Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KERBAU LUMPUR DAN KERBAU LIAR

Disusun oleh:

Syifa Fauziana Putri 200110170010


Dhiyaa Apriliani 200110170012
Sean Marshelle 200110170023
Harry Pari Swara 200110170140
Dei Gratia Saepul Putri 200110170176
Chatra Anggakara Irandi200110170186

Program Studi Peternakan

Fakultas Peternakan

Universitas Padjadjaran

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Pencipta Alam semesta Allah SWT,
berkat rahmat dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan, serta shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dengan dibuatnya makalah ini semoga menambah wawasan bagi pembaca ataupun
penulis sendiri. Serta diharapkan makalah ini dapat menjadi dasar untuk dapat
dikembangkan lagi kedepannya agar lebih baik.
Makalah ini tentunya tidak sempurna dan masih banyak kekurangan, diharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi kekurangan dalam makalah ini. Dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang dan dapat memberi solusi bagi masalah
yang terjadi di sekitar kita dan membawa kebaikan bagi kita semua.

Jatinangor, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

Ternak kerbau memiliki kulit tebal, warna kulit dan rambut hitam keabu-abuan dan

kelenjar keringat sedikit, sehingga kurang tahan terhadap cuaca panas. Untuk membantu

termoregulasi tubuh agar fungsi fisiologi tubuh dapat berjalan normal terutama dalam

mengatasi cekaman panas dengan jalan berendam dalam air/lumpur atau melumuri

tubuhnya dengan lumpur. Pemberian kesempatan berkubang sangat berpengaruh terhadap

pertambahan berat badan (Zulbardi. dkk,1982).

Dilihat dari segi koefisien tahan panasnya (KTP) ternak kerbau mempunyai KTP

yang sangat rendah sehingga mudah menderita cekaman panas (Cockriil, 1984).

Kelenjar keringat pada ternak kerbau sangat sedikit dan mempunyai bulu-bulu

yang jarang. Keringat pada ternak kerbau kira-kira hanya sepertiga dari jumlah kelenjar

keringat pada ternak sapi (Fahimuddin, 1975).

Taksonomi kerbau (Fahimuddin, 1975)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Arthiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Sub genus : Bubaline
Spesies : Bubalus bubalis
Terdapat perbedaan 4 spesies liar kerbau tetapi semua tipe kerbau domestik yang
ada dewasa ini, nampaknya diturunkan dari arni (Bubalus Arnee) kerbau liar dari India
yang masih bisa dijumpai pada hutan-hutan di daerah Assam. Umumnya tipe kerbau
domestik dibagi menjadi dua kelompok yaitu Kerbau Rawa (Swamp Buffalo) dan Kerbau
Sungai (River Buffalo) (Bhattacharya, 1993).
Kerbau berdasarkan habitatnya digolongkan menjadi dua tipe yaitu Kerbau Rawa
(Swamp Buffalo) dan Kerbau Sungai (River Buffalo). Kerbau tipe sungai menyukai air
yang mengalir dan bersih, sedangkan Kerbau Rawa suka berkubang atau berlumpur
(Bhattacharya,1993).
Kerbau Rawa dapat beradaptasi secara luas terhadap lingkungan rawa yang
banyak ditumbuhi semak dan rumput. Kerbau Rawa sering dijumpai di daerah lembah-
lembah sungai dan dataran rendah sampai pegunungan dengan ketingian 230 m dpl
(Toelihere,1978).
Kerbau Rawa (Swamp Buffalo) berkembang di Asia Tenggara diantaranya
Vietnam, Kamboja, Thailand, Philipina, Malaysia dan Indonesia, terutama di Jawa Barat.
Kerbau Rawa diternakkan sebagai ternak kerja, kerbau rawa juga bisa digunakan sebagai
penghasil daging. Ciri-ciri Kerbau Rawa adalah berwarna keabu-abuan, leher terkulai dan
memiliki tanduk besar yang mengarah ke belakang (Siregar dkk., 1996).
Kerbau rawa banyak ditemukan di Asia Tenggara mulai dari lembah Yangtse di
Cina, Burma, Laos, Republik Khamer, Vietnam, Malaysia, Philipina, dan Indonesia.
Kegemarannya berkubang dan berfungsi sebagai tenaga kerja dan penghasil daging.
Kerbau ini tampak lebih liar dibandingkan dengan kerbau tipe sungai. Kerbau rawa
merupakan kerbau yang pendek, gemuk dan bertanduk panjang. Kerbau rawa memiliki
konformasi tubuh yang berat dan padat (Fahimuddin, 1975).
Kerbau Sungai (River Buffalo) adalah kerbau yang biasa berkubang pada sungai
yang berair jernih, populasinya menyebar dari india sampai Mesir dan Eropa. Bulunya
berwarna hitam atau abu-abu agak gelap dengan tanduk melingkar atau lurus memanjang
ke belakang. Kerbau ini merupakan kerbau tipe perah (Sudono,1999).
Kerbau sungai tersebar dari India sampai ke Eropa. Kerbau sungai merupakan
ternak besar dengan lingkar badan yang lebih kecil, dada yang dalam dan bentuk tanduk
yang bervariasi sesuai dengan bangsa dan tipenya Beberapa bangsa kerbau sungai India
yang diketahui adalah Jaffarabadi, Surati atau Surti, Murrah, Kundhi, Nili, Ravi, Nagpuri,
Parlakimedi dan Toda (Fahimuddin, 1975).
Ternak kerbau berfungsi triguna yaitu sebagai ternak perah, penghasil daging dan
ternak kerja. Kerbau Sungai adalah tipe kerbau yang diternakkan sebagai ternak perah dan
penghasil daging (Toelihere,1978).
Kerbau dapat memanfaatkan hijauan yang berkualitas rendah dan tahan terhadap
musim kering yang panjang. Kapasitasnya sebagai ternak kerja merupakan potensi bagi
peternak kerbau, disamping dagingnya yang memiliki nilai cukup tinggi (Pathak dan
Ranjhan, 1979).
DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharya, R. 1993. Kerbau. Dalam : G. Williamson dan W.J.A Payne. Pengantar


Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Cockrill, W.R., 1984. Water Buffalo.In : Evolution of Domesticate Animals. 1st. Ed. I,L.
Mason Published. Longman.London and New York.

Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Gulab Pirmlai. Oxford and IBH
Publishing Co., New Delhi.

Pathak, N. N. and S. K. Ranjhan. 1979. Management and Feeding of Buffaloes. Vikas


Publishing House PVT LTD., New Delhi, Bombay, Bungaloer, Calcutta,
Kanpur.

Siregar AR, Diwyanto K, Basuno E, Thalib A, Sartika T, Matondang RH, Bestari J,


Zulbardi M, Sitorus M, Pangabean T, Handiwirawan E, Widiawati Y,
Supriyatna N. 1996. Jurnal Karakteristik dan konservasi keungulan
genetik kerbau di pulau Jawa. Buku 1: Penelitan Ternak Ruminansia
Besar, Balai Penelitan Ternak Ciawi.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Toelihere, M. R. 1978. Peternakan Kerbau dan Reproduksinya di Indonesia. Veteriner


1

Zulbardi, M., A. Djajanegara dan M. Rangkuti.1982. Pengaruh Pelepasan terhadap


Konsumsi Jerami Padi. Dalam M. Rangkuti, P. Sitorus, M. E. Siregar, T.
D. Soedjana, Sutiyono, NG. Ginting, C. Sirait, A. R. S. Siregar, E.
Djamaluddin dan A. Setiadi (ed.). Proc. Seminar Penelitian Peternakan.
P4. BP3. Deptan., Bogor.

Anda mungkin juga menyukai