Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan
legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling
lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama
lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan
saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi
demokrasi, untuk di Asia Tenggara Indonesia adalah negara yang paling
terbaik menjalankan demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga
dengan keadaan itu. Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa
awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan
yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi
perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Korupsi?
2. Bagaimana Fenomena Korupsi di Indonesia?
3. Apa Pengertian Demokrasi?
4. Bagaimana Sejarah Demokrasi?
5. Apa Saja Macam – Macam Demokrasi?
6. Apa Saja Tantangan Demokrasi Di Indonesia?
7. Bagaimana Demokrasi Korupsi di Lembaga Pemerintah?
8. Apa Saja Tantangan Menuju Proses Demokratisasi Indonesia?
9. Bagaimana Korupsi Pada Pemilihan Umum?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Secara harfiah korupsi adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan,
ke tidak jujuran, dapat di suap, Tidak bermoral, penyimpangan dari ke
sucian. Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13
pasal (UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001) Merumuskan 30
bentuk / Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokan SBB:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
B. Fenomena Korupsi di Indonesia
Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang,
contohnya Indonesia, ialah:
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya
manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada
2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh
mudahnya “ok-num” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan
bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi
serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun
sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya
dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

2
1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya
sering beru-bah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada
kepenting-an umum.
3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya
berlomba-lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan
kebutuhan rakyat.
4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan
harta dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa
kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap
ada pada kelompok masyarakat besar (rakyat).
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai
sektor di bidang politik dan ekonomi-bisnis.
7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya ja-batan dan hirarki politik kekuasaan.
C. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani
“Demokratia” yang terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
kratos/kratein yang berarti kekuatan/ pemerintahan. Secara harfiah,
demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan
rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks budaya
demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat
diterapkan dalam praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam
pengertian politik saja, tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan.
Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, menyebut
demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat.
D. Sejarah Demokrasi
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap

3
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum
demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari
setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional
(bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
E. Macam – Macam Demokrasi
1. Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat
a. Demokrasi langsung (direct democracy). Yaitu rakyat secara
langsung dapat membicarakan dan menentukan suatu urusan politik
kenegaraan.
b. Demokrasi perwakilan atau tidak langsung (representative
democracy) .Yaitu aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya
yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen).
c. Demokrasi sistem referendum. Yaitu rakyat memilih wakil-
wakilnya yang duduk di parlemen tetapi dalam melaksanakan tgasnya,
parlemen dikontrol oleh rakyat melalui sistem referendum.
d. Dilihat dari dasar atau paham ideologi yang dianut
e. Demokrasi liberal. Yaitu paham demokrasi dengan
menitikberatkan pada ideologi liberalis yang cenderung pada
kebebasan individu atau perseorangan.

4
f. Demokrasi rakyatatau proletariat (komunis). Yaitu demokrasi yang
cenderung kepada kepentingan umum (dalam hal negara ini) sehingga
hak-hak politik rakyat dan kepentingan perseorangan kurang
diperhatikan.
g. Demokrasi pancasila. Merupakan ciri khusus demokrasi yang tidak
hanya mencakup bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi,
sosial, budaya, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
2. Dilihat dari perkembanga paham
a. Demokrasi kalsik. Yaitu paham demokrasi yang menitikberatkan
pada pengertian politik kekuasaan atau politik pemerintahan negara.
b. Demokrasi modern. Yaitu paham demokrasi yang tidak hanya
mencakup bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi,
sosial, budaya dan menwujudkan kesejahteraan rakyat.
3. Dilihat dari hubungan antara pemerintahan dengan rakyat
a. Demokrasi liberal. Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh
undang-undang dan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan
dalam waktu yang tetap.
b. Demokrasi terpimpin. Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan
para pemimpin bahwa semua tindakan mereka dipercaya oleh
rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk
menduduki kekuasan.
c. Demokrasi sosial. Demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada
keadaan sosial dan egalitarianisme (paham persamaan) bagi
persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
d. Demokrasi partisipasi. Demokrasi yang menekankan hubungan
timbal balik antara penguasa atau pemimpin dengan yang dipimpin.
e. Demokrasi konstitusional. Demokrasi yang menekankan pada
proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya dan menekankan
kerja sama yang erat diantara elite yang mewakili bagian budaya
umum.
F. Tantangan Demokrasi Di Indonesia

5
Demokrasi di Indonesia tengah menghadapi tantangan terberatnya.
Tidak seperti pada akhir 1990-an, ketika tantangan itu berasal dari kubu
militer yang belum sepenuhnya rela kekuasaan politik dipegang sipil,
tantangan yang ada sekarang justru berasal dari aktor utama demokrasi itu
sendiri, yakni para politisi sipil.
Perilaku korup para politisi sungguh mengkhawatirkan. Kekuasaan
mereka untuk ikut mengurusi anggaran telah disalahgunakan. Wewenang
untuk menyetujui anggaran dimanfaatkan untuk mencari rente, mencari
keuntungan bagi pribadi atau bagi kelompok, yang tidak ada hubungannya
dengan kepentingan rakyat banyak.
Pernyataan mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Busyro Muqoddas, bahwa aktor utama praktik korupsi adalah para
politisi, sebagai tantangan nyata yang sedang dihadapi demokrasi di
Indonesia. ”Siapa sesungguhnya aktor korupsi di Indonsia, mereka adalah
elite di parpol, baik di DPR pusat maupun daerah,” Tentu saja, elite parpol
yang korup tidak sendirian dalam melakukan aksinya. Mereka
memerlukan keterlibatan elite birokrasi dan elite bisnis agar praktik
korupsi berjalan mulus. Politisi pun dipandang identik dengan kasus
korupsi. Di mana ada korupsi, di situ pasti ada politisi yang terlibat.
Situasi tersebut sungguh berbahaya. Kepercayaan terhadap politisi
dan partai politik menjadi anjlok. Demokrasi, yang bersendikan pada
parpol, akhirnya akan ikut-ikutan kehilangan kepercayaan. Orang menjadi
lelah berdemokrasi. Kerinduan untuk kembali pada rezim otoritarian pun
muncul.
Orang menjadi lupa bahwa pada masa rezim otoritarian sebenarnya
korupsi juga cukup banyak terjadi, tetapi bersifat lebih terpusat dan hampir
tidak pernah diekspos oleh media massa. Bedil siap menghampiri kantor
media yang berani menulis praktik korupsi penguasa. Pada masa itu
memang tidak ada pers yang bebas. Pelanggaran hak asasi manusia, seperti
penyiksaan hingga matinya perempuan aktivis buruh Marsinah, terjadi
tanpa ada pertanyaan kritis dari parlemen.

6
G. Demokrasi Korupsi di Lembaga Pemerintah
Gurita korupsi telah menjalar pada semua tingkatan di dalam
kehidupan masyarakat kita dewasa ini. Sehingga setiap upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kwalitas kehidupan manusianya selalu
mengalami jalan buntu. Disini, kita melihat bahwa demokrasi ideal atau
pun demokrasi aktual yang berbicara tentang keseimbangan kekuasaan
berubah menjadi demokrasi korupsi. Artinya, tidak ada batasan yang tegas
tentang siapa mengawasi siapa, siapa mengawasi petugas, dan petugas
mengawasi siapa? Kenyataannya, siapa memiliki kekuasaan paling besar
maka mereka pula yang akan menguasasi jalur korupsi terbesar. Telah
menjadi “credo” bagi masyarakat umum bahwa tidak ada pembangunan
masyarakat yang bebas dari tindakan korupsi. Fenomena ini, yang pada
awalnya berada di ruang lingkup
kerja politik, akhirnya berkembang ke domain sosial dan budaya.
Korupsi menjadi tantangan yang paling serius bagi kehidupan dan
kelangsungan demokrasi kita saat ini. Keberadaan Indonesia di urutan ke
tujuh negara terkorup di dunia (menurut lembaga Transparency
Internasional) merupakan kenyataan yang sangat memalukan.
H. Tantangan Menuju Proses Demokratisasi Indonesia
Deputi Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat
{JPPR} Masykurudin Hafidz merumuskan tujuh tantangan proses
demokratisasi Indonesia ke depan.
1. Dalam hal korupsi pemilu yang menjadi tantangan terbesar adalah
penerimaan dana illegal partai politik dan dana kampanye pemilu.
2. Isu penegakan hukum pemilu adalah pengaturan dan regulasi pemilu
yang tidak sinkron dan tidak terbarukan
3. Dalam hal integritas penyelenggara pemilu, keterbukaan penyelenggara
Pemilu terhadap data dan proses pelaksanaan tahapan serta dukungan
partisipasi masyarakat menjadi kunci atas keberhasilan pelaksanaan
Pemilu 2014.

7
4. Tantangan isu konflik dan kekerasan adalah bentuk, aktor, korban, dan
cara kekerasan dalam pemilu semakin meluas. Kekerasan tidak lagi
berbentuk fisik tetapi juga non fisik.
5. Proses Pemilu 2014 menghasilkan media yang terbelah antara yang pro
pemerintah, oposisi dan yang independen serta partisipasi warga yang
meningkat secara signifikan dalam isu demokrasi melalui teknologi
internet.
6. Isu partisipasi politik warga masih dipahami sebagai kehadiran dalan
forum politik formal (misal memilih dalam pemilu). Ini terjadi akibat
Orde Baru yang mewariskan sejumlah masalah partisipasi politik warga
yang akut: krisis demokrasi perwakilan, depolitisasi warga (massa
mengambang), cara-cara miliiteristik dalam membungkam suara warga,
masih kuatnya nilai dan sikap yang antipluralime, dan menjadikan
warga sebagai obyek untuk kepentingan elit (oligarki).
7. Terkait keterbukaan informasi, yang menjadi tantangan adalah
menyelenggarakan sistem pengelolaan dan pelayanan informasi
sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Empat tahun berlalu, pada
penerapan undang-undang tersebut KPU belum merespon dengan
membentuk aturan-aturan internal dalam mempersiapkan pelayanan
informasi.
Berdasarkan ketujuh tantangan yang telah diuraikan di atas,
Konferensi Nasional Masyarakat Sipil menyampaikan rekomendasi untuk
penguatan dan peningkatan kualitas demokrasi sebagai berikut.
1. Perlu membuat kodifikasi UU Pemilu yang pastinya diikuti dengan
sinkronisasi dan harmonisasi seluruh regulasi penyelenggaraan pemilu.
2. Mendukung pembatasan transaksi secara tunai dan menjadikan
pengurus partai politik sebagai subjek yang bisa dipidana melalui
korupsi atas dana ilegal atau tidak sehat tersebut.
3. Dibutuhkan sistem rekruitmen yang menghasilkan petugas pemilu
yang mempunyai pemahaman kepemiluan yang baik, mempunyai jiwa

8
pelayanan, menjaga netralitas terutama ke peserta Pemilu dan
pemerintah, mempunyai kemampuan administrasi yang baik,
memahami secara cepat dan tepat teknis pelaksanaan pemilu serta
terbuka terhadap masukan dari elemen masyarakat.
4. Antisipasi terhadap potensi terjadinya kekerasan perlu dipikirkan
terutama dengan akan dilaksanakannya Pilkada tahun depan.
5. Untuk memperkuat demokrasi, media harus bersikap profesional,
sedangkan warga terus bersikap kritis dan partisipatif sehingga
keduanya efektif sebagai penyeimbang dan penekan lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif.
6. Partisipasi politik warga membutuhkan kesepakatan perspektif yang
pemaknaannya adalah menghadirkan dan merepresentasikan
kepentingan warga, yang tidak disediakan oleh kekuatan politik formal
(partai politik). Untuk itu pendidikan politik harus berubah, menjadi
pendorong utama partisipasi politik yang menghadirkan dan
merepresentasi kepentingan warga, serta tidak terbatas pada momen
pemilu. Pendalaman partisipasi politik warga, membutuhkan peluang
untuk menciptakan instrumen-instrumen partisipasi politik alternatif,
misalnya dalam wujud serikat-serikat, komunitas-komunitas, dan
forum-forum warga yang memperjuangkan kepentingan publik dan
menuntut keadilan distribusi sumberdaya. Partisipasi politik harus
selalu berbasis pada koneksitas yang nyata dengan warga/rakyat.
7. KPU harus segera menyelenggarakan sistem pengelolaan dan
pelayanan informasi sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dengan
mengesahkan PKPU mengenai pelayanan keterbukaan informasi
publik dan membuat SOP Pelayanan Informasi Publik.

