Anda di halaman 1dari 3

TATA LAKSANA

TBC
No. Dokumen : 01.SOP.UKP
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 14 April 2015
Halaman : 1–3
Kepala Puskesmas Tawangrejo
Kota Madiun
Dinas Kesehatan
Kota Madiun
drg. Totok Dwi Sanjaya
NIP. 19760401 200604 1 008

Pengertian Tatalaksana TBC adalah serangkaian tindakan untuk menangani pasien dengan TBC

Tujuan Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan medis tuberculosis paru


Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tawangrejo Nomor : 440/81/401.103.7/2015
Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi Dan Wewenang Pejabat Fungsional Pada
Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun
Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
Alat dan bahan Pemeriksaan laboratorim sederhana
Prosedur 1. Menyakan keluhan pasien seperti batuk berdahak lebih dari 2minggu, batuk
berdarah, batuk disertai sesak napas, nyeri dada (pleuritik chest pain) badan
lemah, nafsu makan menurun, BB menurun, malaise, berkeringat malam tanpa
kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik :
 Ukur BB, TD, suhu badan.
 Auskultasi : dengarkan suara napas bronkial/anforik/ronkibasah/suara
napas melemah di apek paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
 Pemeriksaan penunjang :
1. Darah lengkap
2. Pemeriksaan mikroskopik kuman TB (bakteri tahan asam) SPS
(dahak sewaktu pagi sewaktu)
3. Menegakan diagnosis : diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesa pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, scoring untuk anak)
Standart diagnosis :
a. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama lebih dari
2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
b. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang mampu
mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB, harus diperiksa
mikroskopis spesimen sputum / dahak 3 kali salah satu diantaranya
adalah spesimen pagi.
c. Semua pasien dengan gambaran foto torak tersangka TB, harus diperiksa
mikrobiologi dahak.
d. Diagnosis dapat ditegakan walaupun apus dahak negatif berdasarkan
kriteria berikut :
1. Minimal 3 kali hasil pemeriksaan negatif (termasuk pemeriksaan
sputum pagi hari), sementara gambaran foto torak sesuai TB
2. Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas

1
(periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau pasien diduga
terinfeksi HIV (evaluasi diagnosis TB harus dipercepat)
e. Diagnosis TB intratoraksik (seperti TB paru, pleura, dan kelenjar limfe
mediastinal/hiler) pada anak :
1. Keadaan klinis (+), walaupun apus sputum (-)
2. Foto thorak sesuai gambaran TB
3. Riwayat paparan terhadap kasus infeksi TB
4. Bukti adanya infeksi TB (tes tuberkulin positif lebih dari 10mm
setelah 48-72jam)
4. Memberikan terapi :
 Prinsip terapi :
a. Memastikan obat-obatan digunakan sampai terapi selesai
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi OAT lini pertama :
 Fase awal selama 2 bulan terdiri dari INH/RIF/PZH/EMB
 Fase lanjutan selama 4 bulan terdiri dari INH/RIF
c. Mengevaluasi kepatuhan minum obat dengan cara pengawasan
langsung menelan obat.
d. Memonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow up
mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat :
 Akir fase awal (setelah 2 bulan terapi)
 Satu bulan sebelum akir terapi dan pada akir terapi
 Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akir terapi dianggap gagal dan harus meneruskan
terapi modifikasi yang sesuai
 Evaluasi dengan fototorak bukan merupakan pemeriksaan
prioritas dalam follow up TB paru
e. Mencatat semua pengobatan yang telah diberikan, respon hasil SPS,
kondisi fisik pasien, efek samping obat.
f. Melakuan tes HIV apabila diperlukan.
 Terapi :
a. Terapi umum : istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana
komorbiditas, nutrisi, vitamin.
b. Mediketamentosa obat anti TB (OAT) :
I. Kategori I
 Penderita baru TB paru, sputum BTA positip
 Penderita TB paru, sputum BTA negatif, rontgen
positip dengan kelainan paru luas
 Penderita TB eksterna paru berat
 terapi dengan 2 RHZE/4RH-RHZE/4R3H3-
2RHZE/6HE
II. Kategori 2 untuk :
 Penderita kambuh
 Penderita gagal
2
 Penderita after default, diterapi dengan :
2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE
2 RHZES / 1 RHZE / 5 R3H3E3
5. Perhatiakn komplikasi pasien, rujuk apabila terjadi :
a. Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, Bronkiektasis,
pneumotoraks, gagal napas
b. TB ekstra paru : pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB kelenjar
limfe
c. Kor pulmonal
7.Unit Terkait  Loket
 Klinik umum
 Tim Mutu Puskesmas
 UGD
 Ranap
 Laboratorium
 Apotek

Anda mungkin juga menyukai