Anda di halaman 1dari 26

SKALA PENGUKURAN DAN PENYAJIAN DATA

Disusun oleh:

Ari Raswati (200110170163)

Hilman Ismail (200110170165)

Muhamad Sahlaludin (200110170164)

Naufal Vidi Erlangga (200110170109)

Titin Sugih Harti (200110170111)

Kelas E

Kelompok 5

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT. karena berkat ridho-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah matematika ini
membahas tentang “SKALA PENGUKURAN DAN PENYAJIAN DATA”. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya dari zaman
kegelapan menuju ke zaman yang terang-benderang dengan kekayaan ilmu dan pengetahuan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari bapak Dr. agr. Ir. Asep Anang, M.Phil
selaku dosen mata kuliah Statistika. Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. kami berharap semoga pembahasan yang ada di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk memperbaiki pembuatan makalah
selanjutnya. Atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Sumedang, 04 Maret 2018

KELOMPOK 5

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar tabel iii

Daftar grafik iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II ISI
A. Skala Pengukuran 3
B. Penyajian 9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 20
B. Kritik dan Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Tingkatan Skala Pengukuran 7

Tabel 2. Upah karyaman per minggu 15

Tabel 3. Peta Kepadatan Penduduk Indonesia 18

iii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Jumlah Penjualan “Terang” menurut Jenis Barang 11

Grafik 2. Hasil Penjualan Hipotetis Harapan Kita selama Tujuh Tahun 12

Grafik 3. Upah karyaman sebuah perusahaan per minggu 16

Grafik 4. Mata Pencarian Penduduk Indonesia 17

Grafik 5. Peta Kepadatan Penduduk Indonesia 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metode yang paling


efisien tentang cara-cara pengumpulan, pengolahan, penyajian serta analisis data,
penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan
berdasarkan data dan analisa yang dilakukan.

Dalam statistika kita akan mendengar mengenai skala pengukuran dan


penyajian data.
Skala pengukuran merupakan suatu kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, yang
pada akhirnya penggunaan alat ukur tersebut akan menghasilkan data kuantitatif.
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variabel. Dalam melakukan
analisis statistik, perbedaan jenis data sangat berpengaruh terhadap pemilihan
model atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data dapat digunakan oleh
alat uji tertentu. Ketidaksesuaian antara skala pengukuran dengan operasi
matematik atau peralatan statistik yang digunakan akan menghasilkan kesimpulan
yang bias dan tidak tepata atau relevan.
Kegiatan pengumpulan data di lapangan, akan menghasilkan angka-angka
yang disebut data kasar. Penyebutan dengan istilah data kasar menunjukkan
bahwa data itu belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi, data-data itu
masih berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang biasanya berupa skor. Skor-
skor tersebut dapat pula disebut dengan istilah skor kasar, yang artinya sama
dengan data kasar. Biasanya relatif banyak dan tidak beraturan. Dalam pembuatan
laporan penelitian, data tersebut yang harus dilaporkan. Agar dapat memberikan
gambaran yang bermakna, data-data itu haruslah disajikan kedalam tampilan yang
sistematis. Ada sejumlah cara yang dapat dipilih untuk menampilkan data hasil

1
pengukuran dalam kerja penelitian. Penyajian data mana yang sebaiknya dipilih
tergantung jenis data, selera peneliti, dan tujuan penampilan data itu sendiri.

1.2 Identifikasi Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan skala pengukuran?
b) Apa saja jenis-jenis skala pengukuran dan fungsinya?
c) Apa yang dimaksud penyajian data?
d) Apa saja jenis-jenis penyajian data?

1.3 Maksud dan Tujuan


a) Makalah ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut;
b) Untuk mengetahui pengertian dari skala pengkuran
c) Untuk mengetahui jenis-jenis skala pengukuran dan fungsinya
d) Untuk mengetahui pengertian penyajian data
e) Untuk mengetahui jenis-jenis penyajian data

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skala Pengukuran

Pengukuran merupakan proses yang logis dan prosedural untuk


menghasilkan ukuran (Bernstein & Bersnstein, 1999). Saat melakukan
pengukuran terhadap obyek misalnya tinggi badan, maka kita akan melalui
tahapan-tahapan prosedural yang sistematik dan logik, mulai dari meminta obyek
berdiri tegap dan menghadap ke depan, menarik pita pengukur dan menempelkan
ujung pita pada bagian atas kepala, menarik pita pengukur hingga ke bagian
bawah kaki, melihat angka hasil pengukuran, dan mencatatnya pada form yang
disediakan.

Disamping itu dalam pengukuran perlu diperhatian pula Unit Pengukuran.


Unit Pengukuran berguna untuk mengidentifikasi jenis variabel yang diukur (mis:
panjang, massa, waktu, suhu) dan untuk memberikan jarak pada skala ukur
sebagai standar perbandingan (Bernstein & Bernstein, 1999). Unit pengukuran
yang umum digunakan di Indonesia adalah metric system atau International
System of Units (meter, detik, gram). Sementara beberapa negara Eropa masih
menggunakan English System (inci, pon, detik). Dengan demikian setiap hasil
ukur sebaiknya dicantumkan unit pengukurannya untuk memperjelas data.

Jawaban responden terhadap kuesioner/angket atau data-data yang


diperoleh baik dengan pengukuran maupun perhitungan terhadap suatu obyek,
sering bervariasi antara satu responden/obyek dengan responden/obyek yang lain.
Supaya jawaban atau hasil ukur/hitung tersebut dapat ditempatkan sesuai dengan
posisinya maka disusunlah skala pengukuran. Skala pengukuran tersebut terdiri
dari empat tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu skala Nominal,
Ordinal, Interval, dan Rasio (untuk memudahkan penghafalan, disingkat menjadi
“NOIR”).

3
2.1.1 Skala Nominal
Dikatakan skala nomimal bila peneliti menggunakan bilangan (numerik
atau alfabet) atau lambang/kelompok, untuk mengklasifikasikan obyek
pengamatan, sehingga pengukuran ini dikatakan memiliki tingkatan yang paling
lemah. Lalu setiap obyek akan dimasukkan ke dalam salah satu
bilangan/lambang/kelompok tersebut. Skala ini disebut juga skala/data kategorik,
karena data ini diperoleh dengan cara mengelompokkan/kategorisasi.

Data skala nominal memiliki ciri-ciri antara lain posisi data setara dan
tidak dapat dilakukan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian dan perkalian. Misalnya pada kelompok data yang dikategorisasikan
dan diberi kode sebagai berikut: pegawai = 4, wiraswasta = 3, buruh = 2, dan tidak
bekerja = 1, maka tidak dapat dikatakan pegawai (4) = wiraswasta (3) + tidak
bekerja (1); atau tidak bekerja (1) = pegawai (4) – wiraswasta (3); atau buruh (2)
= pegawai (4) : buruh (2); atau bahkan pegawai (4) = buruh (2) x buruh (2).

Pengkategorisasian skala nominal bisa memiliki sifat mutually exclusive


dan totally exclusive. Pengertian mutually exclusive adalah tidak ada satu pun
obyek yang dapat dikelompokkan ke dalam lebih dari satu ketegori). Sedangkan
totally exclusive merupakan setiap obyek dapat dikelompokkan ke dalam lebih
dari satu kategori) (Bernstein & Bernstein, 1999).

Secara statistik karena pada skala nominal satu-satunya yang bisa


dikuantifikasikan adalah jumlah unit/kasus dalam satu kelompok, maka untuk
mengukur sifat sentralitas data (tendensi sentral) hanya bisa digunakan modus,
dalam arti skala nominal tidak bisa menggunakan mean untuk menggambarkan
rata-rata. Begitu pula karena sifatnya, maka dalam skala nominal tidak bisa
mengukur sebaran data (standar devias, varian).

Misalnya: pada penelitian tentang kejadian Diabetes Militus kepada 100


pasien yang akan mengelompokkan mereka ke dalam jenis pekerjaan Pegawai,
Buruh, atau Wiraswasta. Lalu masing-masing pasien dimasukkan ke dalam jenis
pekerjaan yang sesuai dan tidak mungkin ada overlapping atau tumpang tindih

4
data. Bila data hanya terdiri dari dua kelompok (mis: laki dan perempuan) maka
disebut dengan Dikotomi.

Dalam praktiknya, peneliti sering menggunakan label/kode untuk masing-


masing kategori yang disebut dengan coding. Misalnya kode 1 untuk laki-laki dan
kode 2 untuk perempuan. Namun hal ini tidak berarti perempuan lebih besar
dibanding laki-laki, karena angka 2 dan 1 pada data ini hanya format pengkodean
saja.

Skala nominal memiliki kelebihan yakni data tersebut mudah diolah dan
dijawab. Namun kekurangannya adalah informasi yang diperoleh tidak mendalam
dan tidak dapat membedakan masing-masing data secara kuantitatif, serta
perhitungan statistik yang bisa dilakukan hanyalah proporsi atau persentase.

2.1.2 Skala Ordinal


Kemudian bila data-data yang diamati bukan hanya dikelompokkan tetapi
juga terdapat hubungan (dalam bentuk ranking atau urutan) antara kelompok-
kelompok tersebut maka hal ini disebut dengan Skala Ordinal. Urutan/jenjang
antar data tidak mesti seragam atau sama. Dari data skala ordinal hanya dapat
diketahui bahwa kondisi satu responden lebih baik dibanding responden lain,
karena skala ini masih bersifat kualitatif. Seperti juga skala nominal, skala ordinal
diperoleh melalui pengelompokkan/kategorisasi.

Ciri-ciri data skala ordinal sama dengan data nominal yaitu tidak dapat
dilakukan operasi matematika, namun posisi data pada skala ordinal tidak setara
seperti pada skala nominal. Contohnya: 1) pengelompokkan 100 pasien Diabetes
Militus ke dalam Obesitas, Overweight, Normal, dan Underweight; atau 2)
pengelompokkan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada karyawan
menjadi Sangat patuh, Patuh, dan Tidak Patuh. Sementara itu data jenis kelamin
(pria dan wanita) tidak dapat dikatakan ordinal karena tidak ada hubungan lebih
besar/kecil antara keduanya.

5
2.1.3 Skala Interval
Pada skala interval, bukan hanya sifat skala ordinal yang nampak tetapi
juga terdapat jarak di antara urutan kelompok tersebut atau urutannya dapat
dinyatakan dengan angka sehingga sudah bersifat kuantitatif. Data skala interval
diperoleh dengan cara pengukuran (bukan kategorisasi). Dengan demikian ciri-
ciri data skala interval adalah tidak ada kategorisasi dan tidak dapat dilakukan
operasi matematika.

Misalnya: pengukuran suhu tubuh pasien dengan nilai bervariasi yakni


30,0ºC; 31,2ºC; 33,8ºC; 35,0ºC; 39,2ºC. Bukan hanya ada pengelompokkan dan
urutan, namun juga antara nilai 30,0ºC dengan 31,2ºC terdapat jarak sebesar
1,2ºC.

2.1.4 Skala Rasio


Pada skala rasio, terdapat sifat tambahan selain sifat pada skala interval yaitu
tiap kelompok dapat diperbandingkan, hal ini disebabkan karena skala ini
mempunyai titik “nol mutlak”. Skala rasio mencerminkan jumlah-jumlah yang
sebenarnya dari suatu variabel. Salah satu ciri khas dari skala rasio adalah dapat
dilakukan operasi matematika, serta tidak ada kategorisasi. Skala rasio terdiri dari
rasio kontinyu dan rasio diskrit (Berstein & Bernstein, 1999).

Misalnya: pada pengukuran berat badan didapat angka-angka 40 kg, 50 kg,


60 kg, dan 80 kg. Terlihat bahwa data-data tersebut dapat diperbandingkan, yakni
kelompok yang beratnya 80 kg memiliki 2 kali berat badan kelompok 40 kg.

6
Untuk membantu identifikasi data apakah dalam kelompok skala nominal,
ordinal, interval, atau rasio dapat digunakan bantuan tabel 3 berikut.

No. Pertanyaan Nominal Ordinal Interval Rasio

1 Apakah Terdapat persamaan

pengamatan (pengelompokkan) atau

terdapat klasifikasi pengamatan?

2 Apakah terdapat urutan tertentu atau

urutan pengamatan dapat dilakukan?

Apakah dapat ditentukan jarak antara

3 X X

kelompok?

4 Apakah dapat dilakukan perbandingan

X X X

antar kelompok?

Tabel 1. Struktur Tingkatan Skala Pengukuran

7
Contoh soal cara menyelesaikan permasalahan skala pengukuran dikutip dari
Bernstein & Bernstein (1999) sebagai berikut: obyek pada gambar 1 berikut dapat
diukur dengan empat jenis skala Nominal, Ordinal, Interval, Rasio. Sebutkan cara
menentukan jenis skala dimaksud.

Gambar 1. Lingkaran dan Obyek

Untuk menjawab permasalahan di atas bahwa obyek dalam gambar lingkaran di


atas dapat dijelaskan dengan empat skala, maka dilakukan sebagai berikut:

1. Jika ingin menggunakan skala nominal, maka yang mungkin dilakukan


adalah mengelompokkan obyek ke dalam 3 kategori bentuk yaitu segitiga,
segiempat, dan segilima. Frekuensi masing-masing bentuk adalah Segitiga =
2, segiempat = 3, dan segilima = 4;
2. Jika ingin menggunakan skala ordinal, maka yang mungkin dilakukan adalah
mengurutkan bentuk ke dalam ukuran (kecil, sedang, besar) atau ke dalam
jumlah segi (4,3, atau2);
3. Jika ingin menggunakan skala interval, maka yang mungkin dilakukan adalah
menentukan posisi obyek pada lingkaran 360º, sehingga ada yang 45º, 90º,
180º dan sebagainya;
4. Jika ingin menggunakan skala rasio yang kontinyu, maka yang mungkin
dilakukan adalah mengukur panjang masing-masing obyek dengan unit cm
atau inci;

8
5. Jika ingin menggunakan skala rasio yang diskrit, maka yang mungkin
dilakukan adalah menghitung jumlah obyek dalam lingkaran tersebut.

2.2 Penyajian Data


2.2.1 Definisi Penyajian Data

Kegiatan pengumpulan data di lapangan akan menghasilkan data angka-


angka yang disebut ‘data kasar’ (raw data) yang menunjukkan bahwa data tersebut
belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi data tersebut masih berwujud
sebagaimana data itu diperoleh yang bisanya berupa skor dan relatif banyak tidak
beraturan. Dalam pembuatan laporan penelitian, data termasuk yang harus
dilaporkan. Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-data itu
haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis dan untuk keperluan
penganalisisan biasanya data itu disusun dalam sebuah tabel atau gambar-gambar
grafik. Penyajian data ini bertujuan memudahkan pengolahan data dan pembaca
memahami data sebagai dasar pengambilan keputusan.

Seorang manajer perusahaan atau seorang pejabat tinggi pemerintahan


akan lebih mudah mengetahui perkembangan harga dengan melihat grafik trend
yang naik daripada harus membaca laporan dengan penuh kata-kata yang bagus,
akan tetapi kurang sistematis penyusunannya. Itulah sebabnya, dalam suatu
laporan sering disertai tabel-tabel atau grafik-grafik. Setelah disajikan dalam
bentuk tabel, data sering digambarkan grafiknya.

9
2.2.2 Jenis-Jenis Penyajian Data

Beberapa grafik yang disajikan antara lain sebagai berikut :

1. grafik garis (line chart); 4. grafik lingkaran (pie chart); dan


2. grafik batang/balok (bar chart); 5. grafik berupa peta (cartogram).
3. histogram;

2.2.2.1 Line Cart (Diagram Garis)

Line chart (diagram garis) merupakan diagram yang digunakan untuk


menggambarkan keadaan yang serba terus atau berkesinambungan, misalnya
produksi minyak tiap tahun, jumlah penduduk tiap tahun, dan sebagainya.
Diagram garis juga memiliki sumbu datar dan sumbu tegak, dimana sumbu datar
menyatakan waktu dan sumbu tegak menyatakan kuantum data.

Kelebihan Penguunaan Line Chart adalah sebagai berikut :

a. diagram garis digunakan untuk menaksir atau memperkirakan data


berdasarkan pola-pola yang telah diperoleh; dan

b. diagram garis ada yang tunggal dan majemuk,diagram garis majemuk


yaitu dalam satu gambar terdapat lebih dari satu garis. diagram garis
majemuk biasanya digunakan untuk membandingkan dua keadaan atau
lebih yang mempunyai hubungan.

Kekurangan Penguunaan Line Chart adalah sebagai berikut :

a. hanya digunakan untuk data yang berkala,tidak bisa data yang lainnya;
dan

b. harus sangat teliti dalam membaca diagram ini.

10
contoh dari diagram garis adalah:
100
90
80
70
60
50
40 Televisi
30 Radio
20 Kulkas
10
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Grafik 1. Jumlah Penjualan “Terang” menurut Jenis Barang

2.2.2.2 Bar Chart (Grafik Batang)

Bar chart (grafik batang) umumnya digunakan untuk menggambarkan


perkembangan nilai suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram
batang menunjukkan keterangan-keterangan dengan batang-batang tegak atau
mendatarsecara vertikal dan sama lebar dengan batang-batang terpisah.

Bar chart (grafik batang) pada dasarnya sama fugsinya dengan grafik garis
yaitu untuk menggambarkan data berkala. Grafik batang juga terdiri dari grafik
batang tunggal dan grafik batang ganda.

Kelebihan Pengguanaan Bar Chart adalah pengguaan yang paling


sederhana dan paling umum.

Kekurangan Pengguanaan Bar Chart adalah sebagai berikut :

11
a. diagram batang hanya disajikan data yang telah dikelompokkan atas atribut

dan kategori; dan

b. diagram batang tidak dapat menampilkan datum dari tiap orang atau benda

yang dicatat(sebut saja data individual.

Contoh grafik batang adalah

160

140

120

100
Hasil
80 Penjualan

60

Grafik 2. Hasil Penjualan Hipotetis Harapan Kita selama Tujuh Tahun

12
2.2.2.3 Histogram

2.2.2.3.1 Pengertian Histogram

Histogram adalah modifikasi dari diagram batang (bar diagram), dimana


tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang di gambarkan dengangrafis batangan
sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukanproporsi
frekuensi pada masing-masing data kategori yang berdapingan dengan
intervalyang tidak tumpang tindih.Histogram adalah grafik balok yang
memperlihatkan satu macam pengukuran darisuatu proses atau kejadian. Grafis ini
sangat cocok untuk data yang di kelompokan.Histogram merupakan diagram
frekuensi bertetangga yang bentuknya seperti diagrambatang. Batang yang
berdekatan harus berimpit.

2.2.2.3.2 Kegunaan Histogram

Kegunaan dari pengggunaan histogram adalah sebagai berikut

1. Diagram batang umumnya digunakan untuk mengambarkan


perkembangan nilai suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu.
Diagram batang menunjukan keterangan-keterangan dengan batang-
batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang-batang terpisah;

2. Mengetahui dengan mudah penyebaran data yang ada;

3. Mempermudah melihat dan menginterpretasikan data; dan

4. Sebagai alat pengendali proses, sehingga dapat mencegah timbulnya


masalah.

13
2.2.2.3.3 Ciri- Ciri Histogram

Ciri-ciri dari histogram antara lain sebagai berikut

1. skala yang digunakan harus di mulai dari 0;

2. diagram batang yang di buat secara vertikal maupun horizontal;

3. diagram harus di lengkapi dengan judul; dan

4. diagram batang di sajikan dalam bentuk batangan.

Histogram ini juga digunakan dalam menyajikan data yang disusun dalam
suatu distribusi frekuensi, distribusi persentase atau telah tersusun.

Tepi-tepi kelas ini digunakan untuk menentukan titik tengah kelas yang
dapat di tulis sebagai berikut.

Titik tengah kelas = ½ (tepi atas + tepi bawah kelas)

2.2.2.3.4 Hubungan Histogram dan Poligon Frekuensi

Poligon frekuensi dalam histogram dibuat untuk menghubungkan titik-titik


tengah setiap puncak persegi panjang dari histogram secara beraturan. Agar
poligon tertutup maka sebelum kelas paling bawah dan setelah kelas paling atas,
masing-masing di tambah satu kelas.

Untuk lebih memahami mengenai histogram dan poligon frekuensi,


perhatikan contoh berikut.

14
Berikut ini upah karyawan (dalam ribuan rupiah) per minggu dari sebuah
perusahaan.

Tabel 2. Upah karyaman per minggu

Langkah-langkah dalam membuat histogram dan poligon frekuensi dari tabel


distribusi frekuensi di atas adalah sebagai berikut.

1. Membuat sumbu datar dan sumbu tegak yang saling berpotongan.


Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi
menjadi diagram, seperti biasa dipakai sumbu datar untuk menyatakan kelas
interval dan sumbu tegak untuk menyatakan frekuensi.
2. Menyajikan frekuensi pada tabel ke dalam bentuk diagram.
Setelah sumbu datar dan sumbu tegak dibuat pada langkah 1, buat diagram
yang menyatakan frekuensi data. Bentuk diagramnya seperti kotak (diagram
batang) dengan sisi-sisi dari batang-batang yang berdekatan harus berimpitan.
Pada tepi masing-masing kotak/batang ditulis nilai tepi kelas yang diurutkan
dari tepi bawah ke tepi atas kelas. (Perhatikan bahwa tepi kelas terbawah
adalah 99,5 – 199,5).

15
3. Membuat poligon frekuensi.
Tengah-tengah tiap sisi atas yang berdekatan dihubungkan oleh ruas-ruas garis
dan titik-titik tengah sisi-sisi atas pada batang pertama dan terakhir di sisi
terakhir dihubungkan dengan setengah jarak kelas interval pada sumbu datar.
Bentuk yang diperoleh dinamakan poligon frekuensi (poligon tertutup).
Hasil akhir dari histogram dan poligon frekuensi dari tabel distribusi frekuensi di
atas dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 3. Upah karyaman sebuah perusahaan per minggu

16
2.2.2.4 Pie Chart (Diagram Lingkaran)

Pie Chart (diagram lingkaran) adalah penyajian data statistik yang


dinyatakan dalam persen atau derajat dapat menggunakan diagram lingkaran.

Kelebihan Penggunaan Pie Chart adalah

a. tempat untuk membuat diagram lingkaran tidak terlalu besar; dan

b. diagram lingkaran sangat berguna untuk menunjukkan dan

membandingkan proporsi dari data

Kekurangan Penggunaan Pie Chart adalah diagram lingkaran tersebut


tidak dapat menunjukkan frekuensinya.

Sebuah Kabupaten di Indonesia penduduknya mempunyai mata pencarian


sebagai berikut : Penyelesaiannya:

A : Pertanian : 25% A = 25/100 x 360 = 90

B : Perikanan : 25% B = 25/100 x 360 = 90

C : Peternakan : 50% C = 50/100 x 360 = 180

Grafik 4. Mata Pencarian Penduduk Indonesia

Mata Pencarian Penduduk

Pertanian Perikanan Peternakan

17
2.2.2.5 Cartogram (Grafik Berupa Peta)

Cartogram (grafik berupa peta) adalah grafik yang digambarkan pada peta
yang sebenarnya, dan diberi warna. Dalam pembuatannya digunakan peta
geografis tempat yang terjadi .Dengan demikian diagram ini melukiskan keadaan
dihubungkan dengan tempat kejadiannya, seperti halnya kepadatan penduduk atau
kurang penduduk suatu daerah dan atau pulau atau juga bisa melihat penduduk
dalam daerah tersebut.

Contoh: peta indonesia di gambarkan dengan gambar jagung, padi,kopi,teh,


pada daerah-daerah tertentu yang menggambarkan bahwa daerah Jawa Barat
penghasil padi,jagung, daerah Sulawesi Selatan penghasil kopi, daerah Bali
penghasil teh.

Propinsi Jumlah Penduduk


Tiap km2

Jawa dan Madura 690

Sumatera 59

Kalimantan 12

Sulawesi 55

Maluku 19

Nusa Tenggara 96

Tabel 3. Peta Kepadatan Penduduk Indonesia

18
Grafik 5. Peta Kepadatan Penduduk Indonesia

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pengukuran merupakan proses yang logis dan prosedural untuk menghasilkan


ukuran (Bernstein & Bersnstein, 1999). Ada 4 jenis skala pengukuran yaitu skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dikatakan skala nomimal
bila peneliti menggunakan bilangan (numerik atau alfabet) atau
lambang/kelompok, untuk mengklasifikasikan obyek pengamatan, sehingga
pengukuran ini dikatakan memiliki tingkatan yang paling lemah. Skala ordinal
ialah skala pengelompokan. Skala interval adalah skala yang tidak ada
kategorisasi dan tidak dapat dilakukan operasi matematika. Skala rasio yaitu skala
interval yang mempunyai titik nol yang jelas.

Penyajian data adalah suatu metode untuk menampilkan data-data agar


memberikan gambaran yang bermakna. Penyajian data ini bertujuan memudahkan
pengolahan data dan pembaca memahami data sebagai dasar pengambilan
keputusan. Ada 5 jenis penyajian yaitu grafik garis, grafik batang, histogram,
grafik lingkaran, dan grafik berupa peta.

3.2 Saran

Penyusun menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan,


maka dari itu penyusun membuka pintu saran dan kritik agar kedepannya makalah
ini dan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi

20
DAFTAR PUSTAKA

Supranto, Johanes. 2008. Statistika : Teori Dan Aplikasi, jilid 1, Edisi Ketujuh.
Jakarta: PT Erlangga
Hasan, Iqbal. 2010. Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar. 2011. Pengantar Statistika.


Jakarta : Bumi Aksara

21

Anda mungkin juga menyukai