PENDAHULUAN
1
Pada dasarnya Tujuan utama dari Pembedahan adalah mengangkat Kanker secara
keseluruhan karena Kanker hanya dapat sembuh apabila belum menjalar ketempat
lain. Sedangkan Kemoterapi dan Riadiasi tidak bukan dan tidak lain bertujuan
untuk membunuh sel-sel Kanker atau menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker
yang masih tertinggal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada
penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik
serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.
4
~ Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan
limfoma non Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
~ Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar
nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat
ini berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn
penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin,
mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan
dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada
karsinoma testis dan ovarium.
3. Prokarbazin
~ Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada
orang dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi
selama minggu pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari
selama 3 minggu berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100
mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau respons
maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan
gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
~ Indikasi : Limfoma Hodgkin.
~ Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga
berdasarkan alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik
terhadap siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk pengobatan
penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam kombinasi
dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison (regimen MOPP).
4. Karboplatin
~ Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.
~ Indikasi : Kanker ovarium lanjut.
~ Mekanisme kerja : Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan
jelas, namun diperkirakan sama dengan agen alkilasi. Obat ini
membunuh sel pada semua tingkat siklus, menghambat biosintesis
DNA dan mengikat DNA melalui ikatan silang antar untai. Titik ikat
5
utama adalah N7 guanin, namun juga terjadi interaksi kovalen
dengan adenin dan sitosin.
6
~ Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia
mieloblastik akut dan kronik, kariokarsinoma.
~ Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-
guanin fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida
(asam-6-tioinosinat) yang menghambat enzim interkonversi
nukleotida purin. Sejumlah asam tioguanilat dan 6-
metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk dari 6-
merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin.
Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid
pada stimulasi antigenik.
4. Methotrexat
~ Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5
mg/ml, vial 50 mg/5ml.
~ Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker
payudara, leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
~ Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang
menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan
dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat dan
timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam
timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.
Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi
mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis, metotreksat
diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel epitel kulit.
5. Sitarabin
~ Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
~ Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk
limphoma, leukemia meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit
digunakan untuk tumor solid.
~ Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel
melalui proses carrier dan harus mengalami perubahan menjadi
senyawa aktifnya : arasitidin trifosfat. Sitosin adalah analog purin
7
dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara kerja utamanya adalah
inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan sintesis
dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai korelasi
linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA
dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.
8
3. Paklitaksel
~ Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
~ Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan
kepala.
~ Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan
cara berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi
tubulin. Efek ini menyebabkan terhentinya proses mitosis dan
pembelahan sel kanker.
4. Etoposid
~ Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
~ Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-
Hodgkin, leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.
~ Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel
melalui fase S dan menahan sel pada fase S lambat atau fase G2
awal. Obat mungkin menginhibisi transport mitokrondia pada level
NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake nukleosida ke sel
Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan
menyebabkan rusaknya strand DNA.
5. Irinotekan, Topotekan
~ Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma
kolon.
~ Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal
dari tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat
topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab dalam proses
pemotongan dan penyambungan kembali rantai tunggal DNA.
Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
6. Daktinomisin ( AktinimisinD)
~ Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi :
0,5 mg (mengandung manitol 20 mg).
9
~ Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma,
sarkoma Kaposi.
~ Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA,
mengalami interkalasi antara pasang basa guanin dan sitosin
sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta protein.
7. Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
~ Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin
hidroklorida dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg)
daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio molar distearofosfatidilkolin :
kolesterol : daunorubisin. Doksorubisin tersedia dalam bentuk vial
10 mg dan 50 mg.
~ Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan
lunak, sarkoma ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
leukemia akut, karsinoma payudara, genitourinaria, tiroid, paru,
lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-anak.
~ Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi
transkripsi dan replikasi secara langsung. Selain itu, obat ini juga
mampu membentuk kompleks tripartit dengan topoisomerase II dan
DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP yang terikat
pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3′ fosfat,
menyebabkan DNA terpisah dan kemudian menggabungkannya lagi,
fungsi penting dalam replikasi DNA dan repair). Formasi kompleks
tripartit dengan antrasiklin dan etoposid menghambat pengikatan
kembali untai DNA rusak, mengakibatkan apoptosis. Efek ini
memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya
overekspresi repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi.
Antrasiklin juga membentuk radikal bebas dalam larutan pada
jaringan normal dan maligna. Intermediat semikuinon yang
dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal anion
superoksida yang membentuk radikal hidroksil dan hidrogen
10
peroksida yang menyerang dan mengoksidasi basa DNA
(~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu interaksi antrasiklin dengan
besi. Antrasiklin berik atan dengan membran sel mempengaruhi
fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara
basa DNA oleh inhibisi topoisomerase II dan obstruksi sterik.
Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal ″uncoiling″ dari ikatan
heliks ganda. Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum diketahui,
mekanismenya diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi)
dan inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II) yang selanjutnya
memblokade sintesis DNA dan RNA dan fragmentasi DNA.
Doksorubisin merupakan logam khelat yang kuat, komplek logam
doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel membran dan
menghasilkan radikal bebas yang akan merusak DNA dan membran
sel dengan cepat.
8. Bleomisin
~ Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk
pemberian IV, IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
~ Indikasi : Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan
serviks, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
~ Mekanisme kerja : Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA
untuk selanjutnya terjadi pemutusan untai tunggal dan ganda.
9. L-asparaginase
~ Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
~ Indikasi : Leukemia limfositik akut.
~ Mekanisme kerja : Asparaginase menghambat sintesis protein
melalui hidrolisis asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia.
Sel leukimia, terutama limfoblast, memerlukan asparaginase
eksogen, sel normal dapat memproduksi asparaginase. Asparaginase
adalah daur spesifik untuk fase G1.
11
2.3.4 Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
1. Prednison
~ Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
~ Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin
dan non-Hodgkin, tumor payudara.
~ Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem
imun, anti radang.
2. Medroksiprogesteron asetat
~ Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100
mg.
~ Indikasi : Tumor endometrium.
~ Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang
akan menghambat maturasi follicular yang menyebabkan penebalan
endometrial.
3. Etinil estradiol
~ Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg,
0,05 mg dan 0,5 mg.
~ Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan
dengan menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif
mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi
selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu tidak boleh
diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita.
Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada
tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi,
hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada
wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit
yang makin parah dan resisten terhadap radiasi.
4. Tamoksifen
12
~ Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20
mg.
~ Indikasi : Tumor payudara.
~ Mekanisme kerja : Berikatan secara kompetitif dengan reseptor
estrogen pada tumor atau target lain, membentuk kompleks nuklear
yang menurunkan sintesis DNA dan menghambat efek estrogen,
agen nonstreroidal dengan sifat antiestrogenik yang berkompetisi
dengan estrogen untuk berikatan di bagian aktif pada payudara dan
jaringan lain, sel terakumulasi pada fase Go dan G1. Sehingga
tamoksifen lebih sifat sitostatik daripada sitosidal.
5. Testosteron propionate
~ Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal,
mucoadhesive, pellet, dan transdermal.
~ Indikasi : Tumor payudara.
~ Mekanisme kerja : Androgen endogen bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organ seks pria dan
mempertahankan karakteristik seks sekunder pada pria yang
mengalami defisiensi androgen.
13
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan
mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
14
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal
Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada
usia diatas 70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan
ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat
pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien
dengan sesuai status penampilannya.
15
· Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek
dokter, rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.
· Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh
paramedis yang terlatih).
Ø Dosis
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung
dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien
makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian
seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT
= 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5
mg = 75 mg.
16
leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar
minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan
mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang
terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru
umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati,
efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih
mudah diatasi.
Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari,
seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita
harus menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang
paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama
sekali tidak merasakan adanya efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami
efek samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya. Ada-tidak
atau berat-ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara
lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan
sebagainya. Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat
kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping
kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan
cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau
beberapa waktu setelah pengobatan.
17
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau
perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang
berlangsung terus hingga akhir pengobatan.
2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah.
Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan
muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan
sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat
berlangsung singkat ataupun lama.
3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi
diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa
terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur.
Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB:
perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.
4. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi.
Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
5. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi
sakit pada otot.
6. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,
lebam, bercak merah di kulit.
7. Anemia
18
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah
merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah
dan tampak pucat.
8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat
garis putih melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada
tiap siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan
kemoterapi, biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek
sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat
sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek
samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda
bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu
dengan dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang
semakin diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa
memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud
menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah
seorang dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang
merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk
memantau hasilnya.
19
· Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan
setelah makan. Bila tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah,
gunakan pembersih mulut
· Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
· Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian
penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase,
tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia
hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap
sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel
Kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum
operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan
mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk
pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat
yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan
mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam.
21