Anda di halaman 1dari 108

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Congestive Heart Failure (CHF)

1. Definisi

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis

yaitu kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk

memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat

memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian

(Muttaqin,2012).Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi

kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan (Smeltzert &

Bare, 2013).

Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2013),

Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung

sebagai pemompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh

tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.

2. Etiologi

Menurut Alldredge et al. (2013), penyebab CHF terdiri atas :

Output rendah, disfungsi sistolik (dilatasi kardiomipati) dapat disebabkan

iskemik koroner, Infark miokard, regurgitasi, konsumsi alkohol, kekurangan

gizi, kekurangan kalsium dan kalium, induksi obat, 8 idiopatik. Juga dapat

disebabkan hipertensi, stenosis aorta dan volume overload.

1
a) Disfungsi diastolik dapat disebabkan iskemik koroner, infark miokard,

hipertensi, stenosis aorta dan regurgitasi, perikarditis, pembesaran

septum ventrikel kiri.

b) High-output failure disebabkan oleh anemia dan hipertiroid.

B. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan

kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih dari

curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik dijelaskan dengan

persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO : Cardiac Output) dalah

fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X volume sekuncup (SV : Stroke

Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah

jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung

untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal

untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume

sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan

curah jantung (Smeltzer & Bare, 2013).

Pada Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah utama kerusakan

dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah

jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah

yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload;

kontraktilitas dan afterload. Preload adalah sinonim dengan hukum Starling

pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung

berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya

regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan

kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
2
panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload mengacu pada besarnya

tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan

perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole (Brunner &

Suddarth, 2013).

Gambar 2.1 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Ketika jantung mulai gagal, tubuh mengaktifkan beberapa kompleks

mekanisme kompensasi dalam upaya untuk mempertahankan cardiac output

dan oksigenasi organ vital. Hal ini termasuk peningkatan simpatik, aktivasi

Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS), natrium dan retensi air dan

neurohormonal adaptasi, yang menyebabkan jantung remodeling (dilatasi

ventrikular, hipertrofi jantung dan perubahan bentuk lumen ventrikel kiri

(Dipiro, 2015).

C. Manifestasi Klinik

Menurut NHFA (2011) gejala Congestive Heart Failure (CHF) sebagai

berikut :

a) Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien, awalnya

sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang pada tingkat

berjalan dan akhirnya saat istirahat.

3
b) Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal

ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh

Congestive Heart Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.

c) Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala

lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF),tetapi

sebagian besar pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) tidak

memiliki PND.

d) Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien mendapatkan

kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk yang diinduksi ACEi.

e) Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada kondisi

yang lain.

f) Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia.

D. Pemeriksaan penunjang

Pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang antara lain:

a) EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.

Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark

miokard menunjukkan adanya aneurisme ventricular.

b) Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan

dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

c) Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan

pergerakan dinding.

4
d) Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan

stenosis katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat

kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan

ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas. (Udjianti, 2010).

E. Komplikasi
Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF) antara lain:

a) Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena

dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli

sistemik tinggi, terutama pada Congestive Heart Failure (CHF) berat. Bisa

diturunkan dengan pemberian warfarin.

b) Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada Congestive Heart Failure

(CHF) yang bisa menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi

pemantauan denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian

warfarin).

c) Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik

dengan dosis ditinggikan.

d) Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden

cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil

diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin

turut mempunyai peranan.

F. Penatalaksanaan

Dasar penatalaksanaan pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) adalah:


a) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

b) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan

bahan farmakologis.
5
c) Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi

diuretik diet dan istirahat (Mansjoer & Triyanti, 2007).

G. Terapi farmakologi

a) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)

Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala

volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,

menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk

mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga

menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.

b) Antagonis aldosteron

Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

Obat inotropik Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.

c) Glikosida digitalis

Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan

volume distribusi.

d) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)

Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh

darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan

meningkatkan kapasitas vena.

e) Inhibitor ACE

Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi

aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.

Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg

menyebabkan peningkatan curah jantung.


6
H. Terapi non farmakologi

Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan

seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,

mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.

7
I. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Congestive Heart Failure (CHF)

A. Fokus Pengkajian

a) Pengkajian Primer

a. Airways

Sumbatan atau penumpukan sekret, wheezing atau krekles

b. Breathing

1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

3) Ronchi, krekles

4) Ekspansi dada tidak penuh

5) Penggunaan otot bantu nafas

c. Circulation

1) Nadi lemah , tidak teratur

2) Takikardi

3) TD meningkat / menurun

4) Edema

5) Gelisah

6) Akral dingin

7) Kulit pucat, sianosis


8) Output urine menurun

b) Pengkajian Sekunder

a. Riwayat Keperawatan:

1) Keluhan

a) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).

b) Palpitasi atau berdebar-debar.

c) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea,

sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus

pakai bantal lebih dari dua buah.

d) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.

e) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan


f) Insomnia

g) Kaki bengkak dan berat badan bertambah

h) Jumlah urine menurun

i) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.

2) Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard

kronis, diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.

3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.

4) Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi

jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat

tertentu.

5) Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.

6) Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu

7) Postur, kegelisahan, kecemasan

8) Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD

yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan

mempercepat perkembangan CHF.

emeriksaan Fisik

1) Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,

toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus

kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung,

denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.


2) Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi,

rales, wheezing)

3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular

refluks

4) Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa

cemas/ takut yang kronis

5) Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites

6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik

7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,

diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema


B. Diagnosa Keperawatan

a) Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung,

peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi

sekuncup

b) Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru

c) Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi

cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan

hipertensi pulmonal
C. Fokus Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Fokus Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


No

14
1 Penurunan curah jantung b/d NOC: NIC :

respon fisiologis otot jantung,


1. Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
peningkatan frekuensi, dilatasi,
2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada (
hipertrofi atau peningkatan isi
intensitas,lokasi, durasi)
3. Vital Sign Status
sekuncup
2. Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil:
3. Catat adanya tanda dan gejala
1. Tanda Vital dalam rentang
penurunan cardiac putput
normal (Tekanan darah, Nadi,
4. Monitor status kardiovaskuler
respirasi)
5. Monitor status pernafasan yang
2. Dapat mentoleransi aktivitas,
menandakan gagal jantung
tidak ada kelelahan
6. Monitor abdomen sebagai indicator
3. Tidak ada edema paru, perifer,
penurunan perfusi
dan tidak ada asites
7. Monitor balance cairan
4. Tidak ada penurunan kesadaran
8. Monitor adanya perubahan tekanan

darah

15
9. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tekipneu dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan

dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi


7. Monitor adanya pulsus paradoksus

dan pulsus alterans

8. Monitor jumlah dan irama jantung

dan monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

10. Monitor suara paru, pola pernapasan

abnormal

11. Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

12. Monitor sianosis perifer

13. onitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

14. Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign


2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC:

1. Respiratory status:

Ventilation
1. Posisikan pasien untuk
Definisi : Pertukaran udara
2. Respiratory status : Airway
memaksimalkan ventilasi
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
patency
2. Pasang mayo bila perlu
adekuat
3. Vital sign Status
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Faktor yang berhubungan :

Hiperventilasi 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau

Penurunan energi/kelelahan suction


Kriteria Hasil :
Perusakan/pelemahan 5. Auskultasi suara nafas, catat
1. Mendemonstrasikan batuk efektif
muskuloskletal adanya suara tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak
Obesitas 6. Berikan bronkodilator
ada sianosis dan dyspneu (mampu
Kelelahan otot pernafasan 7. Berikan pelembab udara Kassa
mengeluarkan sputum, mampu
Hipoventilasi sindrom basah NaCl Lembab
bernafas dengan mudah, tidak ada
Nyeri 8. Atur intake untuk cairan
pursed lips)
mengoptimalkan keseimbangan.
2. Menunjukkan jalan nafas yang
9. Monitor respirasi dan status O2
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
10. Bersihkan mulut, hidung dan secret
dalam rentang normal, tidak ada
trakea
suara nafas abnormal)
11. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Tanda Tanda vital dalam rentang 12. Observasi adanya tanda tanda

normal (tekanan darah, nadi, hipoventilasi

pernafasan) 13. Monitor adanya kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

14. Monitor vital sign

15. Informasikan pada pasien dan

keluarga tentang teknik relaksasi

untuk memperbaiki pola nafas

16. Ajarkan bagaimana batuk secara

efektif

17. Monitor pola nafas


3 Kelebihan volume cairan b/d NOC : Fluid management:

berkurangnya curah jantung,


1. Electrolit and acid base balance 1. Pertahankan catatan intake dan
retensi cairan dan natrium oleh
output yang akurat
2. Fluid balance
ginjal, hipoperfusi ke jaringan
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
perifer dan hipertensi pulmonal
3. Monitor hasil lAb yang sesuai

Kriteria Hasil: dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,


Definisi : Retensi cairan isotomik
osmolalitas urin )
1. Terbebas dari edema, efusi,
meningkat
4. Monitor status hemodinamik
anaskara

2. Bunyi nafas bersih, tidak ada


Batasan karakteristik : dyspneu/ortopneu termasuk CVP, MAP, PAP, dan

PCWP
Berat badan meningkat pada 3. Terbebas dari distensi vena
5. Monitor vital sign
waktu yang singkat jugularis, reflek hepatojugular (+)

Asupan berlebihan dibanding 4. Memelihara tekanan vena sentral, 6. Monitor indikasi retensi / kelebihan

output tekanan kapiler paru, output cairan (cracles, CVP , edema,

Tekanan darah berubah, tekanan jantung dan vital sign dalam batas distensi vena leher, asites)

arteri pulmonalis berubah, normal 7. Kaji lokasi dan luas edema

peningkatan CVP 5. Terbebas dari kelelahan,


8. Monitor masukan makanan / cairan
Distensi vena jugularis kecemasan atau kebingungan
dan hitung intake kalori harian
6. Menjelaskanindikator kelebihan
9. Monitor status nutrisi
cairan
10. Berikan diuretik sesuai interuksi

11. Batasi masukan cairan pada keadaan

hiponatrermi dilusi dengan serum

Na < 130 mEq/l

12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul memburuk


Fluid Monitoring:

1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe


intake cairan dan eliminaSi

2. Tentukan kemungkinan faktor

resiko dari ketidak seimbangan

cairan (Hipertermia, terapi diuretik,

kelainan renal, gagal jantung,

diaporesis, disfungsi hati, dll )

3. Monitor serum dan elektrolit urine

4. Monitor serum dan osmilalitas urine

5. Monitor BP, HR, dan RR

6. Monitor tekanan darah orthostatik

dan perubahan irama jantung

7. Monitor parameter hemodinamik

infasif

8. Monitor adanya distensi leher,

rinchi, eodem perifer dan

penambahan BB
9. Monitor tanda dan gejala dari

udema
D. Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan

keperawatan mandiri merupakan tindakan berdasarkan analisis dan

kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lainnya.

Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan berdasarkan

hasil keputusan bersama dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya

(Mitayani,2010). Implementasi keperawatan pada studi kasus ini

disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun berdasarkan

diagnosa keperawatan prioritas.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan

keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya (Mitayani, 2010). Evaluasi

yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evalusi formatif yang disebut

juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang

dilaksanakan terus menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan. Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan prioritas.

21
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama mahasiswa : Deni Minartin


Nim : 144012017000175
Tanggal masuk : 26-6-2018
Tanggal pengkajian : 26-6-2018
No Register : 511248
Ruangan : ICCU
A. Biodata
a) Identitas pasien

Nama : Tn.A

Jenis kelamin : laki-laki

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Status pernikahan : Belum menikah

Diagnose medis : CHF

Alamat : Konut
b) Identits penanggung jawab

Nama : Ny. S

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Pendidikan : S1

Pekerjan : PNS

Hubungan dengan pasien : kakak pasien

Alamat : Konut
B. Riwayat Keperawatan (Nursing History)

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan utama

Pasien mengeluh sesak nafas saat aktivitas dan istirahat

Pasien mengeluh nyeri. P : CHF, Q : seperti di tindis beban berat, R

: dada kiri menjalar ke punggung, S: skala 8 (berat), T : selalu

muncul

b. Riwayat keluhan utama

Pasien mengatakan sejak semalam mengeluh sesak dan nyeri dada

lalu keluarga membawa ke IGD RSUD Bahteramas

c. Upaya yang telah dilakukan

Keluarga mengatakan sejak semalam langsung dibawa ke IGD

RSUD Bahteramas

d. Terapi/ operasi yang pernah dilakukan

Keluarga mengatakan belum pernah melakukan operasi

sebelumnya

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit berat yang pernah diderita : Hipertensi

b. Pernah dirawat di RS : pernah


c. Pernah operasi : tidak pernah

d. Obat – obatan yang pernah dikonsumsi : Amlodipin 5 mg

e. Alergi : tidak ada

f. Kebiasaan merokok/ alcohol/ lainnya: pasien merokok

g. BB sebelum sakit : 78 kg

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan di keluarga ada riwayat penyekit

hipertensi yaitu kakek dan ayah pasienmemiliki riwayat penyekit

jantung . Keluarga juga mengatakan ada riwayat diabetes melitus

dikeluarga. Tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC.


Genogram :

36
38

Keterangan :

: laki- laki : pasien

: perempuan : menikah

: meninggal : tinggal serumah

C. Pemeriksan Fisik

1. Keadaan umum

Keadaan umum pasien lemah


2. Kesadaran

Tingkat kesadaran pasien komposmentis dengan GCS E4V5M6

3. Tanda-tanda vital

TD : 154/ 70mmHg (lengan kanan)

HR : 90/ menit (iregiuler)

RR : 32 x/ menit
O
(kusmaul) S : 36,5 C

(axial)

SpO2 : 90 %
4. Kepala dan leher

a. Kepala

Bentuk menshocephal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa,

rambut bersih, sebagian memutih.

b. Penglihatan

Mata simetris,sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak

ada sektert, pupil isokor 2/2, reaksi cahaya positif.

c. Pendengaran

Bentuk simetris, terdapat cairan abnormal dari telinga sinistra,

pendengaran normal

d. Hidung

Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, tidak ada

polip, pernafasan cuping hidung positif.

e. Tenggorokan dan mulut

Bibir lembab, gigi ada yang tanggal, tidak ada stomatitis, tidak ada

tonsillitis.

f. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada peningkatan JVP.

5. Pernafasan (breathing)
a. Inspeksi

Bentuk dada simetris, tidak ada lesi maupun jejas

Frekuensi nafas 32 x/menit

Terdapat otot bantu pernafasan

Tidak nampak retraksi dinding dada

Pernafasan cuping hidung positif

Payudara dan puting normal

b. Palpasi

Vokal fremitus terapa di ICS 4

Tidak teraba nyeri maupun massa

Tidak ada pengembangan dada abnormal


c. Perkusi

Cairan : tidak ada

Udara : sonor

d. Auskultasi

Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara tambahan

Tidak ada krepitasi, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

6. Kardiovaskuler (bleding)

a. Inspeksi

Terdapat edema ekstremitas pada tungkai bawah dengan pitting

edema +1, tidak ada edema palpebra, tidak ada asites

b. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba di ICS 4

c. Perkusi

Pekak, tidak ada perbesaran jantung

d. Auskultasi

BJ 1 dan BJ 2 abnormal

Lainnya : akral dingin, CRT < 3 detik


7. Pencernaan

a. Inspeksi

Turgor kulit elastis, bibir lembab

Rongga mulut normal, tidak ada stomatitis

Abdomen tidak nampak jejas maupun massa, tidak nampak

pembuluh kapiler

b. Auskultasi

Bising usus setiap 8 detik

Bunyi vaskuler tidak ada

Bunyi peristaltik usus normal

c. Perkusi

Tympani
d. Palpasi

Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

8. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas

Tidak ada nyeri otot, tidak ada deformitas, tidak ada fraktur,

terpasang infuse NaCl 0,9 % 16 tpm di lengan kanan

b. Ekstremitas bawah

Tidak ada nyeri otot, tidak terdapat deformitas, terdapat udema

tungkai dengan pitting udema (+1)

c. Kulit

Bersih, warna kulit sawo matang, akral dingin, turgor kulit baik.

9. Genitalia

Normal, bersih, terpasang kateter urine no.18

D. Activity Daily Living

1. Nutrisi

a. Sebelum dirawat

Pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk habis satu porsi


b. Setelah dirawat

Pasien tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi dengan diit jantung

2. Eliminasi

BAB

a. Sebelum dirawat

Pasien BAB 1x sehari, konsistensi lembek, tidak ada darah

b. Setelah dirawat

Pasien belum BAB


BAK

a. Sebelum dirwat

Pasien biasa BAK 5-6 kali sehari, warna kekuningan, tidak

bercampur darah.

b. Setelah dirawat

Pasien terpasang katetern urine no. 18, warna urin kekuningan,

tidak bercampur darah.

3. Olahraga dan aktivitas

Pasien tidak pernah berolahraga

Pasien hanya beraktivitas di rumah dan di kantor

4. Istirahat dan tidur

a. Sebelum dirawat

Pasien biasa tidur 8 jam sehari, tidak sering terbangun

b. Setelah dirawat

Pasien susah tidur karena sesak

5. Personal higyene

Pasien biasa mandi 2 x sehari menggunakan sabun, gosok gigi

menggunakan pasta gigi. Setelah dirawat pasien belum mandi.


E. Pola Interaksi Sosial

Orang terdekat pasien adalah keluarga. Bila ada masalah pasien

mendiskusikan dengan keluarga.

F. Kegiatan Keagamaan

Pasien biasa sholat 5 waktu dan berzikir. Setelah sakit pasien berzikir

G. Keadaan Psikososil Selama Sakit

Pasien menganggap sakit sebagai ujian

Harapan pasien lekas sembuh dan pulang kerumah

Pasien berinteraksi dengan baik dengan petugas kesehatan


H. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Thorax

- Corakan bronchovaskuler meningkat

- Tidak tampak proses spesifik aktif kedua paru

- Cor : membesar dengan CTI > 56 %, cephalisasi (+)

- Sinus costoprenicus ka/ki lancip

- Diagfragma ka/ki dalam batas normal

- Tulang-tulang intak

Kesan : Cardiomegaly dengan tanda-tanda edema paru interstisial

b. EKG

Gambar 3.1 EKG

I. Pemeriksaan Laboratorium

26 -6- 2018 jam 19.36 WITA


GDS 119 mg/dl Normal

Ureum 73 mg/ dl Normal

Creatinin 0,7 mg/dl Normal

Asam urat 10,6 mg/dl Normal

HB 8,0 (g/dL)

Leukosit 20,10 (10,3/uL)

Na 140,7 mmol/L

K 4,21 mmol/L

CL 106,0 mmol/ L
J. Obat

Tabel 3.1 Daftar Obat

Nama obat Dosis Waktu pemberian


Pantoprazole 2 x 1 vial 06.00 18.00
Furosemide 2 x 2 ampul 06.00 18.00
Valsartan 2 x 160 mg 06.00 18.00
Nitrocaf R 2 x 2,5 mg 06.00 18.00
Domperidone 3 x 10 mg 06.00 14.00 22.00
Isosorbit dinitrat 3 x 10 mg 06.00 14.00 22.00
Clopidogrel 1 x 75 mg 14.00
Amlodipin 1 x 10 mg 14.00
Lansoprazole 1 x 1 vial 14.00
Simfastatin 1 x 20 mg 22.00
Dulcolax 1x 1 22.00
Nacl 0,9 % 12 tpm gandeng nitrogliserin dalam 50 cc jalan 18 ml/ jam via siring pump

30
K. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa data

No Tanggal / Data fokus Problem Etiologi

jam
1 26-6-2018 Ds : pasien mengeluh mudah lelah Penurunan curah Respon fisiologis

jantung otot jantung


09.00 Do : hasil foto thorax cardiomegaly dengan tanda-tanda

edema paru interstisial, , TD : 175/ 100 mmHg, HR : 90 x/

menit, RR : 32 x/ menit, S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %


2 26-6-2018 Ds : pasien mengeluh sesak nafas Pola nafas tidak Kegagalan otot

efektif pernafasan
09.00 Do : nafas cuping hidung, terdapat otor bantu pernafasan,

TD : 175/ 100 mmHg, HR : 90 x/ menit, RR : 32 x/ menit,

S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %
3 26-1-2018 Ds : pasien mengeluh nyeri dada Nyeri akut Agen cedera

biologis
09.00 P : CHF, Q : seperti di tindis beban berat, R : dada kiri

menjalar ke punggung, S: skala 8 (berat), T : selalu

muncul. TD : 175/ 100 mmHg, HR: 90 x/ menit, RR :

32 x/ menit, S : 36,5 O C, SpO2 : 90 %


L. Prioritas Diagnosa

1. Penurunan curah jantung b.d respon fisiologis otot jantung

2. Pola nafas tidak efektif b.d kegagalan otot pernafasan

3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis

M. Intervensi

Tabel 3.3 Rencana keperawatan

No Tanggal/ Tujuan Rencana Tindakan

Dx Jam (NOC) (NIC)


1 26-6-2018 NOC: NIC :

09.00 1. Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care

2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada (

intensitas,lokasi, durasi)
3. Vital Sign Status
2. Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil:
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
1. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan
cardiac putput
darah, Nadi, respirasi)
4. Monitor status kardiovaskuler
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
kelelahan
gagal jantung
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
asites 6. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi
4. Tidak ada penurunan kesadaran
7. Monitor balance cairan

8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu

dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,


atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan

pulsus alterans

8. Monitor jumlah dan irama jantung dan

monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10. Monitor suara paru, pola pernapasan

abnormal

11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

12. Monitor sianosis perifer

13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital


sign
2 26-6-2018 NOC : Airway Management

Respiratory status : Ventilation


09.00 1. Pertahankan bukaan jalan nafas
Respiratory status : Airway patency
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
Vital sign Status
3. Memaksimalkan Ventilasi.

Kriteria Hasil : 4. Keluarkan secret dengan suction

1. Irama pernafasan normal


Oxygen Therapy

2. Frekuensi pernafasan normal


1. Pertahankan jalan nafas yang paten

3. TTV dalam batas normal


2. Monitor aliran Oksigen

4. Tidak ada tanda sesak


3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi

5. Pasien tidak mengeluh sesak


Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab

dari perubahan Vital

Sign

Kolaborasi pemberian Therapy medis

3 26-6-2018 NOC Manajemen Nyeri

Label : Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


09.00
1. Klien melaporkan nyeri berkurang komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi frekuensi, kualitas dan factor


2. Klien dapat mengenal lamanya (onset)
nyeri presipitasi.

3. Klien dapat menggambarkan faktor 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal

penyebab mengenai ketidaknyamanan

4. Klien dapat menggunakan teknik non 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat

farmakologis mempengaruhi respon pasien terhadap

5. Klien menggunakan analgesic sesuai ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,

instruksi pencahayaan, suara bising)

4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Pain Level (teknik relaksasi nafas dalam)

5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk


1. Klien melaporkan nyeri berkurang
membantu penurunan nyeri
2. Klien tidak tampak mengeluh dan

menangis
Pemberian analgesik
3. Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan
1. Cek adanya riwayat alergi obat.
nyeri
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
4. Klien tidak gelisah
dosis, dan frekuensi
Monitor tanda-tanda vital

Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat


N. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.4 Implementasi dan evaluasi

No Tanggal / Implementasi keperawatan Jam Catatan perkembangan

Dx Jam
1 26-6-2018 NIC : 14.00 S : pasien mengatakan mudah kelelahan

O : ku lemah , GCS E4V5M6


09.00 Cardiac Care
TD : 124/ 90 mmHg
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
HR : 82 x/ menit
intensitas,lokasi, durasi)
RR : 25 x/ menit
2. Catat adanya disritmia jantung
S : 36,0 O C
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
SpO2 : 99 %
cardiac putput
A :penurunan curah jantung
4. Monitor status kardiovaskuler
P :lanjutkan intervensi

5. Monitor status pernafasan yang menandakan

gagal jantung

6. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi

7. Monitor balance cairan

8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien terhadap efek


pengobatan antiaritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu

dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus

alterans
8. Monitor jumlah dan irama jantung dan

monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10. Monitor suara paru, pola pernapasan

abnormal

11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

12. Monitor sianosis perifer

13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital

sign
2 26-6-2018 Airway Management 14.00 S : pasien mengatakan masih sesak

09.00 1. Pertahankan bukaan jalan nafas O : ku lemah, GCS E4V5M6, terdapat otot

bantu nafas
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
TD : 154/ 70 mmHg
3. Memaksimalkan Ventilasi.
HR : 98 x/ menit
4. Keluarkan secret dengan suction
RR : 32 x/ menit

Oxygen Therapy S : 36,5 O C

1. Pertahankan jalan nafas yang paten


2. Monitor aliran Oksigen SpO2 : 98 %

3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi A :pola nafas tidak efektif

P :lanjutkan intervensi
Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD,suhu,RR

2. Identifikasi penyebab

dari perubahan Vital

Sign

Kolaborasi pemberian Therapy medis


3 26-6-2018 Manajemen Nyeri 14.00 S: pasien mengatakan masih nyeri dada skala

1. Lakukan pengkajian nyeri secara 7


09.00
komperhensif termasuk lokasi, O: ku lemah, GCS E4V5M6

karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan TD : 154/ 90 mmHg

factor presipitasi. HR : 98 x/ menit

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal RR : 32 x/ menit


O
mengenai ketidaknyamanan S : 36,5 C

3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat SpO2 : 95 %

mempengaruhi respon pasien terhadap A: nyeri akut

ketidaknyamanan (misalnya, suhu


P: lanjutkan intervensi
ruangan, pencahayaan, suara bising)
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(teknik relaksasi nafas dalam)

5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri

Pemberian analgesik

1. Cek adanya riwayat alergi obat.

2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,

dosis, dan frekuensi

Monitor tanda-tanda vital

Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat


1 27-6-2018 NIC : 14.00 S : pasien mengatakan mudah lelah

O : ku lemah , GCS E4V5M6


08.00 Cardiac Care
TD : 124/ 90 mmHg
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
HR : 82 x/ menit
intensitas,lokasi, durasi)
RR : 25 x/ menit
2. Catat adanya disritmia jantung
S : 36,0 O C
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
SpO2 : 99 %
cardiac putput
A : penurunan curah jantung
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan P :lanjutkan intervensi

gagal jantung

6. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi

7. Monitor balance cairan

8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu

dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus

alterans

8. Monitor jumlah dan irama jantung dan

monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10. Monitor suara paru, pola pernapasan

abnormal

11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

12. Monitor sianosis perifer

13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan


sistolik)

14. Identifikasi penyebab dari perubahan vital

sign
2 27-6-2018 Airway Management 14.00 S : pasien mengatakan sesak berkurang

08.00 1. Pertahankan bukaan jalan nafas O : ku lemah, GCS E4V5M6,terdapat otot

bantu pernafasan
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
TD : 135/ 90 mmHg
3. Memaksimalkan Ventilasi.
HR :81 x/ menit
4. Keluarkan secret dengan suction
RR : 28 x/ menit
O
Oxygen Therapy S : 36,5 C

SpO2 : 99%
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
A :pola nafas tidak efektif
2. Monitor aliran Oksigen
P :lanjutkan intervensi
3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD,suhu,RR
2. Identifikasi penyebab

dari perubahan Vital

Sign

Kolaborasi pemberian Therapy medis

3 27-6-2018 Manajemen Nyeri 14.00 S: pasien mengetakan masih nyeri dada skala

1. Lakukan pengkajian nyeri secara 5


08.00
komperhensif termasuk lokasi, O: ku lemah, GCS E4V5M6

karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan


TD : 135/ 90 mmHg
factor presipitasi. HR : 81 x/ menit

RR : 28 x/ menit
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
O
S : 36,5 C
mengenai ketidaknyamanan
SpO2 : 99 %
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
A: nyeri akut
mempengaruhi respon pasien terhadap

ketidaknyamanan (misalnya, suhu P: lanjutkan intervensi

ruangan, pencahayaan, suara bising)

4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(teknik relaksasi nafas dalam)

5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri

Pemberian analgesik

1. Cek adanya riwayat alergi obat.

2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,

dosis, dan frekuensi

Monitor tanda-tanda vital


Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat


1 28-6-2018 NIC : 14.00 S : pasien mengatakan masih lemas

O : ku lemah , GCS E4V5M6


08.30 Cardiac Care
TD : 124/ 90 mmHg
1. Evaluasi adanya nyeri dada (
HR : 82 x/ menit
intensitas,lokasi, durasi)
RR : 25 x/ menit
2. Catat adanya disritmia jantung
S : 36,0 O C
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
SpO2 : 99 %
cardiac putput
A : penurunan curah jantung
4. Monitor status kardiovaskuler
P :lanjutkan intervensi

5. Monitor status pernafasan yang menandakan

gagal jantung

6. Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi

7. Monitor balance cairan

8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien


12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu

dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus

alterans

8. Monitor jumlah dan irama jantung dan


monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10. Monitor suara paru, pola pernapasan


abnormal

11. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

12. Monitor sianosis perifer

13. onitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan

sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign


2 28-6-2018 Airway Management 14.00 S : pasien mengatakan sesak berkurang

O : ku lemah , GCS E4V5M6


08.30 1. Pertahankan bukaan jalan nafas
TD : 124/ 90 mmHg
2. Beri posisi head up 30-40 derajat untuk
HR : 82 x/ menit
3. Memaksimalkan Ventilasi.
RR : 25 x/ menit

4. Keluarkan secret dengan suction S : 36,0 O C

SpO2 : 99 %
Oxygen Therapy
A :pola nafas tidak efektif
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
P :lanjutkan intervensi
2. Monitor aliran Oksigen

3. Monitor adanya tanda-tanda hypoventilasi

Vital Sign Monitoring

1. Monitor TD,suhu,RR

2. Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital

Sign

Kolaborasi pemberian Therapy medis


3 28-6-2018 Manajemen Nyeri 14.00 S: pasien mengatakan nyeriberkurang skala 4

1. Lakukan pengkajian nyeri secara O: ku lemah, GCS E4V5M6


08.00
komperhensif termasuk lokasi, TD : 124/ 90 mmHg

karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan HR : 82 x/ menit

factor presipitasi. RR : 28 x/ menit

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal S : 36,0 O C

mengenai ketidaknyamanan SpO2 : 98 %

3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat A: nyeri akut

mempengaruhi respon pasien terhadap


P: lanjutkan intervensi
ketidaknyamanan (misalnya, suhu

ruangan, pencahayaan, suara bising)

4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

(teknik relaksasi nafas dalam)

5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri


Pemberian analgesik

1. Cek adanya riwayat alergi obat.

2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,

dosis, dan frekuensi

Monitor tanda-tanda vital

Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan

keperawatan pada Tn. A dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF) yang

dilaksanakan selama 3 hari mulai 26 Juni 2018 sampai 28 Juni 2018 di ruang

ICCU RSUD Bahteramas Kendari. Pembahasan berikut ini akan diuraikan

pelaksanaan asuhan keperawatan pad Tn. A dengan Congestive Heart Failure

(CHF) sesuai fase dalam proses asuhan keperawatan yaitu meliputi: pengkajian,

pengangkatan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,

pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data

dari pasien yang akurat sehingga akan di ketahui masalah yang ada pada

pasien. Tahap pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data, validasi

data, dan identifikasi pola masalah (Hidayat 2008).

Pada tinjauan teori pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) secara

teoritis manifestasi klinis yang dapat ditemukan yaitu pusing, konfusi,

kelelahan, ektremitas dingin, dan oliguria. Pada laporanan kasus diperoleh

hasil pengkajian sesuai dengan tinjauan teori. Pada tahap pengkajian penulis

tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan keluarga

cukup kooperatif.

B. Diagnosa Keperawatan

51
Dignosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif

yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa

keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses

berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam

medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

Bedasarkan hasil pengkajian pada Tn. A dengan Congestive Heart Failure

(CHF) dapat ditetapkan dua diagnosa prioritas yaitu “penurunan curah jantung

52
dan pola nafas tidak efektif”. Menurut NANDA 2014-2015 penurunan curah

jantung ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah jantung terjadi karena

penurunan kontraktilitas mengacu pada perubahan kontraksi yang terjadi pada

tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

kadar kalsium. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada

pasien Tn.A. Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk

ditegakkanya diagnosa penurunan curah jantung. Pada saat perumusan

diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn.A pasien mengatakan jika

aktivitas mudah lelah dan diperoleh TD 154/77 mmHg.

Diagnosa “pola nafas tidak efektif” ditegakkan berdasarkan hasil

pengkajian yang dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan hasil

pemeriksaan fisik. Pada saat dilakukan pengkajian ditemuakan pasien

mengatakan sesak dan berdasarkan data objektif ditemukan nafas cuping

hidung, retraksi dinding dada, RR 32 x/menit.

C. Intervensi Keperawatan

Pada tahap intervensi di tetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan

dicapai selama melakukan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan

disusun berdasarkan diagnosa keperwatan yang telah ditetapkan dari hasil

pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan Congestive Heart Failure (CHF).

Penyususnan intervensi keperawatan secara teoritis melibatkan Tn.A dan

sumber-sumber lainnya yang menjadi dasar penyusunan intervensi


keperawatan yang efektif dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada

ditinjau dari segi kebutuhan dasar manusia.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan

yang telah disusun dengan menggambarkan pencapaian tujuan dan semua

tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan.


Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi : tindakan mandiri

keperawatan, tindakan observasi keperawatan, tindakan yang bersifat edukatif

dan kolaboratif.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan.

Melalui evaluasi keperawatan perawat dapat memberikan pendapat pada

kuantitas dan kualitas yang diberikan. Evaluasi pada aktivitas terus menerus

yang memainkan peran penting dalam seluruh fase proses keperawatan.

Evaluasi adalah salah satu cara menilai apakah asuhan keperwatan yang

diberikan telah tercapai sesuai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada

intervensi keperawatan.

Pada tahap evaluasi pada pasien Tn.A dengan diagnosa keperawatan

“penurunan curah jantung dan pola nafas tidak efektif” tidak semua masalah

teratasi. Hal ini disebabkan penanganan kasus yang membutuhkan waktu yang

lama dan tindakan kolaborasi dengan tenaga ahli lainnya sedangkan waktu

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.A hanya berlangsung tiga hari saja.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Congestive

Heart Failure (CHF) di ruang ICCU RSUD Bahteramas dapat

disimpulkan bahwa:
Saat pengkajian ditemukan kesadaran pasien komposmentis. Hasil

pemeriksan fisik TD : 154/ 70 mmHg (lengan kanan), HR : 65/ menit

(iregiuler), RR : 32 x/ menit (kusmaul), S : 36,5 O C (axial), SpO2: 90

%.. Hasil pemeriksaan laboratoriumn GDS 119 mg/dl, Ureum 73 mg/ dl,

Creatinin 0,7 mg/dl, Asam urat 10,6 mg/dl, HB 8,0 (g/dL), leukosit 20,10

(10,3/uL), Na 140,7 mmol/L, K 4,21 mmol/L, CL 106,0 mmol/ L.

1. Berdasarkan hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnosa keperawatan

sebagai berikut:penurunan curah jantung b.d respon fisiologis otot

jantung dan pola nafas tidak efektif b.d penurunan volume paru.

2. Setelah di rumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menyusun

intervensi keperawatan seperti yang tertera pada laporan kasus di bab

III.

3. Selanjutnya implementasi keperawatan dilakukan selama tiga hari

kerja sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun

sebelumnya.

4. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari di akhir jam dinas. Hasil

evaluasi keperawatan yang didapatkan pada hari ketiga yaitu kondisi

pasien belum membaik dengan hasil: ku lemah, kesadaran

komposmentis dengan GCS E4V5M6, TD 124/90 mmHg, HR 82

x/menit, RR 25 x/ menit, T 36,0 o C, SpO2 100%.


B. Saran

1. Pelayanan Kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi acuan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF).

2. Profesi keperawatan

Perawat diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) mulai dari

perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, hingga melakukan evaluasi keperawatan.

3. Masyarakat

Penelitian ini sebagai informasi dalam memberikan pertolongan pada

pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) sebelum dibawa ke

RS.

4. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan asuhan

keperawatan secara konfrehensif dan berkelanjutan pada pasien

Congestive Heart Failure (CHF).


DAFTAR PUSTAKA

Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,

Kradjan, W.A., et al., 2013, Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics

The Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins,

Pennsylvania, United States of America, p 342

Andrianto. 2008. Nesiritide Intravena Suatu Peptida Natriuretik untuk Terapi

Gagal Jantung Akut. Unair, Surabaya.

http://arekkardiounair.blogspot.com/2018_06_27_archive.html

Brunner & Suddarth. 2013.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.Jakarta. EGC.

Deswani. (2009). Asuhan keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba

Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar

(Riskesdas) nasional 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.

Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,

Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education

Companies, Inggris.

Kabo, Peter. 2012. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara

Rasional. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. sJakarta:

Salemba Medika.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius.

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.

National Heart Foundation of Australia, 2011, Guideline for the Prevention,

Detection and Management of Chronic Heart Failure, NHFA Guideline.

Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Medikal Bedah Bruner & Suddarth edisi 8.
Jakarta: EGC.

Udjianti,W.J.(2010).Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika.

Yancy. CW. 2013. Guideline for The Management of Heart Failure. American

Heart Association.

WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization. Geneva.

Cited July 15th 2014. Available from URL :

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/ accessed on.

Wijaya, Andra S,. & Yessie M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai