Anda di halaman 1dari 2

DIAGNOSIS BANDING

1. Anemia Aplastik
Pendahuluan dan Epidemiologi
Anemia aplastik adalah suatu kondisi kegagalan produksi sel-sel darah di
sumsum tulang yang ditandai dengan sumsum tulang yang mengalami hiposeluler,
anemia dengan derajat bervariasi, granulositopenia, dan trombositopenia. Anemia
aplastik ini sering mengenai pasien dengan usia lebih muda. Puncaknya adalah dari usia
15 – 25 tahun dan yang usia 60 tahun. Anemia aplastik ini lebih sering terjadi pada
orang Asia ketimbang orang Barat.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


 CBC + Diff Count  trombosit, leukosit, eritrosit ↓ (pansitopenia), hanya
trombositopenia (kasus awal), jumlah granulosit dan neutrofil absolut ↓, jumlah
monosit ↓, jumlah limfosit absolut normal, Hb ↓ (7 g/dL)
 Apusan Darah Tepi  bervariasi: normal/makrositik, anisositosis sedang,
poikilositosis, ditemukan granulasi toksik dalam neutrofil, ukuran trombosit
normal, 70-90% berisi limfosit
 Hitung Retikulosit  rendah  kegagalan sumsum tulang untuk merespons
anemia
 Sumsum Tulang  hiposeluler, tampak spikula-spikula dengan sedikit sel
hematopoietik, aplasia sistem eritropoietik, granulopoietik, dan trombopoietik,
aktivitas relatif sistem limfopoietik, limfosit dan sel sistem RES (plasmosit,
makrofag, dan sel mast mendominasi, kadang ditemukan eritrosit
makrositik/makronormoblastik (akibta eritropoietin ↑), terdapat banyak
jaringan lemak dan jaringan ikat

2. Sindrom Mielodiplastik

Pendahuluan dan Epidemiologi

Sindrom Mielodiplastik adalah kumpulan kelainan neoplastik sumsum tulang


yang ditandai dengan terjadinya hematopoiesis inefektif, sitopenia, dan abnormalitas
morfologi sel darah & sitogenetik. MDS sering disebut sebagai “Sindrom Pre-
Leukemia”. MDS ini ada yang primer (muncul tanpa sebab) dan sekunder (akibat
kemoterapi atau radioterapi yang diberikan sebagai tatalaksana). MDS ini jarang
menyerang anak-anak, lebih sering menyerang anak umur 70-80 tahun dan lebih sering
menyerang wanita. Selain itu, insiden terjadinya MDS ini lebih sering terjadi pada ras
Eropa ketimbang ras Asia.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
 CBC  pansitopenia, anemia makrositik atau dimorfik
 Apusan Darah Tepi  bisa ditemukan normoblas, poikilositosis (karena
kelainan bentuk eritrosit bervariasi), hiposegmentasi granulosit (abnormalitas
pseudo pelger-huet), trombosit berukuran besar/kecil, hipogranulasi pada
neutrofil/megakariosit, makro-ovalosit, akhantosit
 Hitung Retikulosit  rendah  kegagalan sumsum tulang
 Sumsum Tulang  hiperseluler (kebanyakan), hiposeluler (20%), normoblas
berinti banyak, bisa juga ditemukan cincin sideroblas/akumulasi besi  untuk
menentukan subtipe, mielosit defektif, megakariosit abnormal dengan inti kecil,
perubahan posisi hematopoietik (perubahan posisi lokasi sel progenitor imatur
dari area paratrabekular menjadi tengah sumsum tulang)  ALIP (abnormal
localized immature precursors), jumlah sel blas < 20%
 Analisis Sitogenetik  kehilangan kromosom 5/7 scr parsial atau total, trisomi
8, sindrom 5q- (delesi kromosom 5q13-q33)
 Mutation Analysis  mutasi JAK-2 (V617F)

3. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

Pendahuluan dan Epidemiologi

Leukemia Mielositik Akut (LMA) adalah salah satu jenis dari leukemia akut
yang ditandai dengan peningkatan jumlah dari sel blas mieloid dan penghentian
maturasi dari sel-sel tersebut serta terjadinya insufisiensi proses hematopoietik
(granulositopenia, trombositopenia, anemia). LMA lebih sering terjadi pada orang
dewasa dan resikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


 CBC  leukositosis, neutropenia, anemia normositik normokrom,
trombositopenia
 Apusan Darah Tepi  platelet berukuran besar, megakariosit ↓, ditemukan juga
batang auer dan badan phi (patognomonik)
 Hitung Retikulosit  rendah  kegagalan sumsum tulang
 Sumsum Tulang  ditemukan jumlah sel blas > 20%
 Serum lactate dehydrogenase (LDH)  LDH ↑ (khususnya pada subtipe
M4/M5)
 Analisis Sitogenetik  delesi kromosom 5/7

Anda mungkin juga menyukai