TUGAS AKHIR
Pembimbing
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Kata kunci : Beton prategang, PC U girder, stressing PCU girder, erection PCU
girder.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Abstrak ………………………………………………………………………… . i
I. BAB I
II. BAB II
Umum ………………………………………………………………. . 6
Umum ………………………………………………………………. . 52
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.3.3. Stressing Method ...................................................................... . 98
IV. BAB IV
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
5. Tabel 2.5 Relaksasi dasar R1000 untuk Australian steel (AS 3600-1988) 27
10. Tabel 2.10 Nilai Ksh untuk komponen struktur pasca tarik 40
13. Tabel 2.13 Tegangan izin untuk batang lentur (Peraturan ACI) 43
14. Tabel 3.1 Hasil analisa tampang Section I (sebelum & sesudah revisi) 62
15. Tabel 3.2 Hasil analisa tampang Section II (sebelum & sesudah revisi) 63
16. Tabel 3.3a Hasil analisa tampang Section III (sebelum revisi) 64
17. Tabel 3.3b Hasil analisa tampang Section III (setelah revisi) 64
20. Tabel 3.5a Hasil analisa tampang komposit Section I (sebelum revisi) 66
21. Tabel 3.5b Hasil analisa tampang komposit Section I (setelah revisi) 66
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
22. Tabel 3.6a Hasil analisa tampang komposit Section II (sebelum revisi) 66
23. Tabel 3.6b Hasil analisa tampang komposit Section II (setelah revisi) 66
24. Tabel 3.7a Hasil analisa tampang komposit Section III (sebelum revisi) 56
25. Tabel 3.7b Hasil analisa tampang komposit Section III (setelah revisi) 67
26. Tabel 3.8a Hasil analisa tampang komposit Section IV (sebelum revisi) 67
27. Tabel 3.8b Hasil analisa tampang komposit Section IV (setelah revisi) 67
32. Tabel 3.11a Kesimpulan analisa tampang Section III (sebelum revisi) 68
33. Tabel 3.11b Kesimpulan analisa tampang Section III (setelah revisi) 68
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
beton 18
11. Gambar 2.10 Modulus tangent dan modulus sekan pada beton 19
14. Gambar 2.13 Strand prategang 7 kawat (a). standart dan (b). yang
dipadatkan 24
17. Gambar 2.16 Variasi gaya prategang terhadap draw-in pada angkur 38
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
20. Gambar 2.19 Hydraulic Pump PE 550 (1 Phase) 46
24. Gambar 3.24 Diagram alur metode erection PCU Girder dengan Portal
Hoist 89
25. Gambar 3.1 Lay Out Tendon girder L=31.9 m. Proyek pembangunan
Flyover Amplas 53
26. Gambar 3.2 Potongan melintang lay out tendon, Proyek Pembangunan
Flyover Amplas 54
28. Gambar 3.4 Skets cross section PCU girder ditengah bentang 56
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
41. Gambar 3.17 Pengangkatan balok PCU girder 102
42. Gambar 3.18 Proses penggeseran balok PCU girder ketempatnya 103
43. Gambar3.19 Perletakan portal hoise crane sesuai kondisi aktual 104
52. Gambar 3.25 Kondisi lokasi kerja proyek Flyover Amplas 112
58. Gambar 3.31 Dead end anchor (angker mati) DSI 124
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
65. Gambar 3.38 Dongkrak hidraulik VSL 132
69. Gambar 3.42 Contoh metode erection dengan Launcher Truss 137
70. Gambar 3.43 Letak titik pengangkatan bebrbagai metode erection 138
71. Gambar 3.44 Skets erection PCU girder metode portal hoise 139
72. Gambar 3.45 Skets erection PCU girder metode mobile crane 139
73. Gambar 3.46 Skets erection PCU girder metode luncher truss 140
74. Gambar 3.47a Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1 143
75. Gambar 3.47b Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1 144
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
e = eksentrisitas
Ec = Elastisitas beton
Fr = Modulus repture
Io = Inersia penampang
Ix = Inersia arah x
εt = Regangan total
εe = Regangan elastis
εc = Regangan rangkak
ε sh = Regangan susut
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
φ = Faktor reduksi kekuatan
µ = Koefisien gesekan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul ANALISA PRESTRESS (POST-TENSION) PADA PRECAST
CONCRETE U GIRDER “Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas”
Sehubungan dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
1. Dosen pembimbing penulis, Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan.
2. Dosen penguji penulis, Ir. Mawardi S.
3. Dosen penguji penulis, Ir. M. Aswin, MT.
4. Dosen penguji penulis, Nursyamsi, ST, MT.
5. Mentor lapangan, Santoso WA, ST.
6. Mentor lapangan, Husein, ST, MT.
7. Teman terdekat saya, Halid Zulkarnain Hrp, ST.
8. Seluruh rekan yang telah ikut membantu saya baik secara moril maupun materil
selama proses penulisan Tugas Akhir saya ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan atau penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan selanjutnya. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
Proyek Pembangunan Fly Over Amplas Kotamadya Medan ini adalah salah
satu paket dari Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pembangunan Jalan Dan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Jembatan Metropolitan Medan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum. Proyek ini direncanakan mulai beroperasi pada Juli
2007 hingga Desember 2008. Posisi Fly Over Amplas (selanjutnya disebut FO
Pertahanan, dimana terminal amplas berada di jalan pertahanan yang sebagian besar
jalur keluar masuk kendaraannya melewati simpangan tersebut. Tidak adanya jalan
gerbang kendaraan memasuki Kota Medan dari arah Tanjung Morawa, dimana jalur
Konstruksi Fly Over Amplas didesain untuk dapat menanggung beban yang
besar berupa:
Bangunan struktural Fly Over Amplas secara garis besar terdiri dari bore pile,
footing, kolom, pier head, girder, dan slab lantai yang kesemuaan-nya berupa beton
(cast in place) dan khusus girder digunakan beton prategang pabrikan (precast).
structural yang langsung menerima beban lalu-lintas setalah slab yang kemudian
terdiri dari balok beton (concrete) segmental pre-cast, yang menggunakan sistem
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
konstruksi beton prategang. Dengan menggunakan konstruksi beton prategang,
girder dapat didesain dengan efektif dan efisien juga ekonomis namun mampu
biasa akan menyebabkan dimensi beton dan baja tulangan girder sangat besar, yang
mengakibatkan konstruksi tersebut tidak lagi efektif, efisien dan ekonomis. Proyek
ini merupakan proyek pertama di Medan yang menggunakan U Girder sebagai balok
/ beam.
Lingkup pekerjaan pada FO Amplas hingga saat ini telah mencapai pekerjaan
super struktur yaitu erection PCU Girder. Pekerjaan Erection PCU Girder merupakan
dilakukannya erection girder, pekerjaan penting yang harus dilakukan pada girder
adalah proses stressing. Stressing girder adalah proses penarikan kabel tendon yang
ada didalam girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Pemberian
tegangan pada kabel tendon (stressing) dapat dilakukan dengan dua sistem, pre-
dengan alat pembantu sebelum tendon dicor atau sebelum beton mengeras dan gaya
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
prategang dipertahankan sampai beton cukup keras. Post-tensioning adalah prinsip
cara penegangan dengan kondisi beton yang telah terlebih dahulu dicor dan dibiarkan
mengeras sebelum diberi gaya prategangan, dan sistem inilah yang digunakan dalam
girder.
4. Kemudahan pelaksanaan.
Girder pre-cast pada proyek ini dibuat oleh PT. Wijaya Karya Beton (Witon)
dengan jarak antara proyek dan pabrik ± 30 km. Dengan jarak ini pabrik akan
dengan panjang girder, dan itulah penyebab girder dicetak sebagai beton segmental
seperti profil yang telah ditentukan, lalu dicor dalam beton (grouting), lekatan
kabel. Post-tensioning terdiri atas dua cara, sistem single dan double. Sistem single
adalah sistem stressing kabel strand dengan hanya menarik salah satu ujung kabel
strand saja. Sedang sistem double adalah sistem penarikan kabel strand dengan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Spesifikasi alat dan bahan telah memenuhi kebutuhan stressing girder pada
perhitungan dan analisa yang telah dilakukan oleh VSL Engineering Corp. Ltd.
Namun hasil analisa tersebut perlu dianalisa kembali kebenarannya sebagai bahan
pembelajaran. beranjak dari kondisi ini, penulis tertarik mengangkat judul “Analisa
Prestress Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amlpas”
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa prestress PCU girder
berikut:
tension dari data VSL pada Proyek Pembangunan FO Amplas – Medan. Pada
Tugas Akhir ini dilakukan perhitungan ulang sesuai perhitungan dari VSL
2. Metode perhitungan VSL menggunakan batasan teori SNI T-12 2004, Bridge
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3. Penganalisaan metode pelaksanaan pekerjaan stressing PCU Girder, pada
hoist.
1. Dengan mengambil data-data yang diperoleh dari lapangan (data dari PT.
3. Analisis metode kerja stressing girder metode VSL metode kerja erection
girder metode portal hoist (WIKA) dengan dibantu oleh beberapa sumber lain
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Umum
panjang bentang adalah 31.1m dan 37.9 m yang dibagi dalam 4 (empat) sampai 7
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
(tujuh) segmen, sehingga sebelum proses pemberian tegangan (selanjutnya disebut
stressing.
Namun untuk jembatan penting dan/atau berbentang panjang, atau yang bersifat
keamanan pada tingkat yang wajar, berupa kemungkinan yang dapat diterima untuk
komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, lentur dan
aksial, geser dan puntir, harus didasarkan pada cara Perencanaan berdasarkan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
- Semua komponen struktur jembatan harus mempunyai ketahanan yang
direncanakan.
tipe box segmental pracetak. Gelagar jembatan terbuat dari bahan beton dengan mutu
600kg/cm^2 yang dikompositkan terhadap lantai beton bertulang dengan mutu 300
Penggunaan beton bertulang biasa akan menjadikan perencanaan sangat boros dan
tidak ekonomis, dimensi balok girder akan sangat besar. Penggunaan beton
prategang dengan balok precast dianggap mampu memenuhi syarat setelah dilakukan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Ada dua metode dan cara pelaksanaan stressing, yaitu metode satu arah (non
balas) dan dua arah (balas) dan cara pre tension dan post-tension. Pada Proyek FO
Amplas digunakan metode perhitungan dan pelaksanaan VSL dengan alat standart
VSL yang telah di-patenkan. VSL merupakan singkatan dari Voorspan System
Loesinger yang diciptakan oleh Loesinger pada tahun 1917 di Bern, Swiss dan
mampu menerima gaya prategang dan gaya eksternal yang besar yang akan berkerja
pada girder. Pada girder FO Amplas tahapan pekerjaan yang harus diselesaikan
3. Erection girder
Untuk tahapan pekerjaan (1) dan (2) dilaksanakan dengan metode VSL,
bentuk U. Bentuk ini setelah melalui tahap perencanaan dianggap mampu menerima
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Balok girder yang merupakan beton precast dibuat oleh PT. Wijaya karya
beton. Beton dicetak dengan mengikuti spesifikasi beton pracetak sesuai spesifikasi
umum proyek. PT. Wijaya Karya Beton mendapat perhitungan dasar yang dibuat
2. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat diukur dari
bottom rebar girder ke as tendon (Y1) atau bagian bawah tendon (Y2). Titik
sejenisnya.
tape.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
6. Memasukkan duct kedalam tulangan girder, kemudian duct diikat ke support
8. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting
tape. Masking tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen kedalam
duct.
11. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.4. Girder siap untuk dicor
13. Pengecoran.
Balok girder yang telah cukup umur kemudian dibawa menuju lokasi
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
truk container dan setibanya dilokasi proyek girder tersebut diturunkan dengan
Pada langkah perhitungan besar gaya dongkrak (jacking force) ada beberapa
(1). Beton
standart yaitu semen, air, agregat dan jika perlu ditambahkan admixture. Besar
perbandingan antar ketiga bahan tersebut tergantung mutu beton yang akan dicapai.
Beton untuk beton prategang biasanya merupakan beton bermutu tinggi. Menurut
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
ACI, beton yang boleh mengalami prategang adalah beton yang telah berumur 28
Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) yang kurang dari 20
MPa tidak dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan struktur beton untuk
gaya prategang pada tegangan dan regangan beton, baik dalam jangka waktu
pendek maupun jangka panjang, maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih
Besaran mekanis beton yang telah mengeras dapat dibedakan dalam dua
kategori, besaran sesaat atau jangka pendek dan besaran jangka panjang. Besaran
jangka pendek yaitu kuat tekan, tarik, geser, dan kuat yang diukur dengan modulus
elastisitas. Sedang besaran jangka panjang yaitu rangkak dan susut beton.
a. Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat, waktu dan
kualitas perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh lebih menguntungkan.
Kuat tekan beton f`c didasarkan pada pengujian benda uji slinder standart 6in. x 12in.
yang diolah pada kondisi laboratorium standart dan diuji pada laju pembebanan
tertentu selama 28 hari. Spesifikasi standart yang digunakan di Indonesia adalah dari
SNI.
Penggunaan bentuk benda uji beton untuk pengetesan kuat tekan memiliki
perbedaan. Benda uji berupa kubus dengan rusuk 150 mm digunakan di Eropa, dan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Australia. Kuat tekan yang diperoleh dari benda uji kubus akan lebih besar dari
benda uji selinder, dan rasio antara keduanya (R) diberikan pada persamaan berikut
σ
R = 0.76 + 0.2 * log bk (2.1)
C
dengan :
c = 150
f`c = R * σ cu (2.2)
Nilai f`c desain tidak sama dengan kuat tekan silinder rata-rata, namun kuat
Ketentuan beton untuk post-tension terlihat pada (Gambar 2.7). Sebagian besar
komponen struktur beton prategang dibebani oleh tegangan yang tinggi. Jika kita
tinjau beton prategang diatas dua perletakan (seperti pada gambar) maka terlihat
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
serat-serat atas tertekan kuat akibat beban eksternal yang besar, serat bawah tertekan
pula saat peralihan gaya prategang. Selain itu sementara bagian tengah bentang
Untuk menentukan kekuatan beton pada t waktu pada umur beton 28 hari
t
f `c = f `c(28) (2.3)
α + βt
dengan:
Kondisi α β
b. Kuat tarik
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Kuat tarik beton relative sangat kecil. Pendekatan yang baik untuk kuat tarik
beton fct adalah 0.10f`c<fct<0.20f`c. Kuat tarik lebih sulit diukur daripada kuat tekan
(bukan kuat belah tarik f`t) digunakan dalam desain. Modulus reptur diukur dengan
cara menguji balok beton polos berpenampang bujursangkar 6 in. hingga gagal
dengan bentang 18 in. dan dibebani dititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78).
Besarnya modulus reptur lebih besar disbanding kuat tarik belah beton. Dari
Kekuatan tarik langsung (direct tensile strength) pada beton menurut peraturan
Dengan :
Dan dapat menjadi nol jika terjadi retak pada beton. Modulus keruntuhan
(modulus of rupture) beton lebih tinggi dari kekuatan tarik beton yang menurut
dengan :
c. Kuat geser
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Kuat geser lebih sulit ditentukan dengan cara eksperimental dibandingkan
tegangan geser dari tegangan lainnya. Hal ini mengakibatkan perbedaan hasil
besarnya kuat geser beton yang dilaporkan diberbagai studi literature, mulai dari
20% hingga 85% dari kuat tekan pada kasus-kasus dimana geser langsung terjadi
bersamaan dengan tekan. Kontrol desain structural jarang didasarkan pada kuat
geser karena besarnya kuat geser itu sendiri dibatasi secara kontiniu pada nilai yang
Untuk keperluan analisa, Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 merupakan grafik
tegangan-regangan beton berbagai variasi kuat tekan beton. Dari grafik dapat
disimpulkan:
2. Panjang bagian yang semula linier akan bertambah untuk kuat tekan beton
3. Ada reduksi yang sangat nyata pada daktalitas untuk kekuatan yang
meningkat.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.8. Kurva tegangan-regangan tipikal untuk beton [Nawy,2001]
[Nawy,2001]
pembebanan awal, maka modulus elastis young hanya dapat diterapkan pada tangent
kurva dititik asal. Kemiringan awal dari tangent dikurva didefenisikan sebagai
modulus tangent awal. Kemiringan garis lurus yang menghubungkan titik asal
dengan tegangan tertentu (sekitar 0.4 f`c) merupakan modulus elastis sekan beton,
yang nilainya merupakan nilai modulus elastisitas yang digunakan dalam disain.
Memenuhi asumsi praktis bahwa regangan yang terjadi selama pembebanan pada
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
dasarnya dapat dianggap elastis, dan bahwa regangan selanjutnya akibat beban
disebut rangkak.
Gambar 2.10. Modulus tangent dan modulus sekan pada beton [Nawy,2001]
terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun untuk
analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat
tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak
beton dalam satuan kg/m3, fc’ menyatakan kuat tekan beton dalam satuan MPa, dan
Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
e. Rangkak
waktu akibat beban yang terus menerus berkerja. Deformasi awal akibat beban
adalah regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang sama yang
terus berkerja adalah regangan rangkak.. Asumsi ini karena deformasi awal yang
tercatat hanya berupa sedikit efek yang bergantung pada waktu. Pada Gambar.
terlihat bahwa laju rangkak berkurang seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat
elastis dengan regangan susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut
Rangkak sangat berkaitan dengan susut, dan sebagai aturan umum bahwa beton
yang menahan susut juga cenderung sedikit mengalami rangkak, karena keduanya
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan dan benda uji, namun secara
mengakibatkan hilangnya gaya prategang. Untuk jangka waktu yang lebih lama lagi
f. Susut
Pada dasrnya ada dua jenis susut, susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar
dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti plat lantai akan lebih dipengeruhi oleh
udara kering karena besarnya permukaan udara kontak.. Susut pengeringan terjadi
sesudah beton mongering dan sebagian besar proses hidrasi kimiawi dipasta semen
telah terjadi.
sedikit berbeda dengan rangkak. Jika pada rangkak beton dapat kembali seperti
semula jika beban dilepas, susut pada beton tidak akan membuat beton kembali ke
volume awal jika beton tersebut direndam. Pada Gambar 2.12 dapat terlihat laju
susut terhadap waktu. Dapat terlihat beton dengan umur yang lebih tua mengalami
susut yang lebih kecil karena beton dengan usia lebih tua akan lebih tahan terhadap
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.12. Kurva susut-waktu [Nawy,2001]
- Agregat. Agregat beraksi menahan susut pada semen. Jadi beton dengan kandungan
- Rasio air/semen. Semakin tinggi rasio air/semen, semakin besar pula efek susut.
- Ukuran elemen beton. Semakin besar elemen beton, maka semakin kecil susutnya
- Kondisi kelembaban disekitar. Pada daerah dengan kelembaban yang tinggi laju
- Jenis semen. Semen jenis cepat kering akan mengakibatkan beton banyak
mengalami susut.
yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut gabungan
bergantung pada urutan proses karbonasi dan pengeringan. Jika keduanya terjadi
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
(2). Baja
a. Baja prategang
pemendekan pada beton dikarenakan pengaruh rangkak dan susut. Kehilangan gaya
prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada baja akibat gesekan disepanjang
tendon atau saat pengangkuran ujung (draw-in) akan mempengaruhi gaya prategang
Untuk tujuan ke-efektif-an desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif
kecil dibandingkan gaya prategang yang berkerja. Kondisi ini dipengaruhi oleh jenis
baja prategang yang digunakan dalam konstruksi. Pada proyek FO Amplas baja yang
digunakan adalah baja strand sebagai tulangan prategang dan baja tulangan biasa
stress relieve seven wire strand low relaxation. Baja strand merupakan jenis yang
pada proyek ini sesuai spesifikasi ASTM A416. Baja strand difabrikasi dengan
memuntir beberapa kawat secara bersamaan. Seven wire strand terdiri dari 7 (tujuh)
untaian kawat, dengan posisi kawat 1 (satu) untai ditengah dan 6 (enam) sisanya
mengelilingi satu kawat pusat. Strand low relaxation digunakan untuk mencapai
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.13. Strand prategang 7 kawat (a). standart dan (b). yang dipadatkan
sesuai dengan standart ASTM A421; strss-relived strand mengikuti standart ASTM
A 416. Strand terbuat dari tuju buah kawat dengan memuntir enam diantaranya pada
pitch sebesar 12 sampai 16 kali diameter disekeliling kawat lurus yang sedikit lebih
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.3. Strand standart tujuh kawat untuk beton prategang [Nawy,2001]
Pada proyek ini digunakan baja strand dengan spesifikasi PC strand ASTM
ΓΡΑ∆Ε ΝΟΜΙΝΑΛ ΤΟΛΕΡΑΝΧ ΝΟΜΙΝΑ ΝΟΜΙΝΑ ΜΙΝΙΜΥ ΜΙΝΙΜΥ ΕΛΟΝΓΑΤΙΟ ΡΕΛΑΞΑΤΙΟ ΧΗΕΜΙΧΑΛ
∆ΙΑΜΕΤΕΡ Ε Λ ΑΡΕΑ Ο Λ ΩΕΙΓΗ Μ Μ ΨΙΕΛ∆ Ν Ν ΧΟΜΠΟΣΙΤΙ
(µµ) (µµ) Φ ΣΕΧΤΙ Τ ΒΡΕΑΚΙΝ Νοτ λεσσ τη ςΑΛΥΕ ΟΝ
ΟΝ Κγ/1000µ Γ ΛΟΑ∆ ατ αν (%) 1000 ηρσ νοτ
(µµ) ΛΟΑ∆ νοτ 1% εξτεν γρεατερ τηα
λεσσ τηα σιον ν (%)
αν (ΚΝ) (ΚΝ)
9.53 51.61 405 89.0 80.1
11.11 69.68 548 120.1 108.1
250 12.70 ± 0.41 92.90 730 160.1 144.1 3.5 2.5 Χ:0.77−0.85
15.24 139.35 1094 240.2 216.2 Σι: 0.15−0.30
9.53 54.84 432 102.3 92.1 Μν:).60−0.90
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
11.11 +0.66 74.19 582 137.9 124.1 Π:0.025Μαξ
270 12.70 −0.15 98.71 775 183.7 165.3 3.5 3.5 Σ:0.025Μαξ
15.24 140.00 1102 260.7 234.6
Tabel 2.4. Spesifikasi kabel strand [Booklet Proyek FOA]
b. Relaksasi baja
Jika baja prategang ditarik hingga mencapai perpanjangan yang constant dan
dijaga tetap pada selang waktu tertentu maka akan terlihat gaya prategang pada baja
tersebut akan berkurang secara perlahan, besarnya kehilangan tergantung waktu dan
suhu. Kehilangan gaya prategang seperti ini disebut dengan relaksasi baja (R).
