Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ORAL MEDICINE

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS

Nama : Rizal Ady Saputra

Nim : J 111 06 022

Penguji : Prof. Dr. Drg. Harlina, M. Kes

PADA BAGIAN ORAL MEDICINE

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
SOAL

1. Jelaskan pelajaran yang anda dapatkan terkait kasus yang dikerjakan di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut, dan berikan saran anda untuk bagian !

2. Diantara kasus yang anda kerjakan, pilih 2 diantaranya yang termasuk kasus
ekstrim dan uraikan secara detail mulai dari anamnesis, diagnosis, rencana
perawatan dan prognosis !

3. Apa yang anda ketahui tentang penyakit sistemik dan ceritakan keterkaitan apa
saja dengan kondisi rongga mulut ?

4. Sebutkan bahan alami yang dapat digunakan untuk mengobati RAS !

5. Ceritakan tentang refaratmu dan tuliskan 5 judul yang kamu ikuti beserta nama
pematerinya !

6. Apa yang anda ketahui tentang saliva ? uraikan seluas mungkin !

JAWABAN

1. Begitu banyak pelajaran yang saya dapatkan selama mengerjakan kasus-kasus di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut. Mulai dari skill, pengalaman, dan juga ilmu baru
dari pasien-pasien yang berbeda karakteristik penyakitnya. Semisal pada kasus
Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) yang jumlah requrement kasus yang harus
dikerjakan adalah 7 kasus, ternyata pada 7 kasus RAS itu masing-masing memiliki
penyebab yang berbeda. Ada yang disebabkan karena stress, kekurangan nutrisi,
gangguan sistem pencernaan, hormon, keturunan, dst. Berbeda orang berbeda
karakteristik penyebabnya. Hal ini dikarenakan RAS adalah penyakit mulut yang
belum diketahui penyebab utamanya atau bersifat idiopatik. Dan juga, dengan
menyelesaikan semua kasus di IPM, saya mmerasa mendapat skill, pengalaman disertai
dasar ilmu untuk melakukan anamnesis secara terpimpin untuk menegakkan diagnosis
yang tepat dan merencanakan perawatan yang tepat.

Untuk saran ke bagian ada 2, yaitu ; 1. Ratakan seluruh pembimbing baca untuk
memberikan tugas baca bagian, kalau refarat ya refarat semua, kalau jurnal reading ya
jurnal reading semua agar waktu yang dibutuhkan mahasiswa dalam menyelesaikan
baca bisa sama setiap mahasiswa. 2. Kalau bisa ujian bagian IPM juga dibuat seperti
ujian di bagian lain yang menggunakan sistem ujian serentak OSCE dan CBT.

2. Diantara kasus yang saya kerjakan, menurut saya 2 kasus yang ekstrim

adalah “Kandidiasis”dan“Angular Cheilitis”

1. Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, terutama Candida

albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan

kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala, vagina,

jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru, atau saluran pencernaan makanan, atau menjadi

sistemik misalnya septikemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang

timbul juga bervariasi dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi

granulomatosis. Karena C.albicans merupakan spesies endogen, maka penyakitnya

merupakan infeksi oportunistik. Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan

meningkatnya insidens kolonisasi dan infeksi kandida adalah :

 Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan atau

maserasi, gigi palsu, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan

 Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi besi (Kandidiasis mukokutaneus kronis),

defisiensi folat, Vit B12, malnutrisi generalis

 Perubahan fisiologis : umur ekstrim (sangat muda/sangat tua), kehamilan, KVV

terjadi pada 50% wanita hamil terutama pada trimester terakhir, menstruasi.

 Penyakit sistemik : Down’s Syndrome, Akrodermatitis enteropatika, penyakit

endokrin (Diabetes mellitus, penyakit Cushing, hipoadrenalisme, hipotiroidisme,

hipoparatiroidisme), uremia, keganasan terutama hematologi (leukemia akut,

agranulositosis13), timoma, Imunodefisiensi (Sindroma AID, Sindroma


imunodefisiensi kombinasi berat, defisiensi Myelo peroksidase, Sindroma Chediak

– Higashi, Sindroma Hiper immunoglobinemia E, penyakit granulomatosus kronis,

Sindroma Di George, Sindroma Nezelof),

 Penyebab iatrogenik : pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi sinar-X

(Xerostomia), obat-obatan (oral – parenteral – topikal - aerosol), antara lain :

kortikosteroid dan imunosupresi lain, antibiotic spektrum luas, metronidazol,

trankuilaiser, kontrasepsi oral (estrogen), kolkhisin, fenilbutason, histamine

2-blocker.

Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu:

1. Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

 Kandidiasis Pseudomembranosus Akut

Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,

pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau

kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan

permukaan yang berwarna merah. Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel deskuamasi,

fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial, mukosa bukal,

palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring. Thrush

dijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi

tubuhnya lemah. Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering

dihubungkan dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada

pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS.

 Kandidiasis Atrofik Akut

Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore tongue atau juga

kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan
bagian dorsal lidah dengan permukaan tampak sebagai bercak kemerahan.

Penggunaan antibiotik spektrum luas maupun kortikosteroid sering dikaitkan

dengan timbulnya kandidiasis atrofik akut. Pasien yang menderita kandidiasis ini

mengeluh adanya rasa sakit seperti terbakar.

2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

 Kandidiasis Atrofik Kronik

Kandidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau denture related

stomatitis dan merupakan bentuk kandidiasis paling umum yang ditemukan pada 24-60%

pemakai gigi tiruan. Gambaran klinis denture related stomatitis ini berupa daerah

eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan gigi tiruan. Gigi tiruan yang

menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur.

Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di bawah

gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu : •

Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir • Tipe II :

tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan • Tipe III : tipe

granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya tampak pada bagian

tengah palatum keras.

 Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat

seperti plak putih pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak

bisa hilang bila dihapus. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau

keganasan. Kandida leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok.

 Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis yang

tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah, dan

cenderung dihubungkan dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang dihirup.

2. Angular Cheilitis

Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis yang terjadi pada salah

satu atau kedua sisi sudut mulut. Angular cheilitis berasal dari kata angular yang

artinya sudut, dan cheilitis yaitu inflamasi disertai dengan fisur pada kulit bibir

dimulai di perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Angular cheilitis

mempunyai nama lain seperti perleche, commissural cheilitis dan angular

stomatitis. Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia.

Angular cheilitispada mulanya terbentuk penebalan berwarna putih keabuan dan

eritema (kemerahan). Kemudian area eritema berkembang, kadang-kadang disertai

edema (pembengkakan) dan retakan di kedua sudut mulut. Pada kasus yang parah,

retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal

atau krusta.

Gejala klinis yang dapat timbul berupa rasa sakit, nyeri, pruritus (gatal) atau rasa

terbakar. Angular cheilitis terjadi akibat infeksi oportunistik jamur dan/atau bakteri,

dengan beberapa faktor predisposisi lokal dan sistemik yang terlibat dalam inisiasi dan

persistensi lesi. Faktor tersebut berupa defisiensi nutrisi (kurangnya asupan vitamin B

kompleks, zat besi dan asam folat), mulut kering, kebiasaan menjilat bibir, air liur yang

menetes berlebih, dan obat-obatan immunosupresan. Penatalaksanaan angular cheilitis

dilakukan seecara komprehensif sesuai dengan faktor penyebab berdasarkan kondisi

setiap kasus, tetapi obat yang sering diberikan yaitu krim antifungi.
Referensi : Rakhmayanthie N, Herawati E, Marhaeni D. Effect of Nutritional

Intake towards Angular Cheilitis of Orphanage Children. Padjajaran Journal of

Dentistry, Vol 28 No 3. 2016; 164-170

3. Penyakit Sistemik dan keterkaitan dengan kondisi Rongg Mulut.


Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan
hiperglikemi karena total atau relatif kekurangan insulin sekresi insulin dan resistensi
insulin ataupun keduanya. Abnormalitas metabolik mencakup metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes Mellitus dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu:
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) disebut Diabetes Mellitus tipe 1, Serta
Non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tipe 2. (1)
Pada penderita Diabetes tipe 1, kelenjar pankreas tidak mampu memproduksi insulin,
sehingga jumlah insulin beredar dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan. Lain halnya
pada Diabetes tipe 2, Hormon Insulin tetap diproduksi namun tidak dapat berfungsi
dengan baik. Diabetes tipe 2 ini juga disebabkan karena obesitas (kegemukan) dan gaya
hidup yang tidak sehat (pola makan tinggi lemak, dan jarang berolah raga). Diagnosis
khas DM pada umumnya adalah bahwa terdapat keluhan khas DM yaitu : Poli uria
(banyak kencing), Polidipsia (banyak minum), Polifagia (banyak makan), dan
penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, dan keluhan lainnya seperti :
kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, pruritis vulva pada wanita.
Kedua tipe ini ditandai dengan hiperglikemi, hiperlipidemi, dan komplikasi lainnya.
Diabetes Mellitus mempunyai komplikasi yang utama, yaitu: mikroangiopati, nefropati,
neuropati, penyakit makro vaskuler dan penyembuhan luka yang lambat. Manifestasi
diabetes mellitus pada diabetes mellitus:
a. Penyakit periodontal
b. Disfungsi saliva
c. Infeksi jamur dan bakteri
d. Luka pada rongga mulut sulit sembuh
e. Lesi non-Candida pada jaringan lunak rongga mulut
f. Penyakit mukosa oral
g. Gangguan neurosensori rongga mulut
h. Karies gigi dan kehilangan gigi
Referensi: Maskari AY, Maskari MY, Sudairy S. Oral manifestations and
complications of diabetes mellitus. Sultan Qaboos University Medical Journal.
11(2). 2011. Pp. 179-86.

4. Bahan alami yang dapat digunakan untuk mengobati Recurrent Apthous

Stomatitis (RAS)

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah suatu penyakit yang ditandai


dengan munculnya ulser secara berulang pada mukosa mulut pasien tanpa tanda-tanda
lain dari penyakit. RAS didiagnosis eklusif apabila kekurangan hematologi, gangguan
kekebalan tubuh, dan penyakit jaringan ikat yang dapat menyebabkan lesi mulut secara
klinis mirip dengan RAS.Pengobatan RAS dapat dilakukan dengan tiga proses,
diantaranya pengurangan rasa sakit, pencegahan infeksi lanjutan, dan mengurangi
durasi. Perawatan lanjutan yaitu pemberian obat steroid secara oral dan topikal,
pemberian antibiotik lokal seperti chlorhexidine, pemberian vitamin, dan perawatan
lainnya yang bersifat antibakteri, antioksidan, analgesik, dan dapat mengurangi
inflamasi.Pengobatan RAS selain pemberian obat farmakologi bisa juga dilakukan
dengan menggunakan obat herbal alami sebagai terapi alternatif, hal ini telah banyak
digunakan diberbagai negara.

Penggunaan obat herbal dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam


keanekaragaman hayati yang didalamnya terkandung zat alami yang dapat
dimanfaatkan sebagai analgesik, anti-inflamasi, antioksidan, dan antibakterial.
Penderita stomatitis dapat sembuh tanpa perlu menjalani berbagai macam terapi
pengobatan farmakologi yang biasanya menimbulkan efek samping.

Obat Herbal

Secara khusus menurut WHO (2005), obat herbal dapat didefinisikansebagai


bahan yang berasal dari tanamanatauolahan denganmanfaat kesehatanterapeutik yang
mengandung bahan-bahan mentah atau olahandari satuatau lebihtanaman.

Obat herbal topikal merupakan obat yang terbuat dari bahan alami dari
tumbuh-tumbuhan yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal. Obat-obatan herbal memiliki efek samping yang lebih sedikit
dan lebih aman untuk digunakan dibandingkan obat konvensional. Hal ini juga
diketahui bahwa obat herbal mempunyai aktivitas antibakteri yang cukup besar
terhadap berbagai mikroorganisme termasuk bakteri yang bertanggung jawab untuk
karies gigi. Tanaman obat juga mempunyai kandungan tanin, terpenoid, flavonoid,
alkaloid, dll sebagai antimikroba yang sangat berguna dalam perawatan penyakit.

Pengelompokan Obat Herbal

Herbal tradisional dapat dikategorikan sebagai obat yang aman apabila telah
diteliti melalui penelitian dengan waktu yang panjang sehingga dapat diketahui unsur
zat aktif, efek farmakologis, dosis, efek samping, serta higienitas dalam proses
produksinya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan tanaman
obat herbal dalam tiga kelompok yaitu:

1. Jamu

Jamu adalah ramuan dari bahan tanaman, bahan hewan, sediaan galenik atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman dan belum ada penelitian ilmiah untuk mendapatkan bukti
klinik mengenai khasiat tersebut.

2. Obat Herbal Terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah diuji secara ilmiah
(penelitian praklinik dengan menggunakan hewan uji) yang meliputi uji khasiat dan
manfaat, dan bahan bakunya telah terstandardisasi.

3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang tekah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinis menggunakan hewan percobaan dan
telah melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah
terstandardisasi melalui persyaratan mutu yang berlaku.

Penataklasanaan Ras Dengan Penggunaan Herbal


Disarankan perawatan untuk RAS adalah meredakan rasa sakit, mempercepat
penyembuhan dan mencegah infeksi sekunder. Perawatannya termasuk kartikosteroid,
antibiotik, anastesi lokal, analgesik dan modulator imun. Kartikosteroid seperti
triamicinolone adalah pengobatan yang sering digunakan dalam RAS. Terutama dalam
penekanan adrenal yang disebabkan oleh sistemik steroid dan efek samping yang
berhubungan dengan terapi topikal, termasuk kandidiasis oral. Chuanxia Liu dan
rekannya meneliti efektifitas dan keamanan dari kartikosteroid topikal pada RAS.
Dalam studinya, tidak ada efek samping serius yang terdeteksi kecuali mulut terasa
gatal dan terbakar dilokasi kartikosteroid yang diaplikasikan. Sedangkan, Bakhtiari
melakukan studi untuk mengevaluasi kepuasan pasien dari tanaman obat di Isfahan. 37%
dari pasien mengetahui obat herbal baik dan lebih baik daripada obat-obatan kimia. 21%
percaya bahwa obat-obatan kimia lebih baik dan 67% tidak memberikan pendapat.
Bahkan karena efek samping dari obat kimia, banyak pasien lebih memilih pengobatan
herbal. Dengan memperhatikan efek samping dari obat kimia dan minat pasien dalam
menggunakan obat-obatan herbal, sehingga tanaman obat mendapatkan perhatian
lebih.

Beberapa herbal seperti Alchemilla vulgaris, Matricaria kamomil dan Aloe vera
telah dilaporkan dalam menggunaan penatalaksaan RAS. Ada juga beberapa percobaan
tentang pengaruh zat ini pada RAS. Misalnya, pasta yang mengandung Myrtus
communis dibandingkan dengan placebo pada 45 pasien dengan RAS yang hasilnya
para peneliti menyatakan bahwa substansi herbal efektif dalam mengurangi nyeri,
ukuran ulkus, eritema dan eksudat. Mereka juga menemukan secara efektif
meningkatkan kualitas hidup pasien.

Ada beberapa pengobatan alami yang akan dibahas untuk pengobatan sariawan
sebagai berikut:

1. Aloe vera

Aloe vera istilah Aloe berasal dari kata Arab “alloeh” yang berarti mengkilap dan
pahit sementara Vera dari bahasa Latin yang berarti nyata. dalam sejarah sebelum 1500
SM, dilaporkan bahwa Alexander Agung menaklukkan pulau Socotra di Laut Merah
yang mengatakan memiliki ladang Aloe berlimpah untuk membantu menyembuhkan
luka pasukannya dalam pertempuran. Di Mesir disebut Aloe vera sebagai “tanaman
keabadian”. Penggunaan pertama dilakukan untuk radiasi luka bakar pada tahun 1934.
Saat ini Aloe Vera digunakan dalam berbagai penyakit mulut seperti radang gusi, sakit
mulut disebabkan gigi tiruan, herpes zoster dan herpes stomatitis, lichen planus oral,
RAS minor, leukoplakia, oral submukosa. Sekarang tersedia dalam berbagai bentuk
seperti gel, salep dan juga minuman, kapsul dll. Efek samping ekstraoral seperti terasa
terbakar pada aplikasi topikal, dermatitis, dan gatal-gatal ringan.

Aloe Vera

Sumber:
http://s3.amazonaws.com/plantvillage/images/pics/000/000/512/large/800px-Aloe_Ve
ra.jpg?1367951467

Aloe Vera yang digunakan dalam berbagai penyakit yang memiliki komponen
aktif tertentu seperti saponin, lignin, asam salisilat, antrakuinon dan asam amino.
Antrakuinon memiliki antibakteri, antivirus dan antineoplastik yang kuat. Aloe vera
mengandung zat tannin dan aminoglukosida. Senyawa inilah yang berperan sebagai
bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis.
Aminoglukosida merupakan senyawa yang terdiri atas dua atau lebih asam amino yang
terikat melalui ikatan glikosidik pada inti heksosa yaitu streptidin. Senyawa amino
glikosid ini akan berdifusi pada dinding sel bakteri, proses ini berlangsung
terus-menerus dalam suasana aerobik. Setelah masuk kedalam sel, aminoglukosida ini
akan diteruskan pada ribosom yang menghasilkan protein, sehingga akan menimbulkan
gangguan pada proses sintesa protein dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
pemecahan ikatan protein sel-sel bakteri, sedangkan zat tannin adalah salah satu anti
bakteri yang pada umumya terdapat pada tanaman berkhasiat obat yang biasa
digunakan dalam pengobatan. Menurut data farmakologis, bahan tannin sangat efektif
khasiatnya dalam pengobatan dimana dapat membantu mencegah sariawan serta dapat
menjaga sistem pertahanan tubuh.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Babaee dkk, penggunaan Aloe vera dalam
bentuk gel dengan konsentrasi 2% yang diaplikasikan 3 kali sehari selama 10 hari (lesi
tunggal dalam mukosa bukal dan bibir) efektif dalam penyembuhan RAS minor.
Pengobatan alami sariawan juga dapat dilakukan dengan 1-3 sendok makan jus Aloe
vera, dapat digunakan sebagai obat kumur kemudian dapat juga menelan tiga kali
sehari.

