pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada Aristoteles. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan
indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalamart mdera diperlukan untuk merangsang akal
dan inemberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk
sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata dengan akal (Q-Anees, 2003 : 78).
Kerjasama empirisme dan rasionalisme atau rasionalisme dan empirisme inilah yang melahirkan
metode sains (science, method), dan dari metode inilah lahirlah pengetahuan sains (scientific
knowledge) yang dalam bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu
Contoh Rasionalisme
tersebut.
2. Sesorang, mampu menjawab semua pertanyaan saat MID dengan baik, saat proses
perkuliahan pun dia cukup aktif dan disetiap diskusi dia talc pernah ketinggalan untuk
menyampaikan pendapatnya. Dan dia pun mendapat nilai A dan berhak mendapatkan
Pengertian Positivisme
Bagi kalangan awam kata 'positif' lebih mudah dimaknai sebagai 'baik' dan 'berguna' sebagai
antonim dari kata negatif. Pemahaman awam ini bukannya tanpa dasar, karena jika membaca,
8
misalnya, kamus saku Oxford kita akan menemukan ‘baik’ dan ‘ berguna’ dalam daftar makna
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang
benar hanya bisa dihasilkan aktual-fisikal. Pengetahuan demikian, hanya bisa dihasilkan melalui
penetapan teori – teori melalui metode saintifik yang ketat yang karenanya spekulasi metafisis
dihindari. Posifivisme, dalam pengertian di atas sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani
Kuno dan juga digunakan oleh Ibn al-Haytham dalam karyanya Kitab Manazhir. Sekalipun
demikian, konseptualisasi positivisme sebagai sebuah filsafat pertama kali dilakukan Comte pada
abad ke-19.
Ada pun yang menjadi titik tolak dari pemikiran positivis adalah, apa yang telah diketahui adalah
yang faktual dan positif sehingga metafisika ditolaknya. Di sini, yang dimaksud dengan "positif"
adalah segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman obyektif.
Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat memberikan
Sejarah Munculnya
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya pengetahuan
yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual fisikal. Pengetahuan demikian, hanya
bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya
metafisis dihindari. Positivisme dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal
sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah
satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa alam pikiran manusia
melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadistik dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena
8
alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik manusia
akan mencari penyebab akbir (ultimate causes) dan setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan
ilmiah usaha untuk menjelaskan fenomena akan ditinggalkan dan ilmuan hanya akan mencari
korelasi antarfenomena.
Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan oleh ahli ilmi alam Ernst Mach
yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi. Teori ilmiah bermanfaat sebagai alat untuk
menghafal, tetapi perkembangan ilmu hanya terjadi bila fiksi yang bermanfaat digantikan dengan
Meskipun Comte dan Mach mempunyai pengaruh dalam penulisan ilmu ekonomi (Comte
mempengaruhi pemikiran J.S. Mill dan Pareto, sedangkan pandangan Mach diteruskan oleh
Samuelson dan Machlup). Pengaruh yang paling utama adalah ide dalam pembentukan filosofi
ilmiah pada abad ke-20 yang disebut logika positivisme (logical positivisme) (Hadiwijono, 1980:
221).
Pernyataan-pernyataan metafisik tidak bermakna. Pernyataan itu tidak dapat diverifikasi secara
empiris dan bukan tautologi yang berguna. Tidak ada cara yang mungkin untuk mentukan
kebenarannya (atau kesalahannya) dengan mengacu pada pengalaman. Tidak ada pengalaman
yang mungkin yang pernah dapat mendukung pertanyaan-pertanyaan metafisik seperti : "Yang
tiada itu sendiri tiada" (The nothing it self nothing-Das Nichts selbst nichest, Martin Heidegger),
"Yang mutlak mengatasi waktu", "Allah adalah sempuma", "Ada murni tidak mempunyai ciri",
pernyataan-pemyataan metafisik adalah semu. Metafisik berisi ucapan-ucapan yang tak bermakna.
8
Auguste Comte ( 1798-1857 ) memiliki peranan yang sangat penting dalam aliran ini. Istilah
tiga tahap. Pertama, tahap teologis. Di sini, peristiwa-peristiwa dalam alam dijelaskan dengan
istilah-istilah kehendak atau tingka dewa – dewi. Kedua tahap metafisik. Di sini, peristiwa –
peristiwa tersebut dijelaskan melalui hukum – hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap
hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan fakta,diterima dan dengan cara berbeda-beda
diperluas oleh J.S Mill ( 1806-1873 ).E.Mach (1838-1916 ), K.Pierson ( 1857-1936 ) dan
P.Brdgeman ( 1882-1961 ).
Pengaruh Positivisme
Positivisme yang diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual abad ke – 19. Di
Inggris, sahabat Comte, Jhon Stuart Mill, dengan antusias memperkenalkan pemikiran Comte,
sehingga banyak tokoh di Inggris yang mengapresiasi karya besar Comte yang diantaranya G.H.
Lewes, penulis The Biographical History of Philosophy dan Comte’s Philosophy of Sciences;
John Austin, salah satu ahli paling berpengaruh pada abad sembilan belas; dan John Morley,
seorang politisi sukses. Namun dari orang-orang itu hanya Mill dan Lewes yang secara intelektual
8
Di Prancis, pengaruh Comte tampak dalam pengakuan sejarawan ilmu, Paul Tannery, yang
meyakini bahwa pengaruh Comte terhadapnya lebih dari siapapun. Ilmuwan lain yang dipengaruhi
Comte adalah Emile Meyerson, seorang filosof ilmu, yang mengkritisi dengan hormat ide-ide
Comte tentang sebab, hukum-hukum saintifik, psikologi dan fisika. Dua orang ini adalah salah
satu dari pembaca pemikiran Comte yang serius selama setengah abad pasca kematiannya. Karya
besar Comte bagi banya filososf, ilmuwan dan sejarawan masa itu adalah bacaan wajib.
Namun Comte baru benar-benar berpengaruh melalui Emile Durkheim yang pada 1887 merupakan
orang pertama yang ditunjuk untuk mengajar sosiologi, ilmu yang diwariskan Comte, di
universitas Prancis. Dia merekomendasikan karya Comte untuk dibaca oleh mahasiswa sosiologi
dan mendeskripsikannya sebagai ”the best possible intiation into the study of sociology”. Dari
sinilah kemudian Comte dikenal sebagai bapak sosiologi dan pemikirannya berpengaruh pada
Dalam sejarahnya, positivisme dikritik karena generalisasi yang dilakukannya terhadap segala
sesuatu dengan menyatakan bahwa semua "proses dapat direduksi menjadi peristiwa-peristiwa
fisiologis, fisika, atau kimia" dan bahwa "proses-proses sosial dapat direduksi ke dalam hubungan
antar tindakan-tindakan individu" dan bahwa "organisme biologis dapat direduksi kedalam sistem
fisika".
Kritik juga dilancarkan oleh Max Horkheimer dan teoretisi kritis lain. Kritik ini didasarkan atas
dua hal, ketidaktepatan positivisme memahami aksi sosial dan realitas sosial yang digambarkan
positivisme terlalu konservatif dan mendukung status quo. Kritik pertama berargumen bahwa
positivisme secara sistematis gagal memahami bahwa apa yang mereka sebut sebagai "fakta-fakta
8
sosial" tidak benar-benar ada dalam realitas objektif, tapi lebih merupakan produk dari kesadaran
martusia yang dimediasi secara sosial. Positivisme mengabaikan pengaruh peneliti dalam
memahami realitas sosial dan secara salah menggambarkan objek studinya dengan menjadikan
realitas sosial sebagai objek yang eksis secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh orang-orang
yang tindakannya berpengaruh pada kondisi yang diteliti. Kritik kedua menunjuk positivisme tidak
memiliki elemen refleksif yang mendorongnya berkarakter konservatif. Karakter konservatif int
1. objektif/bebas nilai. Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek
peneliti mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-
fakta yang teramati dan terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari
realitas (korespondensi)
2. Fenomenalisme, tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya
3. Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang
nyata.
8
6. Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat
Kelebihan Positivisme
Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar dari faham ini jauh
Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka akan menghasilkan suatu
pengetahuan yang mana manusia akan mempu menjelaskan realitas kehidupan tidak secara
spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan valid.
Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang akan didorong untuk bertindak
aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya terbatas menghimpun fakta, tetapi
Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi.
8
Kelemahan Positivisme
Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai akar
terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dikarenakan
Akibat dari ketidakpercayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji kebenarannya,
maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya manusia yang nantinya tidak percaya
kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka. Padahal yang demikian itu didalam
ditandai pada saat paham positivistik berkembang pada abad ke 19, jumlah orang yang
Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat
merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic semua hal itu
dinafikan.
Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat menemukan
Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang dapat
dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada panca indera.
Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan
tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal
Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi yang
optimis, tetapi juga terkesan lincar – seakan setiap tahapan sejarah evolusi merupakan batu
8
pijakan untuk mencapai tahapan berikutnya, untuk kemudian bermuara pada puncak yang