Anda di halaman 1dari 7

NAMA: KA RAJES ADITIYA S

NIM : 113150026

OVERVIEW INDUSTRI HULU MIGAS INDONESIA


Yogyakarta, 23 Oktober 2018

PERANAN INDUSTRI MIGAS UNTUK PEREKONOMIAN NASIONAL


Sektor migas berperan penting sebagai sumber energi dan sumber penerimaan
negara, pada sumber energi di Indonesia memiliki bauran energi sebesar 1030
MTOE yang tebagi dalam 20% Minyak Bumi, 24% Gas Bumi, 25% Batubara,
dan 31% Energi Baru dan Terbarukan. Penerimaan Sektor Migas dari awal tahun
2003 sampai akhir tahun 2017 mengalami fluktuasi yang berakhir dengan
penerimaan migas (PNBP + Pajak) sebesar 140 atau 10% pendapatan migas
terhadap total dalam negeri.
Perubahan Paradigma yang bertujuan mengelola migas menjadi modal
pembangunan nasional

Setiap pembelanjaan Rp1 miliar oleh industri hulu migas akan menghasilkan:
 Output ekonomi Rp1.6 miliar
 Penambahan GDP Rp700 juta
 Penambahan pendapatan rumah tangga Rp200 juta
 Penambahan kesempatan kerja bagi 10 orang

WILAYAH KERJA MIGAS KONVENSIONAL & NONKONVENSIONAL


Status per 30 Juni 2018

SKK MIGAS/ KKKS


1. Dana Bagi Hasil (DBH) Migas untuk Daerah
2. Participating Interest 10 %
3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
4. Bisnis penyedia barang dan jasa lokal
5. Tenaga Kerja Lokal
6. Tanggung Jawab Sosial (TJS)/Corporate Social Responsibility (CSR)
7. Penggunaan Fasilitas Penunjang Ops oleh Masyarakat (Bandara/ Jetty/
Seat Pesawat/ Boat)
8. Pasokan gas untuk kelistrikan di daerah
9. Pasokan gas untuk bahan bakar industri
10. Pasokan gas untuk bahan baku industri turunan
PENYEDIA BARANG DAN JASA
1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
2. Bisnis penyedia barang dan jasa lokal
3. Tenaga Kerja Lokal
4. Tanggung Jawab Sosial (TJS) / Corporate Social Responsibility (CSR)

KONTRAK KERJASAMA DALAM INDUSTRI HULU MIGAS


KEGIATAN USAHA MIGAS
Kegiatan usaha migas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Upstream (Hulu) oleh SKK Migas
 Exploration and Development
 Production
2. Downstream (Hilir) oleh BPH Migas
 Pipeline/Shipping
 Refinery
 Industri
 SPBU
 Transportation

KARAKTERISTIK INDUSTRI HULU MIGAS


1. Teknologi Canggih
2. Modal Besar
3. Resiko Tinggi
4. Non Renewable Resource
FILOSOFI KONTRAK KERJA SAMA (KKS)
Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.”
 Negara mempunyai resources atau modal yang melimpah, namun tidak
mempunyai teknologi & skill, kemampuan mengolah finansial, dan
pengetahuan tentang bisnis dan operasi.
 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) mempunyai teknologi & skill,
kemampuan mengolah finansial, dan pengetahuan tentang bisnis dan
operasi, namun tidak mempunyai resources atau modal yang melimpah.
Kedua belah pihak tersebut bekerja sama dalam Kontrak Kerjasama Migas agar
mencapai tujuan yang diinginkan kedua belah pihak, yaitu menguntungkan dan
memenuhi kebutuhan Migas Negara Indonesia.

