Anda di halaman 1dari 15

Nama : Regita Westri Aprila

NIM : 201510330311022
Kelompok :5

DISTOSIA BAHU

1. Definisi
DIstosia bahu adalah keadaan dimana pada persalinan presentasi kepala, setelah kepala lahir
bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa. Distosia bahu terutama disebabkan
oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat kedalam panggul (mis. pada makrosomia)
disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara, sehingga penurunan
kepala yang terlalu cepat akan menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
2. Epidemiologi
Insidensi distosia bahu 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala.
3. Etiologi
1. Kehamilan postern

2. Wanita-wanita yang habitus indolen

3. Orang tua yang besar

4. Eritroblastosis

5. Diabeter Melitus

4. Komplikasi

 Komplikasi pada ibu

- Perdarahan pasca persalinan


- Robekan perineum derajat III atau IV

- Ruptur Uteri

 Komplikasi pada bayi


- Cedera plexus brakialis
- Fraktur klavikula dan humerus
- Hipoksia janin
- Kematian janin

5. Checklist tatalaksana pada distosia bahu

No SKOR 0 1 2 3
I PERSIAPAN
1 Menyapa pasiendan mengenalkan diri
2 Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan beserta resikonya dan meminta Hanya
Sebagian
izin untuk tindakan (inform consent) melakukan Seluruh
3 poin benar besar poin
salah satu poin benar
3 Menyiapkan alat dan bahan benar
langkah

4 Cuci tangan
II PELAKSANAAN
5 Memakai Apron plastik, masker,
kacamata pelindung
6 Memakai Sarung tangan DTT/steril
7 Memakai Alas kaki/sepatu boot karet Hanya
Sebagian
8 Melakukan episiotomi secukupnya melakukan Seluruh
3 poin benar besar poin
salah satu poin benar
benar
9 Lakukan manuver McRobert’s: langkah
a. Dengan posisi ibu berbaring pada
punggungnya, minta ibu untuk
menarik kedua lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya.
b. Tekan kepala bayi secara mantap dan
terus-menerus ke arah bawah (ke arah
anus ibu) untuk menggerakkan bahu
anterior di bawah simfisis pubis.

c. Secara bersamaan mintalah salah satu


asisten untuk memberikan sedikit
tekanan suprapubis ke arah bawah
dengan lembut.

10 Jika bahu tetap tidak lahir :


a. Masukkan satu tangan ke dalam
vagina dan lakukan penekanan pada
bahu anterior, ke arah sternum bayi,
untuk mengurangi diameter bahu.
(Manuver Rubin)
b. Jika perlu, lakukan penekanan pada
bahu posterior ke arah sternum
(Manuver wood)

11 Jika bahu masih tetap tidak lahir :


a. Masukkan satu tangan ke dalam
vagina dan pegang tulang lengan atas
yang berada pada posisi posterior

b. Fleksikan lengan bayi di bagian siku


dan letakkan lengan tersebut
melintang di dada bayi
12 Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah
melakukan manuver-manuver di atas,
minta ibu untuk berganti posisi
merangkak.
a. Coba bantu kelahiran bayi tersebut
dalam posisi ini dengan cara
melakukan tarikan perlahan-lahan
pada bahu anterior ke arah atas dengan
hati-hati
b. Segera setelah bahu anterior lahir,
Lahirkan bahu posterior dengan
tarikan perlahan-lahan ke arah bawah
dengan hati-hati
c. Jika tetap tidak berhasil, rujuk ibu

Sumber:

Prawirahardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan Ed.4 hal 599-604. Jakarta: PT Bina Pustaka

An, Alfun Dhiya. 2016. Distosia Bahu . Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Atonia Uteri

Kegagalan uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah pelahiran merupakan penyebab
tersering perdarahan obstetris. Uterus yang mengalami distensi berlebihan rentan menjadi
hipotonus setelah pelahiran. Jadi, perempuan dengan janin besar, multiple, atau hidramnion rentan
mengalami atonia uterus.

Tatalaksana

Skor
No. Tindakan
c 1 2 3
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta
resikonya dan meminta izin untuk tindakan (inform
consent).

2. Periksa ABC dan pasang IV line, serta pasang kateter


untuk mengosongkan kandung kemih dari pasien

3. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau


steril, dengan lembut masukkan secara obstetrik
(menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus dan
ke dalam vagina ibu.

4. Persiapkan Oxytocin, Ergomterin, Misoprostol,


Kateter foley, Kondom, Benang, Spuit 5 cc, Kassa,
Nacl 0,9 %

5. Pasang IV line 2000 cc dalam 1 jam pertama dan


berikan oksigen

6. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban


atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini
menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara
penuh.
7. Lakukan massage uterus dan injeksi uterotonika

 Oxytocin 20 IU/500 cc dengan kecepatan 10


mL/menit, tunggu 5 menit
 Jika tidak efektif, berikan ergometrin 0,2 mg
IM/IV atau Misoprostol 800-1000 microgram
per rektal, tunggu 5 menit
 Jika dalam 5 menit juga tidak berefek lakukan
maneuver

8. Lakukan Kompresi Bimanual Eksterna dengan cara

 Meletakkan kepalan tangan kanan diatas


simfisis pubis
 Meletakkan tangan kiri diatas fundus uteri
 Dekatkan kedua tangan, pertemukan sambal
menekan agak kuat
 Jika dalam 5 menit tidak berhasil lakukan
Kompresi Bimaual Interna

9. Lakukan Kompresi Bimanual Eksterna dengan cara

 Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada


forniks anterior
 Tekan dinding anterior uterus, ke arah tangan
luar yang menahan dan mendorong dinding
posterior uterus kearah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan ke belakang.
10. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi
plasenta) di dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.

