBC yang terletak di
ruang depan puskesmas pada hari Sabtu. Pengambilan obat untuk setiap pasien
TBC dicatat dalam buku kendali TBC. Pencatatan dilakukan karena pasien TBC
di Puskesmas Minggir mengambil obat setiap 2 minggu sekali serta ada pasien
yang mengambil 1 minggu sekali, sehingga obat TBC tidak langsung diberikan
secara utuh kepada pasien untuk terapi jangka panjang guna menghindari
ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan mengetahui efek samping.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi mengenai obat
22

kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat,


menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat
seperti kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan
stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai dan menunjang
penggunaan obat yang rasional (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.20). kegiatan
PIO yang dilakukan di Puskesmas meliputi pemberian dan penyebaran informasi
kepada konsumen secara pro aktif dan pasif; Menjawab pertanyaan dari pasien
ataupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka; Membuat
buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain; Melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat;
Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan BMHP; Mengoordinasikan penelitian
terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.20-21).
Kegiatan PIO yang dilaksanakan di Puskesmas Minggir sesuai dengan
kegiatan PIO yang tercantum dalam Permenkes no.72 tahun 2016. Puskesmas
Minggir melakukan pelayanan secara aktif dengan mengadakan penyuluhan ke
masyarakat melalui kegiatan posyandu yang dilakukan setiap hari senin-kamis dan
pemberian informasi obat pada saat melakukan penyerahan obat kepada pasien
secara langsung, pemberian informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan
lain baik secara akfit atau pasif (langsung ataupun menjawab pertanyaan).
Sedangkan pelayanan informasi obat secara pasif dilakukan dengan menggunakan
leaflet. Beberapa leaflet yang terdapat di Puskesmas Minggir antara lain adalah
cara pakai obat tetes mata, tetes telinga, salep mata.
d. Pelayanan konseling dan/atau Home care
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling
adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan
23

lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan


dan penggunaan Obat (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.21).
Kegiatan konseling meliputi: Membuka komunikasi antara apoteker
dengan pasien; Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat , bagaimana cara pemakaian,
apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain; Memperagakan dan
menjelaskan mengenai cara penggunaan obat (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.21).
Konseling obat di Puskesmas Minggir dilakukan pada kasus dan penyakit
tertentu, tidak semua pasien mendapatkan konseling dari apoteker sebab
banyaknya jumlah pasien yang datang per harinya. Pelayanan konseling pada
Puskesmas Minggir dilaksanakan oleh Apoteker atau TTK. Penyakit-penyakit
yang mendapatkan pelayanan konseling antara lain adalah pasien dengan penyakit
kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterol, pasien yang
mendapatkan obat khusus seperti penggunaan kontrasepsi oral (Pil KB
kombinasi), pasien yang mendapatkan obat golongan psikotropika serta pada
pasien dengan 3 macam diagnosa penyakit dan pasien yang mendapatkan lebih
dari 5 macam obat. Pelayanan konseling di Puskesmas Minggir dilakukan pada
tempat yang sama dengan tempat pelayanan obat, tidak terdapat ruangan/tempat
khusus untuk melakukan kegiatan konseling. Konseling yang diberikan oleh
Puskesmas Minggir meliputi informasi penggunaan obat yang lebih mendetail.
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.24). Tujuan dilakukan kegiatan tersebut adalah menemukan efek samping obat
sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang dan
menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat dikenal
atau yang baru saja ditemukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain menganalisis
24

laporan efek samping obat, mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping obat, mengisi formulir Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), dan melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.24).
Puskesmas Minggir melakukan kegiatan pemantauan ESO ketika terdapat
kasus yang terjadi dengan didukung bukti adanya efek samping obat yang terjadi
pada pasien. Pelaporan efek samping obat di Puskesmas Minggir dilakukan pada
kasus-kasus tertentu seperti alergi antibiotik. Apabila ditemukan kasus atau
keluhan pasien mengenai respon obat yang tidak diarapkan pada dosis normal
maka pelaporan tersebut dicatatan dalam buku retur obat. Pencatatan yang
dilakukan pada buku retur obat mencakup nomor, tanggal pelaporan, data pasien
(nama pasien, nomor rekam medis, alamat), detail obat yang diduga menimbulkan
efek samping (nama obat, jumlah obat, nomor resep dan tanggal resep), efek
samping yang terjadi dan penanganannya, nama dokter yang menangani dan
paraf. Namun, Puskesmas Minggir tidak melakukan pelaporan efek samping ke
Dinas Kesehatan, hanya melakukan pencatatan dan pelaporan berupa
dokumentasi. Pelaporan efek samping yang sering terjadi di Puskesmas Minggir
adalah keluhan alergi obat.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya adalah
mendeteksi masalah yang terkait dengan obat dan memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang terkait dengan obat (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.24).
Kriteria pasien yang perlu dilakukan PTO antara lain: Anak-anak dan
lanjut usia, ibu hamil dan menyusui; Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis;
Adanya multidiagnosis; Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati;
Menerima obat dengan indeks terapi sempit; Menerima obat yang sering diketahui
menyebabkan reaksi obat yang merugikan (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.24-
25).
25

Kegiatan PTO antara lain memilih pasien yang memenuhi kriteria,


membuat catatan awal, memperkenalkan diri pada pasien, memberikan penjelasan
pada pasien, mengambil data yang dibutuhkan, melakukan evaluasi, dan
memberikan rekomendasi (Permenkes no.74 tahun 2016, hal.25).
Puskesmas Minggir melakukan pemantauan terapi obat untuk dapat
menjamin terapi pengobatan pada pasien puskesmas tetap dilakukan dan
memberikan hasil yang baik. pemantauan terapi obat diberikan pada pasien yang
memiliki durasi pengobatan yang panjang. PTO di Puskesmas Minggir dilakukan
pada pasien rawat jalan yang menderita penyakit TBC, selain itu dicatat jumlah
obat yang telah digunakan oleh pasien dan data dicatat dalam buku kendali TBC.
Puskesmas Minggir juga melakukan PTO pada pasien rawat inap (visite) dengan
mengisi form lembar PTO dan melakukan konseling saat penyerahan obat kepada
pasien rawat inap. PTO Rawat jalan TBC dan pasien ranap (visite). Terkhusus
pada pelayanan konseling TBC terdapat beberapa hal yang ditanyakan pada saat
pelaksanaan konseling adalah bagaimana pengobatan selama ini dilakukan,
menanyakan efek samping yang dikeluhkan, mengingatkan untuk selalu taat pada
pengobatan yang dijadwalkan.
g. Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuannya adalah mendapatkan
gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi
secara berkala untuk penggunaan obat tertentu (Permenkes no.74 tahun 2016,
hal.25).
Kegiatan evaluasi penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas Minggir
dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Laporan Pola Peresepan (LPP) dan
MTP (Monitoring, Training, Planning). LPP merupakan pelaporan yang
digunakan untuk mengetahui kecenderungan obat yang diresepkan oleh dokter di
Puskesmas Minggir. Data yang dimasukkan ke dalam LPP diantaranya adalah
presentase penggunaan antibiotik termasuk dengan jumlah dan lama penggunaan,
26

resep untuk pengobatan ISPA dan diare, serta resep acak yang dicatat obat dengan
jumlah dan dosis penggunaannya.
Melalui data LPP pada bulan Desember 2018 di Puskesmas Minggir
ditemukan jumlah resep antibiotik per Desember 2018 sebanyak 309 dari total
resep sebanyak 1463 resep, sehingga didapatkan persentase penggunaan antibiotik
untuk bulan Desember 2018 sebesar 21,12%. LPP untuk data peresepan ISPA
ditemukan persentase penggunaan antibiotik sebesar 3.33%, polifarmasi 2.33,
penggunaan kortikosteroid 0%. LPP untuk data peresepan Diare oralit serta zink
sebesar 100%. Pada LPP juga mencantumkan data Acak yaitu terdapat DRP
polifarmasi.
Program MTP merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
pencapaian kriteria atau persyaratan ideal dari intervensi penggunaan obat yang
dilakukan oleh sebuah tim untuk me-monitoring (pengawasan resep) dalam
penggunaan obat secara rasional. Salah satu program MTP di Puskesmas Minggir
adalah MTP peresepan ISPA, yang diharapkan dapat dilakukan untuk
memperoleh data akurat dan lengkap mengenai jumlah penggunaan obat pada
pasien dengan kasus ISPA.
4. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan garda terdepan
dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Salah satu dari upaya kesehatan wajib
Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan terutama di
puskesmas merupakan kegiatan yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
27

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kementerian Kesehatan,


2011).
Peran Apoteker dalam promkes yaitu berkontribusi dalam upaya
preventif dan promotif kesehatan di masyarakat. Dilakukan melalui kerja sama
dengan pelayanan kesehatan dasar dan tenaga kesehatan lain dalam menangani
masalah kesehatan di masyarakat, survey masalah obat, identifikasi dan prioritas
masalah kesehatan, dan penyuluhan dengan menyebar informasi melalui leaflet,
spanduk dan poster untuk program promosi kesehatan, serta dokumentasi
pelaksanaan program promosi kesehatan. Komponen perilaku dan lingkungan
sehat merupakan garapan utama promosi kesehatan. Pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut aspek
perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan
faktor budaya pada umumnya (Indonesia, 2010).
Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Minggir dilakukan di
dalam gedung dan di luar gedung. Promosi kegiatan di dalam gedung meliputi
tempat poliklinik, ruang pelayanan KIA dan KB, ruang farmasi, aula dan dinding
farmasi, sedangkan untuk luar gedung Puskesmas Minggir melakukan
pemberdayaan berjenjang dengan merekrut kader dari setiap wilayah Puskesmas
Minggir, lalu memberdayakan para kader, dan pada akhirnya para kader
memberdayakan masyarakat. Promosi Kesehatan yang dilakukan oleh Apoteker di
Puskesmas Minggir, Sleman antara lain adalah Posyandu Balita dan Lansia,
PROLANIS (Program Lanjut Usia), dan GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat).
Kegiatan Posyandu Balita dan Lansia dilakukan di luar puskesmas
dan di dalam puskesmas. Tujuan dari posyandu Balita dan Lansia untuk
mempercepat penurunan angka kematian bayi, peningkatan gizi balita, dan
peningkatan kesehatan lanjut usia. Selain itu, Posyandu diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan. Kegiatan Posyandu Balita dilakukan karena masih banyak masyarakat
yang belum sadar tentang pentingnya kebutuhan gizi balita yang berbeda dengan
dewasa. Kegiatan Posyandu Lansia dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
28

masyarakat lanjut usia agar membina kesehatan secara mandiri dan mencapai
masa tua yang bahagia. dan Kegiatan Posyandu dilakukan oleh masyarakat yang
direkrut menjadi kader dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan. Posyandu
balita dan lansia dilakukan tiap bulan bersamaan dengan puskesmas keliling.
Jadwal Posyandu dilakukan di hari Senin- Kamis pada pukul 10.30- 12.30 WIB,
hari Jum’at dimulai pada pukul 10.00-11.30 WIB, dan Sabtu dimulai pada pukul
10.30- 12.30 WIB. Terdapat 70 Posyandu dari 68 desa yang ada di kecamatan
Minggir dengan 8 posyandu berstrata Madya, 27 Posyandu berstrata Purnama, dan
35 Posyandu berstrata Mandiri. Posyandu Lansia terdapat 46 Posyandu. Bila
dalam desa tersebut terdapat posyandu balita dan lansia, maka puskesmas keliling
dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Kegiatan PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien dengan penyakit
kronis tentang obat yang mereka gunakan dari nama obat, cara penggunaan, cara
minum, dosis, efek samping dan interaksi obat, serta cara penggunaan obat khusus
yang diadakan setiap satu bulan sekali di awal bulan. Peserta yang diambil berupa
pasien yang menderita penyakit kronis. Materi yang digunakan dalam program
prolanis ini yaitu obat-obat diabetes, kolesterol, asma dan hipertensi yang sering
digunakan oleh pasien penyakit kronis di Puskesmas Minggir.
Kegiatan GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat) bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat
tentang cara penggunaan obat yang benar, cara penyimpanan obat, informasi yang
terdapat dalam obat, pembuangan obat dan penggolongan obat. Kegiatan GEMA
CERMAT dilakukan bersamaan dengan puskesmas keliling dan dilakukan
sebelum kegiatan posyandu balita dan lansia. Kegiatan GEMA CERMAT
dilatarbelakangi oleh masyarakat yang masih belum tepat cara peenyimpanan obat
dan membuang obat. Selain itu, masyarakat juga sering salah informasi dalam
penggunaan obat sehingga pengobatan menjadi tidak rasional. Oleh karena itu,
GEMA CERMAT menjadi solusi bagi masyarakat agar penggunaan obat menjadi
rasional.
29

TUGAS PKPA PUSKESMAS MINGGIR


A. Pencatatan Tanggal Kadaluwarsa, nomor batch dan kondisi
penyimpanan perbekalan farmasi
Sebagai puskesmas induk, Puskesmas Minggir bertanggung jawab dalam
penyediaan obat baik dalam lingkup internal puskesmas (pada bagian/unit
Puskesmas Minggir) serta lingkup eksternal puskesmas yaitu pada Puskesmas
Pembantu. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menjamin obat dalam
kondisi tidak rusak dan/atau tidak kadaluwarsa.
Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa dilakukan setiap bulan, untuk seluruh
stok obat dan alkes di Puskesmas Pembantu Sendang Mulyo, Sendang Arum,
Sendang Sari dan Sendang Rejo dan juga pada bagian/unit Puskesmas Minggir
pada unit umum, gigi, VK, dan UGD. Obat yang diketahui kadaluwarsa pada
tahun 2019 akan dicatat nama dan bulan kadaluwarsanya. Untuk obat yang berada
di setiap Puskesmas Pembantu dan memiliki tanggal kadaluwarsa hingga bulan
Maret 2019 akan ditarik untuk ditukar dengan obat yang memiliki tanggal
kadaluwarsa lebih lama.
Selain pencatatan tanggal kadaluwarsa di bagian/unit Puskesmas Minggir
dan Puskesmas Pembantu, dilakukan pencatatan tanggal kadaluwarsa, nomor
batch, dan kondisi penyimpanan obat di Gudang Farmasi Puskesmas Minggir.
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
juga pemeliharaan persediaan farmasi berupa obat, alat kesehatan, dan perbekalan
lainnya. Pada saat barang datang harus dilakukan pengecekan jumlah barang,
nomor batch serta tanggal kadaluwarsa dengan faktur pembelian. Selanjutnya
untuk menghindari kerusakan karena penyimpanan dan menjaga ketersediaan
barang perlu adanya pendataan sebagai kontrol. Sistem penyimpanan yang
digunakan ialah sistem FEFO dan FIFO, sistem penyimpanan tersebut lebih
memudahkan dalam melihat barang karena diatur sesuai tanggal kadaluwarsa.
B. Kontrol Kotak Syok Anafilaksis
Kotak syok anafilaksis merupakan kotak yang berisikan obat (didominasi
sediaan injeksi) dan alkes untuk penanganan kondisi gawat darurat syok
anafilaksis yang berpotensi mengancam jiwa. Kotak syok anafilaksis di
30

Puskesmas Minggir terdapat pada beberapa unit, yaitu pada poli umum, poli gigi,
KIA, VK dan UGD yang dikontrol sebanyak 2 kali dalam 1 tahun untuk
diperbarui. Kontrol dilakukan dengan mencocokan obat dan alkes yang terdapat di
dalam kotak syok anafilaksis dengan daftar tabel yang berisikan nama, jumlah
serta tanggal kadaluwarsa. Jika ditemukan obat/alkes yang sudah kadaluwarsa
atau mendekati kadaluwarsa maka akan segera ditarik untuk ditukar dengan
obat/alkes yang memiliki tanggal kadaluwarsa yang lebih lama. Setelah itu, isi
kotak dilengkapi jika terdapat kekurangan dan diperbarui daftar tabelnya. Setelah
selesai, kotak syok anafilaksis dikembalikan kembali ke posisi semula. Kotak
syok anafilaksis dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Kotak Syok Anafilaksis

C. Pembuatan Alkohol Gliseril 2%


Puskesmas Minggir menggunakan handrub berbasis alkohol dalam upaya
pencegahan penularan infeksi dan kontaminasi mikrobiologi. Penggunaan
handrub menjadi pilihan karena dinilai lebih praktis daripada mencuci tangan.
Pembuatan larutan alkohol gliseril 2% dimulai dengan memasukkan 20 mL
larutan gliserin ke dalam 1L alkohol 70%. Kemudian botol alkohol digojok
perlahan hingga homogen. Setelah homogen larutan dimasukkan ke dalam botol
spray yang terletak di setiap sudut dinding Puskesmas Minggir.
D. Studi Penggunaan obat
a. Vaksin dan toxoid
a. Perencanaan
Perencanaan dimulai dari Farmasi yang melihat konsumsi dari
laporan BP kesehatan ibu dan anak (KIA), kemudian diteruskan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi kemudian
31

diteruskan ke pusat. Kebutuhan vaksin setiap bulan didapatkan dari konsumsi


bulan lalu. Penerimaan Vaksin oleh puskesmas disesuaikan dengan permintaan
yang dikirim ke Dinas Kesehatandan dan diperiksa kondisi fisik, nomor batch,
tanggal kedaluwarsa, kondisi alat pemantau suhu, dan kondisi VVM (Vaccine
Vial Monitor) jumlah dan jenis vaksin yang di terima sesuai atau tidak dengan
permintaan.
Gambar 3.6. Alur Pengelolaan Vaksin di Puskesmas Minggir

Produsen Vaksin
(PT. Biofarma)

Dinas Provinsi
D.I. Yogyakarta

Dinas Kabupaten
Sleman

Puskesmas
Minggir

b. Penyimpanan dan pendistribusian


Vaksin di Puskesmas Minggir untuk penyimpanan ditempatkan di
tempat pendingin dengan suhu yang diatur antara +2 hingga +8⁰C, Metode
penyimpanan vaksin menggunakan kombinasi metode FEFO, FIFO dan
pemantauan VVM yang disesuaikan dengan keadaan pada vaksin. Pendistribusian
dilakukan dengan mendistribusikan ke bidan swasta, BP KIA, dan posyandu yang
menyelenggarakan imunisasi.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengecekan, pemantauan,
pencatatan suhu yang dilakukan sehari dua kali. Pemeliharaan mingguan yang
dilakukan adalah membersihkan bagian luar dan dalam lemari es sekaligus
pengecekan ED dan VVM. Ketika di bawa ke lapangan, vaksin dibawa
32

menggunakan vaccine carrier yang berisi dengan cool pack dan dijaga suhunya
sama seperti penyimpanan vaksin sekitar 2- 8 ⁰C. Vaksin yang belum digunakan
dan masih tersegel dapat dikembalikan setelah program dan disimpan kembali
sampai kadaluarsa. Sedangkan vaksin yang masih tersisa dan sudah digunakan
lebih dari 6 jam setelah penggunaan dapat dimusnahkan pada program selanjutnya
dan ditempatkan di luar refrigator.

d. Jenis Vaksin yang digunakan Puskesmas Minggir


Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin berbentuk kering yang mengandung Mycobacterium
bovis yang sudah dilemahkan yang digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit TBC/ Tuberkulosis(30). BCG dilakukan pada bayi usia 0-2
bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat
diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan
hasil negative (31). Cara pemberian dan dosis : Dosis pemberian: 0,05 ml,
sebanyak 1 kali. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Efek
samping : 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul
kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2–10 mm. Penanganan efek samping: Apabila ulkus
mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik. Apabila cairan
bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan orangtua membawa
bayi ke ke tenaga kesehatan (Indonesia, 2017).

Vaksin campak
Vaksin Campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk
vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril. Vaksin
campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit
campak(31). Diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan pada usia 6-59 bulan
serta saat SD kelas 1-6. Cara pemberian dan dosis : munisasi campak terdiri dari
satu dosis tunggal 0,5 mL disuntikan secara subkutan pada lengan bagian atas
33

setelah dilarutkan dengan pelarutnya. Efek Samping : sakit ringan dan bengkak
pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi, demam (selama 1-2
hari) 2. Vaksin Hepatitis B Vaksin hepatitis B digunakan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg(30,31). Idealnya
diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4
minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2
bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Cara pemberian dan dosis:
a. Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis.
b. Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan).
Kontra indikasi : Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Penanganan Efek samping:
a. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat (Departemen Kesehatan,
2009).

Vaksin DPT-HB (Diphteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B Hemophilus Influenza


type) PENTABIO
Diberikan tiga kali saat usia 2,3,4 bulan untuk mencegah penyakit yaitu difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan) dan hepatitis B. Cara pemberian dan dosis: Vaksin
harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas, satu dosis
anak adalah 0,5 ml. Kontra indikasi: Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi
baru lahir atau kelainan saraf serius. Efek samping: Reaksi lokal sementara,
seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam dapat
34

timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam
24 jam setelah pemberian. Penanganan efek samping:
a. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
f. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter

Vaksin Polio
Vaksin polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis/polio, diberikan empat kali saat usia 1,2,3,4 bulan untuk mencegah
penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Toksoid adalah antigen
yang terbuat dari toksin yang diproduksi bakteri/ kuman Toksoid yang digunakan
di puskesmas adalah vaksin TT (Indonesia, 2017).

Vaksin TT (Tetanus Toksoid)


Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan
dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Vaksin TT digunakan untuk
mencegah tetanus pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia
Subur) atau ibu hamil, dan untuk mencegah tetanus pada ibu bayi(30). Cara
pemberian dan dosis : Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
0,5 ml. Kontra indikasi : Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya,
hipersensitif terhadap komponen vaksin, demam atau infeksi akut. Efek samping :
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadangkadang gejala demam. Penanganan
efek samping : Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, anjurkan
ibu minum lebih banyak (Indonesia, 2017).
Vaksin MR
35

Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis
per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1000 CCID50 virus campak dan
1000 CCID50 virus rubella. Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella
dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Vaksin MR
diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan
dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial
Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi
VVM A atau B. Kontraindikas bagi individu yang sedang dalam terapi
kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi,wanita hamil, leukemia, anemia
berat dan kelainan darah lainnya, kelainan fungsi ginjal berat, Decompensatio
cordis, setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah dan riwayat alergi
terhadap komponen vaksin (neomicyn). Pemberian imunisasi ditunda pada
keadaan sebagai berikut: demam, batuk pilek, diare (KEMENKES, 2017).
BAB IV
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
1. Kebijakan Pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
2. Peran dan tanggung jawab apoteker ditetapkan pada Standar Kompetensi
Apoteker oleh IAI pada tahun 2009
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku (professionalism),
serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) menjadi hal yang penting
bagi calon profesi apoteker untuk mengimplementasikan bagi masyarakat.
Hal ini menjadi tanggung jawab petugas kesehatan yang telah diatur oleh
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
4. Mahasiswa telah mendapatkan kesempatan untuk melihat, mempelajari
dan mempraktekkan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
5. Mahasiswa telah mendapatkan kesempatan belajar berinteraksi,
bekerjasama, dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain di
Puskesmas sesuai dengan etika profesi apoteker yang benar.
6. Mahasiswa telah mendapatkan pengalaman praktek profesi apoteker di
Puskesmas dalam kaitan dengan peran, tugas, dan fungsi apoteker dalam
bidang kesehatan masyarakat.

B. SARAN
1. Untuk Puskesmas Minggir diharapkan kedepannya terkait pengadaan obat,
alat kesehatan dan BMHP tidak mengalami kekosongan dapat
menggunakan pembelian langsung yang saat ini belum diterapkan .
2. Untuk mahasiswa calon apoteker diharapkan untuk lebih giat lagi dan
lebih mempelajari terkait pelayanan farmasi di puskesmas.

29
3. Untuk PSPA diharapkan menjelaskan lebih rinci terkait tugas individu dan
kelompok agar mahasiswa tidak bingung dan mempertimbangkan kembali
terkait durasi lama praktek di puskesmas selama 2 minggu saja.

30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, R.I., 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Indonesia, D.K.R., 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Depkes RI. Jakarta.
Indonesia, P.P.I.A., 2010. Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia Nomor 058/SK/PP. IAI/IV/2011 Tentang Standar Kompetensi
Apoteker Indonesia [Internet ….
Indonesia, R., 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, R.I., 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan: Panduan Bagi Petugas Kesehatan Di Puskesmas. Jakarta.
Rahmah, F., 2018. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas “X”
Berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia 6, 15–20. https://doi.org/10.20473/jaki.v6i1.2018.15-
20
RI, K., 2014. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 Tentang PUSKESMAS. Jakarta:
Depkes RI.
Safriantini, D., Ainy, A., Mutahar, R., n.d. ANALYSIS PLANNING AND
PROCUREMENT OF DRUGS AT PUBLIC EALTH CENTER (PHC)
PEMBINA PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 9.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Labeling update ED obat
Lampiran 2. Lembar distribusi gudang

Lampiran 3. Buku Pencatatan Monitoring Efek Samping Obat


Lampiran 4. Pencatatan Pasien TBC
Lampiran 5. Konfirmasi DRP dengan dokter

Lampiran 6. Pengelolaan Obat Emergency

Lampiran 7. Pelayanan Resep


Lampiran 8. Pemantauan Terapi Obat

Lampiran 9. Leafet Pelayanan Informasi Obat


Lampiran 10. Layout Gudang Puskesmas

Lampiran 11. Promosi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai