Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional dewasa ini lebih dititik beratkan pada pembangunan


ekonomi dan kualitas sumber daya manusia seutuhnya (Soetrisno, et al,2000).
Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara optimal
mensyaratkan derajat status gizi dan kesehatan yang optimal (Wiwik Susanti,2002:1).
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa gizi adalah pilar
utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman,
2002:6). Penduduk yang sehat juga mendorong peningkatan produktivitas (Siti Z,
2000). Salah satu usaha perbaikan gizi nasional ditujukan pada tenaga kerja wanita,
yang merupakan 46,03 % tenaga kerja di Indonesia (Sugeng Budiono dkk, 2003:145).
Sejalan dengan perkembangan zaman, pada saat ini jumlah kaum wanita yang
turut berpartisipasi di lapangan pekerjaan semakin banyak, baik untuk membantu
suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga maupun untukaktualisasi diri kaum
wanita itu sendiri, selain peranannya sebagai isteri atauibu dalam keluarga, wanita
juga makin berperan sebagai tenaga kerja untukpembangunan (Wiwik Susanti, 2002 :
2 ).
Keadaan khas yang mendorong terjadinya masalah gizi pada tenaga kerja
wanita adalah karena sebagian besar tenaga kerja wanita adalah pelaksanayang
berada dalam keadaan sosial yang lemah, yang disebabkan antara lainkarena tingkat
pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki, pendidikan yang terbatas akan
mempengaruhi pengetahuan serta pemahaman mereka tentang gizi, disamping itu
faktor biologis yang disebabkan oleh haid,kehamilan, masa nifas dan menopause juga
menjadi salah satu pendorong terjadinya defisiensi gizi, apabila dalam keadaan
tersebut tidak diimbangi dengan konsumsi gizi yang seimbang (Sugeng Budiono,
2003:146).

1
Masalah kecukupan pangan dan gizi mutlak didapatkan oleh tenaga kerja,
bekerja akan diambil dari energi cadangan yang yang terdapat dalam seltubuh.
Kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunanfisiologis tubuh
terganggu. Apabila hal ini terjadi akibatnya tenaga kerja yangbersangkutan tidak
dapat melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitaskerjanya akan menurun
bahkan dapat mencapai target rendah (Wiwik Susanti,2002 : 2 ).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian Produktivitas Kerja dan Zat Gizi
1.2.2 Pengertian Status Gizi
1.2.3 Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja
1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gizi dan Produktivitas Tenaga Kerja
1.2.5 Keracunan
1.2.6 Peningkatan Gizi Tenaga Kerja Perempuan
1.2.7 Penyelenggaraan Makanan Bagi Pekerja

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat Mengetahui Pengertian Produktivitas Kerja dan Zat Gizi
1.3.2 Dapat Mengetahui Pengertian Status Gizi
1.3.3 Dapat Mengetahui Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja
1.3.4 Dapat Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Gizi dan Produktivitas Tenaga
Kerja
1.3.5 Dapat Mengetahui Keracunan
1.3.6 Dapat Mengetahui Peningkatan Gizi Tenaga Kerja Perempuan
1.3.7 Dapat Mengetahui Penyelenggaraan Makanan Bagi Pekerja

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat dijadikan rujukan untuk menilai tingkat pemahaman dan penalaran
mahasiswa tentang Gizi dan Produktivitaskerja.
1.4.2 Dapatdijadikanbahanuntukbelajarmemahami dan mengertitentangGizi dan
Produktivitaskerjadarimasing-masingsumber.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Produktivitas Kerja dan Zat Gizi

Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya


yang digunakan (Pandji Anoraga, 2001:52). Produktivitas seringkali juga
diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan
masukan (input) (Sritomo Wigjo Soebroto, 2003:5). Jadi produktivitas disini adalah
perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah
sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung (Sugeng Budiono,
2003:263).
Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran
(output) dan masukan (input) per satuan waktu (time). Produktivitas dikatakan
meningkatapabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama.
Konsep tersebut tentunya dapat digunakan dalam menghitung produktivitas disemua
sektor kegiatan termasuk di industri-industri kecil seperti pabrik roti. Peningkatan
produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya
termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing dan
meningkatkan keluaran sebesar-besarnya do the thing right). Dengan kata lain bahwa
produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja
secara total.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan baik dengan menghitung
produktivitas secara keseluruhan (produktivitas total) maupun produktivitas
secara parsial. Dalam kajian ini produktivitas hanya dihitung secara parsial
dari sudut pandang ergonomi. Dimana produktivitas parsial yang dimaksud
adalah perbandingan dari keluaran (output) dengan satu jenis masukan
(input), yaitu berupa beban kerja yang diterima oleh pekerja yang
bersangkutan.

