Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

RESUME JURNAL

KELOMPOK 1

RENI DIAN SAPUTRI G1B013017

NADYA ROHMATUL L I1B015025

GUSTIANI IKE S I1B015026

AI DEVI NURAENI I1B015031

TIANA DEWI I1B015032

UMI DAHLIA JAMBAK I1B015089

RIZQA AFIQA I1B015082

FATKHUL ULUM I1B015083

NUR AHMAD YANU S I1B015084

EVA KHOLIFA I1B0150038

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PURWOKERTO

2016
BAB. I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak
terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan
nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan
Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan dan keterhubungan. Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap
faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi
seseorang dengan Tuhan atau sebagimana didefenisikan oleh individu itu dan keluar
dari hubungan itu untuk mengalami pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan,
makna dan tujuan dalam hidup. Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama
atau kepercayan terhadap Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau
mencari makna dan tujuan (Kalat, 2007).

Rasa cemas tampaknya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Kecemasan


merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa
kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak
rasional terhadap sesuatu hal. Apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong
orang untuk melakukan satu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah
impuls-impuls yang berbahaya. Orang yang cemas tidak juga lepas dari keadaan
mental yang tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri
atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi

1.2 TUJUAN

Tujuannya adalah untuk mengetahui penurunan tingkat kecemasan dengan


metode dukungan spiritual yang ada.
BAB. II
ISI

2.1 RESUME JURNAL

2.1.1 JURNAL PERTAMA


A. Identitas jurnal
Pengarang : Virgianti Nurfaridah
Judul : Terapi Murrotal (Al-Qur’an) Mampu
Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien
Operasi Lapartomi
Penerbit : Keperawatan Stikkes Muhammadiyah Lamongan
Volume, Edisi, Tahun : Volume 5, Edisi 1, Tahun 2015
B. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukan resume jurnal yaitu agar mahasiswa mampu mengetahui
pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan preoperasi laparatomi.
C. Hasil
Banyak dikembangkan terapi untuk menangani kecemasan ataupun nyeri,
salah satunya adalah terapi murotal (membaca Al-qur’an) yang dapat
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi ini murotal (membaca
Al-qur’an) terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat
menurunkan rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks.
Pengobatan Al-Qur’an mampu mengobati penyakit yang di alaminya yang
tidak mampu di obati oleh tim medis. Dengan mendengarkan ayat-ayat
mulia dari Al-Qur’an, getaran neuron akan kembali stabil bahkan melakukan
fungsi prinsipilnya secara baik. Karakteristik pasien pre operasi laparatomi
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 32 pasien pre operasi
laparatomi yang berjenis kelamin laki- laki yaitu 15 pasien (46,8%) dan
yang berjenis kelamin perempuan 17 pasien atau (53,2%). Berdasarkan usia
menunjukkan bahwa dari 32 pasien pre operasi laparatomi sebagian besar
pasien berusia 41-50 tahun yaitu 21 pasien atau 65,5%. Berdasarkan
pendidikan menunjukan bahwa dari total 32 pasien, sebagian besar tingkat
pendidikan adalah SMA yaitu sebanyak 20 pasien atau 62,5%. Berdasarkan
sebelum mendapat perlakuan terapi murottal (Al-qur’an) menunjukkan
bahwa dari 32 pasien pre operasi laparatomi pre intervensi lebih dari
sebagian pasien pre operasi mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 18
pasien atau 56,2%. Berdasarkan Penurunan Tingkat Kecemasan pada pasien
pre operasi sesudah diberikan terapi murottal (Al qur’an) menunjukkan
bahwa dari 32 pasien pre operasi laparatomi post intervensi lebih dari
sebagian pasien pre op mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu 21 pasien
atau 65,6%.

Tabel 6. Cross Tabs pasien pre operasi laparatomi berdasarkan Tingkat


Kecemasan pre dan post intervansi.