Menurut besar nilai relaksasinya, baja prategang terbagi dua jenis yaitu baja
prategang relaksasi normal dan baja prategang relaksasi rendah. Untuk pemakaian
jangka panjang, baja prategang relaksasi rendah lebih sering dipergunakan karena
dilakukan dalam waktu 1000 jam pada tegangan konstan pada suhu 20 derajat
Celcius. Tegangan awal bervariasi antara 60-80% dari tegangan tarik ultimate dan
dengan σ pi = 0.7 f p . Maka hasil percobaan dinyatakan sebagai R1000. Untuk baja
Type of Steel R1000 (%) Low Relaxation R1000 (%) Normal Relaxation
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Stress –relieved wire 2.0 6.5
Stress-relieved strand 2.5 7.0
Alloy steel bars 2.5 7.0
Tabel 2.5. Relaksasi dasar R1000 untuk Australian steel (AS 3600-1988) [Gilbert,1990]
Maka besarnya relaksasi baja (%) setelah waktu t dapat dihitung dengan
[ (
R = k1 k 2 R1000 log 5.38t 0.176 )] (2.9)
dengan:
k2 = tergantung temperature rata-rata, dapat digunakan T/20 nilainya tidk lebih dari
1.0.
Relaksasi jangka panjang pada baja prategang diajukan oleh CEB-FIP (1987)
panjang. Sehingga dalam penentuan rumus untuk analisa tampang dapat digunakan
a. Luas
Jarak titik berat yang dihitung dari arah Y dari bagian bawah tampang menurut
h(2a + b )
Jarak titik berat arah Y (Yb) = (2.11)
3(a + b )
c. Inersia Ix
dengan inersia tambahan. Inersia awal dapat dihitung sesuai persamaan inersia untuk
Inersia (Io) =
(
h 3 a 2 + 4ab + b 2 ) (2.12)
36(a + b )
(Ix) dengan jarak titik berat keseluruhan, atau secara matematis dapat dituliskan:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Wa = Ix / Ya (2.14)
Wb = Ix /Yb (2.15)
Beban-beban yang berkerja pada desain struktur girder pada proyek Flyover
Amplas adalah:
- Beban hidup
Yang termasuk dalam beban mati adalah berat sendiri beton girder, slab lantai,
aspal dan diaphragma. Besarnya beban tergantung pada berat jenis komponen-
komponen tersebut.
Yang termasuk dalam beban hidup (live load) adalah beban dinamik izin
(DLA), Knife edge load (KEL), distribution load,dan live load. Dari Bridge
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Untuk 50 < bentang < 90 m, besar DLA = 1+(0.0025*bentang+0.175)
- Live load
Distribution load
q` = DF * DF * q * s (2.20)
Line load
dengan
Dengan:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
l = jarak dari pinggir bentang ke titik perhitungan
L = Lebar bentang
kekuatan batas. Perencanaan kekuatan pada potongan melintang yang menjadi hasil
dari kekuatan batas (kekuatan ultimate Ru ), dan factor reduksi kekuatan ( φ ). Faktor
bahan, posisi baja, dimensi beton, kesalahan pada prosedur perencanaan maupun ke-
φ Ru ≥ R*
Dengan:
Ru = Beban ultimate
Jenis Aksi (φ )
(a) Flexure (dengan atau tanpa tegangan aksial) dan tegangan aksial 0.9
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Untuk kompresi aksial kecil, ( φ ) dapat membesar secara linier dari nilai (b), dan
Tekan
Tarik
sebagai usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah gelagar. Pada
sebagai keseimbangan berat sendiri sehingga balok girder yang mengalami lenturan
Girder didesain dengan sistem prategang penuh yang berarti komponen struktur
didesain pada beban kerja tidak terjadi tegangan tarik. Namun dalam pelaksanaannya
Sistem penegangan tendon pada proyek FO Amplas ini adalah sistem post-
tension (pasca tarik) mekanik dengan bantuan dongkrak. Sistem pasca tarik adalah
suatu sistem prategang kabel tendon dimana kabel ditarik setelah beton mengeras.
Jadi sistem prategang hampir selalu dikerjakan pada beton yang telah mengeras, dan
dilakukan.
Pada sistem post-tension mekanis, dongrak digunakan untuk mearik baja strand
dengan reaksi yang berkerja melawan beton yang telah mengeras. Penggunaan
kapasitas alat yang besar. Pada proyek FO Amplas sistem ini diberikan pada girder
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pada sistem post-tension di proyek ini, untuk mengalihkan gaya prategang ke
beton diperlukan bantuan alat mekanis yaitu angkur ujung (struktur dengan
air semen dan pasir halus yang dilakukan setelah selesai proses stressing. Rekatan
a. Jacking force
Gaya prategang yang diberikan pada kabel strand merupakan gaya prategang
initial (jacking force) yang besarnya belum dikurangi oleh besar kehilangan gaya
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
σ top = Pe/Acp – (Pe.e-Mbp)/Wap + Mbp/Wac (2.33)
Dengan :
e = eksentrisitas
Kehilangan gaya prategang adalah hal yang pasti terjadi pada konstruksi beton
prategang. Kehilangan yang terjadi terbagi dalam 2 (dua) tahapan yaitu saat gaya
prategang diberikan pada beton (saat transfer) yang disebut dengan kehilangan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
seketika (Pj), dan kehilangan yang dipengaruhi oleh waktu (kehilangan jangka
panjang).
Kehilangan seketika = Pj – Pi
c. Slip anchorage
Sedang kehilangan jangka panjang dapat dikarenakan banyak hal, namun yang
elastis pada beton terjadi pada saat proses tendon diangkur-kan. Pemendekan elastis
dengan nilai maximum pada tendon yang pertama kali stressing, dan nilai minimum
pada tendon yang terakhir kali stressing. Besarnya pemendekan elastis pada beton
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari ACI 318-95, Chapt.18.6 berikut
ES = (Kes*Es*fcir/Ec)*As (2.35)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
b. Gesekan di sepanjang tendon (W)
selongsongnya tentu tidak dapat dihindarkan. Gesekan yang terjadi akan mengurangi
besar gaya prategang yang diterima tendon. Besar kehilangan gaya prategang akibat
hal ini menurut AASHTO 1992, Chapt.9.16.1 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Px = Po * e − µ (α + k * x ) (2.36)
Dengan:
µ = Koefisien gesekan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
0.012 ≤ β p ≤ 0.016
> 90and ≤ 140mm
0.008 ≤ β p ≤ 0.012
For flat metal ducts
0.016 ≤ β p ≤ 0.024
For greased and wrapped bars
β p = 0.008
Slip atau draw-in pada tendon terjadi setelah proses stressing dilakukan dan
tendon akan diangkur-kan ke beton. Besar-nya slip tergantung pada jenis angkur.
Untuk jenis angkur wedge yang biasa digunakan pada baja strand, besar slip
(∆ ) sekitar 6 mm. Nilai (∆ ) juga dipengaruhi oleh jarak spasi pada angkur
Kehilangan gaya prategang pada bagian ini hampir mirip dengan kehilangan
akibat gesekan, bedanya hanya pada nilai µ dan β p yang bernilai sama sehingga
tersebut dapat digambarkan grafik hubungan antara gaya prategang dengan jarak dari
Gambar 2.16. Variasi gaya prategang terhadap draw-in pada angkur [Gilbert,1990]
Untuk mengitung besar kehilangan slip angkur pada yang terjadi di-x m, maka
digunakan persamaan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
x= d * As * ( Es / m) (2.37)
Dengan :
d = draw in
m = (Po-P)/L (2.38)
Dengan :
L = Panjang bentang
mengindikasikan bahwa aliran pada material terjadi disepanjang waktu apabila ada
beban atau tegangan. Deformasi atau aliran lateral akibat tegangan longitudinal
disebut rangkak. Kehilangan rangkak terjadi hanya pada struktur yang dibebani
secara terus menerus. Besarnya nilai kehilangan gaya prategang yang terjadi akibat
Dengan:
fcir = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
fcds = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja akibat semua beban mati
Kehilangan gaya prategang akibat susut pada baja dipengaruhi oleh besarnya
regangan susut baja (ε c ) . Regangan susut pada beton dibagian tendon dipengaruhi
oleh tegangan pada beton pada daerah itu. Tegangan beton bervariasi terhadap
waktu, maka akan sulit ditentukan besarnya. Nilai kehilangan gaya prategang yang
hilang akibat susut pada beton dapat dihitung melalui persamaan berikut (ACI 318-
95, Chapt.18.6)
SH = 8.2E-06*Ksh*Es*(1-0.06*V/S)*(100-RH) (3.40)
Tabel 2.10. Nilai Ksh untuk komponen struktur pasca tarik [Nawy,2001]
Kehilangan gaya pada tendon akibat relaksasi dipengaruhi oleh tegangan izin baja
strand. Seperti halnya dengan rangkak dan susut, tegangan pada baja menurun
sejalan dengan waktu. Penurunan-nya akan menjadi semakin cepat jika ditambah lagi
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
akibat relaksasi baja yang dipengaruhi oleh rangkak dan susut, dapat digunakan
RE = (Kre-J*(SH+CR+ES))*C (3.41)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Salah satu pertimbangan istimewa pada beton prategang adalah banyaknya
beton prategang precast yang pada tulisan ini dihususkan pada girder FO Amplas,
sedikitnya ada 3 (tiga) yaitu tahap awal saat pemberian gaya prategang, tahap
pengangkatan dan pengangkutan, lalu tahap akhir saat beton menerima beban
eksternal.
tetapi belum dibebani oleh beban eksternal. Tahap ini dapat dibagi dalam beberapa
tahap:
(1). Sebelum diberi gaya prategang. Pada masa sebelum diberi gaya prategang, beton
girder masih lemah dalam memikul beban, oleh karena itu harus dicegah agar tidak
terjadi kehancuran pada ujung girder. Harus diperhitungkan susut beton, dan retakan
yang timbul akibat sust tersebut. Curing beton harus diperhatikan sebelum peralihan
gaya prategang.
