Rahmawati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Amilin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstract:
This study examines the influence of role stress to auditor performance with
emotional quotient as moderating variable. Respondents in this study are auditors
who worked for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor that
were visited in this study were 98 auditors from 28 Public Accounting Firms. The
method of determining the sample is by using purposive sampling method, while
the data processing methods used by researcher are the multiple regression and
moderate regression analysis.
The result shows that the role conflict and role ambiguity simultaneously and
significantly influence auditor performance, emotional quotient can be a
moderating variable to role conflict, but it can not be a moderating variable for
role ambiguity.
Keyword: Role stress, role conflict, role ambiguity, emotional quotient, auditor
performance
I PENDAHULUAN
Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam
dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya. Kinerja auditor
menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil
audit yang dilakukan (Zaenal Fanani, Rheny Afriana, dan Bambang Subroto,
2007:2).
1
Kinerja auditor yang kurang baik salah satunya dapat dilihat dari
terjadinya hal tersebut dikarenakan tingginya role stress (tekanan peran) yang
dialami oleh auditor (Zaenal Fanani et al., 2007:3). Stress karena peran yaitu
menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat (Sopiah,
2008:87).
tugasnya, auditor eksternal rentan menghadapi tekanan peran yang dapat berakibat
mengatur emosinya merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama
bagi auditor eksternal, bukan hanya kemampuan intelektualnya saja, karena orang
menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan
menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Hal ini diharapkan dapat menjadi
salah satu kunci untuk keluar dari tekanan tersebut sehingga auditor dapat
mengenai role stress terhadap kinerja auditor masih menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Ketiga, sampai dengan tahap penyelesaian penelitian ini, peneliti belum
terhadap kinerja auditor dalam kondisi role stress. Berdasarkan hal tersebut,
maka penelitian diberi judul “Pengaruh Role stress Terhadap Kinerja Auditor
2
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007). Perbedaan penelitian ini dengan
terdahulu adalah struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran yang
mengatur emosinya merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama
bagi auditor eksternal terutama peran auditor eksternal yang secara khusus rentan
struktur audit dalam penelitian ini karena struktur audit kurang relevan jika
penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta
sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh
sebelumnya seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur
sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAI pada
tahun 2003.
ini adalah: (1) Apakah interaksi antara role conflict dengan emotional quotient
3
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor? (2) Apakah interaksi
terhadap kinerja auditor? dan (3) Apakah role conflict dan role ambiguity
pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol
atas prosedur audit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
Akuntan Publik Indonesia, pemakai laporan keuangan yang telah diaudit (klien),
pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan
perintah yang berbeda yang diterima secara berbarengan dan pelaksanaan salah
satu perintah saja akan mengakibatkan terabainya perintah yang lain. Konflik
4
peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan
pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja
auditor dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa
Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rapina (2008) serta Heni Febriana dan Rossi
membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka
definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja, pandangan baru yang
emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan (Rissyo Melandy RM dan
5
Reza Surya (2004:38-39) menguji pengaruh emotional quotient (EQ)
signifikan dan positif terhadap kinerja, variabel nilai keyakinan EQ tidak memiliki
proses analisis yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi
(2007), Reza Surya (2004), Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006), Rissyo
Melandy dan Nurna Aziza (2006), serta Rapina (2008), maka hal ini diduga
bahwa emotional quotient merupakan variabel moderating antara role conflict dan
kinerja auditor. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
tekanan peran (role stress) pada auditor independen, hasilnya secara parsial
6
kinerja, dan keinginan untuk berpindah. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Zaenal Fanani et al. (2007) mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan
ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor dengan sampel yang diambil dari
Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor
Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2003, hasil penelitian ini
kinerja auditor. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dyah Sih Rahayu (2002) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran
stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress
dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan
mengurangi kinerja individual. Snarey dan Vaillant (1985) dalam Cartwright dan
Pappas (2008:159) melaporkan hasil 40 tahun longitudinal study dari 450 anak
yang dicapai di tempat kerja saat dewasa. Sebaliknya, kinerja lebih erat
hubungan antara Emotional Intelligence (EI) dan kinerja dari 44 tim kerja
Australia selama sembilan minggu. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pada
minggu-minggu awal, tim yang meiliki EI yang tinggi lebih baik dibandingkan
7
yang memiliki EI yang rendah. Namun, pada sembilan minggu terakhir, tingkat
kinerja dari semua tim serupa. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu lebih cepat membentuk tim
kerja yang kohesif dan efektif dibandingkan dengan seseorang yang memiliki EI
yang rendah.
