Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang
dikemukakan para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
a. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang.
b. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
c. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang
berlebihan.
d. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
e. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula
merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Definisi fraktur Klavikula (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture),
fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang
selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan
terputar/tertarik (outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan
langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah

1
atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh.
Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang
kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ
dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel
darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang
dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada
pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan
keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami
retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada
daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian
klavikula.

2. Etiologi Fraktur Klavikula


Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat
relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada
di antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah

2
untuk merasakan klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus
dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian
besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada
bayi (biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula
tidak sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet
(karena risiko dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari
pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa
sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke
bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulangklavikula
karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada
kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar
70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang paling sering dijumpai.
Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun atau rata-rata
2,6-5% dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak
pada laki-laki dar ipada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang
klavikula terjadi pada anak di bawah usia 7 tahun.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture)

3. Patofisiologi
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah
periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi
dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini

3
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk dapat
menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila berlangsung
lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement.
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang
melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah
itu karena jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. Klavikula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering
terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.

4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-
kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat
desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk
memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

5. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
1. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
2. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah
tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang utuh).
b. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia
luar, meliputi:

4
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak
menonjol melalui kulit..
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka
dibagi dalam 3 grade yaitu :
 Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
 Garade II : seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
 Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967
dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3
kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-
80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3
tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid

a) Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang
maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular
masih melekat pada fragmen.
c) Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.
d) Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e) Tipe 4.

5
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal
berpindah keatas.
f) Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi
deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup
lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan silang selama 6
minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku
dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan
kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk
membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat proses
penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan
(immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka
delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk
mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.

6
2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada
tempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
(plate) atau batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering
disebut open reduction with internal fixation (ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat
menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian
besar penderita perlu menjalani terapi fisik
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa
kelainan bentuk. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya
ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3
distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang
harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien
diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2
minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu
sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses
perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang
biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling
pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya
rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan
kembali normal. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

7
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri.
Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.

7. Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan
usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan
sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari
penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.
Fraktur klavikula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih
buruk daripada prognosis fraktur klavikula murni.
Fraktur klavikula bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu 12 minggu, tapi
rasa sakit biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Seringkali pasien
kembali ke aktivitas penuh sebelum 12 minggu, terutama pada pasien yang
lebih muda (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture). Patah tulang akan
sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.

8. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
-

8
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah.
b. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram /
anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur
fraktur yang kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis
fraktur.
c. Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan upayamemecahkan masalah yang tujuan utamanya adalah
membantu perawat menagani klien secara komprehensip dengan dilandasi alasan ilmia,
keterampilan teknis dan keterrampilan interpersonal (Asmadi, 2008). Dalam proses keperawatan
terdiri dari 5 tahapan yaitu :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MPS, no RM.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, alamat, hubungan dengan klien.
c. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien,
d. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarag,
Kaji kronologi terjadi trauma yang menyebabkan patah tulang pertolongan apa yang
didapatkan, selain itu dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat
dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainnya, penyebab utama fraktur adalah
kecelakaan lalulintas darat.
 Riwayat kesehatan terdahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat kedukun patah tulang sebelumnya
sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau
menyebabkan fraktur patologis sehingga sulit menyambung. Selain itu klien diabetes
dengan luka dikaki sangan beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta
penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang.
 Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang tibia adalah faktor
presdiposisi terjadinya fraktur. Seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
kasusu dan kamker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
e. Pola fungsi kesehatan
 Pola nutrisi dan metabolisme

10
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalium, zat besi, protein, vit c dan lainnya. Untuk membantu penyembuhan
tulang.
 Pola eliminasi
Klien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi, dan
ganguan eliminasi urin akibat adanya program elimunasi dilakukan ditempat tidur /
karena pasien bedrest
 Pola istirahat
Klien dapat cenderung mengalami perubahan istirahat tidur tapi tidak bererti. Ada
beberapa kondisi yang dapat menyebebkan pola istirahat terganggu seperti timbulnya
rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitalisasi.
 Pola aktivitas
Umumnya klien tidak dapat melakukan aktivitas (rutinitas) bagaimana biasanya yang
hampir seluru aktivitas dilakukan ditempat tidur.
 Pola personal hygine
Klien masih mampu melakukan personal hygiene, namun harus ada bantuan dari
orng lain, aktivitas ini sering dilakukan klien ditempat tidur.
f. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : GCS / kesadaran
TTV : biasanya tidak normal karena ada gangguan fidik
a. Kepala : inpeksi : tidak ada gangguan yaitu normal, simetris, tidak ada
benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri
b. Leher : inspeksi : tidak ada gangguan yaitu tidak ada penonjolan,
refleksi menelan ada.
Palpasi : tidak ada nyeri
c. Wajah : inspeksi : wajah terlihat simetris, jika terdapat frakturterdapat
oedema / memar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Telinga : inspeksi : simetris, tidak ada serumen yang keluar.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut dan gigi : inspeksi : mukosa bibir, gusi tidak ada pendarahan.

11
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Thoraks : inspeksi : gerak dadasimetris, tidak ada oedomen.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, teraba di seluruh lapang paru.
Perkusi : sonor, tidak ada suara redup atau suara tambahan.
Auskultasi : vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan
ronchi/wheezing
g. Jantung : inspeksi : simetris tidak nampak ictus cordis.
Palpasi : ictus cordis teraba di lcs 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1S2
h. Abdomen : inspeksi : bentuk datar , simetris
Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba.
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : peristaltik usus meningkat/menurun.

g. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
 Radiologi
 Scen tulang

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Ansietas
d. Kerusakan integritas kulit
e. Resiko syok

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut Noc Nic

12
 Pain level Pain manajemen
 Pain control  Lakuakn pengkajian nyeri
Kriteria hasil secara konfrehensif
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
termasuk lokasi,
penyebab nyeri, mampu menggunakan
karakteristik, durasi,
tehnik nonfarmakologi untuk
frekuensi, kualitas dan
mengurangi nyeri, mencari bantuan ).
faktor presipitasi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang ,
dengan mengunakan manajemen
 Obserfasi reaksi non ferbal

nyeri. dari ketidak nyamanan


 Mampu mengenali nyeri (skala,  Gunakan tehnik
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri). komunikasi terapiutik untuk
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri mengetahui pengalaman
berkurang. nyeri pasien.
 Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
Analgesik atminitrasion
 cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 monitor vital sing sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertamakali

13
 berikan analgesik tepat
waktu, terutama saat nyeri
hebat.
 evaluasi evektivitas
analgesik, tanda dan gejala.
2 Hambatan Noc Nic
mobilitas fisik  join movement : active Eksercise terapi : ambulation
 mobility level  monitoring vital sing
 self care : ADLs
sebelum / sesudah latihan
kriteria hasil
dan lihat respon pasien saat
 klien meningkat dalam aktivitas fisik
latihan
 mengerti tujuan dari peningkatan
 konsultasikan dengan
mobilitas
tentang rencana ambulasi
 memferbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan sesuai dengan kebutuhan
kemampuan berpindah  bantu klien untuk
 memperagakan pengunaan alat bantu mnegunakan togkat saat
untuk mobilisasi (walker) berjalan dan cegah terhadap
cedera
 ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang
teknik ambulasi
 kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
 latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
 dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat bantu jika klien

14
memerlukan
 Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika di perlukan
3 Ansietas Noc Nic
 Ansiety self-control Ansieti reduction (penurunan
Kriteria hasil kecemasan)
 Klien mampu mengidentifikasi dan
 Gunakan pendekatan yang
mengungkapkan gejala cemas
menenagkan
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
 Jelaskan semua prosedur
menunjukan tehnik untuk mengontrol
dan ap yang dirasakan
cemas
 Vital sing dalam batas normal, postur
selama prosedur.

tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh  Temani pasien untuk


dan tingkat aktivitas menunjukan memberikan keamanan dan
berkurangnya kecemasan mengurangi takut
 Degarkan dengan penuh
perhatian
 Identivikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan persaan,
ketakutan, persepsi.
 Instruksikan
pasienmengunakan
teknikrelaksasi
 Berikan oabat untuk
mengurangi kecemasan .
4 Kerusakan Noc Nic

15
integritas kulit  Tissue intecgrity : skin and mucous Presure manajemen
 Hemodyalis akses  Jaga kebersihan kulit agar
Kriteria hasil : tetap bersih dan kering
 Intekgritas kulit yang baik bisa
 Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan (sensasi, elastissitas,
posisi pasien) setiap dua jam
temperatur, hidrasi, pegmentasi,)
sekali
 Tidak ada luka / lesi pada kulit
 Monitor kulit akan adanya
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukan pemahaman dalam
kemerahan

proses perbaiakn kulit dan mencegah  Monitor aktivitas dan


terjadinya cedera berulang mobilisasi pasien
 Mampu melindungi dan  Monitor status nutrisi pasien
mempertahankan kelembaban kulit  Memandikan pasien
dan perawatan alami dengan sabun dan air
hangan

5 Resiko syok Noc Nic


 Syok prefention Syok prefention
 Syok manajemn  Monitor status siekulasi BP,
Kriteria hasil
warna kulit, suhu kulit,
 Nadi dalam batas yang diharapkan
deyut jantung, HR, dan
 Irama jantung dalam batas yang di
ritme, nadi perifer, dan
harapkan
kapiler refill
 Frekuensi nafas dalam batas yang
 Monitor tanda inade kuat
diharapkan
 Irama pernafasan dalam batas oksigenasi jaringan
diharapkan  Monitor suhu dan
Hidrasi pernafasan
 Indicator  Monitor tanda awal syok
 Mata cekung tidak ditemukan  Tempatkan pasien pada
 Demam tidak ditemukan posisi supine, kaki elefasi
 TD dbn
untuk peningkatan preload
dengan tepat

16
 Berikan cairan iv dan atau
oral yang tepat
 Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda dan
gejala datangnya syok
 Ajarkan keluargan dan
pasien tentang langka untuk
mengatasi gejala syok
Syok manajemen
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input
output
 Catat gas dara arteri dan
ogsigen dijaringan
 Memnfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah,
sesuai

4. Implementasi
Implemntasi adalah tahap keepat dari proses proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan, melaksanakan intervensi / aktivitas yang telah dilakukan (doenges, moorhouse &
Burley, 2000)

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap ahir dari proses keperawatan, yakni proses yang dilakuakn secara
trus menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang diberikan
dan dilakukan dengan menunjukan respon untuk menentukan keekfektifan rencana perawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien (doengges, moorhouse & Burley, 2000)

17
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture

L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.

Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula

18

Anda mungkin juga menyukai