Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

FAKULTAS EKONOMI

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN


PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

Disusun Oleh :
Nama Nim
Rasyadhiar Rachman 120462201169
Muh. Arifin 120462201007
Fitri Rahmadini 120462201019
Marita Indah Sari Pratama 120462201006

TANJUNGPINANG

2015
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

KATA PENGANTAR

Kembali sejenak kita aturkan puji dan syukur kepada Allah yang Maha
Mulia, pengasih dan penyayang yang tidak pernah tidur ataupun ditidurkan
sehingga membuat-Nya lupa kepada mahluk ciptaan-Nya. Dialah yang telah
menakdirkan kita hidup di dunia dan alhamdulilah atas izin dan karunia-Nyalah
akhirnya makalah ilmiah yang berjudul “Aspek Keperilakuan Pada Pengambilan
Keputusan dan Para Pengambil Keputusan” bisa terselesaikan guna
menyelesaikan tugas perkuliahan Akuntansi Keperilakuan. Penulis menyadari
tidak luput dari kesulitan hambatan dan tantangan, untuk itu kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, Hak ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang
ada pada diri penulis. Sehingga kami mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun sehingga ada perbaikan dan kebaikan yang bisa di petik
secara bersama dari penulisan ini.
Dalam mewujudkan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan dan dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnyalah apabila pada
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan sedalam-
dalamnya kepada:
1. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan support kepada kami serta
doa-doanya yang tidak pernah putus kepada kami.
2. Tim kelompok penyusun yang telah bekerjasama.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Tanjungpinang, 29 April 2015

Penyusun
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan Dan Manfaat ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1. Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambi
Keputusan ................................................................................................................ 5
2.1.1. Pengertian Keperilakuan dan Pengambilan Keputusan ......................... 5
2.1.2. Pengambilan keputusan ........................................................................ 5
2.1.3. Para Pengambil Keputusan .................................................................... 9
2.1.4. Contoh Kasus dilema pada Aspek Keperilakuan pada Pengambilan
Keputusan dan Para Pengambi Keputusan. ................................................... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19
3.1. Simpulan ................................................................................................. 19
3.2. Rekomendasi .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi
keperilakuan, yaitu: Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajerial, Penganggaran
dan Perencanaan, Pengambilan Keputusan, Pengendalian, dan Pelaporan
Keuangan. Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai
akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan
mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas
mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya
dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan
praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan
aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat
akan bidang riset ini. Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari
ilmu keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi keperilakuan
dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam organisasi. Dengan
demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan
lagi.

Pendekatan Normatif ke Deskriptif Pada awal perkembangannya, desain


riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai
riset tersebut masih bersifat normatif. Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan
risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami
perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan
desain sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih
bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan universal ke pendekatan kontijensi Riset keperilakuan pada
awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach), seperti
riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain
yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

kontinjensi (contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan


pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai
variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan sistem
pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang
mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor


eksternal lainnya. 2.Teknologi dan saling ketergantungan (technology and
interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya. 3. Industri,
perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan. 4. Strategi kompetitif (competitive strategy)
seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan. 5.Faktor-faktor yang dapat
diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi
dan lainnya Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel
kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap
hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaiamanakah aspek keperilakuan pada pengambilan keputusan dan


para pengambi keputusan ?

1.3. Tujuan Dan Manfaat


1.3.1. Tujuan
Untuk menyajikan dan menggambarkan aspek keperilakuan pada
pengambilan keputusan dan para pengambi keputusan
1.3.2. Manfaat
1. Menambah wawasan bagi penulis
2. Sebagai bahan bacaan terangkum dan sistematis
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambi


Keputusan

2.1.1. Pengertian Keperilakuan dan Pengambilan Keputusan


Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya,
reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :
1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)
2) dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk
berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan
refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Untuk
lebih dipahami berikut pengertian prilaku menurut para ahli dalam :
Soekidjo Notoatmodjo, (1987) Segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup. Kemudian menurut Robert Y. Kwick,
(1972), Tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dipelajari.
Sedangkan pengertian keputusan menurut para ahli sebagaiamana
dalam jurnal Rolasmana, (2013) sebagai berikut:
George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Kemudian S.P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

2.1.2. Pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit karena
berkaitan dengan ketidak-pastian masa depan dan konflik nilai-nilai atau
hasil tujuan yang ingin dicapai. Menurut James A.F. Stoner, keputusan
adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung
tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;
(2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan
(3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tersebut. Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh
pemahaman bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu


alternatif dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan merupakan
suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama
didalam organisasi. Ayun Sriatmi menyimpulkan dalam materi kuliah
akuntansi keperilakuan, pengambilan keputusan (dicision making)
merupakan:
1. Merupakan suatu proses dengan langkah-langkah tertentu
2. Dilakukan sebagai upaya mengatasi suatu masalah atau memecahkan
suatu permasalahan
3. Adalah proses menentukan satu pilihan alternatif
4. Hanya dilakukan satu kali saja
5. Mengandung suatu Resiko

Sedangkan tujuan dari pengambilan keputusan menurutnya adalah

1. Untuk pencapaian tujuan organisasi secara lancar, mudah dan efesien


2. Pemecahan masalah atas kendala yang dihadapi organisasi (yang
seringkali bersifat kontradiktif).
Faktor penting dalam proses pengambilan keputusan
a. Keadaan internal organisasi
b. Tersedianya informasi yang diperlukan
c. Keadaan ekternal organisasi
d. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan

a. Langkah-langkah pengambilan keputusan:


Ada beberapa langkah secara umum proses pengambilan keputusan,
diantarannya:
1) Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang
dirasakan, atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan
mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.
2) Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas
konsekuensinya.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk


program alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka
dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif praktis sebanyak mungkin
diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat
masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih
pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin
akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan
diperpanjang. Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang
praktis didiefinisikan dan dievaluasi.
3) Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan
adalah memilih salah satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah
ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhir sering
didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dari pada fakta
ekonomi.
4) Penerapan dan tindak lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada
efisiensi penerapannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika
individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber daya organisasi
yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang,
orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya
bekerja.
b. Motif Kesadaran dalam pengambilan keputusan

Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang


untuk bertindak melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat
kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :

1) Keinginan akan kestabilan atau kepastian.


Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk
memprediksikan ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

membuat bagian-bagian dari konsep yang cocok satu sama lain secara
konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar
untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
ketidakpastian informasi.
2) Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan
eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk
mencari data baru dari ingatan atau lingkungan, kemudian
menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Selain itu, faktor
yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam teori
keputusan secara matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian.
Kepastian didapat ketika semua akibat dari suatu alternatif keputusan
tidak diketahui. Risiko dapat terjadi ketika seseorang menentukan suatu
pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Ketidakpastian timbul ketika
seseorang tidak dapat menentukan kemungkinan konseuensi yang timbul
dari tindakan yang dilakukannya.
c. Model-model Pengambilan keputusan:
1. Model Perilaku Pengambilan keputusan
a. Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik
dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan
keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum.
b. Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon
dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi
tetapi cukup keuntungan yang memuaskan.
c. Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana
perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu
bergerak bebas mengambil keputusan
d. Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model
ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam
pengambilan keputusan
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

e. Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills


menekankan pada sifat kompetitif
f. Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana
menurutnya orang seringb tidak rasional dalam mengambil
keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.

2. Model Preskriptif dan Deskriptif

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model


pengambilan keputusan, yaitu:

a. Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana
kelompok seharusnya mengambil keputusan
b. Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil
keputusan tertentu

Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal


sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.

2.1.3. Para Pengambil Keputusan


a. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai pengambil Keputusan

Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih


kepastian untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas
manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah
memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses
informasi yang tersedia secara berurutan. Pengambilan keputusan yang
rasional batas individu bervariasi sesuai dengan:

1. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua


alternatif yang mungkin dan konsekuensinya.
2. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

yang selalu unggul karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari
satu pendekatan dapat menyebabkan hasil yang dapat diterima.
3. Struktur nilai mereka yang berubah.
4. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" dari pada untuk
melakukan optimalisasi
a) Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru dan Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang
menarik dalam strategi dan pendekatan yang digunakan serta data
spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika
mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau
informasi keuangan lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data
tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa
yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu.
b) Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan
Keputusan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara
gaya kognitif mengacu pada cara atau metode dimana seseorang
menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi.
Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode
yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan
memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan,
kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi
(menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

b. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah


a) Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana
tekanan untuk mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok
individual untuk mempresantasikan ide atau pandangan yang tidak
populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
b) Penomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merupakan produk
sampingan dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang
lebih memilih alternatif yang lebih agresif berisiko dibandingkan
dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
c) Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-
anggota kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan
kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat pada umumnya
lebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan
dengan kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan
kurangnya semangat kerja sesama anggota nya.

c. Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan


Cybert dan March menggambarkan empat konsep dasar
relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis, yaitu :
a. Resolusi Semu dari Konflik
Suatu organisasi adalah koalisi dari individu-individu dengan
tujuan yang berbeda yang sering menimbulkan konflik, karena
mengambil keputusan melibatkan pemilihan atas satu alternative
yang sesuai dengan tujuan dan harapan secara keseluruhan.
b. Menghindari Ketidakpastian
Pada saat mengambil keputusan, organisasi secara terus-menerus
akan dihantui oleh ketidakpastian dalam lingkungan internal dan
eksternal.
c. Perencanaan Masalah
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Perencanaan masalah merupakan proses menemukan suatu solusi


atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi
terhadap peluang.
d. Pembelajaran Organisasi
Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti
individu, organisasi memperlihatkan perilaku adiktif dari
karyawannya dengan belajar untuk mengurus bagian tertentu dari
lingkungan tersebut.
d. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengaruhi kejadian
atau tindakan masa depan. Sedangkan informasi akuntansi
memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak dengan
sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal
itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian
masa depan beserta konsekuensinya ditentukan. Karena pengambilan
keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada
periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh
fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.
1. Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan
masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran
standar anggaran atau memlalui informasi kepada manajer bahwa
mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya. Ketika informasi akuntansi digunakan
sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi tersebut juga
digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang
dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan lebih lanjut.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

2. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan

Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan


akhir sangat bervariasi. Hal itu bergantung pada sampai sejauh
mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian yang
mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan
biaya masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan
pertama terhadap permintaan masa depan untuk produk yang di
jual pada masa lalu. Dua elemen lainnya yang mempengaruhi
keyakinan yang diberikan pada informasi akuntansi adalah
permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit
persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih
banyak bergantung pada data biaya yang disediakan oleh sistem
akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan
akan suatu keputusan, maka semakin besar pendekatan yang
diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia. Informasi
akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan
jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan
konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya
mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan
operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan
lebih memilih informasi eksternal jika informasi tersebut langsung
tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data
akuntansi yang dikembangkan secara internal.

3. Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi

Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model


pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan dapat
menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dimana dampak dari
kejadian ekonomi dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa
kepura-puraan akan kesempurnaan. Para pengambil keputusan
memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna”
dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan
berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan
inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat
dihindari.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau


sanksi dikaitkan dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer
berharap untuk dipromosikan jika ia dapat mengurangi biaya, maka
manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak. Tingkat
pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis
pengambil keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil
keputusan ke dalam tiga kelompok :

1. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil


keputusan mengenai operasi dan sistem akuntansi digunakan
untuk menyusun laporan.

2. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat


membuat keputusan mengenai operasi saja.

3. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat


keputusan mengenai perusahaan tersebut yang dapat
mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak
memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.

Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan


mengenai bagaimana para pengambil keputusan menyesuaikan
terhadap perubahan dalam metode dan terminologi akuntansi.
Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan
tingkat penyesuaian, yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.

1. Umpan balik

Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk


menyesuaikan aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu,
maka pengambil keputusan harus menerima informasi menerima
informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan
balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika
seseorang mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin
akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka
kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama
sekali.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

2. Fiksasi Fungsional

Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang


mengimplikasikan ketidakmampuan di pihak pengguna
informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik
label yang diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka
menerima suatu pendekatan pengukuran akuntansi sebagai alat
untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka
perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan
dalam metode akuntansi yang digunakan. Sebagai suatu atribut
dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun
tidak pernah tidak ada sama sekali.

2.1.4. Contoh Kasus dilema pada Aspek Keperilakuan pada Pengambilan


Keputusan dan Para Pengambi Keputusan.

Sri Mulyani, Tertipu atau Terlibat ? by Bambang Soesatyo, Anggota Timwas


Century DPR

Sejak awal kasus Bank Century mengemuka, nama Sri Mulyani


Indrawati (SMI) sudah kerap disebut-sebut. Sri Mulyani kala itu menjabat
Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan
(KSSK). Yang terakhir disebut itu adalah nama sebuah lembaga yang
dibentuk atas dasar Perppu nomor 4 tahun 2008 tentang Jaring Pengaman
Sistem Keuangan (JPSK). Jadi, KSSK dibentuk untuk mencapai tujuan
JPSK. Ceritanya, Perppu JPSK disiapkan sebagai antisipasi, kalau-kalau
krisis subprime mortage dari Amerika Serikat, waktu itu, menjalar ke
Indonesia. Tapi KSSK ini agak aneh. Isinya cuma dua orang: Menteri
Keuangan sebagai ketua dan Gubernur BI sebagai anggota. Dan sepanjang
usianya, tindakan KSSK yang paling fenomenal hanya satu: memberi
bailout bagi Bank Century. Seakan-akan, KSSK ini memang hanya
dibentuk untuk tujuan itu.

Sebagai Ketua KSSK, Sri Mulyani mengambil keputusan


penyelamatan Bank Century pada 21 November 2008 dalam sebuah rapat
menentukan di Departemen Keuangan. Rapat berlangsung dari Kamis
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

malam pukul 23.00 WIB hingga Jumat pagi, pukul 06.00 WIB. Jika
mengacu kronologi dalam audit BPK, rapat konsultasi KSSK pada 20
November dimulai dengan rapat konsultasi KSSK pada pukul 23.00 WIB.
Rapat konsultasi diawali dengan presentasi BI yang menguraikan Bank
Century sebagai Bank Gagal dan analisis dampak sistemik. Setelah rapat
konsultasi, dilanjutkan dengan rapat KSSK pada 21 November 2008 pukul
04.25-06.00. Rapat dihadiri oleh Menkeu Sri Mulyani, Gubernur BI
Boediono dan sekretaris KSSK Raden Pardede yang memutuskan Bank
Century sebagai Bank gagal yang berdampak sistemik dan menetapkan
penanganan Bank Century kepada LPS.

Begitulah, Perppu 4/2008 menjadi landasan hukum bagi keputusan


KSSK dalam mem-bail out Bank Century. Presiden melansir Perppu ini
pada media pada Oktober 2008. Namun, dalam Paripurna DPR 18
desember 2008, Perppu ini ditolak DPR. Anehnya, pemerintah
menyatakan Perppu itu masih berlaku hingga Rapat Paripurna DPR pada
29 September 2009, ketika paripurna menyatakan menolak RUU JPSK.
Padahal, konstitusi menyatakan, peraturan pemerintah itu harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
Jika tidak mendapat persetujuan, maka perppu itu dianggap batal.-

Berdasarkan notulen Rapat Konsultasi di KSSK pada 21 November


2008, diketahui bahwa para pejabat BI yang bersikeras menyatakan Bank
Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik—yang artinya perlu
ditolong oleh KSSK melalui LPS. Peserta rapat lainnya pada umumnya
mempertanyakan, bahkan tidak setuju terhadap argumentasi dan analisis
BI yang menyatakan bahwa Bank Century ditengarai berdampak sistemik.
Darmin Nasution, Komisioner LPS, menyatakan bahwa analisis dampak
sistemik dari BI sangat tidak terukur dan lebih banyak aspek
psikologisnya. Sebab, perlu justifikasi yang lebih terukur untuk
menentukan apakah Bank Century berdampak sistemik atau tidak. Anggito
Abimanyu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Kuangan,
sependapat dengan Darmin. Menurut Anggito, belum cukup keyakinan
untuk mengambil kesimpulan bahwa itu adalah kondisi sistemik. Fuad
Rahmany, Ketua Bapepam LK, bahkan menegaskan, kalau dari sisi pasar
modal, kegagalan Bank Century jelas tidak sistemik. Dampak di pasar
modal tidak akan ada.-

Setelah itu, diadakan rapat tertutup KSSK pada tanggal 21


November 2008 pukul 04.25 WIB hingga 06.00 WIB, yang dihadiri oleh
Menteri Keuangan (selaku Ketua KSSK), Gubernur BI (selaku anggota
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

KSSK), dan Sekretaris KSSK (Raden Pardede). Rapat tersebut


memutuskan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik
dan menetapkan penanganan Bank Century kepada LPS. Dalam rapat itu,
muncul pernyataan bahwa untuk membuat CAR Bank Century pulih
menjadi 8%, diperlukan dana Rp 632 miliar. Keputusan KSSK
ditindaklanjuti dengan Rapat Komite Koordinasi (KK) pada tanggal 21
November 2008 pukul 05.30 WIB yang dihadiri oleh Menteri Keuangan
selaku Ketua KK, Gubernur BI, dan Ketua Dewan Komisioner (DK) LPS
masing-masing sebagai anggota KK. Rapat memutuskan: (1) Menyerahkan
penanganan Bank Century yang merupakan bank gagal yang berdampak
sistemik kepada LPS; (2) Penanganan bank gagal tersebut dilakukan
dengan UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS. BPK tegas-tegas menyatakan
bahwa proses pengambilan keputusan KSSK yang menetapkan Bank
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik tidak dilakukan
berdasarkan data kondisi bank yang lengkap dan mutakhir, serta tidak
berdasarkan kriteria yang terukur.- BPK juga berkesimpulan, pada saat
penyerahan Bank Century dari Komite Koordinasi (KK) kepada LPS
tanggal 21 November 2008, kelembagaan KK belum pernah dibentuk
berdasarkan undang-undang. Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang JPSK tidak
mengatur pembentukan KK, namun mengatur pembentukan dan tugas
KSSK. Perppu itu juga tak mengatur hubungan kerja antara KK dan
KSSK.-

Sehingga pada analisis kasusu ini mengambarkan Sri Mulyani


sebagai pemangku keputusan saat itu harus memutusakan seolah-olah
dalam tekanan dan menjadi pertanyaan publik apakah Ia terlibat dalam
sebuah persekongkolan yang besar itu atau hanya di jebak dalam sebuah
keputsan-keputusan yang tidak ia ketauhui terkait Perppu nomor 4 tahun
2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan karena ia Sri Mulyani
kala itu menjabat Menteri Keuangan atau memang terlibat karena Ia
menjabat Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Memang belum ada pembuktian hukum oleh KPK atas keterlibatan


ketua dan anggota KSSK. Baru pada awal Mei 2013, KPK memeriksa Sri
Mulyani, yang sudah menjabat Direktur Eksekutif Bank Dunia dan
berkedudukan di Washington DC, Amerika Serikat. Tim penyidik KPK
berangkat ke Amerika Serikat dan tiba di Washington DC pada Selasa, 23
April 2013. Tim yang akan melakukan pemeriksaan terdiri dari tiga orang,
satu sebagai Kepala Satgas Penyidik, dan dua orang lainnya sebagai
anggota. Pada minggu kedua Mei 2013, KPK menyatakan sudah bisa
mendapatkan informasi baru terkait bailout Bank Century setelah
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

memeriksa Sri Mulyani Idrawati dan mantan Direktur Direktorat


Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Wimboh Santoso. Keduanya
diperiksa di Kedutaan Besar RI di Washinton DC, Amerika Serikat.
Banyak informasi dan data baru yang diharapkan dapat memberikan titik
terang untuk kasus Century. Hingga beberapa pekan sejak dilakukannya
pemeriksaan Sri Mulyani di Amerika Serikat, tak banyak informasi yang
diberikan KPK, seputar kelanjutan kasus bailout Bank Century. Namun,
pada akhir Mei 2013, Ketua KPK Abraham Samad kembali menegaskan
telah mendapatkan hasil positif dari pemeriksaan Sri Mulyani Indrawati.
"Keterangan itu baru kita dapatkan dan itu tidak pernah disampaikan
sebelumnya oleh beliau," ujar Ketua KPK, Abraham Samad, ketika
beribincang dengan wartawan dalam acara Lokakarya Jurnalistik
Antikorupsi di Citarik, Sukabumi. Keterangan Sri Mulyani ini, dikatakan
Abraham, sempat membuat kaget tim pemeriksa. Ini, dikatakan Abraham
sangat membantu penyidikan perkara aliran dana talangan untuk Bank
Century itu. Abaraham masih tidak merinci soal keterangan baru yang
dimaksudnya itu. Namun, kabarnya keterangan yang diberikan oleh Sri
Mulyani juga menyangkut dugaan keterlibatan seorang tokoh utama.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan penjelasan makalah diproleh Pengertian perilaku
dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap,
dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek,
baik fisik maupun non fisik. Sedangkan pengertian keputusan menurut
para ahli sebagaiamana dalam jurnal Rolasmana, (2013) sebagai berikut:
George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Kemudian S.P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu
yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu
makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Untuk memahami aspek
keperilakuan dalam pengambilan keputusan maka dibahas secara rinci di
dalam Pengambilan keputusan, Para Pengambil Keputusan dan contoh
Kasus dilema pada Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan
Para Pengambi Keputusan.

3.2. Rekomendasi
1. Dalama pembahasan makalah ini dibutuhkan penjelasan lebih rinci
tentang bagaiamana contoh delima yang kongrit menggambarkan
tentang Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para
Pengambi Keputusan.
2. Dibutuhkan jurnal-jurnal ilmiah dan buku yang dapat di jadikan
panduan yang dapat di jadikan sebagai panduan dalam penyusunan
makalah yang lebih terstruktur
3. Diharapkan ada bimbingan dari pakar atau dosen agar penyusunan
makalah ini bisa lebih baik
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/5787/1/Pengambilan_Keputusan_-
_AYUN_SRIATMI.pdf

http://keuanganlsm.com/aspek-aspek-penting-dalam-akuntansi-
keperilakuan/#sthash.tEhl6jRP.dpuf

http://id.scribd.com/doc/134445068/Rangkuman-Aspek-Keperilakuan-Dalam-
Penilaian-Kinerja#scribd

http://mohamad-khaidir.blogspot.com/2013/07/makalah-akuntansi-
keperilakuan.html

https://www.academia.edu/8268924/Cover_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_
PENGAMBILAN_KEPUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN

http://www.antaranews.com/berita/432285/sri-mulyani-tegaskan-century-bank-
gagal-berdampak-sistemik

Anda mungkin juga menyukai