I. Korupsi Pada Pemilihan Umum


Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap Pembangunan
Demokrasi di Indonesia antara lain :

9
1. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara
menghancurkan proses formal.
2. Korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan
dalam pelayanan masyarakat.
3. Korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat
atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi.
4. Korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi
seperti kepercayaan dan toleransi.
5. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan
infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran
pemerintah yang pada akhirnya masyarakat biasa selalu jadi korban
kebringsan korupsi dan hal tersebut sangat bertentangan dengan
demokrasi yang ruhnya adalah transparansi dan kejujuran.
Kondisi merajalelanya korupsi itu membuat Indonesia menjadi tak
menarik sebagai ajang investasi. Kepentingan dunia usaha yang telah
memberikan sumbangan penting bagi penerimaan pajak, justru tak
diperbaiki dengan komitmen dan kinerja pemerintah untuk memberantas
korupsi dan pungutan liar. Terganggunya kepentingan dunia usaha ini
membuat mereka mengancam untuk memboikot membayar pajak.
Jelaslah, korupsi memberikan kontribusi penting bagi
pelanggengan tingkat kemiskinan. Dengan demikian, kritik terhadap pola
kebijakan pemerintah yang tidak memihak kelompok miskin juga harus
dialamatkan kepada kebijakan pemberantasan korupsi. Menanggulangi
kemiskinan tanpa memberantas korupsi tidak mungkin terjadi. Maka dari
itu kita butuh perjuangan kolektif yang dimulai dari elit masyarakat
(pejabat), sampai masyarakat jelata untuk bersama melawan kekerasan
(mental korup), yang berarti berjuang bagi terciptanya masyarakat yang
adil, manusiawi, dan solider. Untuk itu struktur yang jelek dan korup harus
dibongkar seluruhnya jangan tebang pilih dan berdasar pada pesanan saja,

10
tapi proses tersebut tidak mudah, namun perjuangan ke arah sana harus
jadi langkah prioritas seluruh elemen-elemen pada tingkat elit (pejabat)
masyarakat. Khususnya yang paling mendasar adalah struktur yang
menyangkut bidang pembangunan mental pejabat.
Dalam proses penerapan sistem demokratis, good governance
sering mengilhami siapapun untuk mewujudkan penyelenggara negara
yang memberikan ruang partisipasi bagi pihak diluar penyelenggara itu
sendiri, sehingga ada pembagian peran dan kekuasaan yang seimbang
antar negara dalam arti luas (termasuk peran partai politik), masyarakat
sipil, dan mekanisme pasar. Adanya pembagian peran yang seimbang dan
saling melengkapi antar ketiga unsur tersebut, bukan hanya
memungkinkan terciptanya check and balance, peran bagi elite pejabat
maupun masyarakat awam dalam mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruhnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Keismpulan
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan
posisi penting bagi rakyat sebab dengan demokrasi, hak-hak rakyat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin. Penerapan
demokrasi di berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi
masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat
sebagai rakyat dalam suatu negara. Indonesia sendiri menganut demokrasi
pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai
luhur Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi.
Seperti halnya delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang
menyangkut korupsi di Indonesia masih begitu rentan terhadap upaya
pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum menurut
kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk
menangani tindak pidana korupsi yang sudah diperkarakan bahkan
terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman.
Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya
pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan
tak ada ujung”, melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan”.
Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari
struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau akhlak
manusia.
B. Saran
Banyak kekurangan dalam hal penulisan. Sebaiknya dalam
pemahaman tingkatkan referensi dalam memahaminya.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Gie. 2002. Pemberantasan Korupsi Untuk Meraih Kemandirian,


Kemakmuran, Kesejahteraan dan Keadilan.

(http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-
di.html) Budiyanto, Drs. MM. 2006. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

13

Anda mungkin juga menyukai