SKEMA KKS KONVENSIONAL DAN KKS GROSS SPLIT


PSC atau disebut dengan Production Sharing Contract merupakan sistem
kerjasama mengenai biaya operasi antara Negara dan KKKS, dibagi menjadi
Konvensional dan Gross Split.
MEKANISME PENGAWASAN TERHADAP SEKTOR HULU MIGAS
NASIONAL
1. Pre-Control
 Plan of Development
 Work Program and Budget
 Authorization for Expenditure
2. Current Control
 Pengawasan dan pengendalian proses pengadaan barang dan jasa
 Pengawasan dan pengendalian penyelesaian pekerjaan
 Pengawasan dan pengendalian penggunaan asset melalui prosedur
Placed Into Service
 Monitoring pelaksanaan rencana kerja dan anggaran
3. Post Control
 Analisa dan evaluasi laporan perhitungan bagi hasil
 Pemeriksaan dalam rangka persetujuan pengakhiran AFE
 Pemeriksaan perhitungan bagian negara
 Tindak lanjut hasil pemeriksaan
KONDISI INDUSTRI MIGAS INDONESIA: POTENSI DAN
TANTANGAN PENGEMBANGAN
1. Produksi vs Konsumsi Minyak Nasional

Dari gambar di atas dapat dilihat pada tahun 1966 produksi migas Indonesia
masih sangat rendah disebabkan karena kondisi Indonesia baru saja merdeka
sehingga SDM dan teknologi yang ada masih belum mumpuni untuk melakukan
eksplorasi secara optimal. Di sisi lain juga konsumsi dalam negeri masih
tergolong rendah karena ekonomi masyarakat Indonesia selepas masa
kemerdekaan masih belum baik secara keseluruhan. Secara berangsur-angsur
produksi dan konsumsi Indonesia meningkat dan produksi mencapai peak
production sekitar 1600-an MBOPD pada tahun 1977. Ketika tahun 1995 terjadi
penurunan produksi, sementara konsumsi terus meningkat sehingga pada tahun
2002 terjadi cross antara grafik produksi dan konsumsi minyak Indonesia. Sejak
saat itu, Indonesia menjadi importir minyak sampai sekarang dengan produksi
minyak hanya sebesar 800 MBOPD. Sedangkan, konsumsi minyak dalam negeri
sebesar 1600 MBOPD.
Walaupun produksi dan cadangan minyak Indonesia mengalami penurunan,
tetapi Indonesia masih mempunyai potensi sumber daya alam lainnya, yaitu
cadangan gas yang mengalami peningkatan. Agar cadangan minyak juga dapat
mengalami peningkatan seperti cadangan gas, harus adanya investasi kegiatan
eksplorasi yang masif sehingga ketahanan Indonesia bisa terjaga lebih lama lagi.
Ada sebuah upaya pemerintah untuk meningkatkan cadangan migas, yaitu
dengan adanya Sistem Database Manajemen Subsurface (SDMS) dengan manfaat
sebagai berikut:
a. Kolaborasi SKK Migas dengan KKKS dengan memanfaatkan SDMS
memungkinkan adanya potensi peningkatan cadangan/ produksi yang selama
ini belum terlihat (unseen opportunities).
b. SDMS yang komprehensif dapat memberikan nilai tambah berupa informasi
yang telah dianalisa, melalui kajian lanjut dalam bentuk kolaborasi SKK
Migas, KKKS, dan insititusi riset dan pendidikan, yang diharapkan dapat
mengurangi ketidakpastian (managing uncertainties), karena permasalahan
utama pengambilan keputusan terkait aspek subsurface adalah high
uncertainties.
c. Pemanfaatan SDMS oleh KKKS dapat menurunkan biaya dalam pembelian
data.
d. Membentuk Research and Development Working Group yang terdiri dari
pemangku kepentingan sektor hulu migas.
e. Dapat menambah dayatarik penawaran blok baru, pengembangan
konsep-konsep eksplorasi dan pemilihan teknologi melalui studi yang
bersifat lebih regional.
Selain adanya SDMS, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan
cadangan migas dengan cara, yaitu mengeluarkan perpres 58/2017.

Anda mungkin juga menyukai