4
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas
kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas antara lain tingkat
pendidikan, ketrampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, lingkungan
kerja, sarana kerja, manajemen dan kesempatan tenaga kerja untuk berprestasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai
berikut:

1. Tenaga kerja yaitu umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan dan psikologi
pekerja
2. Peralatan kerja yaitu alat yang dipakai atau mesin-mesin dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja yaitu panas, debu, bising, kondisi alat, keselamatan,
bising dan sebagainya;
4. Cara kerja yaitu sikap dan posisi kerja;
5. Organisasi kerja yaitu administrasi kerja, shift work, waktu kerja dan
waktu istirahat.

Untuk mendapatkan produktivitas yang setinggi-tingginya, maka faktor-


faktor tersebut harus serasi atau sesuai terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia pekerja sehingga tidak menimbulkan beban kerja tambahan.

Tinjauan produktivitas kerja dimana manusia mendapat perhatian yang


serius akhir-akhir ini mulai berkembang. Komponen-komponen produksi yang
terlibat di dalamnya adalah material (bahan baku), peralatan kerja, fasilitas
penunjang, lingkungan kerja fisik dan manusia ke dalam proses kerja yang
berlangsung merupakan hasil kajian pemikiran ergonomis. Ukuran sukses dari
proses produksi biasanya dinyatakan dalam bentuk produktivitas kerja atau
besarnya rasio keluaran (out put) per masukan (input) yang dihasilkan, dikalikan
dengan waktu untuk mendapatkan keluaran. Dalam hal ini kinerja manusia
merupakan faktor utama yang menentukan usaha peningkatan produktivitas.

5
Faktor utama yang mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas yaitu yang
menyangkut faktor teknis dan non teknis.

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi,
mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan
makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari
bagi para pekerja. Tanpa ada gizi, energi tidak bisa dihasilkan oleh tubuh,
dikarenakan sel-sel kita tidak memperoleh makanan. Dan tentu saja, seseorang akan
loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun seseorang memiliki kebiasaan malas,
namun kurangnya gizi merupakan penyebab utama (Ari Agung, 2002).
Berikut ini adalah kegunaan dari zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk metabolisme :
a). Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah untuk menyediakan energi bagi tubuh.
seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi
gemuk. Apabila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat
pembangun (Agus Budiyanto, 2001 : 19)
b). Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena
zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein selain akan digunakan bagi pembangunan struktur
tubuh juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga
pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar, akan tetapi dalam
keadaan tidak diterimanya makanan yang tidak bergizi secara terus menerus, dengan
sendirinya akan terjadi gejala-gejala kekurangan protein diantaranya adalah
pertumbuhan kurang, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya
kerja merosot (Kertasapoetra, 2002:61).
c). Lemak

6
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumberenergi bagi
tubuh. fungsi utama dari lemak adalah untuk memberi tenagapada tubuh. disamping
fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak jugamerupakan bahan pelarut dari beberapa
vitamin yaitu vitamin A, D,E danK (Asmira Sutarto, 1980:20).
d). Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalamjumlah
yang sangat sedikit, namun penting untuk mempertahankan kesehatan tubuh. menurut
sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E dan K) dan vitamin yang larut dalam air (B dan C). walaupun
vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun akan berpengaruh besar
terhadap tubuh apabila kita kekurangan vitamin. Faktor-faktor yang menyebabkan
kekurangan vitamin adalah :
1) Kurang memakan bahan makanan yang mengandung vitamin.
2) Tubuh kekurangan zat-zat tertentu, sehingga penyerapan vitamin dalam tubuh
terganggu.
3) Akibat penyakit saluran pencernaan misalnya disentri atau typus.
4) Adanya zat-zat tertentu dalam bahan makanan atau dalam obat yang
akan mengganggu penyerapan vitamin itu.
5) Dalam tubuh terjadi interaksi dari beberapa vitamin, kekurangan salah satu vitamin
akan menyebabkan terganggunya fungsi vitamin lain (Asmira Sutarto, 1980:154).

e). Mineral
Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan pentingdalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organmaupun fungsi
tubuh secara keseluruhan (Sunita Almatsier, 2001:228).
f). Air
Pada proses metabolisme tubuh sangat memerlukan sekali akan
air.Kehilangan 10% dari cairan tubuh akan sangat membahayakan. Kematianbiasanya
terjadi biasanya bila kehilangan cairan tubuh mencapai 20% dariberat badan.

7
Sedangkan pada orang dewasa lebih kurang 65% air berfungsisebagai zat pembangun
dan zat pengatur.Kebutuhan zat gizi bagi tenaga yang paling utama adalahkarbohidrat
yang akan diubah menjadi kalor, karena tenaga kerja lebihbanyak menggunakan
energi untuk kerja otot. Tenaga kerja dewasa tidaklagi memerlukan protein untuk
pertumbuhan, tetapi diperlukan untukmemelihara fungsi tubuh, disamping sebagai
sumber energi (AsmiraSutarto, 1980:31). Tenaga kerja hanya akan
menunjukkanproduktivitasnya apabila kepadanya diberikan tenaga yang berasal
darimakanan, makin besar tenaga yang diberikan makin besar pulakemungkinan
produktivitas kerjanya (Suma’mur, 1989:84)

2.2 Pengertian Status Gizi


Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan seseorang atausekelompok
orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dariukuran-ukuran gizi
tertentu (Soekirman, 2002:65). Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan
antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh
(nutrient output) akan zat gizi tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:88).
Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi
orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran (membanting
tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan
cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya
penggantian energi dan energi cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan
zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari pekerja/orang dewasa yang
bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang dikehendaki.
Pada masa sekarang para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi
oleh para karyawannya. Oleh karena itu, bagi para karyawan yang bekerja melebihi
ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu
disediakan jaminan makan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan
tambahan (extra voiding). Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap
hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha untuk mempertahankan

8
produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para karyawannya. Makanan
dalam pengertian sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-
proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga,
sedang lainnya diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita,
setelah kita melakukan pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa
badan kita menjadi panas. Dalam keadaan kita hanya sedikit melakukan kerja fisik,
sebagian besar energi diubah menjadi panas dan dalam kita tidak melakukan
pekerjaan fisik, relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas
akan ke luar dari tubuh.
Kurangnya dalam tubuh akan karbohidrat, protein dan zat lemak dapat
menyebabkan pembakaran ketiga unsur tersebut kurang menghasilkan energi,
akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan
dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka
akan macammacam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas kerja
sangat lemah, dan lain-lain) (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991). Lebih lanjut
disebutkan bahwa berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai bahan
makanan, agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi, pertamatama harus
diubah menjadi bentuk glukosa, yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan
diserap, kemudian melalui proses metabolisma dioksidasi selengkapnya dan melalui
Siklus Krebs barulah akan merupakan sumber energi yang penting bagi pelaksanaan
berbagai kegiatan tubuh. Otak sebagai pusat kegiatan selamanya menggunakan
glukosa sebagai sumber energinya.

2.3 Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja

2.3.1 Energi
Kebutuhan energi orang dewasa diperlukan untuk: metabolisme basal,
aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Specific Dynamic
Action/SDA).

9
A. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal (AMB)
Angka metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR)
adalahkebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses
tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi
yang diperlukan untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas,
dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk
mempertahankan suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan
seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh.
Angka metabolisme basal dinyatakan dalam kilokalori per kilogram berat badan
per jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi AMB adalah ukuran tubuh, komposisi
tubuh, umur, tidur, suhu tubuh, sekresi kelenjar endokrin, kehamilan, status gizi,
dan suhu lingkungan. Dari banyak penelitian yang dilakukan ternyata indeks
paling berpengaruh terhadap AMB adalah berat badan menurut umur. Dengan
menggunakan rumus regresi linier, FAO/WHO/UNU/1985telah mengeluar-kan
rumus untuk menaksir nilai AMB dari berat badan seperti pada tabel 16).

10
B. Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik
Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal.
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme
untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi
untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung
pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang
dilakukan. Guna menaksir kebutuhan energi, aktivitas fisik dikelompokkan menurut
berat ringannya aktivitas: ringan, sedang, dan berat seperti pada tabel 2.

C. Kebutuhan energi untuk pengaruh termis makanan atau kegiatan


dinamik khusus (Specific Dynamic Action/SDA)
Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi
tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan makanan, absorpsi dan
metabolisme zat-zat gizi yang menghasilkan energi. SDA ini bergantung pada jumlah
energi yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% kebutuhan energi untuk
metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik. Pengaruh termis makanan ini sering
dapat diabaikan, karenakontribusinya terhadap penggunaan energi lebih kecil
daripada kemungkinan kesalahan yang dibuat dalam menaksir konsumsi dan
pengeluaran energi secara keseluruhan.

11
2.3.2 Pemberian Diet Bagi Tenaga Kerja
Tujuan.Adapun tujuan pemberian diet bagitenaga kerja adalah :
a. Menciptakan keadaan fisik yang sehat sehingga bergairah dalam
melaksanakan pekerjaannya.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
c. Menekan angka kesakitan dan kematian.
d. Meningkatkan produktivitas kerja.
e. Dapat memenuhi kebutuhan kalori, protein, lemak, vitamin dan
mineral secara seimbang.
2.3.2 Standar Penyediaan.

Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara


memenuhi kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan
proporsinya agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65% dari
total energi), Protein (10-20% dari total energi), Lemak (20-30% dari total energi).
Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan menggunakan daftar
bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat
istirahat (4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian kudapan (makanan selingan).

2.3.3 Produktivitas Kerja

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Produktivitas Tenaga Kerja

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1). Konsumsi makanan


Seseorang yang dalam kehidupannya sehari-hari mengkonsumsi makanan
yang kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi pada
tubuh yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apabila keadaan ini

12
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan terjadi
kemerosotan jaringan (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:8).

2). Status Kesehatan


Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain
yang diderita juga akan mempengaruhi ststus gizi seseorang. Memburuknya keadaan
akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain :
a) Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya, sehingga
masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi lebih banyak untuk
menggantikan jaringan tubuhnya yang rusak akibat bibit penyakit.
b) Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan
penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral, dan
sebagainya. Penyakit diare menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga
terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk.

3). Faktor Lingkungan Kerja


Menurut Sugeng Budiono (2003:159) faktor lingkungan kerja menunjukkan
pengaruh yang jelas terhadap gizi kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan
penurunan berat badan, sebaliknya motivasi yang kuat, kadang-kadang meningkatkan
selera makan yang menjadikan sebagai salah satu penyebab bertambahnya berat
badan dan kegemukan.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

1) Jenis Kelamin
Ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup
menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan
wanita., kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan
tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa

13
tenaga kerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang memerlukan
ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja pria (Soeripto, 1992:36).

2) Umur
Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam umur pertengahan 20 dan
kemudian menurun dengan bertambahnyaumur dan akan berkurang sebanyak 20%
pada usia 60 tahun(Sugeng Budiono, 2003:147). Berkurangnya kebutuhan
tenagatersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

3) Status Kesehatan
Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilanganproduktivitasnya secara
nyata, bahkan tingkat produktivitasnyamenjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang
menahun menjadi sebabrendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang
panjang.Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnyaproduktivitas yang
sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar(Sugeng Budiono, 2003:59).

4) Gangguan Biologis Tenaga Kerja Wanita


Tenaga kerja wanita mempunyai berbagai gangguan yangberhubungan dengan
fungsi kelaminnya yang akan berpengaruhterhadap produktivitas kerjannya, antara
lain: Siklus haid yangtidak teratur, kehamilan, masa nifas, menopause (Sugeng
Budiono,2003:147-148)

5) Masa Kerja
Adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerjadisuatu tempat.
Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baikpositif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif padakinerja bila dengan semakin lamanya personal
semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (Tulus MA,1992:12).

14
6) Pendidikan
Pendidikan dan pelatihan membentuk dan menambahpengetahuan dan
keterampilan tenaga kerja untuk melakukanpekerjaan dengan aman, selamat dalam
waktu yang cepat.Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir
danbertindak dalam menghadapi pekerjaan (Sugeng Budiono,2003:265).

7) Gagguan Lingkungan Kerja


Gangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi parapekerja, yaitu :
a). Gangguan Fisik Yang meliputi :
1) Suhu
2) Radiasi kelembaban
3) Sinar
4) Suara dan getaran

b). Gangguan KimiaYang meliputi :


1) Logam
2) Debu
3) Aerosol
4) Gas
5) Uap dan kabut

c)Gangguan Biologis Yang meliputi :


1) bakteri
2) virus
3) Parasit (Mariyati Sukarni, 1994:67)

15
2.5 Keracunan

Yang dimaksud dengan keracunan makanan adalah kesakitan yang


disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh adanya bakteri yang
menghasilkan toksin/racun atau oleh adanya makanan tambahan yang bersifat racun
dalam makanan(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Gejala keracunan ini
ditandai dengan pusing, mual, muntah, diare dan kejang perut yang dapat timbul
segera setelah makan suatu makanan. Akibat dari keracunan ini keras tidaknya
tergantung pada jumlah yang dimakan. Kejadian-kejadian keracunan dapat timbul
oleh bermacam – macam sebab, antara lain :
a. Adanya pembubuhan bahan kimia yang melebihi dosis.
b. Karena terkontaminasi secara sengaja/tidak oleh zat kimia.
c. Adanya kuman yang mengeluarkan toxin pada makanan.
Macam-macam keracunan dari adanya bakteri yang mengeluarkan toksin:
a. Keracunan Staphylococcus.
Bakteri jenis ini banyak ditemukan pada permukaan kulit, lubang idung, serta
bagian dalam tubuh manusia dan hewan. Gejala yang ditimbulkan jika mengalami
infeksi ini adalah diare, nyeri da kram perut,hinggamual dan muntah. Cara
mencegahnya adalah dengan mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan
dengan menggunakan sabun sebelum menyiapkan makanan.
b. Keracunan Botulisme.
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan
racun/toksin yang dikeluarkan oleh kuman Clostridum Botulinum. Biasanya terdapat
pada makanan kaleng yang masa berlakunya sudah habis.
c. Keracunan Clostridium Perfringens.
Bakteri Clostridum Perfringens merupakan jenis bakteri yang sangat mudah
dan cepat berkembang. Gejala akan timbul 12 jam setelah keracunan makanan yang
terkontaminasi Clostridum. Cara mencegahnya adalah dengan memasak makanan

16
dengan suhu yang sesuai, dan hindari masak dalam suhu 4-60 derajat celsius karena
perkembangbiakan bakteri akan menjadi lebih mudah.
Penanganan sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya hal-hal
yang merugikan manusia seperti keracunan (food poisoning) maupun penyakit (food
borne disease) (Handayani, 2010). Selama tahun 2011 Badan POM telah mencatat
128 kejadian/kasus keracunan pangan di 25 propinsi di Indonesia. Sebanyak 18.144
orang terpapar, sedangkan kasus KLB keracunan pangan yang dilaporkan sebanyak
6.901 orang sakit dan 11 orang meninggal dunia (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).
Berdasarkan BPOM insiden terbanyak kasus keracunan adalah yang
disebabkan oleh makanan, sejak tahun 2014 telah terjadi 500 kasus. Fenomena
keracunan makanan merupakan yang sulit diatasi karena tidak semua kasus
keracunan yang dilaporkan, pada kenyataannya dilapangan terdapat lebih banyak
kasus. Tahun 2011 dilaporkan 18.144 orang terpapar, sedangkan kasus kejadian luar
biasa (KLB) keracunan pangan dilaporakan telah terjadi sebanyak 6.901 orang sakit
dan 11 orang meninggal dunia. Berkaitan dengan KLB keracunan pangan paling tidak
terdapat 99 kasus yang tidak dilaporkan (BPOM,2014; FD

17
2.6 Peningkatan Gizi Tenaga Perempuan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2002, pekerja Indonesia
di bidang industri pengolahan mencapai 7.941.301 orang yang terdiri dari 63,63%
pekerja laki-laki dan 36,37% pekerja perempuan sedangkan pada tahun 2006 pekerja
laki-laki yang bekerja di industri pengolahan mencapai 44,03% dan pekerja
perempuan mencapai 55,97%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
perempuan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 49,23% pada tahun 2004 menjadi
50,65% pada tahun 2005. Peningkatan jumlah pekerja ini berakibat positif pada
pertambahan tenaga produktif. Namun, status kesehatan
dan gizi pekerja pada umumnya belum mendapat perhatian yang berakibat pada
penurunan produktivitas kerja danbiaya produksi menjadi tidak efisien.
2.6.1 Kondisi Fisiologis selama kehamilan
Untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang sedang hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat.
Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang
membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari. Pada trimester 1, sedangkan pada trimester
2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/hari.

2.6.2 Kondisi Fisiologis selama menyusui


Untuk produksi ASI, pekerja perempuan yang hamil membutuhkan tambahan
energi dan zat gizi lainnya. Selama 6 bulan pertama, seorang ibu menyusui
membutuhkan energi tambahan 500 kkal/hari dan 550 kkal/hari pada 6 bulan
berikutnya

2.6.3 Kondisi tertentu Anemia Besi


Untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan dosis
60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu pekeja dianjurkan meng
konsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging ikan,

18
ayam, telur, dan sayuran hijau. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi setiap
hari.

2.6.4. Kondisi ditempat kerja lembur dan shift kerja


Bagi pekerja yang lembur selama 3 jam atau lebih diberikan makanan dan
minuman, berupa makanan yang padat gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang
menjalani shift kerja malam, termasuk pekerja perempuan yang bekerja pada pukul
23.00-07.00 .

2.7 Penyelenggaraan Makanan Tenaga Kerja

Penyelenggaraan makanan bertujuan menyediakan makanan yang berkualitas


baik serta aman bagi kesehatan konsumen, memperkecil kemungkinan resiko
penularan penyakit serta gangguan kesehatan yang disebabkan melalui makanan serta
terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam menangani makanan. Tujuan
tersebut dapat dicapai jika semua pihak yang terkait turut bertanggungjawab dalam
menciptakan sanitasi dan hygiene makanan mulai dari pengadaan bahan makanan,
proses penyimpanan, pengolahan hingga sampai makanan siap untuk disantap. Proses
penyelenggaraan makanan hingga siap untuk disajikan dan disantap biasanya
ditempuh melalui tahap-tahap pengadaan bahan makanan, proses pengolahan
makanan, penyimpanan makanan jadi, pemorsian dan penyajian. Selain hal-hal
tersebut diatas, selama proses penyelenggaraan makanan terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengansanitasi dan higiene makanan yang mencakup:
sanitasi dan kebersihan peralatan, sanitasi sarana fisik, ruangan, fasilitas yang tersedia
dan keadaan kesehatan personal yang menangani makanan. Untuk lebih dapat
diketahui maka diuraikan sebagai berikut:

1). Pengadaan Bahan Makanan

19
Bahan baku yang akan digunakan untuk pengolahan makanan, harus diusahakan
bebas dari cemaran. Untuk itu bahan tersebut tidak boleh ditanam atau dipanen
ditempat yang mengandung cemaran yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pembasmian hama yang dilakukan harus menggunakan pestisida yang sudah disetujui
oleh pemerintah dan dengan cara yang benar sehingga tidak meninggalkan residu
yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Didalam pengadaan bahan makanan
harus memperhatikan tentang sumber bahan makanan dan keadaan bahan makanan
itu sendiri. Disini pengawasan mutu bahan makanan memegang peranan penting.
Selesai pemanenan bahan yang nyata-nyata tidak memenuhi syarat segera dipisahkan
agar tidak tercampur dengan bahan yang akan digunakan untuk pengolahan. Jika
dilakukan pencucian, maka air pencuci harus bebas cemaran, misalnya:
menghindarkan pemakaian pupuk kotoran manusia pada tanaman sayuran yang
dikonsumsi secara mentah. Bahan makanan yang segar dan tidak busuk, merupakan
pilihan utama untuk dikonsumsi. Misalnya memilih singkong sebagai bahan pokok
pembuatan produk makanan tertentu. Daging, unggas, ikan maupun susu dapat
mengandung bakteri atau parasit yang dapat menimbulkan penyakit. Oleh karena itu
perlu membeli jenis-jenis makanan tersebut dari perusahaan sumber yang berada
dalam pengawasan secara resmi.

2). Proses Pengolahan Makanan

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan makanan antara lain adalah
sanitasi tempat pengolahan, hygiene tenaga pengolah serta hygiene dan sanitasi cara-
cara pengolahan. Tempat Pengolahan Tempat pengolahan yang baik adalah tempat
yang kebersihannya terjaga, ada persediaan air bersih, tersedia tempat sampah,
tersedia tempat pembuangan air limbah, pertukaran udara selalu segar, penerangan
cukup, tersedia bak pencuci tangan, terhindar dari debu dan kemungkinan adanya
serangga atau tikus. Bangunan untuk pengolahan makanan harus terbuat dari bahan-
bahan yang mudah dibersihkan. Disain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga
bangunan mudah dibersihkan. Diusahakan agar hama seperti tikus tidak bersarang,

20
masuknya cemaran lingkungan seperti debu. Ruangan diatur sedemikian rupa agar
hygiene tempat pengolahan dapat terlaksana dengan cara mengatur alur kerja mulai
dari persiapan bahan

baku hingga makanan siap disajikan. Lantai, dinding dan langit-langit ruang
pengolahan tersebut dari bahan baku yang mudah dibersihkan. Sarana pengolahan
makanan harus mencapai fasilitas sanitasi yang diperlukan untuk karyawan, misalnya
air bersih, toilet dan tempat cuci tangan, sarana saluran pembuangan air kotor, tempat
pengumpulan dan pembuangan sampah harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
tidak menjadi sarang tikus serta kecoa dan tidak dikerumuni lalat. Tenaga pengolah
Tenaga yang berhubungan langsung dengan pengolahan makanan harus sehat
sehingga tidak merupakan media penularan penyakit. Kepada semua tenaga kerja
harus ditanamkan tanggung jawabuntuk menghindarakan tercemarnya makanan
dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dari kebiasaan yang tidak baik seperti:
kebiasaan memegang rambut dan hidung, bersin di tempat pengolahan, merokok di
tempat pengolahan, mengenakan perhiasan secukupnya, mencuci tangan dengan
sabun setiap akan memegang makanan dan bahan makanan. Untuk menjadi tenaga
pengolah harus mendapatkan syarat-syarat tertentu, syarat tersebut diantaranya
adalah: mempunyai sertifikat kesehatan, pada saat mengolah tidak sedang sakit,
memeriksakan kesehatannya secara berkala, serta mengetahui tentang hygiene dan
sanitasi makanan. Disamping itu tenaga pengolah harus; menjaga kebersihan tangan
dan kuku, mengenakan pakaian kerja. Cara Pengolahan Yang terpenting dalam cara
mengolah makanan adalah menghindari pencemaran makanan yang diolah akibat
pengotoran oleh tangan pengolah maupun alat yang digunakan, serta akibat
penggunaan peralatan beracun, misalnya tembaga, timah dan sebagainya.

3). Penyimpanan Bahan Makanan Bahan makanan memerlukan tempat penyimpanan


yang khusus.

Tempat penyimpanan dibedakan menjadi dua, yaitu:

21
a) Gudang bahan makanan kering Bahan makanan yang didatangkan atau dibeli, tidak
selalu diolah untuk menyimpan bahan makanan kering seperti biji-bijian,
kacangkacangan, tepung, margarin, dan bumbu masakan yang bersifat tahan lama.

b) Gudang bahan makanan segar untuk menyimpan sayur-sayuran, buah-buahan,


daging dan sebagainya.Sanitasi Pada Gedung Penyimpanan Bahan Makanan Segar
Bahan makanan segar disimpan dalan ruang pendingin refrigerator maupun freezer
dengan suhu tertentu. Suhu harus selalu diawasi dandisesuaikan dengan jenis bahan
makanan yang disimpan, karena penyimpanan yang tidak tepat akan memberi
kesempatan mikroba untuk berkembang biak. Bahan makanan yang memiliki bau
tajam hendaknya disimpan tersendiri atau terpisah dengan bahan-bahan makanan
yang lain. Misalnya jenis ikan, daging dan sebagainya.Sanitasi Pada Gudang
Penyimpanan Bahan Makanan Kering Dalam penyimpanan bahan makanan kering
perlu diperhatikan beberapa hal yakni; tempat penyimpanan harus selalu bersih,
diatur secara rapi, tidak mudah dijangkau serangga dan tikus, sirkulasi udara baik dan
penerangan cukup, jarak rak dengan lantai bawah ± 10 cm.

Penyimpanan Makanan Jadi Makanan yang telah masak disimpan pada


tempat khusus agar terhindar dari serangga, debu, mempunyai pertukaran udara yang
baik dan selalu terjaga kebersihannya. Makanan yang tidak tahan lama dapat
disimpan dalam almari es atau ruang pendingin, yang letaknya tidak dicampur dengan
bahan makanan mentah.

Pemorsian, Penyaluran dan Penyajian Makanan Makanan yang telah masak,


ditempatkan pada tempat khusus untuk pemorsian dan kemudian disalurkan dan siap
disajikan pada konsumen. Pengawasan hygiene dan sanitasi meliputi: kebersihan alat-
alat misalnya untuk menyajikan, alat pengangkutan serta personal yang
mengerjakannya. Agar kita terhindar dari bahaya keracunan makanan dengan
berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Menghindari makanan terhadap
pencemaran, dengan usaha:

22
1) Menggunakan makanan yang bebas tercemar.

2) Proses pengolahan makanan yang baik dan cepat.

3) Menghindari pencemaran dari pekerja dan lingkungan.

4) Praktek sanitasi yang baik selama penanganan, pengolahan, penyimpanan, dan


penyajian makanan.

5) Membasmi penggunaan bahan tambahan kimia makanan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting,
baik kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas
kerja.

Seorang yang bekerja berat perlu mengkonsumsi makanan sebagai sumber energi
yang sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya , semakin berat pekerjaan
seseorang semakin besar energi yang diperlukan atau dikonsumsi walaupun zat gizi
yang dibutuhkan tubuh manusia banak macamnya, akan tetapi untuk tenaga kerja
jumlah energi lebih banyak berperan karena energi lebih banyak dibutuhkan untuk
kerja otot.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya jenis kelamin,


umur,status kesehatan, dll yang mempunyai peranan sangat penting dan menentukan
adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena
adanya kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja.

3.2 SARAN

3.2.1 Sebaiknyapekerja mengurangi mengkonsumsi makanan dan minuman instans


seperti mie instan, gorengan dan sebagainya untuk meminimalisir terjadinya
keracunan, Menambah kualitas gizi dan minuman yang dikonsumsi.

3.2.2Menambah keberagaman jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, seperti


menambah jenis sayuran, lauk serta buah-buahan

24
3.2.3 Pihak perusahaan memfasilitasi pekerja dengan pengadaan makan siang untuk
pekerja sehingga energi yang pekerja keluarkan saat bekerja dapat langsung
digantikan.

3.2.4 Penyuluhan tentang gizi di perusahaan kepada tenaga kerja tentang pentingnya
mengkonsumsi gizi seimbang. Tenaga kerja yang berusia produktif pada jenis
pekerjaan yang memerlukan fisik harus dipertimbangkan, agar peningkatan
produktivitasnya dapat tercapai secara maksimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Wahyu Novanda,Endang Dwiyanti,2014,HUBUNGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN KALORI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK
SEPATU,Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja,Vol. 3, No. 2

I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Ni Nengah AriatI,2013,GIZI DAN PRODUKTIFITAS KERJA, Poltekkes Denpasar,


Volume 10 Nomor 2

Rizqi Riyani Putri Farikha,dkk,2016,HUBUNGAN STATUS GIZI, KARAKTERISTIK


INDIVIDU DENGAN PRODUKTIVITAS PEKERJA SORTING DAN
PACKING,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,Vol. 5,
No. 1

Siti Z. 2001. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.


http://www.depkes.go.id/IND/IS-2010/indeks-htm

Sri Rahayu utami,2014,HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN TINGKAT


KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA
TENAGA KERJA WANITA UNIT SPINNING 1 BAGIAN WINDING PT.
APAC INTI CORPORA BAWEN,Universitas Negeri Semarang,Vol. 3 No,1

Wiwik Susanti, Hubungan Antara Status Gizi Dengan Produktivitas Tenaga


Kerja Wanita di Perusahaan Rokok Pamor Kudus, Skripsi S-1.
Universitas Negeri Sebelas Maret

26
27

Anda mungkin juga menyukai