Anda di halaman 1dari 19

skep Mola Hidatidosa

1. Konsep Dasar Mola HidatidosA

A. Pengertian

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda


berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 :
339).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar
human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

B. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum
jelas.
(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)
C. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.


2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :

 Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah
darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.

 Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

 Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya
terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa,
pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala
serta komplikasi mola :

1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang
pada interval waktu tertentu).
2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di
dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan
maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam
pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang
normal.
3. Foto roentgen dada.
F. Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.


2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting,
pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji
kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau
DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan
mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara
proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar
dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali
dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama
dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif),
berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan
USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi.
1. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola Hidatidosa
A. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya


sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
 Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
 Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
o Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
o Riwayat kesehatan masa lalu
o Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
 Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
 Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
 Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
 Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik :

 Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap


drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.

 Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal.

 Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.

 Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop


dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B. Intervensi

DIAGNOSA I

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

 Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang


 Ekspresi wajah tenang
 TTV dalam batas normal

Intervensi :

 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu
menentukan intervensi yang tepat.

 Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

 Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi
dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.

 Beri posisi yang nyaman

Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area


luka/nyeri.

 Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat
dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil :

 Kebutuhan personal hygiene terpenuhi


 Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi :

 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam


merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienenya.

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan


pada perawat.

 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan


kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
 Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi
kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara


mandiri.

DIAGNOSA III

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu

Kriteria Hasil :

 Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.


 Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi :

 Kaji pola tidur

Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam


menentukan intervensi selanjutnya.

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.


 Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur

Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk
tidur.

 Batasi jumlah penjaga klien

Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan
dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.

 Memberlakukan jam besuk

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

 Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang
dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas

Kriteria Hasil :

 Tanda-tanda vital dalam batas normal


 Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :

 Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis

Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam
dapat membantu diagnosa.

 Pantau suhu lingkungan

Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati
normal.

 Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak

Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

 Berikan kompres hangat

Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat


menurunkan suhu tubuh.

 Kolaborasi pemberian obat antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

DIAGNOSA V

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang


Kriteria Hasil :

 Ekspresi wajah tenang


 Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi :

 Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi


kecemasan.

 Mendengarkan keluhan klien dengan empati

Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan
merasa diperhatikan.

 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan

Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya.

 Beri dorongan spiritual/support

Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta

Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
Read more: http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/askep-mola-hidatidosa.html#ixzz0iUwSJwUe

MOLA HIDATIDOSA
Posted on Juni 26, 2009 by ayurai

Pengertian

Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan


trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi
kistik villi dan perubahan hidropik.
Patofisiologi

Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion


dan teori neoplasma dari Park. Teori missed abortion menyatakan bahwa
mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu
terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang
abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi
resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul
gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah.

Gejala Klinik

Gejala klinik pasien mola hidatidosa :


- Adanya tanda-tanda kehamilan disertai pperdarahan. Perdarahan ini
bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga
menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya
penderita mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan anemia.
- Hiperemesis gravidarum.
- Tanda-tanda pre eklampsia pada trimesteer I.
- Tanda-tanda tirotoksikosis.
- Kista lutein unilateral / bilateral.
- Umumnya uterus lebih besar dari usia keehamilan.
- Tidak dirasakan adanya tanda-tanda geraakan janin, balotemen negatif
kecuali pada mola parsial.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang mola hidatidosa :


- Foto toraks
- HCG urin atau serum
- USG
- Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaittu sonde yang dimasukkan tanpa
tahanan dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari
10 derajat.
- T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis..

Penanganan

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu :


1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
3. Pemeriksaan tindak lanjut

Perbaikan Keadaan Umum

Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :


- Koreksi dehidrasi
- Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr% atau kurang)
- Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperremesis gravidarum, diobati
sesuai dengan protokol penanganan di bagian obstetri & ginekologi
fakultas kedokteran UNHAS
- Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit
dalam.

Kuretase

Kuretase pada pasien mola hidatidosa :


- Dilakukan setelah pemeriksaan persiapann selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah
keluar spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka mmaka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum melakukan kuretase, sediakan daarah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.
- Kuretase dilakukan 2 kali dengan intervval minimal 1 minggu.
- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

Histerektomi

Syarat melakukan histerektomi adalah :


- umur ibu 35 tahun atau lebih.
- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.

Pemeriksaan Tindak Lanjut

Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa meliputi :


- Lama pengawasan 1-2 tahun.
- Selama pengawasan, pasien dianjurkan unntuk memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan
setiap kali pasien datang untuk kontrol.
- Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan seetiap minggu sampai ditemukan
kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut.
- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan settiap bulan sampai ditemukan
kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut.
- Bila telah terjadi remisi spontan (kadaar beta HCG, pemeriksaan
fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien
tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil
kembali.
- Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan
pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis
maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

Komplikasi

Komplikasi mola hidatidosa meliputi :


- Perdarahan hebat
- Anemis
- Syok
- Infeksi
- Perforasi uterus
- Keganasan (PTG)

Perawatan

Lama perawatan pasien mola hidatidosa sekitar 7 hari apabila tidak ada
komplikasi berat.

Daftar Pustaka
______________
1. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin
dalam Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan.
Ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991.
339-354.
2. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri &
Ginekologi. Bag. 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.
3. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in :
Clinical Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993.
210-237.
4. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of
the Placenta and Fetal Membranes. in : William’s Obstetrics 18th ed.
Connecticut : Appleton & Lange. 1989. 540-553.
5. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan
Penyakit Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker
Indonesia. 1987. 11-40.

Anda mungkin juga menyukai