Anda di halaman 1dari 38

Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.

d 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, yang perlu
ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efektif, efisien, ekonomis, dan manusiawi.
Kanker dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat, walaupun yang terbanyak pada
usia lanjut.1

Di Amerika Serikat, kanker ovarium merupakan urutan ke tujuh kanker


terbanyak.2 Kanker epitelial ovarium merupakan penyebab utama kematian kanker
ginekologis di Amerika Serikat dan merupakan urutan ke lima penyebab kematian
karena kanker pada wanita. Insiden kanker ovarium meningkat dengan bertambahnya
umur. Insidensi tertinggi didapatkan pada decade ke 8 yaitu sebesar 57/100,000
wanita. Rata-rata usia pada waktu diagnosis ditegakkan adalah 63 tahun dan 70 % di
antaranya datang dengan stadium lanjut. 3

1.2. Masalah
Masalah yang kami angkat dalam tulisan ini adalah:
1. Berapa jumlah pasien Ca Ginekologik yang di rawat inap di ruang rawat inap
ginekologi RSUDZA?
2. Apa jenis ca ginekologik yang terbanyak dirawat?
3. Berapa usia pasien yang dirawat dengan ca ginekologik di RSUDZA seelama
tiga tahun terakhir?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk melihat jumlah insidensi mengetahui
jenis ca apa yang terbanyak, serta berapa rentang usia pasien ca ginekologi yang
dirawat di ruang rawat inap RSUDZA selama tahun 2008 s.d. 2010.

1
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pasien ca
ginekologik yang dirawat inap di RSUDZA, sehingga nantinya dapat dikelola dengan
baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RSUDZA.

2
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pada keadaan normal, sel tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel
baru ketika tubuh membutuhkannya. Ketika sel bertambah tua, sel tersebut mati, dan
sel baru menggantikannya. Namun terkadang, proses ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sel baru terbentuk ketika tubuh tidak membutuhkan, dan sel tua tidak mati.
Sel ekstra ini bias membentuk massa jaringan yang disebut tumor. Tumor ini bisa
bersifat jinak maupun ganas. Tumor ini bisa terjadi di ovarium yang disebut dengan
tumor ovarium.3,4

Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang
neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak dan
tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas dan
dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Selanjutnya tumor neoplastik yang
bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid.4,5

A. Tumor Nonneoplastik
1. Tumor akibat radang
2. Tumor lain
2.1 Kista folikel
2.2 Kista Korpus Luteum
2.3 Kista Lutein
2.4 Kista Inklusi Germinal
2.5 Kista Endometrium
2.6 Kista Stein-Leventhal

B. Tumor Neoplastik Jinak


1. Kistik
1.1 Kistoma Ovarii Simpleks

3
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

1.2 Kistadenoma Ovarii Serosum


1.3 Kistadenoma Ovarii Musinosum
1.4 Kista Endometroid
1.5 Kista Dermoid
2. Solid
2.1Fibroma, Leimioma, Fibroadenoma, Papiloma, Angioma,
Limfangioma.
2.2 Tumor Brenner
2.3 Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)

Pada beberapa kasus di RSUDZA Banda Aceh,di dapatkan hampir sebagian


besar pasien rawat inap menderita mioma uteri dan kista ovarium.

A. Mioma uteri
Mioma Uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Tumor ini disebabkan oleh produksi hormon estrogen yang
berkepanjangan. Mioma paling banyak ditemukan pada umur 35-45 tahun (kurang
lebih 25%). Mioma uteri sering didapat pada wanita yang belum menikah dan yang
kurang subur. Faktor keturunan juga berperan. Penderita mioma sering mengalami
menopause yang terlambat.4
B. Kista ovarium
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam
kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan
yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah
ada keganasan.4

4
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Disamping tumor ginekologi,dalam makalah ini juga di bahas beberapa


keganasan ginekologik. Kanker ginekologi dapat di bagi berdasarkan letak, di
antaranya akan di bicarakan beberapa yang memiliki insidensi tinggi terutama di
Negara berkembang:4

1. Tumor ganas pada vulva (Ca.vulva)

2. Tumor ganas pada vagina (Ca.vagina)

3. Tumor ganas pada cerviks uteri (Ca.cerviks)

4. Tumor ganas pada korpus uteri (Ca. korpus Uteri)

5. Tumor ganas pada adneksa (Ca. Adneksa)

6. Tumor ganas pada ovarium (Ca. Ovarium)

7. Penyakit Tropoblas Gestasional.

Gambar 1 : Anatomi organ reproduksi wanita

5
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

2.1 Carsinoma vulva4,5

Carsinoma vulva, 80 – 85 % terdapat pada wanita pasca menopause, terutama


pada dekade ke-7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30% wanita
kelompok umur 50-70 tahun, dan merupakan 3-4 % dari semua keganasan ginekologi.

3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan
biasanya terjadi setelah menopause. Beberapa jenis kanker vulva:

 Karsinoma sel skuamosa (85%)

 Melanoma (5%)

 Sarkoma (2%),

 Karsinoma sel basal (1%)

 Adenokarsinoma (1%)

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan


ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk
bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut

6
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan
yang encer.

Stadium

Tabel 1 ; Stadium kanker vulva dari sistem FIGO:

Stadium
0 (karsinoma in situ, penyakit Bowen) : kanker hanya
ditemukan di permukaan kulit vulva

I kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum (daerah antara


rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang
dan belum menyebar ke kelenjar getah bening

IA kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman


kurang dari 1 mm

IB kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1


mm

II kanker ditemukan di vulva dan/atau perineumdengan ukuran


lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar
getah bening

III kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum serta telah


menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina,
anus) dan/atau telah menyebar ke kelenjar getah bening
selangkangan terdekat.

IV A kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke


uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang

7
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri


dan kanan

IV B kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam


panggul dan/atau ke organ tubuh yang jauh.

Tatalaksana

Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:

1. Pembedahan

2. Terapi penyinaran

3. Kemoterapi

2.2 Carsinoma vagina

Carsinoma vagina adalah tumor ganas primer yang berasal dari vagina tanpa
disertai kelainan keganasan serviks uterus ataupun keganasan vulva. Perjalanan
keganasan vagina secara garis besar tidak berbeda dengan keganasan serviks karena
virus HPV merupakan salah satu yang dianggap penyebab terjadinya keganasan
vagina.6,7

Keganasan vagina primer angka kejadiannya sangat kecil yaitu berkisar 0,23
per 100.000 wanita, laporan lain menyebutkan 0,3-2% dari keseluruhan kasus
keganasan ginekologik dan umumnya ditemukan pada usia 45-65 tahun. Beberapa
factor resiko terjadinya keganasan vagina antara lain sosial yang rendah, infeksi virus
HPV, iritasi vagina kronis.6,8

8
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Diagnosis8

Diagnosis keganasan vagina umumnya dilakukan dengan biopsy. Keganasan


vagina didiagnosis bila tidak dijumpai proses kaganasan di serviks ataupun di vulva.
Bila lesi keganasan divulva disertai dengan keganasan serviks ataupun keganasan
vulva maka lesi tumor di vagina dianggap merupakan lesi metastasis.

Stadium9
Tabel 2 : Stadium Ca Vagina
Stadium (FIGO) Keterangan
0 Karsinoma in situ (karsinoma pre invasive)
I Tumor terbatas pada vagina
II Tumor menginvasi jaringan para vaginal tapi
tidak keluar dari pelvis.
III Tumor menjalar pada dinding pelvis
IVA Tumor menginvasi mukosa vesika urinaria,
mukosa rectum dan atau menjalar ke luar pelvis
IVB Tumor dengan metastase jauh

Sebagian besar keganasan vagina adalah jenis karsinoma sel squamosa.


Kurang dari 10% adalah adenokarsinoma, dan sebagian kecil melanoma.

Terapi

Pengobatan keganasan vagina adalah pembedahan dan/atau terapi radiasi


maupun variasi khemoradiasi.

2.3 Carsinoma serviks8

Keganasan serviks adalah keganasan primer dari serviks. Karsinoma serviks


merupakan penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kanker ginekologi.

9
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Factor itiologi pada keganasan ini adalah terinfeksivirus HPV terutama tipe
16,18,31,33,35,39,45,51,52,56,dan 58.

Faktor resiko yang sangat berperan untuk terjadinya keganasan serviks adalah
adanya penyimpangan pola seksual, dan beberapa factor resiko lainnya adalah
melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia muda, kebiasaan merokok dan
pemakaian kontrasepsi hormonal. Karsinoma serviks didiagnosis dengan biopsy.

Stadium

Tabel 3 : Stadium ca cerviks

Stadium
O Karsinoma in situ, NIS III
I Proses terbatas pada serviks
A Ka invasif preklinik, diagnosis ditegakkan dengan
mikroskop
A1 Invasi ke stroma 3 mm dan lebar 7 mm
A2 Invasi ke stroma antara 3 mm dan 5 mm dan lebar 7
mm
B Secara klinik lesi jelas terlihat pada serviks
B1 Diameter lesi kurang dari 4 cm
B2 Diameter lesi lebih dari 4 cm
II Proses keluar dari serviks dan menyebar ke
vaginaatau parametrium tetapi belum mencapai1/3
distal vagina dan tidak sampai ke dinding pelvis
A Penyebaran belum mencapai parametrium
B Penyebaran sudah sampai ke parametrium
III Penyebaran mencapai 1/3 distal vagina dan dinding
pelvis. Terjadi hidronefrosis dan afungsi ginjal
A Penyebaran ke 1/3 distal vagina, dinding pelvis
B Meluas sampai ke dinding pelvis atau terjadi

10
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

hidronefrosis dan afungsi ginjal


IV Tumor mencapai mukosa vesika urinaria dan rektum
atau meluas ke pelvis
A Penyebaran ke organ sekitar
B Metastasis jauh

Gambar 2 : Stadium Ca Cerviks

Terapi

Terapi kanker serviks berbeda-beda sesuai stadium dan durasi kehamilannya.


Kanker invasif membutuhkan terapi yang relatif segera. Secara umum, selama paruh
pertama kehamilan dianjurkan terapi segera, sedangkan selama paruh terakhir pilihan
yang perlu dipertimbangkan adalah menunggu, tidak juga viabilitas janin, namun juga
kematangannya. Terapi yang dianjurkan untuk pasien-pasien tertentu dengan
karsinoma invasif stadium I dan IIA awal berdiameter kecil (kurang dari 3 cm) adalah

11
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

histerektomi radikal plus limfadenektomi panggul. Sebelum gestasi 20 minggu,


histerektomi biasanya dilakukan dengan janin in situ. Namun, pada tahap kehamilan
selanjutnya, histerotomi mugkin perlu diutamakan.

Radioterapi diberikan untuk kanker yang lebih luas. Pada awal kehamilan,
diberi rasdiasi eksterna dan apabila tidak terjadi abortus spontan dilakukan kuretase.
Selama trimester kedua, abortus spontan mungkin tertunda dan mungkin perlu
dilakukan histerotomi pada hampir seperempat kasus. Sekitar seminggu setelah
abortus, radiasi eksterna dimulai. Setelah gestasi 24 minggu, risiko menunda terapi
untuk menunggu pematangan janin tidak diketahui, tetapi menunggu sampai paru
janin matang tampaknya masih dapat diterima, khususnya untuk lesi dini (stadium I).

2.4 Carsinoma Korpus uteri8,10

Keganasan korpus uteri (endometrium) adalah keganasan yang primer


tumbuh dan berasal dari korpus uteri, dan umumnya yang dibicarakan adalah
mengenai karsinoma endometrium, meskipun beberapa bagian korpus uteri dapat juga
mengalami degenerasi keganasan seperti miometrium serta jaringan lainnya yang
menjadi komponen korpus uteri.

Proses prakanker endometrium umumnya didahului hyperplasia


endometrium yang atipik, sedangkan hyperplasia yang non atipik belum dianggap lesi
prakanker endometrium. Samapi saat ini etiologi keganasan endometrium belum jelas,
tetapi paparan terhadap hormone estrogen dianggap factor predisposisisi terjadinya
keganasan endometrium. Salah satu yang diduga sebagai penyebab keganasan
endometrium adalah terjadinya mutasi gen yang mengatur perbaikan sel, keadaan ini
disebut sindroma lynch II, yang meliputi terjadinya keganasan kolon, keganasan
ovarium.

Angka kejadian keganasan endometrium di Indonesia berkisar 1,2-8,4%,


berbeda dengan Negara-negara maju dimana angka kejadiannya lebih tinggi, hal ini di
anggab sebagai akibat pengaruh lingkungan terutama diet.

12
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Stadium
Penetapan stadium keganasan endometrium adalah berdasarkan pembedahan,
karena hanya dengan stadium klinik kita tidak dapat mengetahui seberapa jauh
keganasan menginvasi endometrium, metastasis kekelenjar getah bening ataupun
metastasis ke organ intra abdominal ataupun ka cairan peritoneum.

Tabel 4: Stadium Carsinoma Endometrium10


Stadium Keterangan
I Tumor terbatas di uterus
IA Tumor terbatas di endometrium
IB Tumor dengan invasi kurang dari setengah bagian
miometrium
IC Tumor dengan invasi lebih dari setengah bagian
miometrium
II Tumor menginvasi serviks tetapi belum keluar dari
uterus
IIA Tumor hanya menginvasi kelenjar endoserviks
IIB Tumor menginvasi stroma serviks
III Tumor menginvasi keluar dari uterus
IIIA Tumor menginvasi lapisan serosa dan atau ke
adneksa dan atau diketemukannya sel keganasan
pada bilasan peritoneum
IIIB Tumor menginvasi ke vagina
IIIC Tumor bermetastase pada kelenjar getah bening
pelvic dan atau para aorta
IVA Tumor menginvasi mukosa vesika urinaria dan
atumukosa rectum
IVB Tumor dengan metastase jauh

13
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

2.5 Carsinoma Tuba Falopii8

Keganasan tuba falopii merupakan tumor ganas primer dari tuba falopii.
Kejadian keganasan tuba sangat kecil, diperkirakan 0,3-1% dari keseluruhan
keganasan ginekologi.

Stadium

Tabel 5 : Stadium Carsinoma Tuba Falopii.

Stadium Keterangan
0 Karsinoma in situ (karsinoma pra invasife)
I Tumor menjalar ke tuba falopii
IA Tumor terbatas pada satu tuba tanpa penetrasi ke permukaan
serosa, tidak ada asites.
IB Tumor terbatas pada kedua tuba, tanpa penetrasi ke permukaan
serosa, tidak ada asites
IC Tumor terbatas pada satu atau kedua tuba dengan perluasan ke
dalam atau melalui serosa tuba, ditemukan sel ganas pada asites
atau bilasan peritoneum
II Tumor masuk ke satu atau dua tuba falopii dengan penyebaran
ke pelviks
IIA Penyebaran dan/atau metastasis ke uterus dan/atau ovarium
IIB Penyebaran ke bagian pelvis yang lain
IIC Penyebaran ke pelvis (IIA atau IIB) dengan sel ganas pada
asites atau bilasan peritoneum.
III Tumor masuk ke satu atau dua tuba fallopii dengan implantasi
peritoneum di luar pelvis/limfonodi regional positif
IIIA Metastasis peritoneum di luar pelvis secara mikroskopis
IIIB Metastasis peritoneum diluar pelvis secara makroskopis 2 cm
atau kurang dalam dimensinya
IIIC Metastasis peritoneum diluar pelvis secara makroskopis 2 cm
atau kurang dalam dimensinya dan/atau limfonodi regional yang

14
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

positif metastasis jauh


IV Metastasis jauh (metastasis di luar peritoneum)

2.6 Carsinoma Ovarium11

Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel
epitelial, sel germinal dan sel stromal. Menurut data statistik American Cancer
Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan
menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada
tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar
14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.

Kehamilan tampaknya tidak mengubah prognosis sebagian besar kanker


ovarium, tetapi mungkin terjadi penyulit seperti torsio dan ruptur.

Stadium

Tabel 6 : Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International


Federation of Gynecology and Obstetrics.

Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium

IA Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)

IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)

IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :

1. Mengenai permukaan luar ovarium

2. Kapsul ruptur

3. Ascites (+)

15
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Stadium II perluasan pada rongga pelvis

II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya

II B Mengenai organ pelvis lainnya

II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :

1. Mengenai permukaan ovarium

2. Kapsul ruptur

3. Ascites (+)

Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal

III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium

Mikroskopis : mengenai intraperitoneal

III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)

III C 1. Meluas mengenai KGB dan /

2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2

Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan


hidup akan semakin baik. metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai
penyaring kanker ovarium adalah:

 Pemeriksaan pelvik dan rektal

 Ultrasounografi (USG)

 Penanda tumor CA-125

16
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Tatalaksana

Apabila saat laparotomi ditemukan kanker ovarium, terapi serupa dengan pada
wanita tidak hamil, dan hal ini bergantung pada usia gestasi serta stadium, tipe
histologis, dan derajat tumor. Prosedur yang dilakukan mencakup pembilasan
peritoneum untuk pemeriksaan sitologis, biopsi multipel permukaan bawah diafragma
serta peritoneum panggul dan parietalis, reseksi baji ovarium lainnya, omentektomi
parsial, dan biopsi eksisi kelenjar getah bening panggul dan aorta. Sementara pada
sebagian besar stadium lanjut diindikasikan histerektomi dan adneksektomi bilateral,
pada keadaan-keadaan tertentu kita dapat mengangkat tumornya saja dan menunggu
sampai janin matang. Pada sebagian kasus, pasien diberi kemoterapi sambil
menunggu pematangan paru janin.

2.7 Penyakit Thropoblas Ganas13

Menurut FIGO,2006 istilah Gestational trophoblastic neoplasia (GTN) atau


Penyakit tropoblas ganas (PTG) menggantikan istilah istilah yang meliputi
chorioadenoma destruens, metastasizing mole, mola invasif dan koriokarsinoma.

Diagnosa

Diagnosa kemungkinan PTG bila didapati perdarahan pervaginam yang


menetap. Titer ßHCG yang tetap atau meninggi setelah terminasi kehamilan, mola
atau abortus. Namun demikian masih memerlukan pemeriksaan USG terhadap kasus-
kasus PTG oleh karena masih kurang sensitive dan spesiik adanya peninggian ßHCG.
Bila diagnose juga ditegakkan maka foto thorax harus segera dilaksanakan. Kadang
pada beberapa kasus gejala metastase di vagina, serviks, paru-paru atau otak dapat
memberikan tanda penilaian.

17
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Diagnosa pasti dengan histopatologik dengan ditemukannya gambar vilius .


The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO) menetapkan
bebrapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG yaitu:
1. Menetapnya kadar B HCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu
atau lebih (misalnya hari 1,7, 14 dan 21)
2. Kadar B HGC meningkat pada selama tiga minggu berturut-turut atau
lebih (misalnya hari 1,7 dan 14)
3. Tetap terdeteksinya B HCG sampai 6 bulan pasca evakuasi mola.
4. Gambaran patologi anatomi adalah koriokarsinoma

Staging
Pembagian staging FIGO 1982 bersifat sederhana, mengacu pada hasil
pemeriksaan klinis dan pencitraan, misalnya foto thorak.

Tabel 7 : Staging klinis menurut FIGO


Stadium 1 Tumor trofoblastik gestasional terbatas pad korpus uteri

Stadium II Tumor trofoblastik gestasional meluas ke adneksa atau


vagina, namun terbatas pada struktur genitalia.

Stadium III Tumor trofoblastik gestasional bermetastasis ke paru,


dengan atau tanpa metastasis di genitalia interna.

Stadium IV Bermetastasis ke tempat lain

Ada beberapa sistem yang digunakan untuk mengkategorikan penyakit


trofoblas ganas. Semua sistem mengkorelasikan antar gejala klinik pasien dan risiko
kegagalan pada kemoterapi. Sistem Skoring FIGO tahun 2000 merupakan modifikasi
sistem skoring WHO.

18
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Tabel 8 : Skoring faktor risiko menurut FIGO (WHO) dengan staging FIGO
Skor faktor risiko menurut 0 1 2 4
FIGO (WHO) dengan staging
FIGO

Usia - -
< 40 >=40
Kehamilan sebelumnya Abortus Aterm -
Mola
Interval dengan kehamilan
tersebut (bulan) <4 4-6 7-12 >12

Kadar hCG sebelum terapi < >105


(mIU/mL) 103 103-104 >104-105
Ukuran tumor terbesar, - 3-4 > 5 cm -
termasuk uterus
Lokasi metastasis, termasuk Paru-paru Limpa, Traktus Otak, hepar
uterus ginjal gastrointestinal

Jumlah metastasis yang - 1-4 5-8 >8


diidentifikasi
Kegagalan kemoterapi - - Agen tunggal Agen multipel
sebelumnya

Tatalaksana14

Tatalaksana PTG adalah berdasarkan staging dan skoring. Kemoterapi adalah


modalitas utama pada pasien dengan PTG.Angka keberhasilan terapi pada PTG risiko
rendah adalah 100% dan lebih dari 80% pada PTG risiko tinggi. Andrijono,
melaporkan angka keberhasilan terapi pada PTG nonmetastasis 95,1%, risiko rendah
83,3% , risiko tinggi hanya 50 % dengan angka kematian karena PTG berkisar
8-9%.Kemoterapi pada PTG risiko rendah adalah kemoterapi tunggal, dengan pilihan
utama Methotrexate. Kemoterapi tunggal lain yang dapat digunakan adalah
Dactinomycin.Sedangkan pada PTG risiko tinggi menggunakan kemoterapi
kombinasi diberikan kombinasiEMA-CO(etoposide, methotrexate, actinomycin,
cyclophosphamaide dan oncovin) sebagai terapi primer atau menggunakan kombinasi
ME (Metothrexate, Etoposide), EP(Etoposide, Cisplatinum) Evakuasi molahidatidosa
dilakukan sesaat setelah diagnosis ditegakkan,hal didasarkan perhitungan bahwa

19
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

evakuasi dilakukan untuk menghindari abortus mola sehingga perlu tingakan akut,
menghindari komplikasi hipertiroid atau perforasi serta untuk memperoleh jaringan
untuk diagnosis histopatologi. Dengan perkembangan kemoterapi yang mempunyai
angka keberhasilan terapi yang tinggi, kuretase cukup dilakukan satu kali
Histerektomi dilaporkan dilakukan pada kasus molahidatidosa usia tua dan terbukti
mengurangi angka kematian dari koriokarsinoma.Histerektomi juga dilakukan pada
keadaan darurat pada kasus perforasi,pada kasus metastasis liver, otak yang tidak
respon terhadap kemoterapi serta pada kasus PSTT.Penyakit trofoblas gestasional
adalah radiosensitive, karena radiasi mempuyai efek tumorosidal serta hemostatik,
Radioterapi dapat dilakukan pada metastasis otak atau pada pasien yang tidak bisa
diberikan kemoterapi karena alasan medis.

20
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang onkologi ginekologi

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Pengambilan data dilakukan di ruang rawat inap ginekologi RSUDZA Banda Aceh

Data yang diambil adalah dalam rentang waktu Januari 2008 s.d. Desember 2010

3.3 Populasi penelitian

Penderita penyakit tumor ginkologi yang belum pernah dirawat sebelumnya dengan
penyakit yang sama (pasien baru).

21
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Tumor Ganas
Sejak Januari 2008 s.d. November 2010 didapatkan 90 pasien keganasan
ginekologik di ruangan rawat inap RSUDZA. Didapatkan 79 pasien carcinoma
ovarium, 4 pasien carcinoma cerviks, 4 pasien PTG, dan 3 orang pasien
choriocarsinoma.

Morbiditas
1. Insiden
Tabel 9 : JenisCa ginekologi berdasarkan jenis carcinoma
Jenis Ca 2008 2009 2010
Ca Ovarium 4 33 42
Ca Cerviks 0 1 3
PTG 1 1 2
Chorio Ca 0 0 3
Jumlah Pasien 5 35 50

Grafik 1 : Insiden Ca ginekologi berdasarkan jenis carsinoma

45

40

35

30

25 2008

20 2009

15 2010

10

0
Ca Ovarium Ca Cerviks PTG Chorio Ca

22
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

2. Distribusi Umur
Tabel 10: Distribusi umur penderita Ca Ginekologik di ruang rawat inap
RSUDZA 2008 s.d. 2010
Golongan Umur (dalam tahun) Jumlah
<19 2
20-29 10
30-39 16
40-49 26
50-59 26
≥60 10

Grafik 2 : Distribusi umur penderita Ca Ginekologik di ruang rawat inap


RSUDZA 2008 s.d. 2010

Distribusi umur penderita Ca Ginekologik di


ruang rawat inap RSUDZA 2008 s.d. 2010
30

25

20

15
Jumlah
10

0
<20 20-29 30-39 40-49 50-59 ≥60

23
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Mortalitas

Dari data yang kami dapatkan selama 3 tahun, dari 90 orang pasien yang dirawat inap
dengan Ca ginekologik, terdapat 11 orang yang meninggal selama rawatan. Kesemuanya
adalah pasien yang menderita Ca Ovarium.

24
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

B. Tumor Jinak
Sejak Januari 2008 s.d. Desember 2010 didapatkan 408 pasien tunor jinak
ginekologik di ruangan rawat inap RSUDZA. Didapatkan 180 pasien dengan mioma
uteri, 136 pasien kista ovarium, 26 pasien molahidatidosa, 19 pasien tumor ovarium,
12 pasien kista bartholini, 10 orang pasien kista adenomiosis, 7 orang pasien kista
endometriosis, 6 orang pasien kista dermoid, 6 orang pasien kista coklat, satu orang
pasien tumor serviks, 2 pasien kista uterus, serta masing-masing satu pasien yang
dirawat dengan kista adneksa, tumor uterus, dan tumor adneksa.

Morbiditas

1. Distribusi insidensi berdasarkan jenis tumor.

Tabel 11: Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap


RSUDZA selama 3 tahun.
NO Jenis Tumor 2008 2009 2010 Jumlah
1 Mioma uteri 50 73 57 180
2 Kista ovarium 55 41 40 136
3 Molahidatidosa 12 7 7 26
4 Tumor Ovarium 7 4 8 19
5 Kista Bartholini 1 10 1 12
6 Kista adenomiosis 1 2 7 10
7 Kista endometriosis 2 1 4 7
8 kista dermoid 3 1 2 6
9 Kista Coklat 1 4 1 6
10 kista uterus 1 1 0 2
11 Tumor seviks 1 0 0 1
12 kista adneksa 0 0 1 1
13 tumor uterus 0 1 0 1
14 tumor adneksa 0 1 0 1
Jumlah 134 146 128 408

25
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

a. Tahun 2008
Tabel 12 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap
RSUDZA 2008
Jenis tumor Jumlah
Mioma uteri 50
Kista ovarium 55
Molahidatidosa 12
Kista dermoid 3
Tumor serviks 1
Tumor ovarium 7
Kista bartholini 1
Kista coklat 1
Kista adenomiosis 1
Kista uterus 1
Kista endometriosis 2
Jumlah 134

Grafik 3 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap


RSUDZA 2008

60 MIOMA UTERI
KISTA OVARIUM
50
MOLAHIDATIDOSA

40 KISTA DERMOID
TUMOR SERVIKS
30 TUMOR OVARIUM
KISTA BARTHOLINI
20
KISTA COKLAT
10 KISTA ADENOMIOSIS
KISTA UTERUS
0

26
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

b. Tahun 2009
Tabel 13 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap RSUDZA
2009
Jenis tumor Jumlah
Mioma uteri 73
Kista ovarium 41
Molahidatidosa 7
Kista dermoid 1
Tumor uterus 1
Tumor ovarium 4
Tumor adneksa 1
Kista bartholini 10
Kista coklat 4
Kista adenomiosis 2
Kista uterus 1
Kista endometriosis 1
Jumlah 146

Grafik 4 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap


RSUDZA 2009

80 MIOMA UTERI

70 KISTA OVARIUM
MOLAHIDATIDOSA
60
KISTA DERMOID
50 TUMOR UTERUS

40 TUMOR OVARIUM
TUMOR ADNEKSA
30
KISTA BARTHOLINI
20 KISTA COKLAT

10 KISTA ADENOMIOSIS
KISTA UTERUS
0
JUMLAH KISTA ENDOMETRIOSIS

27
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

c. Tahun 2010
Tabel 14 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap
RSUDZA 2010
Jenis tumor Jumlah
Mioma uteri 57
Kista ovarium 40
Molahidatidosa 7
Kista dermoid 2
Tumor ovarium 8
Kista adneksa 1
Kista endometriosis 4
Kista adenomiosis 7
Kista bartholini 1
Kista coklat 1
Jumlah 128

Grafik 5 : Insidensi Tumor Jinak Ginekologik di ruang rawat inap


RSUDZA 2010

60
MIOMA UTERI

50 KISTA OVARIUM
MOLAHIDATIDOSA
40 KISTA DERMOID
TUMOR OVARIUM
30
KISTA ADNEKSA

20 KISTA ENDOMETRIOSIS
KISTA ADENOMIOSIS
10 KISTA BARTHOLINI
KISTA COKLAT
0
JUMLAH

28
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Tabel 15 : Persentase tumor jinak berdasarkan urutan terbanyak selama 3


tahun

Jenis tumor Persentase (%) Jumlah penderita


Mioma uteri 44,6 182
Kista ovarium 32,8 134
Molahidatidosa 6,3 26
Lain-lain 16,3 66
Jumlah 100 408

Grafik 6 : Persentase Tumor Jinak Selama 3 Tahun

PERSENTASE TUMOR JINAK SELAMA 3


TAHUN DI RUANG RAWAT INAP RSUDZA

MIOMA UTERI
KISTA OVARIUM
MOLAHIDATIDOSA
LAIN-LAIN

2. Distribusi Umur
Tabel 16 : Distribusi umur penderita tumor jinak ginekologik selama 3
tahun(2008 s.d. 2010)

Umur Jumlah Persentase


(tahun) penderita (%)
≤19 15 3,7
20-29 69 16,9
30-39 123 30,1
40-49 132 32,4
50-59 47 11,5
≥60 22 5,4
Jumlah 408 100

29
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Grafik 7 : Distribusi Umur penderita tumor jinak ginekologik selama 3


tahun(2008 s.d. 2010)
140

120

100

80
JUMLAH PENDERITA
60

40

20

0
≤19 20-29 30-39 40-49 50-59 ≥60

Grafik 8 : Persentase Distribusi Umur penderita tumor jinak


ginekologik selama 3 tahun (2008 s.d. 2010)

Persentase usia penderita tumor jinak ginekologik


(2008 s.d. 2010)

≤19
20-29
30-39
40-49
50-59
≥60

30
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Tabel 17 : Distribusi Usia Pada Tiga Kasus Terbanyak Tumor Ginekologik (2008 s.d. 2010)
UMUR MIOMA UTERI KISTA OVARIUM MOLA HIDATIDOSA
≤19 1 8 2
20-29 8 38 12
30-39 58 31 8
40-49 80 36 3
50-59 25 13 1
≥60 10 8 0
JUMLAH 182 134 26

Grafik 9 : Distribusi Usia Pada Tiga Kasus Terbanyak Tumor Ginekologik (2008 s.d. 2010)

90

80

70

60

50 MIOMA UTERI

40 KISTA OVARIUM

30 MOLA HIDATIDOSA

20

10

0
≤19 20-29 30-39 40-49 50-59 ≥60

31
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

BAB V
PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian pada penderita tumor ginekologik yang dirawat inap di
RSUDZA. Penelitian ini mencoba mencari jenis tumor apa yang terbanyak dirawat,
rerata umur penderita tumor ginekologik, serta mortalitas dari penderita tumor
ginekologik selama terapi di ruang rawat inap.

A. Tumor Ganas
Sesuai data yang kami dapatkan, selama tiga tahun terakhir (2008 s.d. 2010)
terdapat 90 orang pasien dengan keganasan ginekologik yang di rawat inap di
RSUDZA. Masing-masing penderita ada yang hanya satu kali rawatan, namun
sebahagian besar dirawat berulang sesuai aturan terapi yang dibutuhkan.

1. Jumlah Pasien
Jumlah pasien baru yang menderita keganasan ginekologik dan dirawat di ruang
rawat inap ginekologi RSUDZA selama Januari 2008 s.d. November 2010 adalah 90
orang. Jumlah ini cenderung meningkat dari tahun 2008 yang hanya 5 orang, menjadi
35 orang pada tahun 2009 ( meningkat 600 persen), dan meningkat menjadi 50 orang
( meningkat 42,9%) pada tahun 2010.

2. Jenis Keganasan
Dari data yang kami dapatkan pada tahun 2008, dari 5 orang pasien ca
ginekologik ynag dirawat inap, 4 orang (80%) adalah ca ovarium, dan 1 orang (20%)
dengan Choriocarsinoma.
Pada tahun 2009, dari 35 pasien ca ginekologik yang dirawat inap, 33 orang (94,3%)
dirawat dengan ca ovarium, 1 orang (2,9%) dirawat dengan ca cerviks, dan 1 orang
(2,9%) dirawat dengan PTG.

32
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

Pada tahun 2010, dari 50 orang pasien yang dirawat inap, 42 orang (84%) adalah
pasien Ca Ovarium, 3 orang (6%) dirawat dengan ca cerviks, 3 orang (6%) dirawat
dengan choriocarsinoma, dan 2 orang (4%) dirawat dengan PTG.

3. Usia
Berdasarkan distribusi umur, selama 3 tahun, didapatkan bahwa usia pasien
termuda adalah 11 tahun, dan yang tertua adala 81 tahun. Golongan usia terbanyak
pasien ca ginekologik yang datang berobat dan dirawat adalah berkisar antara 40 s.d.
59 tahun. Usia 40 s.d 49 tahun sebanyak 26 orang (28,9%); usia 50 s.d. 59 tahun
sebanyak 26 orang (28,9%). Pasien yang berisia 30 s.d. 39 tahun menempati urutan
kedua terbanyak yaitu 16 orang (17,8%), selanjutnya berusia 20 s.d. 29 tahun
berjumlah 10 orang (11,1%) dan sementara pada mereka yang berusia 60 tahun
keatas, dimana secara teori penyakit ini insidensinya lebih tinggi, kunjungan ke RS
lebih sedikit yaitu 10 orang (11,1%), hal ini mungkin dikarenakan oleh angka harapan
hidup yang rendah. Yang paling sedikit yaitu yang berusia dibawah 20 tahun yaitu 2
orang (2,2%).

4. Mortalitas
Selama 3 tahun, dari 90 orang pasien yang dirawat inap dengan Ca ginekologik,
terdapat 11 orang (12,2%) pasien yang meninggal selama rawatan. Kesemuanya
adalah pasien yang menderita Ca Ovarium.

33
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

B. Tumor Jinak

1. Jumlah Pasien
Sesuai data yang kami dapatkan, sejak Januari 2008 s.d. Desember 2010
didapatkan 408 pasien tunor jinak ginekologik yang dirawat di ruangan rawat inap
RSUDZA. Berdasarkan jumlah pasien setiap tahunnya dalah tiga tahun terakhir tidak
mengalami fluktuasi yang dramatis, jumlahnya cenderung stabil yaitu 134 pasien pada
tahun 2008, 146 pada tahun 2009, dan menjadi 128 pada tahun 2010.

2. Jenis Tumor
Sejak Januari 2008 s.d. Desember 2010 didapatkan 408 pasien tunor jinak
ginekologik yang dirawat di ruangan rawat inap RSUDZA. Selama tiga tahun ini,
didapatkan 180 pasien (44.6%) dengan mioma uteri, 136 pasien (32.8%) kista
ovarium, 26 pasien (6.3%) molahidatidosa, 19 pasien (4.6%) tumor ovarium, 12
pasien (2.9%) kista bartholini, 10 orang pasien (2.4%) kista adenomiosis, 7 orang
pasien (1.7%) kista endometriosis, 6 orang pasien (1.4%) kista dermoid, 6 orang
pasien (1.4%) kista coklat, satu orang pasien (0.2%) tumor serviks, 2 pasien (0.4%)
kista uterus, serta masing-masing satu pasien yang dirawat dengan kista adneksa
(0.2%), tumor uterus (0.2%), dan tumor adneksa (0.2%).
Dapat kita lihat, selama tiga tahun ini, dalam hal jumlah, kasus mioma uteri
terus-menerus manduduki peringkat pertama, diikuti kista ovarium, selanjutnya mola
hidatidosa, sedangkan kasus-kasus tumor jinak lainnya, jika dilihat jumlahnya jauh
lebih sedikit.

3. Distribusi Usia
Berdasarkan distribusi umur, selama 3 tahun, didapatkan bahwa usia pasien
termuda adalah bayi berumur 7 bulan dengan mioma uteri, yang dapat dimasukkan
sebagai kasus istimewa, mengingat mioma jarang terjadi pada usia sebelum menarche.
Sedangkan yang tertua adalah 80 tahun juga dengan mioma uteri.
Golongan usia terbanyak pasien tumor jinak ginekologik yang datang berobat
dan dirawat adalah berkisar antara 30 s.d. 49 tahun. Usia 40 s.d 49 tahun sebanyak

34
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

132 orang (32,4%); usia 30 s.d. 39 tahun sebanyak 123 orang (30,1%). Pasien yang
berisia 20 s.d. 29 tahun menempati urutan ketiga terbanyak yaitu 69 orang (16,9%),
selanjutnya berusia 50 s.d. 59 tahun berjumlah 47 orang (11.5%) dan sementara pada
mereka yang berusia 60 tahun keatas berjumlah 22 orang (5.4%), dan paling sedikit
pada yang berusia 19 tahun kebawah yaitu 15 orang (3.7%).
Jika kita perhatikan distribusi umur pada tiga jenis tumor ginekologik yang
terbanyak dirawat, didapatkan bahwa mioma uteri paling banyak pada golongan usia
40 s.d. 49 tahun yaitu 80 orang (43.9%), kemudian 30 s.d. 39 tahun yaitu 58 orang
(31.9%), diikuti golongan usia 50-59 tahun yaitu 25 orang (13.7%), usia lebih dari 60
tahun 10 orang (5.6%), 20 s.d. 29 tahun, jumlahnya 8 orang (4.4%), sedangkan pada
usia 19 tahun atau kurang, kasus ini hanya pada 1 orang (0.5%). Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa mioma uteri belum pernah dilaporkan sebelum
menarche, dan setelah menopouse hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.
Sedangkam pada kistoma ovarii, kasus terbanyak terdapat pada usia muda 20
s.d 29 ttahun sebanyak 38 kasus (28.4%), usia 40 s.d. 49 tahun sebanyak 36 kasus
(26.9%), usia 30 s.d. 39 tahun sebanyak 31 kasus (23.1%), 50 s.d. 59 tahun sebanyak
13 kasus (9.8%) sedangkan pada usia dibawah 19 tahun dan diatas 60 tahun masing-
masing 8 kasus (5.9%). Hal ini juga sebagaimana dikatakan dalam teori bahwa
kistoma avarii lebih sering terjadi pada golongan usia 20 s.d 50 tahun, dan jarang pada
usia pascamenopouse.

35
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penelitian terhadap pasien tumor ginekologik yang dirawat inap selama Januari 2008
s.d. Desember 2010 di RSUDZA Banda Aceh, didapatkan bahwa :

1. Jumlah pasien baru keganasan ginekologik yang dirawat selama tiga tahun
berjumlah 90 orang.
2. Terdapat peningkatan yang bermakna setiap tahunnya dalam jumlah pasien
yang dirawat dengan keganasan ginekologik.
3. Kasus terbanyak keganasan ginekologik adalah carsinoma ovarium, yaitu 79
orang (87,8 %), selebihnya adalah ca cerviks, PTG, dan choriocarsinoma.
4. Penderita keganasan ginekologik terbanyak berusia 40 sampai 59 tahun ( 57,8
%)
5. Jumlah pasien keganasan ginekologik yang meninggal selama di rawat inap
adalah 11 orang (12,2% ).
6. Jumlah pasien baru tumor jinak ginekologik yang dirawat inap selama 3 tahun
adalah 480 orang.
7. Tidak ada fluktuasi yang terlalu bermakna pada jumlah pasien tumor jinak
ginekologik yang dirawat setiap tahun.
8. Kasus terbanyak tumor jinak ginekologik adalah mioma uteri sebanyak 182
orang (44.6%) dan kista ovarium sebanyak 134 kasus (32.8%)
9. Tidak ada laporan pasien tumor jinak ginekologik yang meninggal selama
masa rawatan.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penderita tumor ginekologik yang di rawat
inap cukup besar, serta penderita keganasan ginekologi cukup tinggi, dengan
kasus baru yang kian bertambah setiap tahunnya.

36
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

6.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut deangan untuk mengetahui angka kenasan


ginekologik yang dirawat inap serta dibandingkan dengan pasien lain yang
juga dirawat inap.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap respon penderita tumor
ginekologik terhadap tatalaksana yang dilakukan selama masa rawatan.

37
Keganasan Ginekologik di Ruang Rawat Inap RSUDZA Banda Aceh 2008 s.d 2010

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukardja IDG. Penanggulangan Kanker, Dalam : Sukardja IDG. Onkologi


Klinik. Surabaya : Airlangga University Press 2000; hal 163-8.
2. Salom E, Almeida Z, Mirhashemi R. Management of Recurrent ovarian
Cancer : Evidence – based Decisions. Current Opinion in Oncology 2002 ; 14:
519-527.
3. NCCN (National Comprehensive Cancer Network). Ovarian Cancer, Practice
Guidelines in Oncology-v.1.2002
4. Mardjikoen, Prastowo. Tumor Ganas Alat Genitalia, dalam : Prawirohardji,
Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP. 2005; hal368-376
5. Nurcahyo. Kanker Vulva. diunduh dari:
www.indonesiaindonesia.com/f/13060-kanker-vulva. 2010.
6. Andrijono. Kanker Vagina, Dalam : Sinopsis kanker ginekologi. Divisi
onkologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UI, Jakarta 2004: 31-4.
7. Harahap, RE. Carsinoma Vaginae. Dalam : Kanker Ginekologik. PT
Gramedia, Jakarta. 1984 : 33-42
8. Antara, BS, Depresi Pada Penderita Keganasan Ginekologik. FK Undip,
Semarang 2005.
9. Hacker, NF, Kanker Vulva dan Vagina, Dalam Esential Obstetry and
Ginekology (terj), Hipokrates, Jakarta 2000;666-678
10. Leucher, RS dan Heaps, JM., Kanker Korpus Uteri, Dalam Esential Obstetry
and Ginekology (terj), Hipokrates, Jakarta 2000; 625-636
11. Cunningham, Gary, dkk. Obstetri Williams, edisi 21, Jakarta: EGC.
2006;1625-1627
12. Annonimous, Penyakit Trofoblas Gestasional, diunduh dari
http://www.indocancer.com/cancer/article_detail.asp?cat=14&id=12,
Desember 2010.
13. Annonimous, Penyakit Trophoblag Ganas, diunduh dari :
http://digilib.unsri.ac.id/download/PSTT.pdf, Desember 2010

38

Anda mungkin juga menyukai