11. Evaluasi keberhasilan :

 Jika uterus bekontraksi dan pendarahan


berkurang, terus melakukan KBI selama dua
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan
tangan dan pantau ibu secara melekat selama
kala empat.
 Jika uterus berkontraksi tetapi pendarahan
masih berlangsung, periksa ulang perineum,
vagina dan serviks apakah terjadi laserasi.
Jika demikian, segera lakukan penjahitan
untuk menghentikan pendarahan.
 Jika uterus tidak berkontraksi selama 5 menit,
ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal (KBE) kemudian lakukan
langkah-langkah penatalaksanaan atonia
uteri selanjutnya.
12. Lakukan pemsangan tampon kondom kateter

 Cuci tangan dan ganti handscoon steril


 Masukan kateter ke dalam kondom, lalu ikat
kondom
 Masukan kateter kondom ke dalam rongga
uterus
 Injeksikan 400 ml larutan Nacl 0,9% ke dalam
kondom kateter

13. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai


2 menit, segera rujuk ibu karena ini merupakan bukan
atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan
gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang
mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah.

14. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan


tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di
tempat rujukan. Infus 5c0 ml pertama dihabiskan
dalam waktu 10 menit.

15. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat


rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan
mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam
jumlah 125cc/jam. Jika cairan infus tidak cukup,
infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan
tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian
cairan secara oral untuk rehidrasi.
16. Setelah sampai di tempat rujukan lakukan tindakan
operatif alternatif

 Ligasi A.Uterina atau A.Ovarika


 Operasi ransel B lynch
 Histerektomi supravaginal
 Histerektomi total

King Edward Memorial Hospital, 2014, Clinical Guidelines Obstetric and Midwifery : Retained
Placenta, King Edward Memorial Hospital – Depatment of Health Government of Western
Australia viewed 6 Oktober

Prawirahardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan Ed.4 hal 599-604. Jakarta: PT Bina Pustaka

Purwadianto, Agus. 2015. Kedaruratan Medik, Pedoman Tatalaksana Praktis Edisi Revisi Hal
270-210. Jakarta: Binapura Aksara
Retensio Plasenta

1. Definisi
Retensi plasenta adalah kegagalan kelahiran plasenta setelah 30 menit setelah diberi
tindakan aktif kala tiga atau dalam 60 menit setelah kelahiran bayi.
2. Penyebab
Penyebab retensio plasenta dapat dibagi menjadi secara fungsional dan patologi anatomi.
Secara fungsional dapat dibagi menjadi 2 yaitu disebabkan karena his yang kurang kuat atau
plasenta yang sukar terlepas dari tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive. Secara patologi anatomi dapat
dibagi menjadi plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. Sebab-sebab plasenta
belum lahir bisa oleh karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah
lepas tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi
perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Retensio placenta dapat menyebabkan pendarahan setelah postpartum yang dapat
mengakibatkan kematian ibu
3. Checklist tatalaksana retensio plasenta
No. Aspek ketrampilan medis yang dilakukan
1 Memperkenalkan diri dan informed consent
2 Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien
3 Persiapan Sebelum Tindakan:
Pasien
Infus dan cairan
Oksitosin
analgesia per rektal atau sedatif
Kateter nelaton steril dan penampung urin
Klem penjepit atau kocher
Penolong
Sarung tangan panjang DTT (untuk tangan dalam)
Sarung tangan DTT (untuk tangan luar)
Topi, masker, kaca mata pelindung, celemek.
4 Kenakan pelindung diri (barier protektif)
5 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6 Keringkan tangan dan pakai sarung tangan DTT.
7 Bersihkan vulva dan perineum dengan air DTT
Tindakan Manual Placenta ke Kavum Uteri
Lakukan anestesi-verbal atau sedatif atau analgesia per rektal
8
sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit
Lakukan kateterisasi kandung kemih:
9 • Pastikan kateter masuk dengan benar.
• Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian tegangkan tali pusat
10
sejajar lantai.
Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke
11
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
12 memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan
fundus uteri.
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum
13
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari
14
merapat ke pangkal jari telunjuk).
Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.
• Bila implantasi di korpus belakang, tangan tetap pada sisi bawah
15
tali pusat. Bila implantasi di korpus bagian depan pindahkan tangan
dalam ke sisi atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke
atas.
• Bila implantasi plasenta di korpus belakang di lepaskan plasenta
dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di
antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan pada
dinding dalam uterus bagian belakang (menghadap sisi bawah tali
pusat).
• Bila implantasi plasenta di korpus depan, lakukan penyisipan
ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus dengan punggung
tangan pada dinding dalam uterus bagian depan (menghadap sisi
atas tali pusat).
Kemudian gerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser
ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan.
16
Catatan:
Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien),
lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
Mengeluarkan Plasenta
Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
17 eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.
Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
18
saat plasenta dikeluarkan.
Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher untuk
19 menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar
(hindari percikan darah).
20 Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorso-
21 kranial setelah plasenta lahir.
• Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
Perawatan Pasca Tindakan
Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
22
instruksi apabila masih diperlukan.
Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
23
selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi. Minta keluarga segera melapor pada
24
penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu atau timbul tanda-
tanda bahaya tersebut.

Sumber:
1. Cunningham, et al. 2010. Williams Obstetrics. 23 rd Edition. America: McGraw-Hill Books
2. Management of Retained Placenta, The Royal Women’s Hospital, 2018
3. Clinical Guidelines Obstetrics And Midwifery.2017. Third Stage Of Labour Managemen

Anda mungkin juga menyukai