dan Cartwright (2003) juga menemukan korelasi positif namun tidak signifikan
antara EI skor dan pengukuran kinerja dalam kelompok manajerial di sektor ritel
(1985), Dyah Sih Rahayu (2002), Jordan et al. (2002), Slaski dan Cartwright
(2003), serta Bashir dan Ramay (2010), maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
2.3 Dampak Role Conflict dan Role Ambiguity Terhadap Kinerja Auditor
tekanan peran (role stress) dengan kinerja dan keinginan berpindah pada kantor
ketidakjelasan peran yang tinggi tidak memiliki kinerja yang rendah akan tetapi,
akuntan yang mengalami konflik peran yang tinggi memiliki kinerja yang rendah.
8
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Zaenal Fanani et al. (2007) akan tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian
Dyah Sih Rahayu (2002). Fogarty et al. (2000) menyatakan bahwa tekanan peran
stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress
dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan
Gilboa, Shirom, Fried, Cooper (2008) menunjukkan hubungan yang kuat antara
konflik peran (role conflict) dan kelebihan peran (role overload) dengan kinerja
al., Penelitian yang dilakukan oleh Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006)
kinerja individu yang dikemukakan oleh Patelli (2007) dalam menguji tanggapan
perilaku (behavioral responses) untuk rencana insentif individu yang mana diukur
dengan banyak pengukuran kinerja. Amilin dan Rosita Dewi (2008) melakukan
publik dengan role stress sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut
9
menyatakan bahwa konflik peran dan ketidakjelasan peran bukanlah variabel yang
(2007), Fogarty et al. (2000), Dyah Sih Rahayu (2002) Heni Febriana dan Rossi
Sanusi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al. (2008), Rapina (2008), serta Bashir
dan Ramay (2010), maka diduga bahwa role conflict dan role ambiguity
Ha3: Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan
publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Pemilihan
sebagai berikut:
10
Variabel Role Stress
Role stress adalah suatu situasi yang memperlihatkan permintaan yang sulit untuk
antara individu dengan lingkungan kerjanya. Role stress yang dialami auditor
peran). Role conflict (X1) merupakan suatu konflik yang timbul dari mekanisasi
pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika dan
digunakan oleh Zaenal Fanani et al. (2007). Variabel Role Ambiguity (X2) adalah
tidak cukupnya informasi yang dimiliki serta tidak adanya arah dan kebijakan
lainnya, dan ketidakpastian sanksi dan ganjaran terhadap perilaku yang dilakukan.
Variabel ini juga diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh
Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Instrumen pengukuran
penelitian.
11
Variabel Kinerja Auditor (Y)
Kinerja merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau
dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau
interval 5 poin dari: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4),
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji statistik deskripstif terdiri dari: jumlah data,
kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas ini
menggunakan Cronbach Alpha (α). Uji asumsi klasik terdiri dari: uji
12
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebanyak 28 KAP dari total keseluruhan KAP yang berada di wilayah Jakarta.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 147 buah dan yang dapat diolah sebanyak
98 kuesioner (66,67%).
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Hasil Uji Kualitas Data
variabel yang diuji. Selanjutnya, hasil uji validitas data (lampiran) dengan
role ambiguity (RA), emotional quotient (EQ), dan kinerja auditor (K)
demikian maka semua butir pertanyaan pada semua variabel tersebut valid. Hasil
lampiran tabel 3. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s
Alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian maka semua variabel tersebut
dikatakan reliabel.
13
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
berdasarkan hasil berikut (lampiran): (1) Uji normalitas persamaan pertama dan
kedua berdasarkan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Gambar
tidak menceng kekiri maupun kekanan. Sedangkan dari hasil grafik normal
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua gambar tersebut dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. (2) Nilai Variance Inflation Factor
nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat
Grafik scatter plot persamaan pertama menunjukkan tidak ada pola tertentu
dimana titik-titik (point-point) menyebar secara acak dan disekitar angka 0 pada
masalah heterokedastisitas.
Berikut ini disajikan hasil uji interaksi antara Role Conflict (X1) dengan
Tabel 7
14
Coefficientsa
c) Uji
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: TK
auditor. Variabel moderasi TRC yang merupakan interaksi antara role conflict
dengan emotional quotient mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,027. Hal ini
Berikut ini disajikan hasil uji interaksi antara Role Conflict (X2) dengan
Tabel 8
Coefficientsa
15
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: TK
Berikut ini disajikan hasil uji pengaruh Role Conflict (X1) dan Role
Tabel 9
ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
Total 1118.337 97
16
a. Predictors: (Constant), TRA, TRC
b. Dependent Variable: TK
Tabel 9 memperlihatkan nilai Sig hasil uji F sebesar 0,000, hal ini berarti
menerima H3 sehingga dapat disimpulkan bahwa role conflict dan role ambiguity
4.5 Pembahasan
emotional quotient, dan moderasi TRC mampu menjelaskan 76% variasi variabel
kinerja auditor. Role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC secara
17
Emotional quotient dapat membantu auditor saat dihadapkan pada
tekanan atau tuntutan yang diberikan oleh peran-peran yang dimiliki auditor
tersebut dalam mencapai kinerjanya. Konflik peran yang merupakan suatu gejala
psikologis yang dialami oleh auditor yang timbul karena adanya dua rangkaian
tuntutan yang bertentangan sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dalam bekerja,
secara potensial bisa menurunkan motivasi kerja sehingga bisa menurunkan kinerja
secara keseluruhan, akan tetapi, melalui pengelolaan emosional yang baik, kinerja
auditor akan tetap stabil dan tetap terjaga, sehingga auditor akan tetap tangguh,
mampu bertahan dalam berbagai situasi konflik yang terjadi, dan memiliki
(2008), serta Heni dan Rossi (2006) yang menyatakan bahwa konflik peran
berhubungan negatif dengan kinerja, serta mendukung penelitian Reza Surya (2004)
kinerjanya.
TRA mampu menjelaskan 75,3% variasi variabel kinerja auditor. Penelitian ini
sebesar 0,354.
cukup, sehingga masih dapat mencapai kinerja yang tinggi (Viator, 2001 dalam
18
Zaenal Fanani et al., 2007:13-14). Berdasarkan hasil temuan Viator (2001),
sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini ditolaknya hipotesis diduga karena
responden penelitian ini memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun, sehingga
dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada, auditor yang mengalami role
kecerdasan intelektual yang tinggi, seperti yang kita ketahui, kecerdasan manusia
terbagi menjadi tiga wilayah, yakni intellectual quotient, emotional quotient, dan
Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Reza Surya (2004) yang
untuk berpindah serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Fogarty et al. (2000),
Bashir dan Ramay (2010), Gilboa et al. (2008), Heni dan Rossi (2006), serta
Patelli (2007). Akan tetapi, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zaenal
Fanani et al. (2007) dan Rapina (2008) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan
Hasil uji hipotesis H3 menunjukkan bahwa role conflict dan role ambiguity
Hal ini menunjukkan bahwa apabila konflik peran dan ketidakjelasan peran
19
dihadapkan pada auditor, maka hal itu akan sangat mengancam kinerja auditor.
Kinerja auditor akan menurun jika secara terus menerus auditor dihadapkan oleh
Fanani et al. (2007) dan Rapina (2008), yang menyatakan bahwa konflik peran
berpengaruh terhadap kinerja auditor, serta penelitian yang dilakukan oleh Dyah
kinerja auditor, penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fogarty et al. (2000), Heni dan Rossi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
kesimpulan sebagai berikut: (1) interaksi antara role conflict dengan emotional
tidak bisa menjadi variabel moderating antara role ambiguity dan Kinerja Auditor,
dan (3) Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan
5.2 Keterbatasan
20
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
namun seperti diakui oleh banyak peneliti, sangat sulit memprediksi perilaku
dengan tingkat kepastian yang tinggi; (2) Tingkat pengaruh interaksi antara
tidak kuat yang disebabkan oleh pemakaian variabel moderating yang kurang
tepat; (3) Variabel yang mempengaruhi kinerja pada penelitian ini terbatas pada
faktor internal saja yaitu role conflict dan role ambiguity; (4) Pengukuran kinerja
pada penelitian ini terbatas pada metode evaluasi diri sendiri, dan (5) Ruang
lingkup penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta sehingga hasil penelitian ini
terbatas generalisasinya.
5.3 Saran
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
quotient dengan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap interaksi variabel
role ambiguity terhadap kinerja auditor; (2) Penelitian lebih lanjut disarankan
Dimana kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
21
perilaku setiap individu. Faktor eksternal misalnya ketidakpastian lingkungan dan
evaluasi atasan terhadap bawahannya, agar hasil penelitian yang dilakukan bisa
wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa
mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan
yang sesungguhnya, dan (5) Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas
daerah survei, sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara
umum.
DAFTAR PUSTAKA
22
_______. “Daftar Sanksi AP & KAP 2010”, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa
Penilai, Diakses melalui: http://www.ppajp.depkeu.go.id/remository/
downloads/sanksi2010.pdf, Pada tanggal: 14 Januari 2011
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach”, 13th edition, Pearson Education Inc, Upper
Saddle River, New Jersey, 2010.
Dyah Sih Rahayu. “Anteseden dan Konsekuensi Tekanan Peran (Role Stress)
pada Auditor Independen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5 No.2 Mei
Hal 178-192, 2002.
Eko Sasono. “Mengelola Stress Kerja”, Fokus Ekonomi, Vol 3 No.2 Agustus Hal
121-128, 2004.
Fogarty, T.J., Jagdip Singh, Gary K. Rhoads, Ronald K. Moore. "Antecedents and
Consequences of Burnout in Accounting: Beyond the Role stress Model",
Behavioral Research in Accounting, Vol. 12 Hal 31–67, 2000.
23
FX. Suwarto. “Perilaku Keorganisasian: Buku Panduan Mahasiswa”, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, 1999.
Gilboa, Simona and Arie Shirom, Yitzhak Fried, Cary Cooper. “A Meta-Analysis
of Work Demand Stressors and Job Performance: Examining Main and
Moderating Effects”, Personnel Psychology, Vol 61 pg 227-271, Black Well
Publishing Inc, 2008.
Heni Febriana dan Rossi Sanusi. “Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Kelebihan
Beban Kerja, dan Kinerja Pegawai Akademi Kebidanan Pemerintah
Kabupaten Kudus”, KMPK Universitas Gadjah Mada, Working Paper Series
No.8, Januari, 2006. Diakses melalui: http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-
PDF/_working/No.8_Heni_Febriana_01_06.pdf, Pada tanggal: 25 september
2010.
Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba
Empat, Jakarta, 2009.
24
Koo, Chi Mo and Ho Seog Sim. “On the Role Conflict of Auditors in Korea”,
Accounting, Auditing, & Accountability Journal, Vol 12 No.2 pp. 206-219,
MCB University Press, 1997.
Merry Wahyuningsih. “Ini Dia Profesi yang Rawan Mati Muda”, Detik.com,
Diakses melalui: http://health.detik.com/read/2011/02/14/123853/1570768/
763 /ini-dia-profesi-yang-rawan-mati-muda, Pada tanggal: 14 Februari 2011
Rapina. “Hubungan Supervisi, Tekanan Peran (Role Stress) dengan Kinerja dan
Keinginan Berpindah pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta”, Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Vol 7 No.1 Mei Hal 40-70, 2008.
Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I. Lirtzman. “Role Conflict and Ambiguity in
Complex Organizations”, Administrative Science Quartely, Vol. 15, No.2, pp.
150-163, 1970.
25
Singgih Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Wibowo B.S. “Sharpening Our Concept And Tools”, PT Syamil Cipta Media,
Bandung, 2002.
Yasmin Umar Assegaf. “Pengaruh Konflik Peran dan Stress Kerja Terhadap
Komitmen Organisasi”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5 No.2 Agustus Hal.
91-106, 2005.
Zaenal Fanani, Rheny Afriana Hanif, dan Bambang Subroto. “Pengaruh Struktur
Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor”,
The 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia,
Depok, 2007.
26
LAMPIRAN
Tabel 1
Data Sampel Penelitian
yang diuji.
Tabel 2
27
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Valid N (listwise) 98
Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Variabel Keterangan
Alpha
Role Conflict 0,743 Reliabel
Role Ambiguity 0,771 Reliabel
Emotional Quotient 0,852 Reliabel
Kinerja Auditor 0,795 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
28
1 (Constant) 32.343 1.687 19.172 .000
a. Dependent Variable: TK
Gambar 1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
29
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan
Gambar 2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
30
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
31