2. Matricaria chamomilla (Chamomile)

Chamomile adalah tanaman yang secara luas digunakan berbagai terapi yang
digunakan selama berabad-abad sebagai tanaman obat. Chamomile adalah tanaman
berbunga dari keluarga aster. Bunga ini asli dari Eropa dan Asia.Komponen minyak
atsiri dari bunga chamomile memiliki antiinflamsi, anti alergi, anti spasmodik, anti
bakteri, anti piretik, pelindung ulkus, anti jamur, obat penenang, analgesik dan anti
oksidan. Beberapa komponen dasarnya dalah terpenoid, flavonoid, bisabol dan
chamazulen. Pada pasien RAS dengan status oksidan/antioksidan menunjukkan bahwa
enzim dan sistem pertahanan antioksidan non enzimatik terganggu pada pasien dengan
RAS. Jumlah vitamin antioksidan seperti vitamin A, C, dan E menurun dalam air liur
pada pasein RAS. Oleh karena itu, potensi antioksidan dari chamomile dapat
mendukung dalam penyembuhan ulkus. Mekanisme antiinflamasi dari flavonoid dalam
chamomile bermain peran dalam penyembuhan ulkus. Tes chamomile
direkomendasian untuk peradangan mulut.

Chamomile

Sumber: https://whisperingearth.files.wordpress.com/2010/08/chamomile.jpg
Dalam pengobatan tradisional, chamomile telah dianjurkan untuk sariawan. yang
kita ketahui, ada studi tentang pengaruh ekstrak chamomile pada ulser apthous. Studi
tersebut menilai keamanan dan efektivitas dari cairan chamomile pada kenyerian RAS.
Mereka menilai dua parameter, efek analgesik dan toleransi.Pasien menganggap efek
analgesik adalah sangat baik sebesar 82% dan memilih baik sebesar 18%. Sedangkan
penilaian toleransi adalah sangat baik sebesar 97% dan baik 3% dari pasien. Dengan
tujuan untuk menentukan keberhasilan ekstrak chamomile sebaiknya diterapkan secara
topikal untuk mengobatan RAS yang berdasarkan penelitian dari Azadeh dkk, bahwa,
chamomile dapat mengurangi intensitas rasa sakit pada RAS. Penelitian lain juga
menilai bahwa, teh kental yang terbuat dari sirup chamomile dapat dikumur tiga sampai
empat kali perhari untuk pengobatan aphthae.

Bunga chamomile digunakan dalam pengobatan seperti dalam bentuk kapsul, cair,
dan bentuk teh sebagai ramuan tradisional untuk berbagai kondisi seperti sakit
tenggorakan, radang gusi, sindrom iritasi usus, abses, pilek. Namun, hal ini tidak
danjurkan pada orang yang elergi dengan tanaman dari keluarga Asteracea (ragweed,
aster, dan krisan), serta serbuk dari golongan mugwort. Penggunaan topikal akan
mengakibatkan reaksi alergi pada kulit sedangkan penggunaan sistemik akan
meng-kontriksi bronkus.

3. Kunyit

Tanaman kunyit dalam bahasa latin disebut Curcuma domestica atau Curcuma
longa, sedangkan dalam bahasa inggris disebut turmeric, telah lama digunakan sebagai
ramuan obat tradisional misalnya untuk radang, mencret, sakit perut, sakit kuning,
gastritis, ulkus lambung. Dari hasil penelitian ekstrak kunyit menunjukkan efek anti
inflamasi, antibakteri, antioksidan, antiulkus, dan gastoprotektif. Kandungan kimia
kunyit terdiri atas karbohidrat (69,4%), protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%),
dan moisture (13,1%). Minyak esensial (5,8%) dihasilkan dengan destilasi uap dari
rimpang yaitu a-phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%),
zingiberene (25%) and sesquiterpines (53%). Kurkumin (diferuloylmethane) (3–4%)
merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning, dan terdiri
dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and kurkumin III (0.3%).
Kunyit