(2). Pada saat diberi gaya prategang. Besarnya gaya prategang yang berkerja pada
tedon saat proses stressing dapat membuat kabel strand putus jika pemberian gaya
melebihi tegangan maksimum strand atau jika strand dalam kondisi rusak. Beton
mermutu rendah atau belum cukup umur juga dapat hancur pada tahapan ini.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2. Segera setelah pengangkuran tendon 0.70fpu
Beton 1. Segera setelah peralihan, sebelum kehilangan Tekan - 0. 60f`ci
Tarik-0.25 f`ci (kecuali pada
ujung balok diatas dua tumpuan
0.5 f`ci diizinkan)
Tekan - 0.45f`c
2. Setelah terjadi kehilangan
Tarik - 0.50 f`ci
Tabel 2.13. Tegangan izin untuk batang lentur (Peraturan ACI) [Ned,1993]
(3). Pada saat peralihan gaya prategang. Untuk komponen struktur post-tension
peralihan beban berlangsung secara bertahap, gaya prategang pada tendon dialihkan
ke beton satu-per satu tendon. Pada keadaan ini gaya eksternal belum berkerja
kecuali berat sendirinya. Gaya prategang awal setelah terjadi kehilangan juga ikut
menentukan desain girder. Girder dengan panjang bentang tersebut diatas yang
terletak diatas dua tumpuan, akibat berat sendirinya akan menimbulkan momen
positif ditengah bentang. Oleh karena itu maka gaya yang diberikan pada girder
Pembebanan tahap ini ada karena girder proyek FO Amplas merupakan beton
pengangkutan dan pengangkatan, termasuk masa saat girder dalam proses erection.
dengan baik. Pengangkatan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan balok
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2.4.3. Tahap akhir
berkerja pada struktur. Pada beton prategang, ada tiga jenis beban kerja yang
dialami:
(1). Beban kerja tetap. Lendutan ke atas atau kebawah girder akibat beban kerja
tetap konstruksi tersebut merupakan salah satu factor penentu dalam desain, karena
(2). Beban kerja. Girder juga didesain berdasarkan beban kerja yang akan
(3). Beban retak. Retak pada komponen beton prategang berarti perubahan
mendadak pada tegangan rekat dan geser yang sering menjadi parameter bagi
kekuatan lelah.
(4). Beban batas. Beban batas struktur merupakan beban maksimum yang dapat
dipikul struktur tersebut sebelum hancur, atau disebut juga ultimate strength. Beban
batas diperhitungkan melalui factor beban yang dikalikan pada beban kerja.
1. Strand
Beberapa Steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan kabel strand
2. Duct
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.17. Duct pembungkus tendon
3. Angkur-angkur
Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati.
Power : 10 A
Capacity : 20 T
Weight : 17 kg
Stroke : 300 mm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3. Hydraulic Jack SA 507 / ZPE-7/A (7S)
Capacity : 105 T
Weight : 140 kg
Stroke : 160 mm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2.5.3. Alur Kerja Pekerjaan Prestressing
• Material
• Pabrikasi Strand
• Instalasi Strand
• Instal lifting hook
Inspeksi bersama
Kontraktor
Pengecoran
ok
Stressing
tidak
Evaluasi Hasil
Stressing
Grouting
Selesai
3. Persiapan lokasi penempatan stock girder dan jalan portal harus betul-betul padat
dan rata
7. Mengukur jarak bentangan apakah sudah sesuai dengan girder yang akan
dipasang
8. Grouting penempatan bearing pad harus rata dan penempatan bearing pad diberi
9. Mengukur jarak aman portal gantry terhadap jalan lalu lintas kendaraan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2.6.3. Persiapan stock girder
1. Menentukan lokasi stok girder sesuai kondisi aktual ruang yang ada
4. Penempatan stok girder diantara antar pier / pilar sebagian sisi kiri, dan sebagian
sisi kanan.
6. Stock girder disetting diatas sleeper dengan posisi sejajar dengan jembatan
Untuk penjelasan lebih rinci proses erection PC U girder dengan portal hoise
dibahas pada Bab III. Tahapan metode erection portal hoise dapat dilihat dalam
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Mulai
Survey lapangan
Selesai
Gambar 2.23. Diagram alur metode erection PCU Girder dengan Portal Hoise
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
3.1. Umum
sampai dengan 37.9 m. Dalam tulisan ini bentang yang akan dianalisa adalah betang
600kg/cm^2 yang dikompositkan dengan pelat lantai beton mutu 350 kg/cm^2.
standart dengan bentuk tendon parabola, Gambar 3.1 menunjukkan lay out tendon
pada girder. Jumlah tendon sebanyak 8 (delapan) buah dengan 12 kabel strand setiap
tendon-nya.
Susunan tendon berpasangan dan sejajar 4 (empat) baris. Setiap baris tendon
memiliki trase kurva parabola yang besarnya berbeda-beda. Hal ini menyebabkan
ada salah satu dari keempatnya memiliki bentuk kurva yang mendekati garis lurus.
Trase tendon yang mendekati garis lurus ini diperlukan untuk menentukan baris
Dari Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa trase tendon yang
parabola-nya mendekati garis lurus adalah C1 & C2, sehingga penarikan dimulai dari
baris ini.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.1. Lay out tendon girder L=31.9 m. Proyek pembangunan Flyover Amplas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.2: Potongan melintang lay out tendon, Proyek Pembangunan Flyover
Amplas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Data Awal Perencanaan
harus dilakukan dengan teliti. Perhitungan awal yang dilakukan oleh Voorspan
System Losinger (VSL) mengalami revisi pada beberapa bagian, sehingga perlu
Mutu beton :
Balok = K-600
Tebal aspal = 5 cm
Tebal RC flat = 7 cm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.3. Skets bentang girder
H = 185 cm
2*A = 100 cm
B = 100 cm
2*tweb = 50 cm
tfl-1 =7 cm
tfl-2 = 10 cm
tfl-3 = 10 cm
tfl-4 = 33 cm
tfl-5 = 25 cm
Panjang = 2390 cm
A
tw
tf1
tf2
tf3
tf4
tf5
3.2.1. Material
a. Beton
f`c = R * σ cu ......................(2.2)
σ
R = 0.76 + 0.2 * log cu ..........................(2.1)
C
600
R = 0.76 + 0.2 * log
150
R = 0.8804
= 528.2 kg/cm2
= 291.8 kg/cm2
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan tekan beton saat transfer (f`ci) :
= 422.6 kg/cm2
= 233.4 kg/cm2
= 0.55*422.5977 kg/cm2
= 232.4 kg/cm2
= 0.55*233.407kg/cm2
= 128.4 kg/cm2
= 0.8 * 422.5977
= 16.4 kg/cm2
= 0.8 * 233.407
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
= 12.2 kg/cm2
= 0.4*528.2472 kg/cm2
= 211.2988 kg/cm2
= 0.4*233.4 kg/cm2
= 116.7 kg/cm2
= 36.5 kg/cm2
= 27.259 kg/cm2
Modulus elastisitas
= 25001.5*0.043* 528.247 * 10
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
= 347052.8 kg/cm2
= 24001.5*0.043* 291.758 * 10
= 257922.1 kg/cm2
Modulus reptur
= 45.5 kg/cm2
= 0.6 * 350 * 10
= 33.8 kg/cm2
b. Kabel Prategang
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
c. Tulangan Biasa
Diameter (dia) : 13 mm
a. Balok precast
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
Section I
Section II
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
Inersia (Io) =
(
h 3 a 2 + 4ab + b 2 ) ..........................(2.12)
36(a + b )
Section I
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Section II
Section III
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.8. Section III
Section IV
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.9. Section IV
b. Balok komposit
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2 2
1 1
Section I
Section II
2 2
1 1
Section I
Section II
Section III
Section IV
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
c. Kesimpulan
Wa = Ix / Ya
Wb = Ix /Yb
Section I
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 Cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 18090 56.3 63.75 21781356 387209.2 341679.9
Balok
komposit komposit 22369.28 65.4 76.61 37617320 575305.2 491002.6
precast 43.4 867023.9
Tabel 3.9a. Kesimpulan analisa tampang Section I (sebelum revisi)
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 Cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 18090 56.3 63.7 21961866 390418.2 344511.6
Balok
komposit komposit 23648.97 62.4 79.6 41418478 663292.7 520618.7
precast 40.4 1024101
Tabel 3.9b. Kesimpulan analisa tampang Section I (setelah revisi)
Section II
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 Cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 25435 83.7 101.3 71413456 853347.5 704874.3
Balok
komposit komposit 29714.28 92.1 114.9 1.05E+08 1135370 909186.3
Precast 70.1 1491945
Tabel 3.10a. Kesimpulan analisa tampang Section II (sebelum revisi)
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 25435 83.7 101.3 71684127 856581.8 707546
Balok
komposit komposit 30993.97 88.7 118.3 112808315 1271744 953607.8
precast 66.7 1691186
Tabel 3.10b. Kesimpulan analisa tampang Section II (setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Section III
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 17720 92.5 92.49 54371091 587707.1 587884
Balok
komposit komposit 21999.28 94.4 112.6 91204776 966372.5 809834.4
precast 72.4 1260109
Tabel 3.11a. Kesimpulan analisa tampang Section III (sebelum revisi)
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 17900 91.3 93.7 55149787 603731.9 588880.8
Balok
komposit komposit 23458.97 89.1 117.9 99806276 1120221 846498.3
precast 67.1 1487534
Tabel 3.11b. Kesimpulan analisa tampang Section III (setelah revisi)
Section IV
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 11610 95.5 89.54 42884381 449228 478953.8
Balok
komposit komposit 15889.28 88.8 118.2 79958071 900529.3 676407.4
precast 66.8 1197155
Tabel 3.12a. Kesimpulan analisa tampang Section IV (sebelum revisi)
Deskripsi Luas Ya Yb Ix Wa Wb
cm^2 cm cm cm^4 cm^3 cm^3
Balok precast 12990 95 90.0 43645459 459497.9 484869.4
Balok
komposit komposit 18548.97 85.2 121.8 87599087 1027890 719335.8
precast 63.2 1385574
Tabel 3.12b. Kesimpulan analisa tampang Section IV (setelah revisi)
a. Dead Load
a.b). Pelat
q2a = h pelat * s * (γ S )
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
a.c). Pelat RC
q2b = h pelat * s * (γ S )
(t/m)
(t/m)
a.d). Aspal
q3 = tasp * s * (γ asp )
(t/m)
(t/m)
a.e). Diapragma
hdiap = 0.8 m
(Sebelum revisi)
2
= 0.4 m * 0.2 m * 2.4 t/m3 = 0.2000 (ton)
q4 = (pa*ndiap)/bentang
q4 = (pa*ndiap)/bentang
(Sebelum revisi)
q4 = (pb*ndiap)/bentang
(Setelah revisi)
q4 = (pb*ndiap)/bentang
b. Live load
Dari persamaan (2.16), maka nilai DLA (sebelum & setelah revisi) didapat
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
b.b). Knife edge load (KEL)
Berdasarkan persamaan (2.17) maka nilai (sebelum & setelah revisi) KEL = 4.40
t/m
Berdasarkan persamaan (2.18) maka ditentukan nilai (sebelum & setelah revisi)
DF = 1.00
(Sebelum revisi)
(Setelah revisi)
(Sebelum revisi)
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
p’ = 1.00 * 1.4 * 4.4 t/m * 3.10 m = 19.10 ton
a. Dead load
Balok precast (beam) menerima beban mati ditengah bentang (Mms1) sebesar:
(Sebelum revisi)
= 400.97 tm
(Setelah revisi)
= 443.48 tm
Pelat lantai jembatan dan RC pelat merupakan bagian dari beban mati
tambahan. Maka besar momen tengah bentang pelat akibat ADL plat+RC (Mms2)
adalah sebesar:
(Sebelum revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
= 232.89 tm
(Setelah revisi)
= 247.24 tm
b.b). Aspal
Lapisan aspal pada pelat lantai juga merupakan bagian dari beban mati tambahan.
Maka besar momen tengah bentang akibat ADL aspal (Mms3) adalah sebesar:
(Sebelum revisi)
= 37.90 tm
(Setelah revisi)
= 41.23 tm
Diapragma pada balok girder merupakan bagian dari beban mati tambahan. Maka
besar momen tengah bentang akibat ADL diapragma eksternal (Mms4) adalah
sebesar:
(Sebelum revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
= 22.740 tm
(Setelah revisi)
= 12.180 tm
(Setelah revisi)
= 158.57 tm
c. Live load
Besar momen tengah bentang akibat beban hidup terdistribusi q (Mms6) dapat
(Sebelum revisi)
= 270.78 tm
(Setelah revisi)
= 296.21 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
c.b). Line load
Line load yang berkerja sebagai beban hidup juga akan mengakibatkan momen
(Sebelum revisi)
= 136.50 tm
(Setelah revisi)
= 148.47 tm
d. Ultimate total
Besar momen tengah bentang ultimate dari berbagai pembebanan dapat dihitung
(Sebelum revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Ultimate total = (1.2*400.97)tm + (1.3*232.89)tm + (2*37.90)tm +
(1.2*22.74)tm + (2*407.28)tm
= 1701.57tm
(Setelah revisi)
(1.2*12.18)tm + (2*444.68)tm
= 2046.165tm
a. Profil kabel
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Dari data yang diberikan pada sub bab 3.2.2 dan persamaan (2.30) dapat
dihitung besar jacking force maximum yang dapat diberikan kepada kabel
prategang.
Y = AX2 + BX + C
A = ((Ymiddle + Yedge)/(L/2)2)
B = (L * A)
tg φ = 0.00651X + (-0.10285)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
96 103.75 22.5 75 1350216
Tabel 3.13a. Hasil perhitungan kabel (sebelum revisi)
(e) = Yb-Ys
Yb = Jarak garis netral dari bawah balok non komposit (sub bab 3.3.3)
Ys = Jarak tendon dari bawah balok pada daerah tengah bentang (sub bab 3.7.1)
Tegangan atas
Melalui persamaan (2.31) dapat dihitung besar gaya prategang awal pada bagian
atas adalah
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
(Sebelum revisi)
(400.97*10^5kgcm / 433938cm3)
92.4026kg/cm2
Pi <= 1592432.95 kg
(Setelah revisi)
(443.48*10^5kgcm / 459498cm3)
96.514kg/cm2
Pi <= 1614884.3 kg
Tegangan bawah
Melalui persamaan (2.32) dapat dihitung besar gaya prategang awal pada bagian
bawah adalah
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
σ bottom = Pi/Acp – Pi.e/Wb + Mbs/Wb
(Sebelum revisi)
(400.97*105kgcm / 462652cm3)
Pi <= 1381192.5 kg
(Setelah revisi)
(443.48*105kgcm / 484869cm3)
Pi <= 1497936.5 kg
Kesimpulan
Tegangan atas
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
melalui persamaan (2.33) dapat dihitung besar gaya prategang awal pada bagian
atas adalah
(Sebelum revisi)
/1153423cm3) + (1101.78*105kgcm/867633cm3)
1153423cm3) + 126.987kg/cm2
1101.78*105kgcm)/1153423cm3))
Pe >= -126936.57 kg
(Setelah revisi)
/1385574cm3)+(1347.65*105kgcm/1027890cm3)
1385574cm3) + 131.108kg/cm2
1385574cm3)
Pe <= -412195.72 kg
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan bawah
Melalui persamaan (2.34) dapat dihitung besar gaya prategang saat servis pada
(Sebelum revisi)
cm3)
Pe <= 751790.438 kg
(Setelah revisi)
cm3)
Pe <= 918079.5 kg
Kesimpulan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Asumsi awal
Dari hasil [1] dan [2] maka tidak perlu dilakukan penegangan
(Sebelum revisi)
(Setelah revisi)
a. Akibat gesekan
saat inisial berbeda dengan saat akhir. Besarnya gaya prategang sisa akibat
Px = Po * e − µ (α + k * x ) …………………….(2.36)
Dengan :
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Koefisien gesek µ untuk tendon yang terbuat dari bahan metal dan akan
Koefisien wobble k untuk tendon yang terbuat dari bahan metal dan akan
(Sebelum revisi)
= 12258.31 kg
(Setelah revisi)
= 11767.97 kg
Slip aungker terjadi setelah pengangkeran pc strand yang terjadi pada ujung
balok. Kehilangan akibat slip aungker yang paling besar terjadi sejauh x dari
x= d * As * ( Es / m)
Dengan :
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
d = ditentukan sebesar 8 mm
(Sebelum revisi)
= 0.57kg/cm
= 16.53 m
= 13128.59 kg
(Setelah revisi)
= 0.54kg/cm
= 16.87 m
= 12584.92 kg
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
c. Pemendekan elastis
ES = (Kes*Es*fcir/Ec)*As ………………(2.35)
Dengan :
fcir = Tegangan pada beton pada pusat berat dari gaya prategang segera setelah
transfer
(Sebelum revisi)
= 501.07 kg
(Setelah revisi)
= 417.25 kg
a. Susut (SH)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Susutnya beton karena waktu akan mengurangi gaya prategang sehingga
besar kehilangan gaya prategang akibat susutnya beton tersebut dapat dihitung
SH = 8.2E-06*Ksh*Es*(1-0.06*V/S)*(100-RH)
Dengan :
RH = 80.0
(Sebelum revisi)
= 204.11 kg
(Setelah revisi)
= 199.93 kg
b. Creep (CR)
Rangkak yang terjadi pada beton akibat factor beban dan waktu dapat
Dengan:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
fcir = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
fcds = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja akibat semua beban mati
= (Msd*e) / Ig
(Sebelum revisi)
35.67 kg/cm2)
= 1276.41 kg
(Setelah revisi)
56.22 kg/cm2)
= 833.81 kg
c. Relaxation (RE)
RE = (Kre-J*(SH+CR+ES))*C
Dengan:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
fpi/fpu = 0.69
(Sebelum revisi)
= 179.68 kg
(Setelah revisi)
= 155.53 kg
(Sebelum revisi)
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
4). Gaya prategang efektif
(Sebelum revisi)
e (eksentrisitas) = - 0.67 m
Pi * e = - 842.79 tm
Tegangan awal
(Setelah revisi)
e (eksentrisitas) = - 0.68 m
Pi * e = - 812.43 tm
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pi/A = 92.64 kg/cm2
Tegangan awal
(Sebelum revisi)
P = 1049.7 t
P.e = - 703.7 tm
Momen 1 = - 9.19 tm
Momen 2 = 407.28 tm
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
P = 1049.11 t
P.e = - 708.31 tm
Momen 1 = 153.17 tm
Momen 2 = 485.91 tm
M2/Wb` = -67.55kg/cm2
(Sebelum revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pi/A = 108.28 kg/cm2 M/Wa = -101.81 kg/cm2 top (s t) = 6.47 kg/cm2
Pi/A = 90.41 kg/cm2 M1/Wa = 2.12 kg/cm2 M2/Wa` = 35.31 kg/cm2 top (s t) = 123.61 kg/cm2
Pi/A = 90.41 kg/cm2 M1/Wb = 1.99 kg/cm2 M2/Wb` = -62.49 kg/cm2 bottom (s b) = 29.91 kg/cm2
(Setelah revisi)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pi/A = 92.64 kg/cm2 M/Wa = -80.29 kg/cm2 top (s t) = 12.34 kg/cm2
Pi/A = 80.76 kg/cm2 M1/Wa = 33.33 kg/cm2 M2/Wa` = 35.07 kg/cm2 top (s t) = 149.16 kg/cm2
Pi/A = 80.76 kg/cm2 M1/Wb = 31.59 kg/cm2 M2/Wb` = -67.55 kg/cm2 bottom (s b) = 2.33 kg/cm2
1. Pemasangan scaffolding
4. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat diukur dari
dasar bekisting balok ke as tendon atau bagian bawah tendon. Titik ordinat
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
5. Memasang support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser /
6. Menyambung duct sesuai dengan tipe dan panjang tendon yang direncanakan
7. Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke support bar
9. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting
10. Menyambung duct ke casting dengan menggunakan cloth tape. Cloth tape
11. Memasukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu persatu dari
arah angkur mati ke arah angkur hidup hingga tercapai jumlah strand sesuai
dengan rencana. Untuk tendon panjan > 50 meter maka strand dapat dimasukkan
12. Memasang u-plate untuk angkur mati tipe u. Sedangkan untuk angkur mati tipe-h
13. Memasang grout vent dan pe grout untuk lubang inlet / outlet saat grouting
14. Pembuatan stressing pocket (lubang untuk stressing) berdasarkan ukuran dan tipe
tendon stressing
15. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.3.2. Pekerjaan Stressing
1. Ijin pelaksanaan stressing dari Main kontraktor dengan dilampiri hasil pengujian
2. Pembongkaran bekisting pada stressing pocket hingga posisi casting terbuka dan
3. Persiapan peralatan stressing pada titik-titik penarikan dan lampu penerangan jika
stressing dilakukan pada malam hari atau pada area yang kurang terang
7. Memasang chair dibelakang anchor block agar posisi wedges bebas pada saat
penarikan
8. Stressing jack dipasang dan dirapatkan kearah casting sehingga posisi casting,
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
9. Mempersiapkan form-form pencatatan hasil penarikan, alat tulis dan kalkulator.
pelaksanaan stressing
10. Selama stressing dicatat pembacaan manometer dan perpanjangan strand yang
11. Data yang tercatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis dan ada batasan
bahwa deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+) atau kurang (-) dari 7%.
12. Jika terjadi deviasi kurang dari (-) 7%, maka llangsung diadakan penarikan ulang
tanpa melepas / menghilangkan gaya yang sudah ada. Dan jika terjadi deviasi
lebih besar dari (+) 7%, maka hasil stressing akan digambarkan pada sebuah
13. Hasil pencatatan stressing akan diserahkan kepada pihak konsultan pengawas
14. Pekerjaan selanjutnya adalah menutup anchor block / barrel dengan adukan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.3.3. Stressing Method
anchor
anchor head
baji
Penyetelan dongkrak
Stressing
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.3.4. Pekerjaan Grouting
Grouting adalah proses pengisian rongga udara antara strand dengan duct dan
rongga pada bagian dalam casting dengan bahan grout. Tujuannya adalah untuk
menjaga bahaya korosi juga untuk mengikat strand dengan beton disekelilingnya
menjadi satu kesatuan. Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non
shrinkage additives.
2. Persiapan material grouting diantaranya semen PC, air bersih dan additive.
3. Persiapan lubang-lubang inlet dan outlet serta membersihkan jika ada sumbatan
4. Air dimasukkan kedalam mixer, disusul semen PC dan additive kemudian diaduk
5. Grout pump dihubungkan dengan lubang inlet dengan menggunakan hose dan
selang grouting
6. Mortar grouting dipompa kedalam tendon melalui lubang inlet hingga keluar
melalui lubang outlet benar-benar kental lalu tutup lubang tersebut beberapa saat.
pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat sehingga rapat
8. Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing lenght dapat dipotong
setelah 12 jam
pengembangan dari sistem Mobile Crane, dimana karena faktor lokasi dan juga biaya
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.16. Model portal hoise
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
2.6.5. Pemasangan Portal Hoise
1. Memasang kaki portal diaspal atau ditanah dengan diberi alas pondasi dengan
2. Mesin gantry pengangkat memakai roda trolly dipasang diatas portal untuk
3. Pemasangan portal dilakukan oleh subkon pembuat portal hoise, hingga siap
difungsikan.
4. Portal hoise crane bisa bergerak ke arah memanjang dan arah melintang jalan.
5. Jarak Hoise crane terhadap pilar menyesuaikan titik angkat girder. Posisi portal
2. Mesin gantry crane dengan tenaga motor elektrik mengangkat girder keatas pier
1. Trolly Gantry crane dengan tenaga motor elektrik berjalan membawa girder
keatas pier
5. Memasang bearing pad harus sesuai dengan tanda yang telah dibuat
1. Mengontrol ulang untuk memastikan letak serta posisi girder terpasang dengan
sempurna
2. Jika dirasa pemasangan girder sudah benar-benar sempurna maka dapat dipasang
pengaman brussing dengan menggunakan besi beton dilas antara back wall
1. Menggeser portal hoise ke posisi antar pilar yang selanjutnya akan dilakukan
pekerjaan erection
2. Melakukan proses erection dari awal kembali untuk pekerjaan erection pilar
selanjutnya
sehingga berjalan dengan lancar dan aman. Dari step pekerjaan yang telah dijelaskan
lintas kendaraan tidak terganggu, oleh karena bentang portal hoise crane yang besar
Portal erection
Jalur selatan
Jalur utara
Stok girder
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pengaturan letak balok girder untuk pekerjaan erection PC U Girder pada
tengah dan G4 tepi, setengah lagi ditempatkan di sebelah selatan yaitu G1 tepi dan
G2 tengah. Perletakan girder dibawah pier head untuk mengoptimalkan ruang yang
dipakai. Setelah tahap persiapan telah selesai maka pelaksanaan pekerjaan erection
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
a. Tahap 1 Pengangkatan PC U Girder sebelah utara
1 2
3 4
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
5 6
7 8
diantara pier head yang akan dierection dan diletakkan lebih ke utara untuk
mengangkat girder yang berada disebelah utara. Mesin gantry digerakkan hingga
berada diatas U girder yang akan diangkat yaitu bentang tengah yang berada di tepi
stock girder (G3). Setelah dipasang sling angkat kemudian girder diangkat untuk
digeser keluar dari bawah pier head dan diangkat hingga melampaui tinggi pier head.
Kemudian girder yang diangkat digeser dengan mesin gantry ke posisi dudukannya
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
yaitu bentang tengah. Setelah girder berada diposisinya dan telah aman, maka
dilanjutkan untuk mengangkat girder ke dua untuk bentang tepi utara (G4) dengan
Pada pelaksanaan pengangkatan girder tahap 2 di sebelah selatan, maka jalur lalu
lintas kendaraan harus diatur sesuai rencana agar pelaksanaan pekerjaan erection
dapat berjalan dengan lancar, selain itu juga agar lalu lintas lancar dan aman.
1 2
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3 4
5 6
7 8
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
9
Pada pelaksanaan pekerjaan erection tahap 2 ini portal hoise yang berada
diutara digeser ke selatan untuk mengangkat U girder sebelah selatan. Mesin gantry
digerakkan hingga berada diatas U girder yang akan diangkat yaitu bentang tengah
yang berada di tepi stock girder (G2). Setelah dipasang sling angkat kemudian girder
diangkat untuk digeser keluar dari bawah pier head dan diangkat hingga melampaui
tinggi pier head. Kemudian girder yang diangkat digeser dengan mesin gantry ke
posisi dudukannya yaitu bentang tengah. Setelah girder berada diposisinya dan telah
aman, maka dilanjutkan untuk mengangkat girder ke dua untuk bentang tepi utara
Setelah semua U girder pada bentang yang dierection telah selesai maka
selanjutnya.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.23. Perpindahan portal hoise menuju bentang lain
1 2
3 4
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.5. Pembahasan
setelah Flyover Pulo Brayan di kota Medan. Kondisi kota Medan yang masih
terbilang tertinggal untuk masalah infra struktur jalan dibandingkan dengan kota
besar lain di Indonesia membuat kemunculan hal-hal baru dalam proyek terasa asing
perjalanan. Lebar badan jalan yang menyempit dengan kondisi badan jalan rusak
parah membuat para pegguna jalan harus rela antre berjam-jam untuk melewati
Kondisi ruang yang ada dilokasi proyek yang terbatas disebabkan oleh lahan
yang belum bebas dengan volume lalu lintas yang tinggi tanpa ada jalan alternatif
lain. Diperkirakan ruang yang ada dilokasi proyek untuk melakukan pekerjaan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
erection PC U Girder adalah 600 – 800 m2 antar Pier Head. Sehingga diperlukan
misalnya, untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan lahan yang tidak kecil.
balok U Girder ke Pier Head. Proyek ini merupakan proyek pertama di Medan yang
beberapa diantaranya yaitu metode launcher, metode portal hoise / gantry crane, dan
dan kelemahan baik dari segi cost, quality dan time. Pada proyek Flyover Amplas
Namun, proses panjang ini bertujuan akhir yang sangat masyarakat kota medan
Amplas tidak lagi pada seperti dahulu. Pengguna jalan yang tidak perlu ke terminal
terpadu Amplas dapat menggunakan jembatan ini untuk langsung menuju jalan tol
misalnya.
Precast Concrete U girder merupakan desain bentuk girder yang masih baru
masih jarang dijumpai dikota-kota besar di Indonesia, di Jakarta jumlah flyover yang
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Pada dasarnya perencanaan pemilihan bentu U sebagai bentuk girder merupakan
kuasa mutlak perencana (dalam proyek ini konsulta perencana adalah Departemen
terhadap bentuk lain ternyata ada beberapa pertimbangan sehingga bentuk U yang
digunakan dalam proyek ini. Untuk itu perlu diketahui profil bentuk girder yang
Steel girder merupakan girder dari bahan baja yang biasanya digunakan sebagai
pemasangan, baja juga memerlukan biaya selama perawatan dan belum termasuk
biaya galvanis. Untuk pekerjaan galvanis baja, campuran yang baik adalah
dengan proses hot dep galvanish. Cara ini lebih tahan lama mengantisipasai
Namun untuk daerah kerja yang tidak memungkinkan dilakukan pekerjaan girder
beton seperti pada persimpangan padat lalu-lintas dengan lalu-lintas yang tidak
mungkin untuk dialihkan untuk pkerjaan erection, atau daerah tengah laut, maka
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.5.1.2. Concrete Girder
a. PC Voided Slab
fungsi girder sekaligus slab. Girder jenis ini biasanya digunakan pada jembatan
terpanjang untuk girder jenis ini adalah tidak lebih dari 17 m dengan mutu beton
800 kg/cm2.
Girder jenis ini tidak mungkin digunakan pada proyek FO Amplas, bentang
b. Box girder
Box girder merupakan bentuk girder yang paling baik untuk pekerjaan flyover,
karena box girder memiliki keuntungan unik tersendiri dari bentuk girder lainnya.
Box girder dalam spesifikasi produksi tidak memiliki batasan panjang bentang.
Dalam proses tahapan pekerjaan, box girder terlebih dahulu mengalami proses
a). Tahapan pertama adalah stressing pengikatan, tujuannya agar girder tidak
Pada tahapan ini proses stressing berfungsi juga sebagai pengikat antar
segmen box girder, dan beban kerja yang diberikan merupakan beban kerja
sebagian.
c). Tahapan ketiga adalah stressing pemberian beban kerja penuh. Pada tahap ini-
Box girder sengaja dirancang mampu memikul lebar slab hingga 3 (tiga) kali
lebar pier head. Sayap atas box girder mampu memiliki lebar hingga 2 (dua) kali
lebar tutup box. Kondisi ini membuat pekerjaan pengecoran slab tidak
Bentuk box girder cukup memenuhi nilai estetika pada bangunan flyover
kota di Indonesia telah menjadikan flyover dengan girder ini menjadi icon baru
kota tersebut.
Namun bentuk box girder yang sangat besar membuat pekerjaan pemindahan
girder dari pabrik (tidak mungkin cast in place) menjadi sangat rumit. Diperlukan
suatu kendaraan khusus pengangkat girder yang kendaraan tersebut tidak tersedia
dikota Medan. Jika-pun ada, maka proses pemindahan saat girder dalam
Selai itu pekerjaan erection box girder memerlukan helpping support yang
berupa konstruksi portal baja dan hoise yang saat proses erection diperlukan juga
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
bantuan mobile/crawl crane. Penggunaan alat-alat tersebut tentu meningkatkan
c. PC I girder
Precas Concrete I girder merupakan bentuk yang paling banyak digunakan untuk
PC I girder juga memiliki berat sendiri yang relatif lebih ringan per unitnya.
Dapat dilihat secara visual bahwa bentuk penampanya jauh lebih kecil dibanding
dengan PC U girder. Berat per unit girder berpengaruh besar pada metode
girder juga memerlukan sistem post-tension, tetapi untuk pekerjaan erection tidak
hanya dengan portal hoise juga mobile crane dapat digunakan sebagai alat
erection. Berat sendiri PC I girder untuk tinggi penampang sama tidak lebih dari
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
80 ton, mobile crane kapasitas 50 ton cukup untuk digunakan dalam proses
erection girder.
Harga per-unit PC I girder lebih murah dari harga per-unit PC U girder. Hal ini
kesukaran rendah, dan volume beton yang tidak terlalu banyak (dibanding
dengan bentuk lain dengan lebar bentang yang sama). Namun karena lebarnya
yang cukup kecil maka harus digunakan jumlah unit yang banyak disetiap lebar
(empat) unit maka untuk lebar pier ke pier yang sama diperlukan 8 (delapan) unit
PC I girder.
Bentuk PC I girder yang langsing akan sangat berbahaya jika bentang-nya besar.
dengan bentang lebih dari itu sangat ber-resiko baik saat proses setting stressing
maupun erection girder. Pada FO Amplas bentang girder terkecil 31.9 m, jika
digunakan PC I girder bentang 31.9 m maka saat proses setting untuk stressing
yang telah di-stressing ber-resiko besar untuk terguling dan atau patah saat proses
erection. Setelah duduk di atas bearing pad-pun harus diberi breasing yang kuat
Selain alasan teknis diatas, bentuk ini cukup kaku dan kurang memenuhi unsur
penampilan kota.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.28. PC I Girder
d. PC U girder
sebagai girder, di Jakarta juga baru 1 (satu) flyover yang menggunakan bentuk
ini.
PC U merupakan modifikasi bentuk box girder dalam bentuk dan ukuran yang
lebih kecil. Tidak seperti PC I girder yang langsing, PC U memiliki bentuk badan
yang lebih lebar namun pada bagian tengah bentang penampangnya juga cukup
masih ideal untuk dproduksi. Proses pekerjaan produksi yang jauh lebih rumit
dan jumlah volume beton yang banyak menjadikan harga PC U girder lebih
yang digunakan lebih sedikit jumlahnya dari pada PC I girder (hemat hingga 50%
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
uit PC I girder). Karena bentuk dan ukurannya yang lebih besar maka berat
Pada proses setting pra stressing, PC U girder lebih aman dari PC I. Karena
terguling. Dan saat setelah girder telah memduduki bearing pad, breasing
pengaman dapat dibuat hanya pada lokasi tertentu saja. Mobilisasi dari pabri
produksi bentu U girder terbilang mudah. Girder segmental dapat diangkat oleh
Bentuk PC U yang mirip dengan box girder cukup memenuhi nilai estetika
jembatan jika dibandingak dengan PC I yang kaku dan terlalu tegas, sehingga
mencapai 135 ton per unit-nya membuat pemilihan metode kerja erection girder
lebih teliti. Penggunaan mobile crane tentu tidak mungkin karena diperlukan
mobile crane kapasitas 150 ton yang armada-nya tidak tersedia dikota Medan.
Penggunaan portal dan hoise harus dengan portal termodifikasi. Selain itu proses
girder.
membandingkan kelima bentuk dan jenis girder diatas maka PC U girder sangat
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
efektif dan efisien penggunaanya untuk kondisi aktual lapangan yang diharapkan FO
Amplas.
Sistim penarikan post tension dilakukan karena pertimbangan banyak hal, yaitu:
a. Lokasi kerja
Seperti yang telah dibahas pada sub bab yang lalu bahwa lokasi kerja pada
proyek ini amatlah terbatas. Pekerjaan penarikan pre tension memerlukan lokasi
pengecoran ditempat yang luas. Kalau-pun dilakukan dipabrik, pasti akan sangat
susah dalam mobilisasi mengingat panjang bentang girder minimum 31.9m. Jika
melihat kondisi lokasi kerja seperti ini, maka system penarikan yang paling
b. Posisi tendon
pre tension akan sulit mencapai bentuk tendon parabola. Dalam pelaksanaannya
penarikan system pre tension akan menghasilkan bentuk tendon yang lurus.
Dengan penggunaan system penarikan post tension maka bentuk tendon dapat
distel pada saat pra pengecoran girder, sehingga bentuk tendon rencana dapat
dicapai. Jadi berdasarkan bentuk tendon-nya cara penarikan yang lebih sesuai
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
c. Kemudahan peaksanaan
dilakukan di lokasi proyek, dan proses stressing dapat dilakukan tepat dibawah
lokasi kerja akan dilakukan erection girder tersebut. Artinya mobilisasi girder
yang telah selesai distressing tidak diperlukan (kecuali stressing tidak dilakukan
dekat lokasi erection) dan akan lebih mudah saat akan dilakukan erection girder.
Namun jika penarikan dilakukan secara pre tension, maka pasca penarikan dan
pengecoran harus memobilisaasi girder dari tempat yang jauh (dari tempat
a. Freyssinet (DYWIDAG)
System Internasional). Bagi DSI ini yang paling penting adalah propertis
mekanik strand harus sama baiknya dengan perlindungan terhadap korosi strand
tersebut, sehingga DSI melapisi strand-nya dengan bahan pelindung yang dikenal
dengan nama Epoxi Coated Strand. Pemberian bahan coat (coating) pada strand
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
digunakan polythylene (PE) atau polypropylene (PP) sebagai bahan coat agar
Strand yang digunakan sesuai standart ASTM A 416 dan standart perhitungan
gaya mengacu pada ASTM, AASHTO, BS, Eurocode, DIN, Austrian Code, SIA,
FIP, EOTA.
Angker hidup dengan dua bagian ditarik diutamakan penggunaannya pada tendon
longitudinal pada balok dan jembatan. Piringan baji dan badan konik angker
selalu terrencana dengan tiga beban transfer mengenalkan gaya prestress secara
kontiniu kepada strand dengan luasan medan minimal. Separasi angker dan
beton. Pusat piringan baji pada angker, dirakit dan diinstalasi secara konsisten
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Multiplane Anchorage MA
from to
Angker mati terutama digunakan pada tendon prefabrikasi, juga mungkin untuk
merakit angker ini ditempat. Strand berubah bentuk plastik untuk memastikan
keamanan beban transfer diatas kapasitas ultimate pada daerah kepala lekat, telah
terbukti aplikasi pada saat statis sebaik saat dinamik. Tergantung syarat batas,
bentuk flat atau kepala lekatan angker yang sangat besar juga tersedia.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Bond Head Anchorage ZF/ZR
no no yes
from to
no 41.3/184 1,115/4,961
from to
no 58.6/261 1,582/7,037
Tabel 3.15. Dead end anchor DSI [DSI.com]
Instalasi
tersebut dibagi berdasarkan pada kondisi akses struktur dan kondisi kerja
a) Pushing
cara yang paling ekonomis dan dapat dilakukan sebelum dan sesudah
pemasukan strand. Kecepatan alat ini cukup tinggi mencapai 8m/s dan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.32. Alat pendorong kabel strand DSI [DSI.com]
b) Pulling
c) Pre-Assemble Tendon
Proses fabrikasi tendon yang tersedia dalam bentuk kemasan koil akan lebih
ekonomis ketika tendon yang diperlukan itu pendek-pendek dan lokasi kerja
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Stressing
DSI telah mengembangkan alat dongkrak dan pompa hidraulik dari yang
standart ke alat yang lebih efisien dan ekonomis penggunaan tegangan setiap
tendon. Pompa DSI mampu menyesuaikan ukuran dan tegangan yang diberikan
otomatis terhadap apa yang akan ia tarik yang akan menahan strand tetap dalam
dongkrak.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Grouting
plastisitas tinggi dan bahan gruting tahan lama. DSI memiliki 3 metode kerja
Kesimpulan
Freyssinet dan DSI memiliki alat dan metode kerja stressing post-tension sangat
canggih, namun Freyssinet dan DSI belum memiliki kantor cabang di Indonesia.
b. BBRV (SUSPA-BBR)
Sistem post-tension kabel strand metode BBRV merupakan metode yang paling
tua diantara ketiga metode diatas. Penarikan paralel kabel strand sistem post-
tension telah dikembangkan oleh BBR pada 1944 dan masih terus dikembangkan
Strand paralel yang mampu ditarik untuk proses post-tension oleh BBR mulai
dari 14, 22, 31, hingga 102 strand dengan diameter 7mm kabel. Ukuran tendon
dengan jumlah lain dari standart dapat dibuat dengan memodifikasi ukuran
standart-nya. Untuk ukuran tendon yang lebih besar juga dapat disediakan
BBR juga memiliki angker aktif (angker hidup) dan angker pasif (angker mati)
dengan tipe yang berbeda-beda. BBR memiliki dua jenis angker yatu angker
untuk pekerjaan post tension, buttonheads sebaga angker mati dan angker hidup.
Namun berbeda dengan kepala angker mati biasa, pada BBR buttonheads kabel
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.35. Buttonheads BBR [BBRV.com]
metode ini di Indonesia sangat sulit. Selain itu material pekerjaan prestrssing
post-tension sulit didapat jika tidak ada pabrik BBR dinegara itu, hal ini
c. VSL (VORSPANN)
tahun yang lalu sejak tahun 1956. VSL memberi solusi dalam pekerjaan
penegangan kabel, mampu memberi sistem modern namun tetap dengan biaya
baik pada struktur, dan mungkin dapat menjadi bagian yang dapat berkerja
dan internasional, dan strand yang digunakan VSL mudah didapat dipasaran
mengevaluasi program tersebut. VSL juga menjaga kualitas dan keselamatan saat
kerja
a) Angker mati
Angker blok
b) Angker mati
Duct
Seal
Lubang grouting
Spacer
- Dapat menarik hingga lebih dari 55 diam 0.5” atau 0.6” strand
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
- Angker berbentuk lebar
- Gabungan strand dalam satu tendon dikunci tiap strand-nya pada tiap titik
pengangkeran
Instalasi
Seperti halnya pada DSI, VSL juga membagi dua metode memasukkan strand
d) Pushing
tenaga manusia dan mesin. Pada beberapa VSL dinegara lain (German,
e) Pulling
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
f) Pre-Assemble Tendon
koil.
Pada penggunaan konvensional, VSL menggunakan duct baja ulir dengan tebal
minimum 0.25 mm walaupun sistem VSL PT-PLUS(R) dengan duct plastik ulir
dan plastik coupler dapat memberi keuntungan penting. Untuk pekerjaan yang
menuntut perlindungan terhadap bahaya korosi dan atau perlawanan bahaya fatiq
tendon, digunakan duct plastik. Steel duct telah diberi pelapis anti karat super,
dan duct plastik menghilangkan fatiq akibat gesekan strand dengan duct.
Stressing
Yang unik dari proses stressing VSL adalah prosedur penguncian otomatis baji
strand. Baji akan selalu berada didalam contact bersama strand selama proses
stressing, dan ketika jack dilepas maka baji akan secara otomatis terkunci pada
Dongkrak hidraulik VSL terbagi 3 (tiga) jenis yang masing masing memiliki
spesifikasi berbeda. Seperti halnya jack DSI, jack VSL juga memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan inlet jack dengan strand yang akan ditarinya.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Grouting
kimia grouting yang baik dan metode kerja grouting sangat mempengaruhi. VSL
Kesimpulan
berteknologi tinggi dan metode kerja yang baik, kantor cabang di Indonesia-pun
ada. Hal ini menjadi pertimbangan kuat pemilihan VSL sebagai perusahaan yang
penegangan di Indonesia.
Metode erection yang akan digunakan pada proyek FO Amplas rencana awal
dengan metode mobile crane sesuai anggaran yang telah disusun, namun seiring
dengan kondisi aktual lapangan serta pertimbangan terhadap biaya, mutu dan waktu
maka metode tersebut tidak efektif untuk dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan oleh
kondisi ruang yang sempit akibat kepadatan lalu lintas dan lahan yang belum bebas
dilaksanakan. Selain itu produksi U girder dan pelaksanaan erection yang tidak
berurutan dan tidak kontinyu menjadi hambatan untuk pelaksanaan metode tersebut.
Pekerjaan erection PC U Girder di proyek Fly Over Amplas Medan menjadi unik
karena kondisi aktual lokasi proyek berada dilokasi aktivitas lalu lintas yang tinggi
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3.5.3.1. Alasan pemilihan metode portal hoise
Bentang terpanjang balok U Girder adalah 37,9 m dengan berat terbesar adalah
136 ton. Dimana setiap Pier Head membutuhkan balok U girder sebanyak 4-7 buah
balok. Sehingga diperlukan metode erection yang mampu menanggung beban besar
a. Portal hoise
pertimbangan diatas. Metode erection ini menggunakan alat berupa portal hoise
crane dengan alat angkat berupa mesin gantry. Penggunaan alat ini apabila
disesuaikan dengan kondisi aktual proyek maka alat ini membutuhkan bentang
dengan lebar 24 m dan tinggi 11 m, serta kapasitas angkat lebih dari 80 ton.
Penggunaan alat ini memiliki keuntungan yaitu penggunaan ruang yang sesuai atau
optimal dengan kondisi lapangan yang ada. Selain itu kemudahan dalam pengaturan
memakai alat tersebut. Manuver halus yang dihasilkan dapat memperkecil resiko
bahaya. Namun alat ini memiliki kelemahan berupa tidak bebas bergerak hanya satu
arah saja. Jika dibuat maka membutuhkan biaya yang besar pula, namun apabila
dengan sistem biaya sewa perbalok metode ini menjadi efisien. Penggunaan ruang
yang optimal menjadikan metode ini menjadi efektif untuk dipilih. Waktu
pelaksanaan dengan metode ini juga optimal karena dengan kondisi kemacetan lalu
lintas metode ini masih dapat dilaksanakan, sehingga waktu kerja alat ini maksimal.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.39. Metode erection dengan portal hoise
Jika dibandingkan dengan metode lain, jelas metode ini yang paling sesuai.
b. Mobile crane
Metode erection dengan mobile crane yang menggunakan alat utama mobile
crane baik wheel atau crawler crane 2 (dua) unit. Dengan pemakaian 2 (dua) mobile
crane maka diperlukan koordinasi sempurna antar operator dan keahlian yang tinggi
untuk menghasilkan manuver yang tepat. Penggunaan mobile crane untuk erection
PC U girder ini akan efektif bila kondisi ruang besar / luas dengan pekerjaan yang
kontinyu tanpa idle karena sistem sewa perjam yang tinggi sesuai kontrak. Mobile
dengan kapasitas lebih dari 150 ton (Kobelco kapasitas 180 ton dan Hitachi kapasitas
150 ton), hal ini disebabkan berat PC U girder yang akan diangkat besar (136 ton).
Di Medan mobile crane dengan kapasitas tersebut belum ada sehingga harus
mendatangkan dari luar yaitu pulau Jawa, akibat biaya mobilisasi yang besar untuk
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.40. Mobile Crane [Tadano.co.ip]
c. Launcer truss
Jika digunakan metode erection dengan launcer truss, biayanya jadi semakin
tinggi. Metode erection ini menggunakan alat berupa launcher / rangkaian truss baja
dan alat angkat berupa mesin gantry crane. Alat ini memiliki kesamaan dengan portal
hoise yaitu penggunaan ruang yang optimal sehingga efektif juga untuk dilaksanakan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
di kondisi aktual lapangan proyek FO Amplas. Namun menjadi tidak efisien karena
dibutuhkan biaya yang besar untuk pembuatan tumpuannya baik berupa kolom
sementara ataupun tumpuan tiang diatas pier head. Penggunaan ruang yang sesuai
diletakkan diatas pier head. Tetapi pembuatan tumpuan di atas pier head akan
merubah kondisi pier head rencana. Alat tersebut tidak bergerak bebas dan
pemindahannya pun beresiko tinggi serta memakan waktu yang lama. Penggunaan
metode launcher ini lebih efektif untuk digunakan pada pekerjaan erection girder
pada jembatan.
Gambar 3.42. Contoh metode erection dengan Launcher Truss [CV.Jala Sutra]
perbedaan akibat dari segi analisa momen yang ditimbulkan akibat pengangkatan.
Metode erection baik mobile crane, portal hiost, maupun luncher truss, memiliki
percamaan titik pengangkatan yaitu pada dua titik ujung pinggir bentang.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Letak sabuk angkat merupakan
portal hoise
truss
Dari gambar diatas maka dapat diketahi bahwa momen yang ditimbulkan berat
Dari model dibawah, tumpuan pengangkatan balok girder berjarak sejauh x dari
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Mtb = 1/8 QBS (L-2X)2
Dari model dibawah, tumpuan pengangkatan balok girder berjarak sejauh x dari
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3. Metode erection dengan luncher truss
Dari model dibawah, tumpuan pengangkatan balok girder berjarak sejauh x dari
ketiga metode erection yang berbeda memberikan nilai momen tengah bentang yang
sama besar. Hal ini terjadi karena besar berat sendiri girder yang diangkat dan jarak
Pemilihan metode erection dengan portal hoise pada proyek FO Amplas tidak
luput dari pembahasan traffic management. Lalu-lintas yang akan melalui titik
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
pekerjaan erection girder secara otomatis akan mempengaruhi ruang gerak kendaraan
Jalur lalu-lintas pada lokasi kerja FO Amplas dibagi dalam dua jalur, jalur utara
yaitu dari arah Amplas menuju Tanjung Morawa, dan jalur selatan yaitu dari arah
tanjung Morawa menuju Amplas. Kedua jalur yang merupakan jalur sangat padat
kendaraan itu, saat masa pekerjaan flyover pergerakan kendaraan menjadi semakin
lambat dikarenakan selain badan jalan yang sempit akibat digunakan sebagai area
kerja flyover, juga kondisi jalan yang rusak sehingga kendaraan tidak dapat melaju
dengan lancar.
Karena lokasi pekerjaan erection berada di aktifitas lalu lintas kendaraaan yang
tinggi maka proses erection girder harus dilaksanakan pada waktu ketika arus lalu
lintas yang rendah yaitu malam hari + 22.00 wib. Selain itu pengaturan jalur lalu
lintas kendaraan akan bermanfaat agar proses pekerjaan tidak terhambat sekaligus
Rencana pengaturan lalu lintas untuk erection tahap 2 seperti pada gambar
3.47 dan telah dijelaskan pada sub-bab yang terdahulu merupakan alternatif paling
girder.
sebelah utara, maka penempatan portal hoise akan seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.47.a. Posisi portal hoise yang melintang di badan jalan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
a. Saat pekerjaan pra-erection, arus kendaraan bagian utara dapat dilalui 1 (satu)
lajur saja, sedang untuk arus kendaraan dari arah selatan tetap 2 (dua) lajur
seperti biasa.
b. Saat pekerjaan erection sedang berlangsung, lalu kendaraan pada jalur utara
ditutup, kendaraan dari jalur utara dialihkan ke jalur selatan sehingga jalur
selatan 1 (satu) lajur untuk kendaraan jalur utara dan 1 (satu) lajur untuk
c. Setelah pekerjaan erecton tahap 1 selesai, jalur utara dibuka kembali dan
sebagai berikut:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.47.a. Pengaturan lalu jalur lintas kendaraan saat erection tahap 1 (utara)
sebelah selatan, maka penempatan portal hoise akan seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.47.b. Posisi portal hoise yang melintang di badan jalan
(satu) lajur saja, sedang untuk arus kendaraan dari arah utara dapat digunakan
2 (dua) lajur.
b. Saat pekerjaan erection sedang berlangsung, lalu kendaraan pada jalur selatan
dapat digunakan tetap 1 (satu) lajur, hal ini dapat terjadi karena jalur selatan
dengan badan jalan yang lebih lebar tidak perlu dilakukan sistem buka tutup
c. Setelah pekerjaan erecton tahap 2 selesai, kedua lajur ada jalur selatan dapat
kembali digunakan.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Untuk lebih jelas, traffic management erection tahap 2 (dua) digambarkan
sebagai berikut:
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
3. Proses erection P3-P4
Pier 3 dan Pier 4 berada tepat diempat persimpangan jalan, sehingga pada proses
yang baik.
pengalihan jalur.
persimpangan empat tersebut sudah ditutup dan arus kendaraan yang akan
beralasan karena seluruh pekerjaan struktural pier tersebut telah selesai dan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.49. Ruang Mobile Crane
Posisi mobile crane berada penuh dijalan sehingga diperlukan pengalihan arus lalu
lintas, sedangkan portal hoise yang juga menggunakan badan jalan tetapi tidak perlu
melakukan pengalihan arus lalu lintas karena masih ada ruang untuk lalu lintas di
bawah portal. Penggunaan ruang mobile crane lebih besar dibanding pemakaian
ruang portal hoise crane sehingga dengan kondisi aktual lapangan proyek yang padat
lalu lintas maka metode erection dengan portal hoise lebih efektif dibandingkan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan secara teknis dan non teknis maka dapat
disimpulkan:
1. Penggunaan PC U girder dengan mutu beton pelat jembatan yang telah direvisi
negatif saat servis 149.16 kg/cm2 yang nilainya lebih besar dari sebelum revisi
2. Analisa perhitungan PC U girder dalam tulisan ini hanya berlaku untuk girder
satu kendala utama pekerjaan super struktur pada proyek ini. Dengan kendala
tersebut, metode kerja stressing PCU girder dengan cara post-tension dan metode
kerja erection PCU girder dengan portal hoise merupakan metode yang paling
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
4.2. Saran
hitungan awal girder telah mampu menerima beban struktur, namun kesalahan
2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap metode kerja stressing dan erection
PCU girder untuk 5M (Material, Method, Man Power, Money, dan Machine)
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Beton Wijaya Karya, PT. 2008. “Dokumentasi Produksi Girder Wika Beton Binjai”.
Binjai
Burns, H. & T.Y.Lin Ned. 1993. Desain Struktur Beton Prategang. Terjemahan
Ir. Daniel Indrawan M.C.E. Jilid I. Jakarta : Erlangga
Jala Sutra, PT. 2008. “Company Profile CV. Jala Sutra”. Medan
Mulyadi. 2008. “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Kompetisi Dasar Untuk
Terampil Menulis” Medan
Wijaya Karya, PT. 2008. “Booklet Presentasi Proyek Pembangunan Amplas Medan”.
Medan
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress (Post-Tension) Pada Precast Concrete U Girder (Studi Kasus Pada Jembatan
Flyover Amplas), 2009.
USU Repository © 2009