Teori Belajar Dan Penerapannya Dalam Pem
Teori Belajar Dan Penerapannya Dalam Pem
Tentang
DALAM PEMBELAJARAN
Oleh :
KELOMPOK 2
RM 10
UPP IV BUKITTINGGI
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang
membutuhkan sedikit pengetahuan tentang salah satu materi Psikologi Pendidikan. Materi
yang kami angkat dalam makalah ini tentang teori belajar dan penerapannya dalam
pembelajaran.
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap
benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya
sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran
merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and
Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement;
(4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
1. Edward LeeThorndike
Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku
binatang sebelum tertarik pada psikologi manusia dan pertama kali mengadakan
eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan hewan kucing melalui prosedur
yang sistemati.(dalam Smith, 2010:75) . Ekseperimennya yaitu:
a. Kucing yang lapar dimasukkan ke dalam kotak kerangkeng (puzzle box)
yang dilengkapi pembuka bila disentuh.
b. Di luar diletakkan daging. Kucing dalam kerangkang bergerak kesana
kemari mencari jalan keluar, tetapi gagal. Kucing terus melakukan usaha
dan gagal, keadaan ini berlangsung terus-menerus.
c. Tak lama kemudian kucing tanpa sengaja menekan tombol sehingga tanpa
sengaja pintu kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat memakan daging
di depannya.
Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang dan pola gerakan kucing sama
saja namun makin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan usahanya makin
sedikit dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan tingkah lakunya.
Dan akhirnya kucing dimasukkan dalam box terus dpat menyentuh tombol pembuka
(sekali usaha, sekali terbuka), hingga pintu terbuka.
Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Salah asatu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah
percobaannya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzle. Kemudian
kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapai dengan alat yang bila disentuh
dapat membuka kotak puzle tersebut. Selain itu, kotak tersebut juga dilengkapi
dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing di dalam kotak. Alat
tersebut menunjukkan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama
yang diasosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya ketika dia dapat keluar dari
kotak tersebut.
5. Clark Hull
Hull berpendirian bahwa tinkah laku itu berfungsi menjaga agar oranisasi tetap
bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis dan
pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi kelangsungan hidup. Oleh Hull, kebutuhan
ddikonsepkan sebagai dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri,
dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan
primer dan karena itu mendorong timbulnya tigkah laku. Sebagai contoh, stimulus
yang dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti bunyi alat pengebor gigi, dapat
menimbulkan rasa takut, dan takut itu mendorong timbulnya tingkah laku.
Teori Hull ini, memiliki beberapa prinsip (Zalyana, 2010:126), yaitu:
a. Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki
keinginan untuk belajar).
b. Stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat
terjadi (siswa harus mempunyai perhatian).
c. Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif).
d. Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat melalui kebutuhan (belajar
harus dapat memenuhi keinginan siswa).
Dalam teori ini, segala tingkah laku manusia menjadi suatu prilaku berbahsa yang
menjadi manifestasi stimulus dan respon yang dilakukan terus-menerus menjadi suatu
kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa dilakukan dengan mendahulukan
pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara daripada keterampilan lainnya,
pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara aktif dan terus menerus,
penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif, penggunaan media pembelajaran yang
memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan penutur asli, pembiasaan
motivasi sehingga berbahsa asing menjadi sebuah prilaku kebiasaan (dalam
Fachrurrazi,2010:38)
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru,
bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai
persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata
pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi
dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode
behavioristik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah,
guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif ,
perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang
sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli di atas
dapat disempulkan bahwa:
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
3. output yang berupa respon.
4. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati.
7. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.
8. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahauan dikatagorikan
sebagai kegagalan yang perlu dihukum
9. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan
evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban
yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan belajaranya.
10. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya,
sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
11. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan pengutan
(reinforcement).
12. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah
mendahului yang lebih sulit.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita
dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada
agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali.
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Chicago: Rand Mc. Nally
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Pakar Raya