Sumber: http://manfaat.co.id/wp-content/uploads/2014/08/manfaat-kunyit.jpg

Beberapa penelitian eksperimental lainnya telah mengungkapkan kurkumin yang


merupakan antioksidan kuat dapat mencegah atau mengobati inflamasi. Studi tersebut
menunjukkan kurkumin yang turun bisa mengatur aktifnya interleukin (IL) -6 protein,
TNF, dan kemokin lainnya yang dapat menekan peradangan melalui beberapa jalur.
Dari sisi ektraoral, telah diterapkan pembentukan ulser yang lambat, sendi meradang,
dan memiliki sifat antiseptik. Saat ini telah tersedia ekstrak kunyit dalam bentuk
curcumin gel 2%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Manifar dkk yang
menunjukan bahwa kurkumin gel mempunyai toleransi yang baik dan efektif dalam
pengobatan RAS. Dengan kemungkinan mekanisme kerja kurkumin melibatkan laju
turunnya pelepasan dan metabolisme asam arakidonat melibatkan berkurangnya
phosholipase A2, cyclooxygenase, lipooxygenase dan menghambat produksi oksigen
yang reaktif dan nitrogen yang bertindak sebagai dalam sinyal jalur transduksi.

4. Liquorice (Glycyrrhiza glabra)

Liquorice

Sumber:
http://www.liquorice-licorice.co.uk/ekmps/shops/liquoricelicor/images/italian-no-add
ed-sugar-liquorice-root-sticks-1kg-d966-259-p%5Bekm%5D300x220%5Bekm%5D.j
pg
Akar Licorice atau akar manis adalah salah satu obat herbal yang sering digunakan
diseluruh dunia dan merupakan salah satu bagian ramuan yang digunakan dalam
pengobatan Cina saat ini. Dalam sebuah survey terbaru dari medis ahli herbal di Barat,
licorice merupakan tanaman herbal yang masuk kedalam peringkat ke-10 yang sering
digunakan dalam praktek klinis. Sementara akar licorice umumnya diambil untuk
pengobatan pernapasan, batuk, dan sakit tenggorokan, serta dyspepsia, beberapa studi
juga mengungkapkan efeknya pada aphthous, duodenum, dan lkus lambung.

Licorice yang merupakan akar dari Glycyrrhiza glabra yang manis dapat
diekstraksi yang memiliki kandungan seperti tanin dan senyawa asam glycyrrhetanic
dan glycyrrhizin. Semua itu dapat membantu penyembuhan luka. Dalam sebuah
penelitian, bagian hidrogel licorice bioadhesive dapat menilai dalam mengontrol rasa
sakit dan mengurangi waktu penyembuhan recurrent aphthous stomatitis. Disimpulkan
bahwa hal itu efektivitas dalam mengurangi rasa sakit dan ukuran dari RAS.
Penggunaan licorice untuk mengatasi RAS adalah dengan menggabungkan 200mg
bubuk licorice dan 200 ml air hangat. Kemudian dikumur dan dimuntahkan. Gunakan
terus setiap pagi dan malam selama satu minggu untuk melihat efektivitas dari licorice.

5. Propolis

Propolis merupakan resin lengket yang berasal dari batang pohon atau kulit kayu,
dikumpulkan dan diproses dengan sekresi cairan ludah lebah. Setiap jenis lebah
memiliki sumber resin tertentu yang ada di daerah masing-masing sehingga kompoisi
propolis sangat bervariasi. Propolis telah diuji dapat mengurangi insidensi karies gigi
pada tikus. Komponen propolis, terutama polyphenolics berupa apigenin dan ttfarnesol
telah terbukti secara biologis memiliki aktivitas melawan Streptococcus mutans dan
terbukti menghambat aktivitas glukosiltransferase sebesar 90-95% serta melapisi gigi
dan melindungi hidroksiapatit melalui saliva sebesar 35-58%.Propolis adalah produk
alam yang tidak beracun dengan banyak khasiat dari segi farmakologis. Beberapa
kandungan propolis yang telah diidentifikasi adalah flavonoid aglikon, derivat asam
sianamat, dan terpenoid. Flavonoid, yang merupakan kandungan utama propolis,
memiliki aktivitas melawan mikroorganisme oral.
Propolis
Sumber:
http://a2889z1.americdn.com/wp-content/uploads/2014/07/propolis-kills-hiv-virus.jpg

Propolis merupakan bahan antimikroba alami yang ditambahkan dalam pasta gigi
untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan plak. Propolis tidak hanya
menekan pertumbuhan bakteri plak, tetapi berpotensi dalam menunjang keberhasilan
perawatan penyakit periodontal, karena propolis juga diketahui dapat meningkatkan
sistem imun tubuh sehingga dapat mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
atau luka, seperti pada perdarahan gusi, luka pascaoperasi, atau penyembuhan pasca
perawatan periodontal.Propolis banyak diteliti sebagai obat yang dapat menyembuhkan
penyakit dan lebih banyak digunakan dalam bentuk cair, gel, atau dikemas dalam
kapsul.

Potensi produk propolis mampu mengurangi jumlah RAS. Propolis adalah produk
lebah yang digunakan dalam beberapa kultur sebagai pengobatan untuk ulser. Dalam
hal ini secara acak dalam penelitian dengan metode dubleblind, studi placebo terkontrol.
Pasien diminta untuk mengambil 500 mg propolis atau kapsul plesebo setiap hari.
Subjek melaporkan awal frekuensi ulkus dan dikontak setalah dua minggu untuk
merekam kekambuhannya. Hasilnya menunjukkan bahwa statistik penurunan yang
signifikan dari ulser pada kelompok propolis dan adanya peningkatan kualitas hidup
mereka. Studi ini telah menunjukkan propolis efektif dalam mengurangi kekambuhan
dan meningkatkan kualitas hidup di pasien yang menderita RAS.

6. Echinacea
Sejak tahun 1600 suku Indian sudah menggunakan Echinacea untuk mengobati
berbagai macam penyakit Sejak memasuki abad ke 19. Echinacea diakui sebagai obat
modern dan penelitiannya mulai dikembangkan. Salah satu kegunaan yang ditemukan
pada Echinacea adalah untuk menstimulasi sistem imun yang dimediasi oleh makrofag.

Echinecea

Sumber:http://www.benary.com/article-images/echinacea-purpurea-primadonna-deep-
rose-l7431-2.jpg

Anti virus dan meningkatkan kekabalan tubuh serta penyembuhan luka merupakan sifat
dari Echinacea membuat pilihan untuk perawatan ulser pada mulut. Echinacea cair
sebanyak 4 ml dapat dicampurkan dengan air hangat dan berkumur didalam mulut
selama dua sampai tiga menit, kemudian ditelan, ini dapat diulang tiga kali per hari.
Tablet dan kapsul yang mengandung Echinacea mungkin juga bermanfaat.

7. Jahe (Zingiber officinalis)

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe
berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua
bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe
terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.
Jahe
Sumber:
http://obattradisionalpenyakitasma.web.id/wp-content/uploads/2015/04/jahe.jpg

Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam,
antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara
tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke,
sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi.
Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen,
lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang
(segar atau kering) dan geografi. Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok
senyawa gingerol, yaitu senyawa turunan fenol.

Jahe biasanya aman sebagai obat herbal. Hasil penelitian farmakologi menyatakan
bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam
menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada
konsentrasi tinggi. Beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan zingeron
memberikan aktivitas farmakologi dan fisiologis seperti efek antioksidan,
antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik. Hal ini dapat digunakan
untuk meredakan sakit gigi dan pengobatan sariawan. Namun, tidak boleh digunakan
dalam kehamilan dan pasien dengan penyakit empedu. Karena jahe dapat menggangu
pembekuan darah, sehingga harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan terapi
antikougulan

8. Teh hijau
Teh hijau adalah teh yang dalam proses pembuatannya tidak mengalami
fermentasi.Dalam proses fermentasi ini katekin teh berubah menjadi molekul yang
lebih kompleks dan pekat sehingga memberi ciri khas teh hitam yaitu berwarna, kuat,
dan terasa tajam. Perbedaan pengolahan dari setiap teh menimbulkan adanya perbedaan
khususnya pada kandungan zat aktifnya yaitu polifenol. Urutan kandungan polifenol
mulai dari yang tertinggi sampai terendah yaitu teh hijau, teh oolong kemudian teh
hitam.

Senyawa polifenol yang bersifat antioksidan dan terkandung dalam teh hijau
dipercaya oleh masyarakat memiliki berbagai khasiat seperti menurunkan risiko
terkena penyakit jantung, mencegah berbagai macam tipe kanker, membantu
memperkuat sel darah merah untuk mengirimkan oksigen ke jantung dan otak, serta
membantu mengurangi berat badan.

Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis) artinya yaitu
dibuat dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada dalam pucuk daun teh
segar, melalui pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat antioksidan) dapat
dicegah.Teh hijau dapat diperoleh melalui pemanasan (udara panas) dan penguapan.
Pemanasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan udara kering
(pemanggangan/sangrai) dan udara basah dengan uap panas (steam). Pemanggangan
daun teh akan memberikan aroma dan rasa yang lebih kuat dibandingkan dengan
pemberian uap panas. Kedua metode tersebut berguna untuk mencegah terjadinya
oksidasi enzimatis katekin. Keuntungan dengan cara pemberian uap panas, adalah
warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang. Di Cina, untuk membuat teh hijau
dilakukan pemberian uap panas pada daun teh, sedangkan di Jepang daun tehnya hanya
disangrai. Pada kedua metode tersebut, daun teh sama-sama menjadi layu, tetapi karena
daun teh ini segera dipanaskan setelah pemetikan, maka hasil tehnya tetap berwarna
hijau.

Komposisi teh hijau, teh hijau terdiri atas kandungan kimia yang kompleks. Teh
mengandung 15-20% protein dan 1-4% asam amino seperti tanin, asam glutamat,
triptopan, glycine, serin, tirosin, valin, leucine, threonin dan arginin. Selain itu, terdapat
unsur karbohidrat seperti selulose, glukosa, pektin dan fruktosa.

Teh hijau juga mengandung berbagai macam mineral dan vitamin (B, C, dan E),
lipid, pigmen berupa klorofil dan enzim-enzim yang berperan sebagai katalisator
contohnya enzim amilase, protease, peroksidase, dan polifenol oksidase. Daun teh
mengandung zat-zat yang larut dalam air, seperti katekin, kafein, asam amino, dan
berbagai gula.Manfaat teh hijau, penelitian daun teh hijau (Camellia sinensis), baik
secara in vitro maupun in vivo menunjukkan bahwa polifenol teh memiliki manfaat
sebagai antifungi, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi.

Referensi :
1. Staines SS. Herbal medicines : adverse effects and drug-herb interactions.
Journal of the Malta College of Pharmacy Practice. 2011 Summer; (17):38-41.
2. Wadhawan R, dkk. Alternative medicine for aphthous stomatitis: a review.
IJACR. 2014;1(1): 5-10.

5. Refarat saya berjudul “ULSER TRAUMATIK ATAU EOSINOFILIK


RONGGA MULUT : Laporan Kasus Dan Tinjauan Singkat”

Ulser eosinofilik mukosa rongga mulut dianggap sebagai suatu lesi jinak, reaktif,
terbatas berpatogenesis tak jelas yang bermanifestasi sebagai suatu ulser soliter yang
berkembang pesat. Kami melaporkan kasus seorang pria berusia 42 tahun yang
menampakkan suatu ulser kronik mengeras pada mukosa bukal yang berdekatan
dengan molar ketiga kanan rahang atas. Hasil pemeriksaan histopatologis menjelaskan
adanya infiltrat peradangan polimorfik yang kaya akan eosinofil serta melibatkan
mukosa superfisial dan lapisan otot di bawahnya. Hasil analisis imunohistokimia
menjelaskan sel-sel CD30+ tunggal yang tersebar dalam infiltrat peradangan. Lesi
tersebut dieksisi, dan penyembuhan berlangsung normal tanpa menampakkan
kekambuhan dalam waktu lebih dari setahun.

Judul dan pemateri refarat yang saya ikuti :

1. Burning Mouth Syndrome

Oleh : Sri Astuti

2. HIV-AIDS dan Tuberkulosis Rongga Mulut

Oleh : Taufiq

3. Parameter Hematologi dan RAS

Oleh : Dewi Sartika

4. Manifestasi Penyakit Autoimun pada Rongga Mulut


Oleh : Ardiansyah Rahmat

5. Prevalensi Mukosa Oral Variasi Normal

Oleh : Hasmil

5. Saliva adalah cairan eksokrin yang dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui

kelenjar saliva. Secara umum, saliva berperan sebagai perasa, proteksi dan lubrikasi,

self-cleansing, kemampuan buffer, integritas email gigi, antibakteri, berperan dalam

pembentukan plak dan kalkulus. Rata-rata aliran saliva 20 ml/jam pada saat istirahat,

150 ml/jam pada saat makan dan 20-50 ml selama tidur. Komposisi saliva terdiri atas

94.0%-99.5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen anorganik saliva antara

lain Na+, K+, Ca2=, Mg2+, Cl, So4, H2PO4, HPO4. Sedangkan komponen organik utama

adalah protein, selain itu juga ditemukan lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak,

dan vitamin.

Referensi: Almeida PV, Gregio AMT, Machado MAN, Soares AA, Azevedo LR.

Saliva composition and functions: A comprehensive review. The Journal of

Contemporary Dental Practice, Volume 9, No. 3, March 1, 2008. Pp. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai