BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
Anak I : Jenis Kelamin laki-laki, hidup, Usia 8 tahun, BBL 2700 gram, lahir
ditolong bidan, lahir spontan.
Anak II: Keguguran, kuretase (+)
F. RIWAYAT MENSTRUASI
- dismenore : disangkal
- HPHT : 03-10-2018
- TP : 10-07-2019
d. Status interna
Mata : Conjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Discharge(-), epitaksis (-)
Mulut : Sianosis (-) lidah kotor (-)
Telinga : simetris, discharge (-)
Thoraks : Pulmo : VBS +/+ kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ 1-2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen :
a. Inspeksi : cembung, strie (-)
b. Aukultasi : Bising usus (+) 10 kali/menit
c. Perkusi : timpani seluruh lapang perut
d. Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral Hangat (+), CRT <2”
4
e. Status Obstetrik
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : Striae gravidarum (-), bercak perdarahan (+)
Palpasi : TFU tidak teraba
b. Pemeriksaan dalam: v/v tidak ada kelainan, portio kuncup, tidak teraba
sisa jaringan
c. Pemeriksaan In spekulo : Tidak dilakukan
1.4 RESUME
Pasien G3P1A1 gravida 11-12 minggu datang ke ruang mawar rujukan dari poli
Kebidanan RSUD Waled pukul 13.00 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak
5 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah segar awalnya sedikit sedikit (flek)
namun 2 hari SMRS mulai banyak. Pasien mengakui dapat mengganti 1-2 kali pembalut
perhari. Darah keluar tanpa penyebab. Keluhan mulas-mulas pada perut dibagian
bawah.
Pasien saat ini mengetahui hamil anak ketiga usia kehamilan sekitar ± 3bulan, dan
mengaku terakhir haid 03 oktober 2018, kemudian memeriksakan urin dengan testpack
hasilnya positif. Keluhan mual muntah saat ini diakui oleh pasien. Pasien baru satu kali
USG di poli kebidanan RSUD waled. Menikah I kali lamanya 9tahun. Pemeriksaan
ANC (+) di bidan swasta sebanyak 3 kali. Suntik TT belum pernah. HPHT: 03-10-2018
, HTP: 10-07-2019. Anak I : Jenis Kelamin laki-laki, hidup, Usia 8 tahun, BBL 2700
gram, lahir ditolong bidan, lahir spontan. Anak II: Keguguran, kuretase (+) Menarche
pada usia 15 tahun, siklus haid teratur, lamanya ± 5-7 hari. Jumlah darah yang keluar 2-
3 kali pembalut perhari, nyeri haid (-), Penggunaan KB (-) suntik sudah 3 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 94x/menit, frekuensi napas
21x/menit, suhu 36.6C dan IMT didapatkan 25,3. Status internus dalam batas normal.
Status obstetrik didapatkan TFU tidak teraba. Pemeriksaan dalam: v/v tidak ada
kelainan, Ø kuncup, porsio tebal lunak, tidak teraba sisa jaringan. Pemeriksaan In
spekulo: tidak dilakukan.
5
1.7 PENATALAKSANAAN
R/ Terminasi Kehamilan
Dilatasi dan Kuretase
1.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Qua ad Sanationam : Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Blighted ovum (kehamilan anembryonic atau telur kosong) merupakan
sel ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio
tidak berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi
tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum adalah penyebab
utaman keguguran yakni sekitar 50%. Kemudian biasanya terjadi dalam
trimester pertama atau sebelum usia kehamilan 13 minggu.1
Blighted ovum kejadian dimana hanya terbentuk kantong amnion berisi
cairan ketuban tanpa embrio atau janin, kantung telur (yolk sac) dapat ada
atau tidak ada.2
Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu
keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini
kantong kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong
kuning telur juga tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat
berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya. Blighted ovum ini
biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan.3
Gambar 2.1 : Anembryonic gestation with absence of fetal pole and irregular sac 4
.
8
2.2. Epidemiologi
Blighted ovum merupakan penyebab 1 dari 2 keguguran kehamilan
trimester pertama. Insidensi kehilangan kehamilan dini yakni sebelum usia
kehamilan 12 minggu diperkirakan sekitar 15% dari konsepsi dengan
variasi menurut umur. Pada usia 20-24 tahun berkisar 10%, usia 40-44 tahun
sekitar 50%.1
2.3. Etiologi
Penyebab paling umum dari blighted ovum adalah genetik. Ini sering
disebabkan oleh cacat kromosom dari sperma atau sel telur berkualitas
rendah (terlalu banyak atau terlalu sedikit kromosom di dalamnya). Namun,
di India, selain penyebab genetik, penyebabnya meliputi infeksi (TBC) atau
cacat struktural rahim.1
Ada beberapa faktor penyebab blighte ovum :
1. Faktor genetik5
Trisomi autosim adalah anomali kromosom yang paling sering
ditemukan pada keguguran trimester pertama. Meskipun sebagian
trisomi terjadi karena non-disjunction terisolasi. Trisomi autosom yang
pernah ditemukan adalah 13,16,18,21 dan 22 adalah yang terbanyak.
Monosomi X (45, X) adalah kelainan kromosom spesifik tunggal
yang paling sering, kelainan pada kromosom ini juga dapat
menyababkan sindrom turner.
Triploidi biasanya berkaitan dengan degenerasi plasenta hidropik
( molla ). Dan triploidi hanya untuk kromosom 16.
2. Infeksi
Menurut WHO 1 dari 5 wanita mengalami abortus, hal ini
diakibatkan karena reproductive tract infections (RTI) dan akibatnya
dapat menyebabkan infertilitas. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Maharana pada tahun 2011, terjadinya aborsi spontan
9
3. Faktor Imunologis
Gangguan imunologis pada ibu seperti disfungsi sel NK (natural
killer), autoantibodi, herediter dan trombofilia yang didapat, antara lain
dapat menyebabkan penolakan imunologis ibu terhadap embrio yang
berimplantasi di dalam rahim yang mengakibatkan keguguran.1
4. Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada
koordinasi yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena
10
2.4. Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi
penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi
blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
11
j. Cepat lelah,
k. Flek-flek merah kecoklatan dari jalan lahir,
l. Pertumbuhan rahim yang lambat tidak sesuai dengan umur kehamilan.
2.6. Diagnosis
Evalusia tanda dan gejala klinis, tes kehamilan, dan dengan
pemeriksaan USG untuk mengkonfirmasi diagnosis1
a. Tes kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan urin atau serum.
Adanya peningkatan serum dan hCG urin. Indikator alat tes kehamilan
menunjukkan positif.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (transabdominal atau transvaginal)
menunjukkan kantung kosong tanpa embrio mengkonfirmasi diagnosis
blighted ovum. Kriteria USG untuk diagnosis adalah sebagai berikut:
Menurut Campion et al. (2013), “Kehamilan anembrionik jika USG
transvaginal mengungkapkan menunjukan mean gestational sac
diameter (MGD) lebih besar dari 25 mm dan tanpa yolk sac atau MGD>
25 mm tanpa embrio. Pencitraan transabdominal tanpa pemindaian
transvaginal mungkin cukup untuk mendiagnosis kegagalan kehamilan
dini ketika embrio yang panjangnya sekitar 15 mm atau lebih tidak
memiliki aktivitas jantung yang terlihat.1
Gambar 2.2 : anembryonic gestation meeting the size criteria, with absence of fetal pole and irregular sac.
2.7. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted ovum berdasarkan anamesis hingga
pemerikasaan penunjang, maka penatalaksanaan yang dapat diberikan: 1
a. Manajemen ekspetatif: Tunggu sampai jaringannya hilang sendiri jika
ada bercak atau tunggu seminggu lagi untuk melihat apakah ada tanda-
tanda janin dalam kantung kehamilan.
b. Pengobatan medical, yang terdiri dari misoprostol sebanyak 400mcg –
800mcg (2-4 tablet ) setiap 6 jam bisa peroral atau pervaginal.
c. Perawatan Bedah adalah pelebaran dan kuretase (D dan C) sesuai dengan
pedoman nasional atau internasional. Prosedur ini melibatkan pelebaran
serviks dan pengeluarkan isi rahim. Ahli patologi dapat memeriksa
jaringan untuk mengkonfirmasi alasan keguguran. Penatalaksanaan post
kuretase :
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika
diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca
tindakan, dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik.
Pemberian metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi
bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat
diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam
untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
2.8. Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi
keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan
kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.3
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi
14
rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan
dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama
bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan
pola hidup sehat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Pembahasan
Pada kasus ini pasien mengaku hamil 3 bulan datang ke IGD dengan
keluhan keluar darah sejak 5 hari lalu keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Darah yang keluar berwarna merah segar awalnya sedikit sedikit (flek) namun
2 hari SMRS mulai banyak dan mengeluhkan mulas-mulas pada perut dibagian
bawah.. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut
dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Dimana abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari
20 minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG
mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti
yang ada. Adapun abortus yang terjadi pada pasien tergolong sebagai Blighted
ovum yang mana kehamilan yang bisa ditegakkan pada usia kehamilan 7-8
minggu dengan dilakukan pemeriksaan USG.1
Hasil pemeriksaan USG pasien ini menunjukkan bahwa terlihat kantung
kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari
kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong dimana terbentuk
kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio. Blighted
ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan biasa
hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG. Untuk
memastikan kembali kehamilan yang terjadi pada pasien maka dapat dilakukan
evaluasi USG ulang pada 2 minggu setelahnya. Bila kantong gestasi masih
tidak berkembang hingga 25 milimeter, maka bisa dipastikan bahwa kehamilan
yang terjadi pada pasien merupakan kehamilan anembrionik atau Blighted
ovum.1,2,3,5
Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang
dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk
menghentikan perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi,
sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat
16
3.2. Kesimpulan
Blighted ovum adalah kegagalan perkembangan hasil fertilisasi ovum
ditahap awal atau 6-7 minggu usia kehamilan, dimana hasil pemeriksaan
penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung
kehamilan. Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan dapat melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran
berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu
kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Penatalaksanaan kasus
blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara
elektif.
17
DAFTAR PUSTAKA