Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH ROLE STRESS TERHADAP KINERJA AUDITOR

DENGAN EMOTIONAL QUOTIENT SEBAGAI


VARIABEL MODERATING

Rahmawati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Amilin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstract:
This study examines the influence of role stress to auditor performance with
emotional quotient as moderating variable. Respondents in this study are auditors
who worked for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor that
were visited in this study were 98 auditors from 28 Public Accounting Firms. The
method of determining the sample is by using purposive sampling method, while
the data processing methods used by researcher are the multiple regression and
moderate regression analysis.
The result shows that the role conflict and role ambiguity simultaneously and
significantly influence auditor performance, emotional quotient can be a
moderating variable to role conflict, but it can not be a moderating variable for
role ambiguity.

Keyword: Role stress, role conflict, role ambiguity, emotional quotient, auditor
performance

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam

melaksanakan tugasnya, sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya

dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah

suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya. Kinerja auditor

menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil

audit yang dilakukan (Zaenal Fanani, Rheny Afriana, dan Bambang Subroto,

2007:2).

1
Kinerja auditor yang kurang baik salah satunya dapat dilihat dari

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, salah satu kemungkinan penyebab

terjadinya hal tersebut dikarenakan tingginya role stress (tekanan peran) yang

dialami oleh auditor (Zaenal Fanani et al., 2007:3). Stress karena peran yaitu

kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang

menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat (Sopiah,

2008:87).

Motovasi dilakukannya penelitian ini: pertama, dalam menjalankan

tugasnya, auditor eksternal rentan menghadapi tekanan peran yang dapat berakibat

menurunkan kinerjanya. Di samping itu, kemampuan seorang auditor untuk

mengatur emosinya merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama

bagi auditor eksternal, bukan hanya kemampuan intelektualnya saja, karena orang

yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengetahui dan

menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan

menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Hal ini diharapkan dapat menjadi

salah satu kunci untuk keluar dari tekanan tersebut sehingga auditor dapat

memperbaiki kinerjanya ke depan. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya

mengenai role stress terhadap kinerja auditor masih menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. Ketiga, sampai dengan tahap penyelesaian penelitian ini, peneliti belum

menemukan penelitian yang menaruh perhatiannya pada emotional quotient

terhadap kinerja auditor dalam kondisi role stress. Berdasarkan hal tersebut,

maka penelitian diberi judul “Pengaruh Role stress Terhadap Kinerja Auditor

Dengan Emotional Quotient Sebagai Variabel Moderating”.

2
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada: pertama, variabel yang digunakan peneliti

terdahulu adalah struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran yang

diduga mempengaruhi kinerja auditor. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti

menambahkan satu variabel moderating yaitu emotional quotient yang mana

disarankan dalam penelitian terdahulu untuk memposisikan variabel tertentu

sebagai variabel moderating. Selain itu, kemampuan seorang auditor untuk

mengatur emosinya merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama

bagi auditor eksternal terutama peran auditor eksternal yang secara khusus rentan

terhadap keadaan komponen tekanan peran. Peneliti juga menghilangkan variabel

struktur audit dalam penelitian ini karena struktur audit kurang relevan jika

dikaitkan dengan topik yang akan penulis teliti.

Perbedaan kedua terletak pada lokasi responden. Responden dalam

penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta

sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sedangkan, obyek penelitian

sebelumnya seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur

sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAI pada

tahun 2003.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang diteliti dalam penelitian

ini adalah: (1) Apakah interaksi antara role conflict dengan emotional quotient

3
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor? (2) Apakah interaksi

antara role ambiguity dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja auditor? dan (3) Apakah role conflict dan role ambiguity

berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang:

pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol

kualitas, locus of control, self esteem in relation to ambition, serta turnover

intentions baik secara parsial maupun simultan terhadap penghentian prematur

atas prosedur audit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengambilan keputusan bagi Kantor Akuntan Publik, auditor eksternal, Ikatan

Akuntan Publik Indonesia, pemakai laporan keuangan yang telah diaudit (klien),

dan bagi pengembangan literatur auditing.

II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Interaksi Antara Role Conflict Dengan Emotional Quotient dan

Dampaknya Terhadap Kinerja Auditor

Konflik peran adalah suatu konflik yang timbul dari mekanisasi

pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan

kemandirian professional. Kondisi tersebut biasanya terjadi karena adanya dua

perintah yang berbeda yang diterima secara berbarengan dan pelaksanaan salah

satu perintah saja akan mengakibatkan terabainya perintah yang lain. Konflik

4
peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan

motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku individu,

seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi perpindahan, penurunan

kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan

(Zaenal Fanani et al., 2007:7).

Penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007) mengenai

pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja

auditor dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa

Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada

tahun 2003, hasilnya menunjukkan bahwa struktur audit, konflik peran

berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian yang dilakukan oleh Rapina (2008) serta Heni Febriana dan Rossi

Sanusi (2006), yaitu konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja.

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka

yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya

mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Tetapi

definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja, pandangan baru yang

berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual

(IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan

emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan (Rissyo Melandy RM dan

Nurna Aziza, 2006:5).

5
Reza Surya (2004:38-39) menguji pengaruh emotional quotient (EQ)

terhadap kinerja auditor di kantor akuntan publik, hasil penelitiannya

menunjukkan kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja

auditor, dimana variabel ketrampilan EQ tidak memiliki pengaruh signifikan dan

negatif terhadap kinerja, variabel kecakapan EQ memiliki pengaruh secara

signifikan dan positif terhadap kinerja, variabel nilai keyakinan EQ tidak memiliki

pengaruh secara signifikan tetapi positif terhadap kinerja. Seluruh rangkaian

proses analisis yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi

seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al.

(2007), Reza Surya (2004), Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006), Rissyo

Melandy dan Nurna Aziza (2006), serta Rapina (2008), maka hal ini diduga

bahwa emotional quotient merupakan variabel moderating antara role conflict dan

kinerja auditor. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

Ha1: Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2.2 Interaksi Antara Role Ambiguity Dengan Emotional Quotient dan

Dampaknya Terhadap Kinerja Auditor

Dyah Sih Rahayu (2002) yang meneliti anteseden dan konsekuensi

tekanan peran (role stress) pada auditor independen, hasilnya secara parsial

menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja,

6
kinerja, dan keinginan untuk berpindah. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Zaenal Fanani et al. (2007) mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan

ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor dengan sampel yang diambil dari

Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor

Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2003, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja auditor. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dyah Sih Rahayu (2002) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran

berhubungan dengan kinerja.

Bashir dan Ramay (2010) melakukan penelitian hubungan antara job

stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress

dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan

mengurangi kinerja individual. Snarey dan Vaillant (1985) dalam Cartwright dan

Pappas (2008:159) melaporkan hasil 40 tahun longitudinal study dari 450 anak

laki-laki, menunjukkan bahwa IQ hanya sedikit berhubungan dengan kinerja

yang dicapai di tempat kerja saat dewasa. Sebaliknya, kinerja lebih erat

dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk menangani frustrasi, kontrol emosi,

dan bergaul dengan orang lain.

Jordan et al. (2002) dalam Cartwright dan Pappas juga menyelidiki

hubungan antara Emotional Intelligence (EI) dan kinerja dari 44 tim kerja

Australia selama sembilan minggu. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pada

minggu-minggu awal, tim yang meiliki EI yang tinggi lebih baik dibandingkan

7
yang memiliki EI yang rendah. Namun, pada sembilan minggu terakhir, tingkat

kinerja dari semua tim serupa. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang yang

memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu lebih cepat membentuk tim

kerja yang kohesif dan efektif dibandingkan dengan seseorang yang memiliki EI

yang rendah.

Di halaman jurnal yang sama (Cartwright dan Pappas, 2008:159), Slaski

dan Cartwright (2003) juga menemukan korelasi positif namun tidak signifikan

antara EI skor dan pengukuran kinerja dalam kelompok manajerial di sektor ritel

Inggris. Namun, pembatasan jangkauan juga dapat menjadi keterbatasan inheren

dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Snarey dan Vaillant

(1985), Dyah Sih Rahayu (2002), Jordan et al. (2002), Slaski dan Cartwright

(2003), serta Bashir dan Ramay (2010), maka hipotesis yang diajukan adalah

sebagai berikut:

Ha2: Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2.3 Dampak Role Conflict dan Role Ambiguity Terhadap Kinerja Auditor

Rapina (2008) melakukan penelitian mengenai hubungan supervisi,

tekanan peran (role stress) dengan kinerja dan keinginan berpindah pada kantor

akuntan publik di DKI Jakarta menunjukkan bahwa akuntan yang memiliki

ketidakjelasan peran yang tinggi tidak memiliki kinerja yang rendah akan tetapi,

akuntan yang mengalami konflik peran yang tinggi memiliki kinerja yang rendah.

8
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Zaenal Fanani et al. (2007) akan tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian

Dyah Sih Rahayu (2002). Fogarty et al. (2000) menyatakan bahwa tekanan peran

(konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran) memiliki pengaruh

negatif terhadap kinerja secara tidak langsung melalui burnout.

Bashir dan Ramay (2010) melakukan penelitian hubungan antara job

stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress

dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan

mengurangi kinerja individual. Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan oleh

Gilboa, Shirom, Fried, Cooper (2008) menunjukkan hubungan yang kuat antara

konflik peran (role conflict) dan kelebihan peran (role overload) dengan kinerja

manajer dari pada nonmanager serta terdapat korelasi negatif antara

ketidakjelasan peran (role ambiguity) terhadap kinerja. Sejalan dengan Gilboa et

al., Penelitian yang dilakukan oleh Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konflik peran dan

ketidakjelasan peran dengan kinerja.

Role conflict dan role ambiguity mempunyai dampak negatif terhadap

kinerja individu yang dikemukakan oleh Patelli (2007) dalam menguji tanggapan

perilaku (behavioral responses) untuk rencana insentif individu yang mana diukur

dengan banyak pengukuran kinerja. Amilin dan Rosita Dewi (2008) melakukan

penelitian atas pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja akuntan

publik dengan role stress sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut

9
menyatakan bahwa konflik peran dan ketidakjelasan peran bukanlah variabel yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Hanya variabel komitmen organisasi yang

berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al.

(2007), Fogarty et al. (2000), Dyah Sih Rahayu (2002) Heni Febriana dan Rossi

Sanusi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al. (2008), Rapina (2008), serta Bashir

dan Ramay (2010), maka diduga bahwa role conflict dan role ambiguity

berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Sehingga

dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap kinerja auditor.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian, Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dengan populasi akuntan

publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Pemilihan

sampel menggunakan metode judgement sampling. Pengumpulan data

menggunakan metode survey.

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian dan cara pengukurannya adalah

sebagai berikut:

10
Variabel Role Stress

Role stress adalah suatu situasi yang memperlihatkan permintaan yang sulit untuk

dipenuhi oleh kemampuan seseorang sehingga mengakibatkan kekurangsesuaian

antara individu dengan lingkungan kerjanya. Role stress yang dialami auditor

diantaranya role conflict (konflik peran) dan role ambiguity (ketidakjelasan

peran). Role conflict (X1) merupakan suatu konflik yang timbul dari mekanisasi

pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika dan

kemandirian professional. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang

digunakan oleh Zaenal Fanani et al. (2007). Variabel Role Ambiguity (X2) adalah

tidak cukupnya informasi yang dimiliki serta tidak adanya arah dan kebijakan

yang jelas, ketidakpastian tentang otoritas, kewajiban dan hubungan dengan

lainnya, dan ketidakpastian sanksi dan ganjaran terhadap perilaku yang dilakukan.

Variabel ini juga diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh

Zaenal Fanani et al. (2007).

Variabel Emotional Quotient (X3)

Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan

perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik

pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Instrumen pengukuran

variabel emotional quotient dikembangkan oleh peneliti melalui kerangka kerja

kecakapan emosi dari Goleman (2001:512) yang disesuaikan dengan topik

penelitian.

11
Variabel Kinerja Auditor (Y)

Kinerja merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau

target tertentu yang berasal dari perbuatannya sendiri. Kinerja seseorang

dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau

target yang ditentukan sebelumnya (Reza Surya, 2004:35). Variabel kinerja

auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang

dikembangkan oleh Zaenal Fanani et al. (2007).

Skala pengkuran untuk mengukur semua variabel menggunakan skala

interval 5 poin dari: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4),

dan sangat setuju (5).

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji

asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji statistik deskripstif terdiri dari: jumlah data,

maksimum, minimum, nilai rata-rata (mean), dan deviasi standar.. Pengujian

kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas ini

menggunakan Pearson Correlation sedangkan pengujian reliabilitas data

menggunakan Cronbach Alpha (α). Uji asumsi klasik terdiri dari: uji

multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Uji Multikolonieritas

menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF). Uji

normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Uji

heteroskedastisitas menggunakan grafik plot. Uji hipotesis menggunakan metode

Moderated Regression Analysis (MRA) dan metode Multiple Regression.

12
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner

Seperti tampak pada tabel 1 (lampiran), data sampel penelitian dipilih

sebanyak 28 KAP dari total keseluruhan KAP yang berada di wilayah Jakarta.

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 147 buah dan yang dapat diolah sebanyak

98 kuesioner (66,67%).

BAGIAN warna biru editingnya


BELUM selesai

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Hasil Uji Kualitas Data

Tabel 2 (lampiran) menyajikan hasil uji statistik deskriptif untuk variabel-

variabel yang diuji. Selanjutnya, hasil uji validitas data (lampiran) dengan

menggunakan metode Pearson Corelation terhadap variabel: role conflict (RC),

role ambiguity (RA), emotional quotient (EQ), dan kinerja auditor (K)

menunjukkan bahwa nilai tingkat signifikansinya berada dibawah 0,05. Dengan

demikian maka semua butir pertanyaan pada semua variabel tersebut valid. Hasil

Uji Reliabilitas data dengan menggunakan Cronbach’s Alpha disajikan pada

lampiran tabel 3. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s

Alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian maka semua variabel tersebut

dikatakan reliabel.

13
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dipersyaratkan untuk model regresi

dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa semua asumsi telah terpenuhi

berdasarkan hasil berikut (lampiran): (1) Uji normalitas persamaan pertama dan

kedua berdasarkan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Gambar

histogram menunjukkan suatu pola yang menggambarkan pola distribusi yang

tidak menceng kekiri maupun kekanan. Sedangkan dari hasil grafik normal

probability plot menunjukkan penyebaran data yang berada disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua gambar tersebut dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. (2) Nilai Variance Inflation Factor

untuk masing-masing variabel independen dalam persamaan pertama memiliki

nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen. 3)

Grafik scatter plot persamaan pertama menunjukkan tidak ada pola tertentu

dimana titik-titik (point-point) menyebar secara acak dan disekitar angka 0 pada

sumbu Y. Dengan demikian dalam persamaan regresi tersebut tidak terjadi

masalah heterokedastisitas.

4.4 Hasil Uji Hipotesis

Berikut ini disajikan hasil uji interaksi antara Role Conflict (X1) dengan

Emotional Quotient (X3 dan dampaknya terhadap Kinerja Auditor (Y).

Tabel 7

Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X3

14
Coefficientsa

c) Uji
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 9.201 6.059 1.518 .132

TRC -.779 .378 -.767 -2.060 .042

TEQ .275 .118 .466 2.329 .022

moderasi_TRC .017 .008 .729 2.240 .027

a. Dependent Variable: TK

Sumber: Data primer yang diolah

Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa role conflict, emotional quotient,

dan moderasi TRC secara individual berpengaruh terhadap variabel kinerja

auditor. Variabel moderasi TRC yang merupakan interaksi antara role conflict

dengan emotional quotient mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,027. Hal ini

berarti menerima H1 Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel emotional

quotient merupakan variabel moderating.

Berikut ini disajikan hasil uji interaksi antara Role Conflict (X2) dengan

Emotional Quotient (X3) dan dampaknya terhadap Kinerja Auditor (Y).

Tabel 8

Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X2, dan X3

Coefficientsa

15
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .526 5.507 .095 .924

TRA -.277 .411 -.236 -.674 .502

TEQ .445 .105 .753 4.235 .000

moderasi_TRA .008 .008 .283 .931 .354

a. Dependent Variable: TK

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel moderasi role ambiguity

(moderasi_TRA) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,354. Hal ini berarti

menolak H2 sehingga dapat dikatakan emotional quotient tidak bisa menjadi

variabel moderating antara role ambiguity dan kinerja auditor.

Berikut ini disajikan hasil uji pengaruh Role Conflict (X1) dan Role

Ambiguity (X2) terhadap Kinerja Auditor (Y).

Tabel 9

Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, X2

ANOVAb

Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.

1 Regression 211.564 2 105.782 11.082 .000a

Residual 906.773 95 9.545

Total 1118.337 97

16
a. Predictors: (Constant), TRA, TRC

b. Dependent Variable: TK

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 9 memperlihatkan nilai Sig hasil uji F sebesar 0,000, hal ini berarti

menerima H3 sehingga dapat disimpulkan bahwa role conflict dan role ambiguity

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Auditor.

4.5 Pembahasan

Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa variasi variabel role conflict,

emotional quotient, dan moderasi TRC mampu menjelaskan 76% variasi variabel

kinerja auditor. Role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara Individual

ketiga variabel tersebut juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

Variabel moderasi TRC menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,027<0,05, hal

ini menandakan bahwa emotional quotient bisa menjadi variabel moderating

antara role conflict dan kinerja auditor.

17
Emotional quotient dapat membantu auditor saat dihadapkan pada

tekanan atau tuntutan yang diberikan oleh peran-peran yang dimiliki auditor

tersebut dalam mencapai kinerjanya. Konflik peran yang merupakan suatu gejala

psikologis yang dialami oleh auditor yang timbul karena adanya dua rangkaian

tuntutan yang bertentangan sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dalam bekerja,

secara potensial bisa menurunkan motivasi kerja sehingga bisa menurunkan kinerja

secara keseluruhan, akan tetapi, melalui pengelolaan emosional yang baik, kinerja

auditor akan tetap stabil dan tetap terjaga, sehingga auditor akan tetap tangguh,

mampu bertahan dalam berbagai situasi konflik yang terjadi, dan memiliki

hubungan antar pribadi dengan baik.

Penelitian ini mendukung penelitian Zaenal Fanani et al. (2007), Rapina

(2008), serta Heni dan Rossi (2006) yang menyatakan bahwa konflik peran

berhubungan negatif dengan kinerja, serta mendukung penelitian Reza Surya (2004)

yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap

kinerjanya. 

Analisis uji interaksi role ambiguity, emotional quotient, dan moderasi

TRA mampu menjelaskan 75,3% variasi variabel kinerja auditor. Penelitian ini

menunjukkan bahwa emotional quotient bukanlah variabel moderating antara role

ambiguity dengan kinerja auditor karena tingkat signifikansi moderasi TRA

sebesar 0,354.

Ketidakjelasan peran cenderung dialami oleh akuntan senior yang telah

sering melakukan audit, sehingga walaupun mereka mengalami Ketidakjelasan

peran namun dapat mengatasinya dengan pengalaman dan kemampuan yang

cukup, sehingga masih dapat mencapai kinerja yang tinggi (Viator, 2001 dalam

18
Zaenal Fanani et al., 2007:13-14). Berdasarkan hasil temuan Viator (2001),

sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini ditolaknya hipotesis diduga karena

responden penelitian ini memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun, sehingga

dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada, auditor yang mengalami role

ambiguity masih dapat mencapai kinerja yang tinggi dengan menggunakan

kecerdasan intelektual yang tinggi, seperti yang kita ketahui, kecerdasan manusia

terbagi menjadi tiga wilayah, yakni intellectual quotient, emotional quotient, dan

spiritual quotient, dimana auditor yang mengalami ketidakjelasan peran

cenderung memerlukan informasi sehingga walaupun mereka dalam

ketidakjelasan peran, namun mereka dapat mengatasinya dengan pengetahuan dan

pengalamannya yang cukup.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Reza Surya (2004) yang

menyatakan bahwa emotional quotient berpengaruh terhadap kinerja auditor, dan

penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2002) yang menunjukkan bahwa

ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan

untuk berpindah serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Fogarty et al. (2000),

Bashir dan Ramay (2010), Gilboa et al. (2008), Heni dan Rossi (2006), serta

Patelli (2007). Akan tetapi, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zaenal

Fanani et al. (2007) dan Rapina (2008) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan

peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Hasil uji hipotesis H3 menunjukkan bahwa role conflict dan role ambiguity

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

Hal ini menunjukkan bahwa apabila konflik peran dan ketidakjelasan peran

19
dihadapkan pada auditor, maka hal itu akan sangat mengancam kinerja auditor.

Kinerja auditor akan menurun jika secara terus menerus auditor dihadapkan oleh

konflik dan ketidakjelasan dalam menjalankan perannya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zaenal

Fanani et al. (2007) dan Rapina (2008), yang menyatakan bahwa konflik peran

berpengaruh terhadap kinerja auditor, serta penelitian yang dilakukan oleh Dyah

(2002) yang menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan

kinerja auditor, penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Fogarty et al. (2000), Heni dan Rossi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al.

(2008), serta Bashir dan Ramay (2010).

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut: (1) interaksi antara role conflict dengan emotional

quotient berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Auditor; (2) Emotional quotient

tidak bisa menjadi variabel moderating antara role ambiguity dan Kinerja Auditor,

dan (3) Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap kinerja auditor.

5.2 Keterbatasan

20
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

Tujuan riset di bidang akuntansi keprilakuan umumnya adalah untuk memprediksi

dan menjelaskan fenomena perilaku yang terjadi atau memungkinkan terjadi,

namun seperti diakui oleh banyak peneliti, sangat sulit memprediksi perilaku

dengan tingkat kepastian yang tinggi; (2) Tingkat pengaruh interaksi antara

variabel independen role ambiguity, variabel moderating, dan variabel dependen

tidak kuat yang disebabkan oleh pemakaian variabel moderating yang kurang

tepat; (3) Variabel yang mempengaruhi kinerja pada penelitian ini terbatas pada

faktor internal saja yaitu role conflict dan role ambiguity; (4) Pengukuran kinerja

pada penelitian ini terbatas pada metode evaluasi diri sendiri, dan (5) Ruang

lingkup penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta sehingga hasil penelitian ini

terbatas generalisasinya.

5.3 Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai

beberapa hal diantaranya: (1) Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk

menambah variabel moderating atau mengganti variabel moderating emotional

quotient dengan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap interaksi variabel

role ambiguity terhadap kinerja auditor; (2) Penelitian lebih lanjut disarankan

untuk menambah variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Dimana kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Faktor internal, misalnya: sistem pengendalian dan

21
perilaku setiap individu. Faktor eksternal misalnya ketidakpastian lingkungan dan

tingginya tingkat persaingan; (3) Penelitian selanjutnya disarankan untuk

menggunakan metode gabungan antara evaluasi bawahan terhadap atasan dan

evaluasi atasan terhadap bawahannya, agar hasil penelitian yang dilakukan bisa

digeneralisasi dalam upaya memberikan dukungan empiris terhadap teori yang

diajukan; (4) Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa

wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa

mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan

kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan

yang sesungguhnya, dan (5) Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas

daerah survei, sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara

umum.

DAFTAR PUSTAKA

Amilin dan Rosita Dewi. “Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan


Kerja Akuntan Publik dengan Role Stress sebagai Variabel Moderating”,
Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol 12 No. 1 Juni Hal 13-24,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Anonim. “Delapan Auditor Dijatuhi Sanksi Pembekuan”, Media Indonesia.com,


Diakses melalui: http://www.mediaindonesia.com/read/2009/09/20/96514
/20/2/Delapan-Auditor-Dijatuhi-Sanksi-Pembekuan diunduh pd tgl
21/09/2010, Pada tanggal: 21 September 2010.

