Makalah Hipogonadisme
Makalah Hipogonadisme
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Reproduksi”
HIPOGONADISME
OLEH :
KELOMPOK 6
TA : 2015 / 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat segala rahmat dan hidayah-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “Hipogonadisme”.
Dalam Penulisan makalah ini, pemakalah merasa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan-kekurangan baik secara teknis penulisan, ilmu pengetahuan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki pemakalah. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, Pemakalah mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
A. DEFENISI ...................................................................................................... 3
B. ETIOLOGI ..................................................................................................... 5
C. PATOFISIOLOGI.......................................................................................... 6
D. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................... 7
E. KOMPLIKASI ............................................................................................... 7
F. PENATALAKSANAAN ............................................................................... 8
G. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................... 9
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 15
B. SARAN .......................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola klinis pubertas sangat bervariasi. Pada 95% anak laki-laki pembesaran genetalia mulai
antara usia 9,5-13,5 tahun, yang mencapai maturasi antara 13-17 tahun. Pada sebagian kecil anak
laki-laki normal, pubertas mulai setelah usia 15 tahun. 50% anak laki-laki, rambut pubis tumbuh
pada usia 11 tahun, dan pada usia 13-17,5 tahun, rambut ini jumlahnya ekuivalen dengan jumlah
rambut orang laki-laki dewasa normal. Pada beberapa anak laki-laki, perkembangan pubertas
selesai pada kurang dari 2 tahun, tetapi pada anak lain pertumbuhan ini dapat memerlukan waktu
lebih lama dari pada usia 4,5 tahun. Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak
laki-laki dari pada anak perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan
puncak perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia
berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya ada
pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada perkembangan
payudara lain yang berarti.
Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-kelenjar pituitari-gonad
yang terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan perkembangan pubertas
telah dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki untuk hormon kelenjar pituitaria
dan gonad yang dapat diukur pada sejumlah kecil darah. Dengan GnRH juga dimungkinkan
untuk membedakan antara defek kelenjar pituitari primer dengan hipothalamus pada penderita
hipogonadotropik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipogonadisme ?
2. Apa etiologi hipogonadisme?
3. Bagaimana patofisiologi hipogonadisme?
4. Bagaimana manifestasi klinik hipogonadisme ?
5. Apa saja komplikasi dari hipogonadisme?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan hipogonadisme?
1
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipogonadisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian hipogonadisme
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipogonadisme
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi hipogonadisme
4. Untuk mengetahuidan memahami manifestasi klinik hipogonadisme
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari hipogonadisme
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipogodisme
7. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan hipogonadisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Primer
Untuk hipogonadisme primer tentunya terjadi akibat adanya masalah pada testis,kadar
testoteron yang rendah juga disertai dengan meningkatnya hormon gonadotropik,seperti:
Infeksi kelenjar gonad
Atropi kelenjar gonad
Kondisi testis yang tidak turun
Adanya komplikasi dari penyakit gondongan
Di akibatkan oleh trauma pada testis seperti misalnya dikebiri atau terjadi kecelakaan
Adanya infeksi pada testis
Adanya sindrom Klinefelter
Sedang menjalani proses pengobatan kanker
Adanya radang pada buah zakar
Hemokromatosis
3
b. Sekunder
Hipogonadisme sekunder terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada kelenjar hipotalamus
atau pituitari, yaitu suatu bagian otak yang berfungsi sebagai pengantar sinyal pada testis untuk
memproduksi testosteron, seperti contohnya di bawah ini :
Tumor hifofisis
Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
Hiposekresi FSH dan LH
Adanya sindrom Kallmann
Penyakit HIV/AIDS
Adanya faktor penuaan
Adanya penyakit tumor
Kegemukan atau obesitas
Adanya penggunaan obat-obatan tertentu
Adanya penyakit peradangan seperti contohnya sarkoidosis, histiositosis dan TBC
4
2.3 Patofisiologi
Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan dirangsang oleh
pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH). Sekresi pulsatil dari
gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin. LH mengatur pelepasan testosteron dari sel leydig di
testis. Testosterone, dengan mekanisme umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan
LH. Pembentukan inhibin, yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding protein
(ABP) ditingkatkan oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau dihidrotestosteron yang
dibentuk dari testosterone di sel sertoli dan di beberapa organ meningkatkan pertumbuhan penis,
tubulus seminiferus, dan skrotum. Testosteron dan FSH diperlukan dalam pembentukan dan
pematangan spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang aktivitas sekretorik prostat
(menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis (campuran antara fruktosa dan
prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar sebasea dan keringat di daerah aksila dan
genitalia. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis.
Testosterone juga mempengaruhi tinggi badan dan postur badan dengan meningkatkan
pertumbuhan otot dan tulang (anabolisme protein), pertumbuhan longitudinal, dan mineralisasi
tulang serta penyatuan lempeng epifisis.
Testosterone merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara), pertumbuhan rambut
pada daerah pubis dan aksila, pada dada dan wajah (janggut); keberadaannya penting dalam
kebotakan pada laki-laki. Hormone ini juga merangsang libido dan perilaku agresif. Akhirnya,
hormone ini merangsang retensi elektrolit di ginjal, mengurangi konsentrasi lipoprotein
berdensitas tinggi (HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi distribusi lemak. Penurunan
pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan GnRH. Bahkan sekresi GnRH nonpulsatil
merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat. Keduanya dapat terjadi pada
kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi yang abnormal, kelainan genetik) serta sters
psikologis dan fisik.
Konsentrasi GnRH (dan analognya) yang tinggi dan menetap akan menurunkan
pelepasan gonadotropin dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain adalah
penghambatan pelepasan gonadotropin pulsatil oleh prolaktin serta kerusakan di hipofisis
(trauma, infark, penyakit autoimun, tumor, hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic, penyakit
5
sistemik yang berat). Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan enzim pada sintesis
hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan reseptor testosteron
6
B. Wanita
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta
penurunan libido.
Dampak Terhadap Sistem Lain
1) Sistem Reproduksi
a. Atropi testis dan ovariu
b. Impotensi
c. Kehilangan/penurunan libido
d. Genetalia kecil
e. Atropi payudara
2) Sistem Muskuloskeletal
a. Otot kecil
b. Pertumbuhan otot kurang
3) Sistem Integumen
a. Pertumbuhan rambut tubuh jarang
2.4 Komplikasi
Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani dapat diobati sesuai dengan usia orang
tersebut pertama kali memiliki hipogonadisme (selama perkembangan janin, masa pubertas,
atau dewasa).
Masa perkembangan Janin
Seorang bayi mungkin lahir dengan:
o Alat kelamin yang ambigu
o Alat kelamin yang abnormal
Masa pubertas
Perkembangan pada masa pubertas biasanya tidak lengkap atau tertunda, sehingga
menimbulkan:
o Kurangnya atau ketiadaan jenggot serta rambut/ bulu tubuh
o Gangguan pada penis dan pertumbuhan testis
o Pertumbuhan yang tidak proporsional, lengan dan kaki biasanya lebih panjang
o Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
7
Masa dewasa,
Komplikasi mungkin termasuk:
o Infertilitas
o Disfungsi ereksi
o Penurunan dorongan seks
o Kelelahan
o Kehilangan atau lemahnya otot
o Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
o Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh dan Osteoporosis
2. Wanita
Dengan pemberian estrogen dan progesteron.
8
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
No MR :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan
RKS : Biasanya pada pasien wanita mengeluhkan pengecilan payudara dan genetalia
eksterna, berhentinya menstruasi, penurunan libido. Pada pasien laki-laki mengeluhkan
penurunan libido, impoten, suara tinggi seperti wanita, bahu sempit dan otot kecil
(konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa), lebih mudah tersinggung,
menderita depresi. itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh,
jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.
RKD : biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS, tumor infeksi kelenjer
gonad, pasien pernah mengalami kecelakaan atau trauma pada daerah genetalia,
mengkonsumsi obat-obat kanker, pasien mempunyai riwayat obesitas.
RKK : biasanya anggota keluarga pasien mempunyai penyakit yang sama dengan
pasien.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat energi
Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya hormon gonad.
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
9
b) Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar
tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi semenjak di
dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang. Kondisi ini dapat
terjadi pula setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad.
o Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau terjadi selama proses
pertumbuhan.
o Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan fungsinya.
o Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien.
c) Seks dan reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita
maupun pria.
o Pada klien wanita
Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan fisik termasuk sering nyeri atau keram
abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.
o Pada klien pria
Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme serta bagaimana perasaan klien setelah
melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan adakah perubahan
bentuk dan ukuran alat genitalianya.
Aspek Psikologis
Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan handaitoulan serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah
termasuk penggunaan obat-obatan.
Aspek sosial
Perlu dikaji kondisi lingkungan, menarik diri dari pergaulan.
Aspek spiritual
10
Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang
terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakit
klien.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus
2. Pengambilan kadar testoteron serum
3. Kadar gonadotropi serum dan kariotip
4. Test stimulasi dengan klomifen
5. Test stimulasi Gn RH
6. Test stimulasi HCG
7. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.
2. ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
3. Do : klien tampak cemas dan Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses
gelisah
penyakit
Ds : klien sering bertanya
tentang penyakitnya
11
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat
difisiensi gonad.
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat
difisiensi gonad.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan
dan perawatan atau minimnya informasi yang didapat.
IV. INTERVENSI
No. Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan citra Body image Body image enhancement
tubuh b/d perubahan Self esteem Kaji secara verbal dan
struktur dan fungsi Kh : non verbal respon klien
tubuh Body image positif teradap tubuhnya
Mampu Monitor frekuensi
mengidentifikasi mengkritik dirinya
kekuatan personal Jelaskan tentang
Mendeskripsikan pengobatan, perawatan,
secara factual kemajuan dan
perubahan fungsi prognosis penyakit
tubuh Dorong klien
Mempertahankan mengungkapkan
interaksi sosial perasaannya
2. Disfungsi seksual Sexuality pattern, Sexual conseling
b/d perubahan ineffective Membangun hubungan
bentuk dan fungsi Self-esteem terapeutik, berdasarkan
organ seks Situasional Low kepercayaan dan rasa
Knowledge Sexual hormat
Functioning Menyediakan privasi
Kh :
12
Pemulihan dan dan menjamin
penganiayaan kerahasiaan
sexual Menginformasikan
Perubahan fisik pasien di awal
dengan penuaan hubungan bahwa
pria dan wanita sexualitas adalah
Pengenalan dan bagian penting bagi
penerimaan kehidupan dan bahwa
identitas sexual penyakit, obat obatan
pribadi dan stress atau masalah
Mengetahui lain sering mengubah
masalah reproduksi fungsi sexual
13
Mengidentifikasi,m dirasakan selama
engungkapkan dan prosedur
menunjukkan Pahami perspektif
teknik untuk pasien terhadap situasi
mengontrol cemas stress
Vital sign dalam Temani pasien untuk
batas normal memberikan keamanan
Postur tubuh, atau dan mengurangi takut
ekspresi wajah dan Dengarkan dengan
bahasa tubuh penuh perhatian
menunjukkaan Indentifikasi tingkat
kurangnya kecemasan
kecemasan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2. Saran
15