Anda di halaman 1dari 14

i

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Candidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida. Candida adalah
jamur dan pertama kali ditemukan pada tahun 1844 dari dahak seorang pasien tuberkulosis.
Seperti jamur lainnya, candida adalah organisme non-fotosintetik, eukariotik dengan dinding
sel yang terletak di luar membran plasma. Ada kompleks pori nuklir di dalam membran
nuklir. Membran plasma mengandung sejumlah besar sterol, biasanya ergosterol. Spesies
candida yang berbeda mempunyai karakteristik budaya makroskopik dan mikroskopis sama.
Mereka dapat memetabolisme glukosa di bawah kondisi aerobik dan anaerobik.
Pertumbuhan candida dipengaruhi oleh suhu yang lebih tinggi sekitar 37 ° C di host
potensial mereka yang mempengaruhi pertumbuhan pseudohyphae. Pertumbuhan filamen dan
ekstensi apikal filamen dan pembentukan cabang lateral terlihat dengan hifa, miselium dan
pembelahan sel tunggal dikaitkan dengan ragi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
infeksi dengan candida dikaitkan dengan variabel patogenik tertentu. Adhesi candida ke
dinding sel epitel, langkah penting dalam inisiasi infeksi, dipromosikan oleh komponen
dinding sel jamur tertentu seperti mannose, reseptor C3, mannoprotein dan sakarin.
Faktor lain yang terlibat adalah pembentukan tabung kuman, kehadiran miselia,
persistensi dalam sel epitel, endotoksin, induksi faktor nekrosis tumor dan proteinase.
Phenotypic switching merupakan kemampuan strain tertentu Candida albicans untuk berubah
menjadi fenotipe morfologi yang berbeda. Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi
patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering
ditemukan pada penderita AIDS.

2.2 Etiologi
Jamur Candida sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang
mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-
orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang
dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur
ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina
ibu ketika persalinan.

1
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh
semakin cepat.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1. Diabetes
2. Leukimia
3. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan
malnutrisi.
4. Pemakaian antibiotik
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik
membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga
pertumbuhan Candida tidak terkendali. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan
pasca pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-
paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

2.3 Manifestasi Klinis


Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan
sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit
dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan
mulut bayi dapat berdarah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut
yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri
(walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan
penyakit lain.
Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan
disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya
tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada
faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

2.4 Klasifikasi
1. Candida Esophagus
Faktor risiko :
Biasanya terjadi pada individu dengan sisem imun yang rendah (infeksi HIV, kanker, post
kemoterapi, diabetes yang tidak terkontrol, nutrisi inadekuat, penyakit kronis, obat, dan
alkoholik).
Klinis :

2
- Kesulitan menelan, nyeri telan, lesi oral
Pemeriksaan :
- Endoskopi dilakukan pada klien dengan gejala sulit menelan
- Swab lesi pada mulut untuk uji kultur jamur
Penatalaksanaan :
- Terapi Antifungal
2. Candida Sepsis
Faktor risiko :
- IV line
- Kateter urin
- Ventilasi berkepanjangan
- Antibiotik spectrum luas
- Imunosupresi
- IV nutrisi
Pemeriksaan :
- Kultur jamur dalam darah dan tes kerentanan
- IV line untuk kultur jamur
Penatalaksanaan :
- Jika candida sepsis berhubungan dengan IV line atau kateter urin, lepaskan
- Terapi antifungal
3. Candida Vaginitis
a. Acute albicans vulvovaginal candidiasis
Klinis :
- Gatal, nyeri, rasa tidak nyaman pada vagina dan vulva
- Cairan putih kental seperti keputihan
- Ruam merah pada bagian dalam dan luar vagina, menyebar luas ke daerah pubis, inguinal
dan paha.
Penatalaksanaan :
- Antifungal intravaginal
b. Non-albicans (atypical) vulvovaginal candidiasis
Klinis :
- Wanita postmenopause, sistem imun yang rendah yang lebih banyak diserang
- Mengurangi kerentanan terhadap topical azoles dan flukonazol oral
Penatalaksanaan :
- Nystatin lebih efektif digunakan untuk non-albicans
c. Recurrent Vulvovaginal Candidiasis
Faktor risiko :
- Frekuensi membersihkan vagina (mengurangi kenormalan flora vagina)
- Terapi antibiotik
- Estrogen terkandung dalam oral kontrasepsi pill dan terapi penggantian hormon
- Diabetes
- Imunosupresi
Penatalaksanaan :

3
- Induksi remisi gejala
4. Candidiasis Oral
Jenis :
- Pseudomembranous candidiasis (thrush)
- Erythematous candidiasis
- Hyperplastic candidiasis
Faktor risiko :
- Kurangnya oral hygiene
- Menggunakan gigi palsu
- Hipofungsi kelenjar saliva
- Diabetes tidak terkontrol
- Menggunakan antibiotic
- Inhalasi kortikosteroid untuk pengobatan pari-paru (asma)
- Imunosupresi
- Bayi baru lahir
- Kehamilan atau pill kontrasepsi
Klinis :
- Lesi putih seperti kanker mulut
- Nyeri, rasa terbakar
- Pecah, mengelupas pada sudut bibir atau mulut
Pemeriksaan :
- Swab untuk mikroskopi dan kultur jamur
- Biopsi untuk memastikan lesi putih
Penatalaksanaan :
- Rutin bersihkan gigi palsu dengan sikat gigi
- Rendam gigi palsu pada cairan cuka dua minggu sekali
5. Candiduria dan Candida Cystitis
Faktor risiko :
- Wanita tua dan wanita hamil berisiko tinggi
- Kontaminasi sampel urin
- Kolonisasi vaginal candida
- Kateter urin
- Penggunaan antibiotik
- Diabetes
- Obstruksi saluran kemih
- Tuberculosis saluran kemih
- Bagian diseminasi candidiasis
Klinis :
- Asimtomatik pada sebagian besar klien
- Gejala sama dengan bakteri cystitis
- Demam-infeksi bakteri atau diseminasi candidiasis
Pemeriksaan :
- MSU untuk mikroskopi dan kultur
Penatalaksanaan :
- Melepas kateter urin

4
- Mengatasi penyebab dan faktor risiko
- Terapi antifungal

2.5 Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus
besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

5
2.6 WOC Candidiasis

Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang tak


System imun turun
terkontrol, immunodefisiensi

Gangguan keseimbangan flora


Pertumbuhan jamur
normal di mulut (candida
yang tak terkontrol
albicans)

Sisa susu pada mulut bayi

Timbuk bercak putih


Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor
di mulut

Menyerang system imun Proses infeksi

Kandidiasis oral

Nyeri pada mulut MK: Perubahan


Nafsu makan turun Menggumpal menutup
persepsi sensori
permukaan lidah
pengecapan
Candida bermetastase
Menghambat implus

MK : Perubahan syaraf pengecap


Ke faring
Nutrisi Kurang dari
Nyeri pada faring Tidak dapat
Kebutuhan
mengecap rasa
Proses peradangan
Peningkatan hormon Gejala makin berat
Bercak kemerahan dengan
prostatglandin, bradikinin,
Suhu tubuh eksudat berwarna putih
histamin

MK : Hipertermi MK : Nyeri Akut

6
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Kasus
Anak A usia 20 bulan memiliki berat badan sebelum sakit 14 kg dan selama sakit
mengalami penurunan berat badan sebanyak 2 kg. anak dibawa ke rumah sakit dengan
keluhan panas, menangis terus, dan tidak mau minum. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
hasil di lidah ,palatum, dan ovula terdapat bercak putih. Suhu badan anak tersebut 38,7 oC,
tekanan darah 99/65 mm/Hg, dengan kecepatan nadi 112x/menit lalu RR 30x/menit.

1.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas Anak
Nama : An. A
Umur : 20 bulan
Jeniskelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 12 Mei 2018
Alamat : Surabaya
2. Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. P
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu : S.1
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
3. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama
Anak A menangis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut dan tubuhnya
yang panas).
b. Riwayat penyakit saat ini
Anak A menangis terus sejak kemarin, suhu tubuhnya meningkat, pada mulut terdapat
bercak putih serta tidak mau minum ASI.
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

7
Anak A tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
e. Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
f. Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 14 kg
BB saat sakit : 12 kg
g. Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : Toileting : anak lebih sering mengompol
Psikososial :Anak sering menangis

Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Suhu : 38,5oC
Nadi : 112x/menit
RR : 30 x/menit
Tekanan darah : 99/65 mmHg
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau minum
ASI.
B6 (bone) : normal

Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Kandidasis
 anak menangis
 ibu mengatakan
tubuh anak panas Proses infeksi

DO: T : 38,5oC Hipertermi


Pelepasan mediator inflamasi: bradikinin,
histamine, dan prostatglandin

Suhu tubuh meningkat


DS :anak menangis Kandidiasis Nyeri akut
DO:
 timbul bercak
putih pada mulut Timbul bercak putih
 anak terlihat
meringis
8
kesakitan Menggumpal menutup permukaan lidah

Gejala semakin memberat

Timbul bercak kemerahan dan mengandung


eksudat
DS: anak menangis Kandidiasis
DO:
 Anak tidak mau Kekurangan nutrisi
minum ASI, Nyeri pada mulut
kurang dari kebutuhan
 BB turun dari 14
kg menjadi 12 kg
Tidak nafsu makan

2. DiagnosaKeperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
b) Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna
merah dan mengandung eksudat
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan
3. Intervensi Keperawatan

Diagnose NOC NIC


Domain 11. Setelah dilakukan tindakan 1x24 Perawatan hipertermia
Keamanan/Perlindungan jam, diharapkan hipertermi (3786)
teratasi, dengan criteria hasil :
Kelas 6. Termoregulasi  Monitor tanda-tanda vital
Termoregulasi (0800)  Jauhkan pasien dari
Hipertermi sumber panas, pindahkan
berhubungan dengan  Hipertermi tidak ada (5) ke lingkungan yang lebih
proses infeksi (00007)  Peningkatan suhu kulit tidak ada
dingin
(5)  Longgarkan atau
 Sakit kepala tidak ada (5)
leparkan pakaian
 Berikan metode
Keparahan infeksi (0703)
pendinginan eksternal
 Monitor suhu tubuh
 Demam tidak ada (5)  Monitor adanya
 Kestabilan suhu normal (5)
komplikasi

Pengaturan suhu (3900)

 Monitor suhu minimal


9
setiap 2 jam sekali
 Monitor suhu dan warna
kulit
 Berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan
 Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
 Berikan medikasi yang
tepat untuk mencegah
atau mengontrol
menggigil
Domain 12. Setelah dilakukan tindakan Pemberian analgesic
Kenyamanan keperawatan selama 2x24 jam (2210)
diharapkan nyeri akut teratasi,
Kelas 1. Kenyamanan
dengan criteria hasil :  Tentukan lokasi,
Fisik karakteristik, kualitas dan
Control nyeri (1605) keparahan nyeri
Nyeri akut  Cek riwayat adanya
berhubungan dengan  Menggunakan analgesic yang alergi obat
proses infeksi yang direkomendasikan (5)  Monitor tanda-tanda vital

menghasilkan  Melaporkan perubahan terhadap seelum dan setelah

bentukan berwarna gejala nyeri pada professional memberikan analgesic


kesehatan (5)  Berikan analgesic sesuai
merah dan
 Melaporkan nyeri yang waktu paruhnya
mengandung eksudat  Lakukan tindakan-
terkontrol (5)
(00132) tindakan untuk
Tingkat nyeri (2102) menurunkan efek
samping analgesic
 Nyeri yang dilaporkan tidak ada
(5) Manajemen nyeri
 Mengerang dan mengangis
tidak ada (5)  Observasi adanya
 Ekspresi nyeri wajah tidak ada
petunjuk nonverbal
(5)
mengenai
ketidaknyamanan
Tingkat ketidaknyamanan
 Pastikan perawatan
(2109)
10
 Nyeri tidak ada (5) analgesik bagi pasien
 Cemas tidak ada (5) dilakukan dengan
 Meringis tidak ada (5)
 Ketegangan wajah tidak ada (5) pemantauan secara ketat
 tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien
 berikan informasi
mengenai nyeri
 kendalikan factor
lingkungan yang dapat
memerngaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
Domain 2. Nutrisi Setalah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1100)
keperawatan 1x24 jam,
ketidakseimbangan nutrisi dapat  Tentukan status gizi
Kelas 1. Makan

teratasi, dengan criteria hasil : pasien


Ketidakseimbangan  identifikasi adanya alergi
nutrisi kurang dari atau intoleransi makanan
Status nutrisi bayi (1020)
kebutuhan yang dimiliki pasien
berhubungan dengan  Intake nutrisi adekuat (5)  ciptakan lingkungan

penurunan nafsu  Intake makanan lewat selang yang optimal pada saat

makan (00002) adekuat (5) mengkonsumsi amkanan


 Perbandingan berat / tinggi  lakukan atau bantu
adekuat (5) pasien terkait dengan
perawatan mulut seblum
Kesehatan mulut (1100)
makan
 beri obat-obatan sebelum
 Kebersihan mulut tidak
makan
terganggu (5)
 Kebersihan lidah tidak
Manajemen gangguan
terganggu (5)
makan
 Kelembaban bibir tidak
terganggu (5)
 Kolaborasi dengan tim
 Kelembababn mukosa mulut
kesehatan lain untuk
dan lidah tidak terganggu (5)
mengembangakna
rencana perawatan
11
dengan melibatkan klien
daan orang-orang
terdekat
 Monitor asupan/intake
dan asupan cairan secara
tepat
 Monitor tanda-tanda
fisiologis

Perawatan bayi

 Monitor berat dan


panjang bayi
 Monitor intake dan
output
 Informasikan kepada
orang tua mengenai
kondisi bayi
 Monitor bayi terkait
dengan adanya tanda-
tanda nyeri

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Leni Ervina, Dahler Bahrun, Hertanti Indah Lestari. 2015. Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik
pada Anak. E-Journal UNSRI : MKS, Th. 47, No. 2, April 2015.
https://ejournal.unsri.ac.id. Diakses pada 9 Oktober 2018
Salwani, D. (2016). Malnurtisi Pada Gagal Ginjal Kronik.
Suyatni. 2017. “Efektivitas Bladder Training Kegel Exercise terhadap Inkontinensia Urine
pada Wanita Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Banyumas Jawa
Tengah”. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
http://repository.ump.ac.id (Diakses pada 9 Oktober 2018)
Tena, Heribertus Agustinus Bilo. 2017. “Pengaruh Penundaan Sampel Urin pH Alkali
Metode Konvensional terhadap Unsur Organik Sedimen Urin”.. Undergraduate
thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang. http://repository.unimus.ac.id
(Diakses pada 9 Oktober 2018)
Jaya, Hendri Tanu., Sudung Pardede. (2014). “Nutrisi pada Anak dengan Penyakit Gagal
Ginjal Kronik”. CDK-213. Volume 41 No. 2. Diakses di
http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_213Nutrisi%20pada%20Anak%20dengan
%20Penyakit%20Ginjal%20Kronik.pdf pada 10 Oktober 2018
Pardede, Sudung., Swanty Chunnaedy. (2009). “Penyakit Ginjal Kronik Pada Anak”. Sari
Pediatric. Vol 11 No.3
Krisnana, Ilya., dkk. (2018). “Buku Ajar Keperawatan Anak 2”. Surabaya : Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga

13

Anda mungkin juga menyukai