_______. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report Bapepam-LK”, Badan


Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Diakses melalui:
http://www.bapepam.go.id, Pada tanggal: 20 September 2010

22
_______. “Daftar Sanksi AP & KAP 2010”, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa
Penilai, Diakses melalui: http://www.ppajp.depkeu.go.id/remository/
downloads/sanksi2010.pdf, Pada tanggal: 14 Januari 2011

Anwar Prabu Mangkunegara. “Evaluasi Kinerja SDM”, Cetakan Pertama, PT.


Refika Aditama, Bandung, 2005.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach”, 13th edition, Pearson Education Inc, Upper
Saddle River, New Jersey, 2010.

Armansyah. “Intelegency Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient


dalam Membentuk Perilaku Kerja”, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis,
Vol 02 No.01 April Hal 23-32, Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 2002.

Bashir, Usman and Muhammad Ismail Ramay. “Impact of Stress on Employess


Job Performance, A Study on Banking Sector of Pakistan”, International
Journal of Marketing Studies, Vol. 2 No.1 Hal. 122-126 May, 2010.

Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. “Modern Auditing: Assurance


Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th edition, John
Wiley&Sons Inc., United States of America, 2006.

Cartwright, Susan and Constantinos Pappas. “Emotional Intelligence, Its


Measurement and Implications for the Workplace”, International Journal of
Management Reviews, Vol 10, Issue 2, pp.149-171, 2007.

Dyah Sih Rahayu. “Anteseden dan Konsekuensi Tekanan Peran (Role Stress)
pada Auditor Independen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5 No.2 Mei
Hal 178-192, 2002.

Eko Sasono. “Mengelola Stress Kerja”, Fokus Ekonomi, Vol 3 No.2 Agustus Hal
121-128, 2004.

Fogarty, T.J., Jagdip Singh, Gary K. Rhoads, Ronald K. Moore. "Antecedents and
Consequences of Burnout in Accounting: Beyond the Role stress Model",
Behavioral Research in Accounting, Vol. 12 Hal 31–67, 2000.

23
FX. Suwarto. “Perilaku Keorganisasian: Buku Panduan Mahasiswa”, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, 1999.

Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr., Robert


Konopaske. “Organizations, Behavior Structure Processes”, Twelfth Edition,
Mc Graw Hill, Singapore, 2006

Gilboa, Simona and Arie Shirom, Yitzhak Fried, Cary Cooper. “A Meta-Analysis
of Work Demand Stressors and Job Performance: Examining Main and
Moderating Effects”, Personnel Psychology, Vol 61 pg 227-271, Black Well
Publishing Inc, 2008.

Goleman, Daniel. “Emotional Intelligence-Kecerdasan Emosional”, Gramedia,


Jakarta, 2002.

______________. “Working With Emotional intelligence”, (terjemahan Alex Tri


Kantjono W), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Heni Febriana dan Rossi Sanusi. “Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Kelebihan
Beban Kerja, dan Kinerja Pegawai Akademi Kebidanan Pemerintah
Kabupaten Kudus”, KMPK Universitas Gadjah Mada, Working Paper Series
No.8, Januari, 2006. Diakses melalui: http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-
PDF/_working/No.8_Heni_Febriana_01_06.pdf, Pada tanggal: 25 september
2010.
Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba
Empat, Jakarta, 2009.

Joko Widodo. “Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja”, Cetakkan ke empat,


Bayu Media, Malang, 2008.

J. Winardi. “Manajemen Perilaku Organisasi”, Cetakan ke 2, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta, 2007.

Jackson, Susan E. “Participation in Decision Making as a Strategy for Reducing


Job-Related Strain”, Journal of Applied Psychology, Vol 68 No.1 pp.3-19,
American Psychological Association Inc, 1983.

24
Koo, Chi Mo and Ho Seog Sim. “On the Role Conflict of Auditors in Korea”,
Accounting, Auditing, & Accountability Journal, Vol 12 No.2 pp. 206-219,
MCB University Press, 1997.

Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. “Organizational Behavior”, Seventh


Edition, Mc. Graw-Hill, International Edition, New York, 2007.

Merry Wahyuningsih. “Ini Dia Profesi yang Rawan Mati Muda”, Detik.com,
Diakses melalui: http://health.detik.com/read/2011/02/14/123853/1570768/
763 /ini-dia-profesi-yang-rawan-mati-muda, Pada tanggal: 14 Februari 2011

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk


Akuntansi & Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.

Patelli, Lorenzo. “Behavioral Responses to Measurement Diversity in Individual


Incentive Plans: Role Conflict, Role Ambiguity, and Model-of-Man”, 2007.

Rahmawati dan Hanny Yustrianthe. “Pengaruh Flexible Work Arrangement


Terhadap Role conflict, Role Overload, Reduce Personal Accomplishment,
Job Satisfaction dan Intention to Stay”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 10
No.3 Desember Hal 127-138, 2008.

Rapina. “Hubungan Supervisi, Tekanan Peran (Role Stress) dengan Kinerja dan
Keinginan Berpindah pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta”, Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Vol 7 No.1 Mei Hal 40-70, 2008.

Rissyo Melandy RM dan Nurna Aziza. “Pengaruh Kecerdasan Emosional


Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri sebagai Variabel
Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 2006.

Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I. Lirtzman. “Role Conflict and Ambiguity in
Complex Organizations”, Administrative Science Quartely, Vol. 15, No.2, pp.
150-163, 1970.

Reza Surya. “Pengaruh Emotional Quotient Auditor Terhadap Kinerja Auditor di


Kantor Akuntan Publik”, Perspektif: Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Manajemen, dan Akuntansi, Vol 9 No.1 Juni Hal 33-40, 2004.

Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. “Organizational Behavior”, Pearson


International Edition, 13th Edition, Upper Saddle River, New Jersey 07458,
2009.

25
Singgih Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.

Sopiah. “Perilaku Organisasional”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.

Sri Trisnaningsih. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai


Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, da
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”, Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar, 2007.

Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010.

Sukrisno Agoes. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh KAP”, Edisi Ketiga,


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Jakarta, 2004.

Umar Nimran. “Perilaku Organisasi”, Cetakan Ketiga, CV. Citra Media,


Surabaya, 2004.

Valli. ”10 Major Accounting Scandals”, Diakses melalui: http://bizcovering.com/


history/10-major-accounting-scandals/, Pada tanggal:27 September 2010.

Wibowo B.S. “Sharpening Our Concept And Tools”, PT Syamil Cipta Media,
Bandung, 2002.

Yasmin Umar Assegaf. “Pengaruh Konflik Peran dan Stress Kerja Terhadap
Komitmen Organisasi”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5 No.2 Agustus Hal.
91-106, 2005.

Zaenal Fanani, Rheny Afriana Hanif, dan Bambang Subroto. “Pengaruh Struktur
Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor”,
The 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia,
Depok, 2007.

26
LAMPIRAN

Tabel 1
Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Persentase


1. Jumlah kuesioner yang disebar 147 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 19 12,92%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 30 20,41%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 98 66,67%
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 2 menyajikan hasil uji statistik deskriptif untuk variabel-variabel

yang diuji.

Tabel 2

27
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Role Conflict 98 9 27 15.66 3.343

Role Ambiguity 98 6 21 12.57 2.893

Emotional Quotient 98 35 63 51.01 5.748

Kinerja Auditor 98 14 32 24.54 3.395

Valid N (listwise) 98

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Variabel Keterangan
Alpha
Role Conflict 0,743 Reliabel
Role Ambiguity 0,771 Reliabel
Emotional Quotient 0,852 Reliabel
Kinerja Auditor 0,795 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah

a. Hasil Uji Multikolinearitas

Tabel 4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

28
1 (Constant) 32.343 1.687 19.172 .000

TRC -.272 .106 -.268 -2.570 .012 .783 1.277

TRA -.281 .123 -.240 -2.294 .024 .783 1.277

a. Dependent Variable: TK

Sumber: Data Primer yang diolah

b. Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

29
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan

pada gambar beikut ini.

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

30
Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

31

Anda mungkin juga menyukai