Tingkat cemas Tingkatan cemas


Post intervensi
Pre intervensi Normal Ringan Sedang
Berat Total
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Normal 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 100
%
Ringan 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 100
%
Sedang 3 16,7% 15 83,3% 0 0% 0 0% 18 100
%
Berat 0 0% 6 42,9% 8 57,1% 0 0% 14 100
%
Total 3 9,4% 21 65,6% 21 25% 0 0% 32 100
%
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai
signifikansi (p value = 0,000) dimana hal ini berarti p value < 0,05 sehingga
H1diterima artinya ada pengaruh tingkat kecemasan sebelum pemberian
perlakuan terapi murottal (Al-Qur’an).

D. Metode

Metode yang di pakai peneliti pada jurnal “ TERAPI MUROTAL


AL-QUR’AN MAMPU MENURUNKAN KECEMASAN PADA PASIEN
PRE OPERASI LAPARATOMI “ Desain dalam penelitian ini adalah Pra
Eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-postest. Dalam
rancangan ini, tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak
susah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti
dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah terjadi adanya
eksperimen.

E. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan : penelitian menggunakan metode praeksperimen dengan


menggunakan desain One Group Pretest-Postest yang mampu membuktikan
hipotesis yaitu mendengarkan murattal efektif dalam meningkatkan
kemampuan konsentrasi. Terapi murottal memberikan dampak psikologis ke
arah positif, hal ini dikarenakan ketika murottal diperdengarkan dan sampai ke
otak, maka murottal ini akan diterjemahkan oleh otak.

Kekurangan :

-Tidak dijelaskan pengaruh terapi murottal terhadap kejenuhan dalam


menurunkan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi laparatomi.

-Tidak dijelaskan waktu lamanya pemberian terapi murottal Al quran, karena


ada kemungkinan semakin lama pemberian terapi murottal semakin
menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi laparatomi.
2.1.2 JURNAL KEDUA
A. Identitas jurnal
Pengarang : Derison Maesinova Bakara, Kusuma Ibrahim, Aat
Sriati
Judul : Efek Spiritual Emotional Freedom Technique
terhadap Cemas dan Depresi,Sindrom Koroner Akut
Penerbit : Poltekkes Kemenkes Bengkulu,Fakultas Keperawatan
Universitas padjajaran
Volume, Edisi, Tahun : Volume 1 Nomor 1 April 2013
B. Tujuan penelitian
Penelitian dalam jurnal pembanding 1 (satu) ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh SEFT terhadap penurunan gejala depresi, kecemasan, dan stres pada
pasien SKA yang dirawat di ruang rawat intensif jantung.
C. Hasil

Hasil uji beda karekteristik responsden pada tabel 1 dapat menunjukkan


bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada data karekteristik jenis
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan diagnosa SKA Antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi menunjukkan nilai p˃0.05.
Hasil uji normalitas pada tabel 2 menunjukkan bahwa rerata tingkat depresi,

kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok


kontrol dan kelompok intervensi data tidak berdistribusi normal dengan nilai
p<0.05. Data tersebut menunjukkan uji statistik yang tepat untuk dilakukan
adalah dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu Wilcoxon.

Hasil uji statistik pada tabel 3 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum intervensi
pada kelompok kontrol.
Hasil uji statistik pada tabel 4 dapat diartikan ada perbedaan yang bermakna
rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum intervensi pada
kelompok intervensi yang ditampilkan didapatkan nilai p<0.05.

Tabel 5 menunjukkan hasil tidak ada perbedaan rerata yang bermakna


tingkat depresi dan tingkat kecemasan sebelum intervensi pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi didapatkan nilai p˃0,05. Perbedaan rerata
tingkat stres sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi ada perbedaan yang bermakna didapatkan nilai p<0.05.
Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
antara rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah intervensi pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan nilai p<0.05.

Hasil uji statistik pada tabel 7 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
selisih rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah intervensi pada
kelompok control dan kelompok intervensi didapatkan nilai p<0.05.

Berdasarkan hasil penelitian dari table-tabel diatas dapat disimpulkan bahwa


intervensi SEFT dapat menurunkan tingkat depresi, kecemasan dan stres
pada pasien SKA secara bermakna.
D. Metode
Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperimen, teknik pengambilan
sampel dengan consecutive sampling, sebanyak 42 orang. Penetapan jumlah
responsden untuk kontrol dan kelompok intervensi menggunakan number
ramdom trial, sehingga ditetapkan kelompok intervensi berjumlah 19
responsden dan untuk kelompok kontrol berjumlah 23 responsden.
Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diukur tingkat depresi,
kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stres
Scales 21(DASS 21) kemudian pada kelompok intervensi diberikan
intervensi SEFT satu kali selama 15 menit dan diukur kembali tingkat
depresi, kecemasan, dan stres pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney.
E. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Jurnal pembanding 1 ini memiliki kelebihan yaitu kosakatanya mudah


dipahami atau mudah dimengerti, sedangkan kekurangan dalam jurnal
pembanding 1 ini yaitu kurang detail dalam menjabarkan hasil pengukuran.

2.1.3 JURNAL KETIGA


A. Identitas Jurnal
Pengarang : Evi Nugraheni, Sarka Ade Susana, Fajriati Nur
azizah
Judul : Pemenuhan Kebutuhan Spritua Berhubungan
dengan Status Kecemasan Menghadapi Masa
Pensiun pada Pegawai Negri Sipil
Penerbit : Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Volume, Edisi, Tahun : Volume 3 Nomer 1, Tahun 2014

B. Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian ini untuk mngetahui hubungan antara pemenuhan spiritual
dan PNS pensiun kecemasan di sleman.
C. Hasil

Pada jurnal pembanding 2 mengenai Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Berhubungan Dengan Status Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada
Pegawai Negeri Sipil dengan responden di Kabupaten Sleman yang akan
pensiun pada bulan Juni-Oktober dengan jumlah sampel 55 responden
dilakukan dengan simple random sampling. Hasil analisis data sebagai
berikut
Hasil uji hipotesis dilakukan menunjukkan bahwa nilai korelasi antar
variabel pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kecemasan didapatkan
signifikansi sebesar p=0,042 (p<0,05) yang berarti adanya hubungan
signifikan antara variabel pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat
kecemasan dalam menghadapi masa pension di Kabupaten Sleman.
D. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian cross cectional. Uji statistik
menggunakan korelasi kendal atau dengan tingkat signifikansi p = 0,05.
Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling yang
melibatkan 55.

E. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan: bisa di praktikan pada anggota keluarga kita yang memang


sudah pensiun PNS.
Lebih mudah di terapkan di lingkungan sekitar kita yang dominasinya
pensiunan PNS. Adapun dalam penyusunan format jurnal sudah bagus,
menggunakan ejaan EYD, hasil tersusun dengan dengan jelas, bagan hasil
dibuat lengkap, sehingga mudah di pahami.
Kekurangan: kekurangan jurnal ini kurang jelas dalam metode yang di
praktikan pada pasien pensiunan PNS untuk mengurangi tingkat
kecemasan.
BAB. III
PEMBAHASAN

3.1 ANALAISIS JURNAL

A. Landasan Teori Jurnal

Spiritualitas adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, karena itulah


pekerja 12 omati dalam memberikan pelayanan psikososial sebagai layanan
utamanya (core-services) semestinya tidak terlepas dari isu dan konteks
spiritualitas. Kajian terkini oleh Rapp (2010) telah menunjukkan bahwa agama
dan spiritual adalah kekuatan dan bukannya patologi. Pekerja 12omati adalah
sebagian dari profesi yang sangat penting untuk mendiskusikan atau
membincangkan, mendalami serta mengembangkan pelatihan-pelatihan yang
menerapkan pendekatan spiritualitas. Perkara ini sangat penting, apalagi dalam
kontek Asia dan Indonesia sebagai 12omati yang penduduknya terkenal sebagai
masyarakat yang 12omatic12s.

Dalam relasi praktek, klien bisa saja memiliki pemahaman spiritualnya tersendiri
sebagai bagian dari masalah mereka. Sebaliknya, spiritualitas juga dapat menjadi
peluang penyelesaian masalah, sebab spiritual adalah salah satu komponen utama
kebutuhan manusia. Hampir semua orang berhubungan secara intense dengan
isu-isu spiritualitas dalam kehidupannya. Meskipun dengan cara dan jalan yang
berbeda. Setiap manusia jelas membutuhkan sandaran spiritual untuk menjalani
kehidupan yang lebih tegar, bermakna, dan memiliki tujuan. Oleh karena itu,
perlu kajian secara mendalam. Jika dikaji lebih mendalam baik dari aspek teologi
(doktrin) maupun aspek praktik keagamaan, terdapat banyak dimensi
spiritual/religiusitas yang terkait erat dengan praktek pekerjaan sebagai profesi
pertolongan. Beberapa ritual keagamaan mengandung nilai-nilai pertolongan
atau dukungan bahkan elemen pemberdayaan (empowerment). Dari sisi praktek
klinis, setiap orang memiliki kebutuhan akan transendensi yakni mengalami dan
merasakan adanya kekuatan yang lebih besar diluar diri individu termasuk
seluruh eksistensi material maupun non-material yang disadari keberadaanya,
kekuatan inilah yang kemudian dijadikan sebagai sandaran atau tempat kembali
ditengah kepenatan, kegelisahan, penderitaan dan ketidakpastian dan kelemahan
yang sedang dialami (Canda & Furman, 2010).

Menurut Pierre dalam Nelson (2009), spiritualitas dapat membantu seseorang


dalam menemukan makna hidupnya, mendorong untuk senantiasa berpikir dan
berbuat baik, mendorong untuk menjalin keharmonisan dengan Tuhan, alam,
masyarakat termasuk menemukan kedamaian pikiran dan hati (kalbu), spiritulitas
dapat memberikan semangat (spirit), kebebasan dari belenggu keterpurukan dan
spiritulitas turut memberikan jalan kearah transformasi diri yang lebih bermakna.
Hal ini menunjukkan bahwa praktek agama dan spritualitas memiliki relevansi
dengan tugas-tugas dan praktek pekerjaan 13omati. Oleh karena itu, pendekatan
spiritualitas adalah salah satu kemahiran (skill) yang sebaiknya dimiliki pekerja
13omati dalam memberdayakan klien secara emosional/psikis dan dalam rangka
membangun kembali spirit (ketergairahan) dalam usaha menumbuhkan
kepercayaan diri klien untuk menjalani kehidupan secara normal.

(Stuart dan Sundeen, 2006) berpendapat bahwa kecemasan adalah kekhawatiran


yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. .Menurut Stuart dan Sundeen (2007) tingkat kecemasan adalah
sebagai berikut : Pertama, Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kedua,
Kecemasan sedang memungkinkan individu dalam berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif sehingga dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya. Ketiga, Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu akan cenderung berfokus terhadap sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan sehingga
dapat berfokus pada area lain. Keempat, tingkat 14 omat dari kecemasan
berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan 14 omati. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami 14omat tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Menurut Soewadi dalam Andri (2009) tingkat kecemasan dipengaruhi oleh


beberapa 14omati antara lain: potensi stressor, maturitas, status pendidikan dan
14omati ekonomi, keadaan fisik, tipe kepribadian, 14omati budaya, lingkungan
atau situasi, umur dan jenis kelamin. .Seseorang mengalami kecemasan dengan
tanda dan gejala seperti berikut: cemas, khawatir, sering berfirasat buruk, takut
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung; merasa tegang, tidak tenang,
gelisah, mudah terkejut; takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang;
gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan; gangguan konsentrasi
dan daya ingat; keluhan-keluhan 14omatic, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya
(Hawari, 2006).

B. Jurnal-Jurnal yang Mendukung

Pada jurnal utama yang berjudul “Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu


Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparatomi”, peneliti
menjelaskan bahwa tingkat kecemasan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi
kesuksesan operasi yang akan dilaksanakan. Kecemasan merupakan hal yang
abstrak atau tidak pasti tentang ketidakberdayaan seseorang pada waktu tertentu.
Rasa cemas yang berlebihan dapat menyebabkan beberapa keadaan yang kurang
mendukung pada proses pemulihan kesehatan. Kadar norephinephrin dalam
tubuh akan meningkat apabila individu mengalami rasa cemas yang berlebihan.
Norephinephrin dalam darah mempengaruhi kualitas tidur bagi individu. Klien
dengan rasa cemas yang tinggi menjadi sering terjaga dan kurang beristirahat
yang berakibat pada proses penyembuhan luka yang lama karena fungsi tidur
untuk regenerasi sel yang rusak tidak berjalan optimal. Taraf cemas yang tinggi
juga berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan frekuensi pernapasan
yang akan mengakibatkan terjadinya perdarahan baik ketika operasi maupun
pasca operasi (Faradisi, 2012).

Ahmad Al-Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and
Research di Florida, Amerika Serikat dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan
Dokter Amerika, wilayah missuori Amerika Serikat mempresentasikan hasil
penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada fisiologi dan psikologi
manusia. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terapi yang bersifat
religius seperti mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang
signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan kecemasan.
Hasil penelitian ini didukung positif secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah
alat berbasis komputer. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi spiritual
memiliki peranan penting dalam membantu mempercepat pemulihan klien, salah
satu dari bentuk terapi spiritual yaitu terapi pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an
atau disebut juga terapi murattal.(Remolda, 2009 dalam Faradisi, 2012).

Jurnal pembanding 1 yang memiliki judul “Efek Spiritual Emotional Freedom


Technique terhadap Cemas dan Depresi, Sindrom Koroner Akut” memberikan
penjelasan yang mendukung bahwa terapi spiritual mampu membantu proses
penyembuhan klien. Peneliti pada jurnal tersebut menggunakan terapi spiritual
dalam bentuk Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada klien dengan
Sindrom Koroner Akut. Intervensi SEFT yaitu suatu teknik yang
menghubungkan antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan kepasrahan
dengan energi psikologi berupa seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan
sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku
melalui tiga teknik sederhana yaitu set-up, tune-in dan tetaping (Bakara, Ibrahim,
dan Sriati, 2013). Terapi SEFT terbukti mampu menurunkan tingkat
kecemasandan depresi pada klien dengan SKA. Sindrom Koroner Akut adalah
penyakit yang menjadi ancaman bagi kehidupan seseorang. Pasien jantung yang
mengalami kecemasan memiliki risiko komplikasi lebih besar. Komplikasi lanjut
yang mungkin terjadi dapat berupa infark berulang, iskemia berkepanjangan,
fibrilasi ventrikel,dan takikardi ventrikel (Ruz, Lennie, dan Moser, 2011).
Penerapan pengkajian terhadap tingkat kecemasan dan depresi harus menjadi
bagian dari pengkajian dalam keperawatan dengan tujuan untuk pemulihan dan
mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.

Jurnal pembanding 2 dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Berhubungan Dengan Status Kecemasan menghadapi Masa Pensiun Pada
Pegawai Negeri Sipil” membuktikan bahwa tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yang menghadapi masa pensiun perlu mendapat perhatian. Peneliti
menjelaskan bahwa seseorang yang menghadapi masa pensiun mengharapkan
pemenuhan kebutuhan spiritual. Hal tersebut terasa wajar karena pada masa
pensiun seseorang harus menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, keluarganya,
dengan diri sendiri, dan lingkungan sekitarnya yang harus berlandaskan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, serta bertujuan untuk mencapai hidup
yang bermakna, bahagia di dunia dan di akhirat (Hawari, 2005 dalam Nugraheni,
Susana, dan Azizah, 2014 ). Aspek spiritual sangat diperlukan oleh setiap
individu baik dalam dimensi horizontal maupun vertikal, dimensi vertikal untuk
mengharmonisasikan hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan dimensi horizontal untuk mengatur hubungan sesama manusia agar
tetap damai dan konstruktif.

Klien dengan kondisi hamil memiliki tingkat kecemasan yang cukup tinggi
disebabkan oleh terjadinya beberapa perubahan pada dirinya. Kecemasan yang
muncul tersebut dapat muncul akibat dari faktor fisik, kecukupan keuangan
perubahan hormon, faktor psikososial ataupun juga bisa dari informasi
pengalaman persalinan yang menakutkan. Jurnal pembanding 3 yang berjudul
“Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu
Hamil Pertama” telah membuktikan bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu
hamil pertama dapat diatasi dengan terapi spiritual dalam bentuk relaksasi
dengan dzikir. Retnowati & Maimunah (2012) menyatakan bahwa kecemasan
pada ibu hamil akan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti
menyebabkan skor Apgar bayi ketika lahir yang rendah, meningkatkan risiko ibu
terhadap depresi postpartum, mempengaruhi kesehatan fisik dan mental ibu dan
janin, serta terhambatnya pertumbuhan organ, fungsi fisiologis, dan
perkembangan psikologis bayi. Penanganan kecemasan ibu hamil sebagai upaya
peningkatan taraf kesehatan ibu dan bayi adalah hal yang sangat penting.
Relaksasi selama ini telah terbukti dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu
hamil. Dzikir dapat membantu individu dalam membentuk persepsi yang positif
selain ketakutan yaitu keyakinan bahwa stresor apapun akan dapat dihadapi
dengan baik dengan pertolongan Allah SWT. Keadaan yang rileks mampu
mengendurkan otot dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf
parasimpatis sebagai counter aktivitas kontraksi dari sistem syaraf simpatis
(Kalat, 2007).

Berdasarkan analisis tiga jurnal pembanding, ketiga jurnal tersebut mendukung


penelitian jurnal utama yang berjudul “Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu
Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparatomi”. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa terapi murattal (Al-Qur’an) terbukti
mampu dimanfaatkan sebagai salah satu terapi spiritual yang dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi.

3.2 Hasil Perbandingan


Jurnal utama menggunakan sampel sebanyak 32 pasien yang terdiri dari 17
pasien berjenis kelamin laki-laki dan 15 pasien berjenis kelamin perempuan.
Mereka merupakan pasien pre operasi laparatomi di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Soegiri Lamongan yang sebagian besar berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak
21 pasien (65,5%) dan sebagian besar tingkat pendidikan adalah SMA yaitu
sebanyak 20 pasien (62,5%).
Dengan sampel sebanyak 32 pasien yang memiliki karakteristik seperti yang
sudah dijelaskan, diperoleh hasil analisis data mengenai pengaruh pemberian
terapi Murottal (Al-Qur’an) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi laparatomi di RSUD dr. Soegiri Lamongan yaitu

Dari hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai signifikansi
(p value = 0,000) dimana hal ini berarti p value < 0,05 sehingga H1 diterima
artinya ada pengaruh tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi
murottal (Al-Qur ’an) ) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi laparatomi diruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian pasien pre operasi laparatomi
merasakan ada perbedaan ketika sebelum dan sesudah diberi terapi murottal.
Pasien merasakan perasaan yang lebih nyaman dan tenang setelah dilakukannya
terapi murottal (Al-Qur’an) dan merasa semua penyakit pasti ada obatnya dan
Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kesembuhan.
Pada jurnal pembanding 1 yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh SEFT (spiritual Emotional Freedom technique) terhadap penurunan
gejala depresi, kecemasan, dan stress pada pasien SKA (Sindrom Koroner Akut)
pada 42 pasien SKA (Kelompok Intervensi (n=19) dan Kelompok Kontrol
(n=23)) yang berusia 40 tahun lebih, tidak dalam masa serangan dan setelah 24
jam perawatan, kesadaran kompos mentis dan mengalami depresi, kecemasan
dan stress yang dirawat di ruang rawat intensif jantung. Hasil analisisnya yaitu

Hasil uji statistik pada tabel 6 diatas menunjukkan rerata tingkat kecemasan
sesudah intervensi antara kelompok control dan kelompok intervensi yaitu
adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai z adalah -5.639 dan p<0.05.
Perbedaan tersebut menunjukkan ada pengaruh intervensi SEFT terhadap
penurunan kecemasan pada pasien SKA. Hal tersebut berarti bahwa Intervensi
SEFT dapat membantu pasien SKA untuk menerima penyakit yang dideritanya
dengan cara pendekatan spiritual dan memberikan ketenangan pada pasien,
sehingga akan menimbulkan respons relaksasi.

Pada jurnal pembanding 2 mengenai Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Berhubungan Dengan Status Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada
Pegawai Negeri Sipil dengan responden di Kabupaten Sleman yang akan pensiun
pada bulan Juni-Oktober dengan jumlah sampel 55 responden dilakukan dengan
simple random sampling. Hasil analisis data sebagai berikut

Hasil uji hipotesis dilakukan menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel
pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kecemasan didapatkan signifikansi
sebesar p=0,042 (p<0,05) yang berarti adanya hubungan signifikan antara
variabel pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat kecemasan dalam
menghadapi masa pension di Kabupaten Sleman.

3.3 Implikasi jurnal


1. Perawat dapat mengaplikasikan terapi ini pada pasien untuk mengatasi
kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi sehingga pasien pre operasi
lebih nyaman dan tenang saat akan dilakukan tindakan. Adanya terapi murrotal,
perawat dapat memberikan edukasi pada pasien mengenai terapi murrotal yang
dapat menurunkan kecemasan sehingga pasien dapat melakukan operasi dengan
baik tanpa hambatan karena kecemasan. Selain itu, perawat dapat melakukan
penelitian lanjutan mengenai penggunaan terapi ini sehingga dapat berpengaruh
positif terhadap kecemasan pasien pre operasi laparatomi.
2. Perawat dapat mengaplikasikan terapi ini sebgai salah satu intervensi untuk
mengatasi depresi, kecemasan dan stres pada pasien SKA. Perawat dapat
memberikan edukasi kepada pasien tentang manfaat dari terapi SEFT ini,
sehingga pasien dengan depresi, kecemasan dan stres dapat menggunakannya
terapi ini. Selain itu perawat dapat melakukan penelitin lanjutan tentang terapi
SEFT untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi
depresi, kecemasan serta stres pada pasien SKA.
3. Perawat dapat memberi intervensi kepada pasien yang akan menghadapi masa
pensiunnya berupa edukasi tentang pentingan meningkatkan spiritualitas.
Perawat dapat juga melakukan penelitian lanjutan mengenai kebutuhan spiritual
dan intervensi-intrvensi yang efektif untuk mengtasi kecemasan pada pasien yang
akan menghadapi masa pensiun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis tiga jurnal pembanding, ketiga jurnal tersebut mendukung
penelitian jurnal utama yang berjudul “Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu
Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparatomi”. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa terapi murattal (Al-Qur’an) terbukti mampu
dimanfaatkan sebagai salah satu terapi spiritual yang dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi.

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Betha. 2013. Framework Codeigniter. Bandung : INFORMATIKA Bandung


Bakara, D. M., Ibrahim, K., & Sriati, A. (2013). Efek Spiritual Emotional Freedom
Techniqueterhadap Cemas Dan Depresi, Sindrom Koroner Akut. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 1(1).

Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murottal Dan Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Pekalongan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan (JIK), 5(2).

Kalat, J. W. (2007). Biological Psychology. California: Thomson Learning, Inc.

Retnowati, S & Maimunah, A. (2012). Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir


Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama. PSIKOISLAMIKA, (1).

Ruz, M.E.A., Lennie, T.A., & Moser, D.K. (2011). Effect Of Β – Blockers And
Anxiety On Complication Rates After Acute Myocardial Infarction.
American Journal Of Critical Care, 20, 67–74.

Mcewen, W. (2003). Analysis Of Spirituality Contenst In Nursing Textbooks. Journal


Of Nursing Education, 43, 20-28.
Nugraheni, E., Susana, S. A., & Azizah, F. N. (2014). PEMENUHAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
KECEMASAN. Media Ilmu Kesehatan, 3(1), 47-53.

Savitri Ramaiah. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:


Pustaka Populer Obor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai