Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. R
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karang Sembung, Cirebon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Masuk RS : 19 Januari 2019
Suami : Tn. S
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : karyawan swasta

1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G3P1A1 gravida 11-12 minggu datang ke ruang mawar rujukan dari poli
Kebidanan RSUD Waled pukul 13.00 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak
5 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah segar awalnya sedikit sedikit (flek)
namun 2 hari SMRS mulai banyak. Pasien mengakui dapat mengganti 1-2 kali pembalut
perhari. Darah keluar tanpa penyebab. Keluhan mulas-mulas pada perut dibagian
bawah. Keluhan keluar gumpalan daging disangkal. Keluar gumpalan seperti daging
disangkal.
Pasien saat ini mengetahui hamil anak keempat usia kehamilan sekitar ± 3bulan, dan
mengaku terakhir haid 3 Oktober 2018, kemudian memeriksakan urin dengan testpack
hasilnya positif. Keluhan mual muntah saat ini diakui oleh pasien. Pasien USG baru
satu kali di poli kebidanan RSUD waled.
2

A. RIWAYAT PENYAKIT IBU.


 Riwayat Diabetes militus : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit paru : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
B. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Riwayat Diabetes militus : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
C. RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL
 Merokok : disangkal
 Minum Alkohol : disangkal
D. RIWAYAT PEMERIKSAAN ANC
 Pemeriksaan ANC (+) di bidan swasta sebanyak 3 kali
 Suntik TT (-)
 HPHT : 03-10-2018
 HTP : 10-07-2019
 USG : 1x
E. RIWAYAT OBSTETRIK

 Anak I : Jenis Kelamin laki-laki, hidup, Usia 8 tahun, BBL 2700 gram, lahir
ditolong bidan, lahir spontan.
 Anak II: Keguguran, kuretase (+)
F. RIWAYAT MENSTRUASI

- Menarche : usia 15 tahun


- siklus : 28 hari
- durasi : 7 hari
- banyak : 2-3x ganti pembalut dalam sehari
3

- dismenore : disangkal
- HPHT : 03-10-2018
- TP : 10-07-2019

G. RIWAYAT PENGGUNAAN KONTRASEPSI


Pasien sudah tidak menggunakan KB suntik selama 3 tahun

1.3. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 94x/menit
Frekuensi Napas : 21x/menit
Suhu : 36,6˚C
Status gizi : BB 65 kg TB 160 cm IMT 25,3

d. Status interna
Mata : Conjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Discharge(-), epitaksis (-)
Mulut : Sianosis (-) lidah kotor (-)
Telinga : simetris, discharge (-)
Thoraks : Pulmo : VBS +/+ kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ 1-2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen :
a. Inspeksi : cembung, strie (-)
b. Aukultasi : Bising usus (+) 10 kali/menit
c. Perkusi : timpani seluruh lapang perut
d. Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral Hangat (+), CRT <2”
4

e. Status Obstetrik
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : Striae gravidarum (-), bercak perdarahan (+)
Palpasi : TFU tidak teraba
b. Pemeriksaan dalam: v/v tidak ada kelainan, portio kuncup, tidak teraba
sisa jaringan
c. Pemeriksaan In spekulo : Tidak dilakukan

1.4 RESUME
Pasien G3P1A1 gravida 11-12 minggu datang ke ruang mawar rujukan dari poli
Kebidanan RSUD Waled pukul 13.00 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak
5 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah segar awalnya sedikit sedikit (flek)
namun 2 hari SMRS mulai banyak. Pasien mengakui dapat mengganti 1-2 kali pembalut
perhari. Darah keluar tanpa penyebab. Keluhan mulas-mulas pada perut dibagian
bawah.
Pasien saat ini mengetahui hamil anak ketiga usia kehamilan sekitar ± 3bulan, dan
mengaku terakhir haid 03 oktober 2018, kemudian memeriksakan urin dengan testpack
hasilnya positif. Keluhan mual muntah saat ini diakui oleh pasien. Pasien baru satu kali
USG di poli kebidanan RSUD waled. Menikah I kali lamanya 9tahun. Pemeriksaan
ANC (+) di bidan swasta sebanyak 3 kali. Suntik TT belum pernah. HPHT: 03-10-2018
, HTP: 10-07-2019. Anak I : Jenis Kelamin laki-laki, hidup, Usia 8 tahun, BBL 2700
gram, lahir ditolong bidan, lahir spontan. Anak II: Keguguran, kuretase (+) Menarche
pada usia 15 tahun, siklus haid teratur, lamanya ± 5-7 hari. Jumlah darah yang keluar 2-
3 kali pembalut perhari, nyeri haid (-), Penggunaan KB (-) suntik sudah 3 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 94x/menit, frekuensi napas
21x/menit, suhu 36.6C dan IMT didapatkan 25,3. Status internus dalam batas normal.
Status obstetrik didapatkan TFU tidak teraba. Pemeriksaan dalam: v/v tidak ada
kelainan, Ø kuncup, porsio tebal lunak, tidak teraba sisa jaringan. Pemeriksaan In
spekulo: tidak dilakukan.
5

1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. PP test : (+)
b. USG : fetal pole (-), kantung gestasi (+), yolk sac (+) Kesan Blighted Ovum

Laboratorium : (darah rutin)

- Hemoglobin : 12,7 g/dL


- Leukosit : 8,4 / mm3
- Hematokrit : 38 %
- Trombosit : 202 mm3
- Eritrosit : 4,58 mm3
- Gol. Darah :O
- Resesus (Rh) : Positive
Tes kehamilan : (+)
HbsAg : Non Reactive
- HIV rapid : Non Reactive
6

1.6 DIAGNOSA KERJA


G3P2A0 gravida 11 minggu, perdarahan trimester pertama e.c Blighted Ovum

1.7 PENATALAKSANAAN
R/ Terminasi Kehamilan
Dilatasi dan Kuretase

1.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Qua ad Sanationam : Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Blighted ovum (kehamilan anembryonic atau telur kosong) merupakan
sel ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio
tidak berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi
tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum adalah penyebab
utaman keguguran yakni sekitar 50%. Kemudian biasanya terjadi dalam
trimester pertama atau sebelum usia kehamilan 13 minggu.1
Blighted ovum kejadian dimana hanya terbentuk kantong amnion berisi
cairan ketuban tanpa embrio atau janin, kantung telur (yolk sac) dapat ada
atau tidak ada.2
Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu
keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini
kantong kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong
kuning telur juga tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat
berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya. Blighted ovum ini
biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan.3

Gambar 2.1 : Anembryonic gestation with absence of fetal pole and irregular sac 4
.
8

2.2. Epidemiologi
Blighted ovum merupakan penyebab 1 dari 2 keguguran kehamilan
trimester pertama. Insidensi kehilangan kehamilan dini yakni sebelum usia
kehamilan 12 minggu diperkirakan sekitar 15% dari konsepsi dengan
variasi menurut umur. Pada usia 20-24 tahun berkisar 10%, usia 40-44 tahun
sekitar 50%.1

2.3. Etiologi
Penyebab paling umum dari blighted ovum adalah genetik. Ini sering
disebabkan oleh cacat kromosom dari sperma atau sel telur berkualitas
rendah (terlalu banyak atau terlalu sedikit kromosom di dalamnya). Namun,
di India, selain penyebab genetik, penyebabnya meliputi infeksi (TBC) atau
cacat struktural rahim.1
Ada beberapa faktor penyebab blighte ovum :
1. Faktor genetik5
Trisomi autosim adalah anomali kromosom yang paling sering
ditemukan pada keguguran trimester pertama. Meskipun sebagian
trisomi terjadi karena non-disjunction terisolasi. Trisomi autosom yang
pernah ditemukan adalah 13,16,18,21 dan 22 adalah yang terbanyak.
Monosomi X (45, X) adalah kelainan kromosom spesifik tunggal
yang paling sering, kelainan pada kromosom ini juga dapat
menyababkan sindrom turner.
Triploidi biasanya berkaitan dengan degenerasi plasenta hidropik
( molla ). Dan triploidi hanya untuk kromosom 16.

2. Infeksi
Menurut WHO 1 dari 5 wanita mengalami abortus, hal ini
diakibatkan karena reproductive tract infections (RTI) dan akibatnya
dapat menyebabkan infertilitas. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Maharana pada tahun 2011, terjadinya aborsi spontan
9

(didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan tanpa penerapan metode


yang disengaja untuk menghentikannya selama minggu-minggu awal
kehamilan) adalah 10%.1
Teori peran infeksi mikroba terhadap kejadian abortus dimulai
sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan penga,atan
terhadap kejadian abortus. Beberapa jenis organisme yang dapat
menyebabkan abortus.2
a. Bakteri : listeria monositogenesis, klamedia trakomatis, bakterial
vaginosis.
b. Virus : Sitomegalovirus, Rubela, herpes simplek, HIV.
c. Parasit : toksomplasmosis gondii, plasmodium falsiparum.
Beberapa teori untuk mencoba menerangkan peran infeksi
terhadap resiko abortus:2
a. Adanya metabolik toksik, endotiksin, eksotoksin, atau sitokin yang
berdampak langsung pada janin atau fetoplasenta.
b. Infeksi janin yang berakibat kematian janin atau cacat berat
sehingga janin sulit bertahan hidup.
c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi dan bisa berlanjut pada
kematian janin.
d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia
bawah .
e. Amnionitis

3. Faktor Imunologis
Gangguan imunologis pada ibu seperti disfungsi sel NK (natural
killer), autoantibodi, herediter dan trombofilia yang didapat, antara lain
dapat menyebabkan penolakan imunologis ibu terhadap embrio yang
berimplantasi di dalam rahim yang mengakibatkan keguguran.1

4. Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada
koordinasi yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena
10

itu perlu perhatian langsung terhadap sistem hormin secara


keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
terutama kadar progesteron.2 Kadar progesteron yang rendah dapat
menyababkan keguguguran.1

5. Faktor defek Anatomi


Kelainan anatomi mungkin berupa kelainan kongenital atau
kelainan yang didapat. Kelainan kongenital termasuk fusi duktus
Mulleri yang inkomplit atau defek resorpsi septum, paparan
diethylstilbestrol (DES) dan kelainan servik uterus. Wanita–wanita
dengan septum intrauterin memiliki risiko abortus spontan sebesar
60%, kebanyakan abortus pada trimester dua, tetapi dapat juga terjadi
pada trimester pertama. Apabila embrio berimplantasi pada septum
karena endometrium pada septum berkembang buruk dapat
menyebabkan kelainan plasenta. Pada paparan diethylstilbestrol (DES)
intra uterine dapat menyebabkan kelainan uterus, yang paling sering
adalah hipoplasia yang dapat menyebabkan abortus pada trimester
pertama dan kedua, serviks inkompeten dan persalinan prematurus.
Kelainan anatomi didapat yang potensial menyebabkan abortus seperti
adhesi intra uterine (Sindroma Asherman) yang disebabkan oleh
kuretase endometrium atau evakuasi hasil konsepsi yang terperangkap
terlalu dalam dan berulang, leiomioma yang mempengaruhi arah dari
kavum uteri dan endometriosis. Hubungan keadaan ini dengan adanya
keguguran berulang secara teori ialah bahwa pada kasus adesi dan
leiomioma terjadi adanya gangguan suplai darah, sementara pada
endometriosis berhubungan dengan faktor imunologi.2.5

2.4. Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi
penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi
blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
11

hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan


positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted
ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational
sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini
disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca
fertilisasi. Blighted ovum dapat terjadi pengeluaran darah dari vagina. 2

2.5. Gejala dan tanda


Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala
dan tanda-tanda mungkin termasuk : Pada awalnya, wanita merasakan
gejala-gejala hamil, seperti mudah lelah, merasa ada yang lain pada
payudara atau mual-mual. Blighted ovum terjadi di kehamilan yang sangat
dini, pada umumnya pasien datang ke dokter karena keluhan berupa bercak
pendarahan di usia kehamilan kurang lebih 6-8 minggu. Selanjutnya,
pertumbuhan plasenta berhenti dan kadar hormon HCG kembali turun, dan
akhirnya gejala kehamilan menghilang biasanya terjadi setelah usia
kehamilan 3 bulan. Pada saat tersebut, wanita akan merasa tidak nyaman di
perut, atau keluar bercak perdarahan dari vagina.1
Gejala awal sama dengan wanita hamil dengan menunjukan hasil PP
test (+) kadang diikuti dengan :1,2,3
a. Periode menstruasi terlambat
b. Kram perut
c. Minor vagina atau bercak perdarahan
d. Tes kehamilan positif pada saat gejala
e. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul
keluhan perdarahan
f. Hampir sama dengan kehamilan normal
g. Mual, muntah (morning sickness),
h. Nyeri kepala,
i. Nyeri payudara dan payudara mengeras,
12

j. Cepat lelah,
k. Flek-flek merah kecoklatan dari jalan lahir,
l. Pertumbuhan rahim yang lambat tidak sesuai dengan umur kehamilan.

2.6. Diagnosis
Evalusia tanda dan gejala klinis, tes kehamilan, dan dengan
pemeriksaan USG untuk mengkonfirmasi diagnosis1
a. Tes kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan urin atau serum.
Adanya peningkatan serum dan hCG urin. Indikator alat tes kehamilan
menunjukkan positif.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (transabdominal atau transvaginal)
menunjukkan kantung kosong tanpa embrio mengkonfirmasi diagnosis
blighted ovum. Kriteria USG untuk diagnosis adalah sebagai berikut:
Menurut Campion et al. (2013), “Kehamilan anembrionik jika USG
transvaginal mengungkapkan menunjukan mean gestational sac
diameter (MGD) lebih besar dari 25 mm dan tanpa yolk sac atau MGD>
25 mm tanpa embrio. Pencitraan transabdominal tanpa pemindaian
transvaginal mungkin cukup untuk mendiagnosis kegagalan kehamilan
dini ketika embrio yang panjangnya sekitar 15 mm atau lebih tidak
memiliki aktivitas jantung yang terlihat.1

Gambar 2.2 : anembryonic gestation meeting the size criteria, with absence of fetal pole and irregular sac.

c. Pengujian Genetik / Histopatologi (Karyotyping of the conceptus)


akan menunjukkan trisomi, monosomi, atau triploidi.
13

2.7. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted ovum berdasarkan anamesis hingga
pemerikasaan penunjang, maka penatalaksanaan yang dapat diberikan: 1
a. Manajemen ekspetatif: Tunggu sampai jaringannya hilang sendiri jika
ada bercak atau tunggu seminggu lagi untuk melihat apakah ada tanda-
tanda janin dalam kantung kehamilan.
b. Pengobatan medical, yang terdiri dari misoprostol sebanyak 400mcg –
800mcg (2-4 tablet ) setiap 6 jam bisa peroral atau pervaginal.
c. Perawatan Bedah adalah pelebaran dan kuretase (D dan C) sesuai dengan
pedoman nasional atau internasional. Prosedur ini melibatkan pelebaran
serviks dan pengeluarkan isi rahim. Ahli patologi dapat memeriksa
jaringan untuk mengkonfirmasi alasan keguguran. Penatalaksanaan post
kuretase :
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika
diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca
tindakan, dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik.
Pemberian metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi
bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat
diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam
untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
2.8. Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi
keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan
kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.3
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi
14

rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan
dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama
bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan
pola hidup sehat.
15

BAB III
PENUTUP

3.1. Pembahasan
Pada kasus ini pasien mengaku hamil 3 bulan datang ke IGD dengan
keluhan keluar darah sejak 5 hari lalu keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Darah yang keluar berwarna merah segar awalnya sedikit sedikit (flek) namun
2 hari SMRS mulai banyak dan mengeluhkan mulas-mulas pada perut dibagian
bawah.. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut
dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Dimana abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari
20 minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG
mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti
yang ada. Adapun abortus yang terjadi pada pasien tergolong sebagai Blighted
ovum yang mana kehamilan yang bisa ditegakkan pada usia kehamilan 7-8
minggu dengan dilakukan pemeriksaan USG.1
Hasil pemeriksaan USG pasien ini menunjukkan bahwa terlihat kantung
kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari
kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong dimana terbentuk
kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio. Blighted
ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan biasa
hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG. Untuk
memastikan kembali kehamilan yang terjadi pada pasien maka dapat dilakukan
evaluasi USG ulang pada 2 minggu setelahnya. Bila kantong gestasi masih
tidak berkembang hingga 25 milimeter, maka bisa dipastikan bahwa kehamilan
yang terjadi pada pasien merupakan kehamilan anembrionik atau Blighted
ovum.1,2,3,5
Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang
dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk
menghentikan perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi,
sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat
16

dilakukan pada pasien dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi


kehamilan segera setelah ditegakkan diagnosa pasti dan dilakukan
pemeriksaaan penunjang berupa USG. Tindakan terminasi yang dapat
dilakukan berupa kuretase yang merupakan serangkaian proses pelepasan
jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi ke
dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di bersihkan dan dikeluarkan secara
keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa jaringan yang diambil dapat juga
digunakan sebagai sampel laboratorium untuk mengetahui penyebab terjadinya
blighted ovum.1,2
Terapi pasca tindakan kuretase pada pasien ini diberikan analgetik yaitu
asam mefenamat untuk mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotic
untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, metilergometrin untuk
menimbulkan kontraksi dan mencegah perdarahan post partum atau
keguguran, menganjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
serta melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.2

3.2. Kesimpulan
Blighted ovum adalah kegagalan perkembangan hasil fertilisasi ovum
ditahap awal atau 6-7 minggu usia kehamilan, dimana hasil pemeriksaan
penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung
kehamilan. Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan dapat melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran
berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu
kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Penatalaksanaan kasus
blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara
elektif.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Chaudhry Khalid. Blighted Ovum (Anembryonic Pregnancy). StatPearls [Internet].


October. 2018. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/
2. Sofie Rofayani., Anita D. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi: Keguguran
(Abortus) Ed.3. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2012
3. Bantuk Hadijanto. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Perdarahan pada
Kehamilan Muda. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2010
4. Tripthin Mathew, Mary Job. Case Study To Goulash or Not to Goulash: A Case Report
on Blighted Ovum. Medicina Interna: Open Access (MI) Medcina Intern, Volume 1(2): 49-
54 . 2018.
5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23. The Mc
Graw-Hill Companies. New York, 2013
18

Anda mungkin juga menyukai