Anda di halaman 1dari 53

Perawatan

Maloklusi Klas III


Ananta H. Pitaloka
Maloklusi Klas III
• Persentase kecil dibandingkan maloklusi yang lain,
tetapi banyak variasi
• Maloklusi paling mudah dikenali, tetapi biasanya
paling susah untuk dirawat
• Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar
Klas III dengan cusp mesiobuccal dari molar
permanen pertama maksila beroklusi pada
interdental antara molar pertama dan molar
kedua mandibula.
1. True class III
2. Pseudo class III
3. Klas III Subdivisi
True Class III

Maloklusi ini merupakan maloklusi skeletal Klas


III yang dipengaruhi genetik, dapat disebabkan
karena :
– Mandibula yang sangat besar.
– Mandibula yang terletak lebih ke depan.
– Maksila yang lebih kecil daripada normal.
– Maksila yang retroposisi.
– Kombinasi penyebab diatas.
Pseudo Class III
• Tipe maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke
depan dari mandibula ketika rahang menutup,
karenanya maloklusi ini juga disebut dengan
maloklusi ‘habitual’ Klas III.
• Beberapa penyebab terjadinya maloklusi Klas III
adalah :
1. Adanya premature kontak yang menyebabkan mandibula
bergerak ke depan.
2. Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior dini, anak
cenderung menggerakkan mandibula ke depan untuk
mendapatkan kontak pada regio anterior.
Klas III Subdivisi

• Merupakan kondisi yang memiliki karakteristik


hubungan molar Klas III pada satu sisi dan
hubungan molar Klas I di sisi lain.
Klasifikasi Dewey untuk Klas III

• Tipe 1: Lengkung gigi atas dan bawah jika dilihat


secara terpisah berada dalam alignment yang
normal. Tetapi jika lengkung gigi dibuat beroklusi
pasien menunjukkan alignment insisivus edge to
edge, menunjukkan lengkung gigi mandibula
bergerak ke depan.
• Tipe 2 : Insisivus mandibula berjejal dan berada
dalam hubungan lingual terhadap insisivus maksila.
• Tipe 3 : Insisivus maksila berjejal dan dalam posisi
crossbite terhadap anterior mandibula.
Clinical Overview

1. Pola skeletal mempunyai berbagai jenis


relasi dengan berbagai penampakan klinik
dan harus dilihat dari 3 bidang.
a. Maksila retrognati, mandibula prognati
b. Maksila normal, mandibula prognati
c. Maksila retrognati, mandibula normal
2. Crossbite Incisivus
• Prinsip gambaran maloklusi klas III adalah adanya
satu atau beberapa gigi insisivus yang crossbite.
• Meskipun kelihatannya pola skeletal adalah normal
tetapi nampak bahwa satu atau beberapa gigi
insisivus beroklusi ke lingual.
• Pada diskrepansi skeletal yang parah biasanya
terlihat adanya gigi anterior yang crossbite
3. Overbite gigi insisivus
• Kedalaman gigi insisivus yang crossbite
menunjukkan adanya derajat overbite.
• Besarnya overbite ini menggambarkan faktor
skeletal vertikal yang akan mempengaruhi
stabilitas dan prognosis
4. Inklinasi Incisivus
• Keadaan ini dapat terjadi pada kedua rahang.
• Jika pola skeletal adalah klas I gigi insisivus yang
crossbite berkembang sebagai akibat dari inklinasi
insisivus.
• Jika pola skeletal klas III insisivus akan crossbite
meskipun gigi inklinasi normal.
• Pada beberapa kasus dengan pola skeletal klas
III, crossbite muncul karena akibat dari
kombinasi kedua faktor tersebut.
• Dari waktu ke waktu gigi insisivus lateral atas
dapat bergerak bodily kearah palatum.
5. Displacement mandibula
– Jika insisivus crossbite dengan positif overbite sering
menyebabkan pasien beroklusi dengan posisi insisivus
edge to edge, sedangkan gigi posterior tidak
beroklusi.
– Dengan maksud untuk mencapai oklusi posterior yang
diharapkan, pasien akan menggerakkan mandibulanya
ke depan.
– Hal ini menimbulkan kebiasaan yang ditunjukkan
dengan diskrepansi anteroposterior yang tidak parah.
• Jika gigi insisivus tidak berkontak maka tidak akan
terjadi pergerakan mandibula.
• Situasi ini akan dijumpai jika tidak ada overbite atau
karena adanya diskrepansi anteroposterior yang
mencegah terjadinya kontak insisivus.
6. Buccal crossbite
• Maloklusi klas III dengan diskrepansi pada
basis dental seperti kurang harmonisnya
panjang dan lebar lengkung
• Crossbite pada segmen bukal sering dijumpai.
• Dapat terjadi bersama dengan displacement
dari mandibula, atau terjadi bilateral tanpa
displacement
7. Crowding lengkung atas
Hal ini sering terjadi, menggambarkan basis /
lengkung rahang atas yang kecil
8. Crowding lengkung bawah
• Secara alami maloklusi klas III dengan
crowding pada rahang bawah relatif jarang
terjadi.
• Terutama terjadi pada kasus parah dengan
lengkung bawah yang lebih besar dari
lengkung atas.
9. Efek pertumbuhan
• Pasien yang tumbuh dengan maloklusi klas III
harus mendapatkan perhatian.
• Crossbite insisivus pada skeletal yang normal
harus dirawat sejak gigi bercampur.
• Maloklusi yang lebih parah harus dilihat
sesudah pubertal growth spurt dan sesudah
gigi permanen erupsi.
Berbagai Variasi
Maloklusi Klas III

1. Hubungan insisivus klas III pada pola


skeletal I
Kasus umum terjadi dengan oklusi lingual pada satu
atau dua insisivus atas yang nampak seperti
maloklusi klas I
2. Hubungan klas III insisivus pada pola skeletal III
• Nampak beberapa gigi crossbite lingual dan
tergantung pada pola skeletal alami faktor lain
seperti displacement mandibula, inklinasi insisivus
atau besarnya overbite.
• Lengkung bawah yang besar berarti bahwa crowding
biasanya tidak akan terjadi
3. Hubungan insisivus klas III dengan overbite yang
kecil.
• Jika tidak ada overbite, atau ada anterior open bite
maka tak akan terjadi mandibular displacement
untuk mengubah dan tak ada kemungkinan untuk
membuat overbite dengan menggerakkan insisivus
atas lebih kedepan.
4. Maloklusi klas III yang parah
• Beberapa maloklusi akibat kompleksitas gigi yang
tidak teratur atau keparahan pola skeletal akan
membutuhkan perawatan pendahuluan dengan alat
removable, dilanjutkan dengan alat cekat, kadang
disertai dengan kombinasi surgery.
Perawatan maloklusi pada kasus skeletal tanpa surgery
 camouflage treatment
Cara mengoreksi hubungan
incisivus kelas III
1. Gigi insisivus atas digerakkan ke labial
2. Kombinasi proklinasi insisivus atas dan
retroklinasi insisivus bawah
3. Surgery skeletal disertai atau tanpa
perawatan ortodontik.
• Kemungkinan pasien dapat menggunakan alat
removable atas dan bawah pada waktu yang sama
sehingga gerakan resiprokal insisivus dapat
dilakukan.
• Kebanyakan kasus harus dirujuk ke ortodontis untuk
penggunaan alat cekat dengan keuntungan dapat
menggunakan traksi klas III.
• Alat removable hanya efektif pada kasus yang
memerlukan proklinasi insisivus atas saja.
Cara mengoreksi overbite

• Overbite yang positif akan membuat stabil


insisivus atas setelah crossbite terkoreksi
sehingga perawatan dapat diselesaikan
dengan insisal overlap yang cukup baik.
• Alat removable menyebabkan gerakan tilting
pada gigi incisivus, diharapkan dapat
membentuk overbite yang sesuai
• Pada deep overbite, gigi kemungkinan
berakhir dengan overbite yang normal setelah
perawatan.
• Sedangkan jika awalnya overbite mendekati
normal, maka akan berkurang, atau bahkan
menjadi kecil setelah perawatan.
Kasus yang ideal dirawat
dengan alat removable

1. Diskrepansi skeletal minimal


2. Bergeraknya mandibula ke depan
dikarenakan relasi insisivus. Pasien mampu
menggerakkan gigi menjadi edge to edge
3. Lengkung atas dan bawah teratur baik
RENCANA PERAWATAN

CROWDING
• Jika insisivus bergerak ke depan akan
menambah radius lengkung sehingga
menghasilkan ruang tambahan.
• Ruang tambahan ini akan sangat membantu
pengaturan gigi-gigi.
Gerakan ke distal dari gigi-gigi bukal
• Jika proklinasi akan menghasilkan ruang yang cukup,
maka gerakan ke distal dari gigi bukal bisa
diharapkan.
• Alat yang memungkinkan gigi anterior bergerak ke
depan akan juga menggerakkan gigi bukal ke distal.
• Alat dengan screw akan membuat gigi insisivus atas
ke depan, jika gigi kaninus teratur baik
• Tetapi jika kaninus terletak di sebelah bukal
maka screw bilateral akan mengakibatkan gigi
gigi bukal ke distal supaya membuat insisivus
ke depan.
• Pada contoh ini digunakan gaya ekstra oral
yang menguntungkan untuk perawatan klas
III.
• Head gear yang diaplikasikan pada tube pada
molar clasp akan membantu gerakan ke distal
dari gigi posterior.
• Aktivasi screw akan mempertahankan
insisivus pada posisi ke depan.
• Kadang-kadang ekstraksi molar dua
diperlukan untuk menghasilkan gerakan ini.
EKSTRAKSI
• Jika crowding sangat parah maka diperlukan ekstraksi dari
gigi premolar.
• Kadang perlu menggerakkan gigi yang lain selain gigi
insisivus.
• Sebagai contoh , kaninus dapat digerakkan ke distal.
KOREKSI INCISIVUS
Jika ruangan tersedia , hubungan insisivus dapat
segera dikoreksi dengan alat removable atas
untuk menggerakkan gigi ke depan
DESAIN BASEPLATE

• Secara normal tidak perlu menambah bite plane


pada bagian posterior untuk membentuk relief
bagian insisal selama koreksi  memanfaatkan free
way space
• Pada kebanyakan kasus gerakan gigi dimungkinkan
karena displacement dari mandibula ke depan
sampai pasien dapat menghindari kontak edge to
edge dan membawa mandibula ke oklusi dengan
gerakan kondilus.
• Base plate yang sederhana cukup digunakan,
walaupun pada beberapa kasus yang
menunjukkan adanya reverse overbite.
• Kasus tersebut tidak perlu memisahkan gigi
posterior untuk mengurangi overbite.
• Jika diperlukan, posterior bite planes sedapat
mungkin dibuat tetap rendah.
RETENSI ALAT

• Spring yang terletak pada permukaan palatal


dari insisivus atas memberikan gaya pada alat.
• Perlu retensi yang baik pada alat terutama
bagian anterior.
• Selain itu ada tambahan clasp pada molar satu
atau dua .
• Kadang-kadang molar satu dan kaninus
desidui dapat diberikan clasp 0.6 mm.
SPRING

• Z spring atau palatal finger spring dapat


digunakan untuk menggerakkan gigi ke
anterior
PROBLEM KHUSUS PADA
KASUS MO KLAS III

RENCANA PERAWATAN
• Secara umum maloklusi klas III harus dirawat setelah
gigi permanent erupsi.
• Kadang-kadang satu atau beberapa gigi anterior
bawah erupsi di labial daripada gigi atas sedangkan
gigi insisivus bawah oklusi normal.
• Pada kasus ini pasien tidak mungkin menggerakkan
mandibula untuk mencegah trauma .
• Jika perawatan dipaksakan maka insisivus akan goyang dan
ditandai dengan resesi pada gingival margin.
• Umumnya insisivus lateral atas erupsi di sebelah lingual pada
lengkung atas yang crowded.
• Ekstraksi kaninus susu akan menghasilkan ruang sehingga
dapat mengkoreksi gigi tersebut sesegera mungkin.
• Jika hal ini tak dapat dilakukan pada stage awal,
perkembangan kaninus permanen akan menghalangi gerakan
sampai premolar diekstraksi dan kaninus digerakkan ke distal.
INTRUSI INCISIVUS
• Proklinasi insisivus atas dilakukan untuk mengurangi
overbite.
• Pada keadaan tilting yang normal, aksi dari proclining
spring pada sloping atau dataran miring permukaan
palatal menghasilkan gaya intrusi, dan akan
mengurangi overbite.
Perawatan Ortodonti Interseptif
pada Kasus Maloklusi Klas III
• Perawatan maloklusi kelas III sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada periode
tumbuh kembang.
• Pada periode tumbuh kembang, ketika
muncul gejala dan tanda-tanda maloklusi,
dapat segera dilakukan perawatan interseptif.
• Perawatan ortodonti interseptif pada kasus
klas III sangat dianjurkan untuk :
- mencegah maloklusi berkembang lebih lanjut
- memacu dan mengarahkan pertumbuhan yang
benar
- mencegah tindakan pembedahan di kemudian
hari.
• Salah satu alat lepasan yang dapat digunakan
adalah bionator dikombinasikan dengan chin
cap untuk meningkatkan keberhasilan
perawatan.
• Bionator merupakan penyederhanaan dari
aktivator.
Laporan Kasus
Pasien laki-laki berusia 12 tahun datang
dengan keluhan gigi bawah yang lebih
maju dari gigi atas. Pasien merasa
kurang percaya diri dengan
penampilannya. Pasien berasal dari
kondisi sosial ekonomi yang kurang dan
tidak memiliki biaya untuk memperoleh
fixed orthodontic treatment seperti
yang disarankan. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki kondisi gigi yang
menyerupai. Pemeriksaan ekstraoral
menunjukkan wajah yang konkaf
dengan bibir atas yang mundur dan
bibir bawah yang maju.
• Pemeriksaan intraoral menunjukkan seluruh gigi permanen sudah
erupsi kecuali molar tiga. Gigi 12, 11 dan 21 crossbite, relasi molar
kanan klas III Angle, kiri klas I Angle.
• Pasien harus memajukan mandibula agar rahang dapat menutup
(forward path of closure of the mandible). Jika mandibula
diarahkan, gigi anterior dapat mencapai edge to edge tetapi 21,
11 dan 12 tetap dalam kondisi crossbite.
• Analisis model studi menunjukkan adanya diskrepansi sebesar 2,5
mm pada rahang atas. Ronsen panoramik menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan tulang rahang yang
normal tanpa adanya temuan patologis.
• Pasien dirawat menggunakan alat lepasan. Alat terdiri
dari labial bow, adam klamer, triangular clasps untuk
retensi, dan Jack screw untuk ekspasi 12, 11 dan 21,
dilengkapi posterior bite plane untuk membuka oklusi
gigi posterior dan membuka gigitan.
• Sekrup ekspansi diaktifkan setengah putaran setiap 2
hari sekali. Pasien diinstruksikan memakai alat setiap
saat termasuk saat makan. Pasien kontrol setiap minggu
di layanan kesehatan desa.
HASIL PERAWATAN
• Crossbite anterior terkoreksi dalam waktu 3
bulan, dengan diperoleh overjet sebesar 2
mm.
• Diperoleh peningkatan profil pasien dari
konkaf menjadi lurus.
• Relasi molar tetap klas III Angle pada sisi
kanan dan klas I Angle pada sisi kiri.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai