Anda di halaman 1dari 2

Cahyaning Hendri Valuvi

011711233022
Kebidanan 2017

Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada pasien gawat darurat dengan SpO2
rendah selain dengan terapi O2?
Salah satu penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu dengan penatalaksanaan secara
farmakologi menggunakan Bronkodilator. Bronkodilator artinya obat yang dapat melebarkan
saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot saluran napas. Bronkodilator merupakan obat
utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas. Jalan napas di saluran
pernapasan yang mentransfer udara ke paru-paru disebut “bronchi” (bronki). Bronki kemudian
terbagi lagi menjadi cabang kecil yang disebut “bronchioles” (bronkiolus). Penyakit dengan
kelainan obstruksi saluran nadas antara lain asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), dan sindroma obstruksi pasca TB (SOPT). Gangguan obstruksi yang terjadi
menimbulkan dampak buruk pada penderita karena menimbulkan gangguan oksigenasi dengan
segala dampaknya. Terdapat beberapa golongan bronkodilator dan cara pemberian yang berbeda.
Pemilihan bronkodilator dan cara pemberian yang tepat perlu diperhatikan agar diperoleh efek
pengobatan yang optimal dengan efek samping yang minimal. Ada 3 golongan bronkodilator
utama yaitugolongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan golongan xanthin. Ketiga
golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran nafas.

Klasifikasi

1. Agonis β adrenergik
Agonis β adrenergik atau simpatomimetik diberikan untuk terapi pada
asma, bronkitis, empisema dan berbagai penyakit paru obstruksi lainnya. Obat
simpatomimetik terdiri dari dua cara kerja yaitu short-acting (salbutamol, terbutalinsulfat,
bambuterol hidroklorida, fenoterol hidrobromida) dan long-acting (formeterolfumarat,
salmeterol). Efek karakteristik terbaik dari agobis β adrenergik pada jalan napas adalah
relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan bronkodilatasi. Beta adrenergik dapat
diberika secara oral, subkutan, intravena atau secarainhalasi. Pemberian terapi sebaiknya
diberikan dalam bentuk inhalasi oleh karena penyerapan akan lebih baik dan tepat sasaran
dan juga untuk meminimalisir efek samping.

2. Antikolinergik
Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergis dan sistem
kolinergis. Antikolinergik seperti ipratropium, deptropin dan tiazinamium memblok
reseptor muskarinik dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronkial, sehingga aktivitas
saraf adenergik menjadi dominan dengan efek bronkodilatasi.
3. Golongan Xantin
Pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk
tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau
drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan
pemeriksaan kadar aminofilin darah.

Anda mungkin juga menyukai