Anda di halaman 1dari 14

RESUME MATA KULIAH JIWA

CLMHN DAN CMHN

ANI ARDIANTI
1711039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR NON REGULER

2017
BAB 1

CONSULTATORY LIAISON MENTAL HEALTH NURSING

(CLMHN)

1.1 Latar belakang


Menurut UU No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
 Orang sehat jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spriritual dan social sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.
 Orang Dengan Masalah Kejiwaan ( ODMK ) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental social, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa
 Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ ) adalah orang yang mengalami
gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan / atau perubahan perilaku yang bermakna, menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.
 Upaya pelayanan kesehatan jiwa : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
 Fasilitas pelayanan kesehatan jiwa : puskesmas dan jejaring, klinik pratama, dan
praktik dokter dengan kompetensi pelayanan kesehatan jiwa, Rumah Sakit
Umum, Rumah Sakit Jiwa, dan Rumah Perawatan.

Target pelayanan kesehatan jiwa, antara lain :

1. Sehat jiwa tetap sehat


2. Risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa
3. Gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif
1.2 Pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum

PENCEGAHAN GANGGUAN JIWA


PADA PASIEN SAKIT FISIK

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

PADA PASIEN SAKIT FISIK

( C L M H N)

( CONSULTATION LIAISON MENTAL HEALTH NURSING )


Pasien dengan masalah psikososial mempunyai potensi/risiko mengalami gangguan
jiwa. Agar pasien dengan penyakit fisik bisa tetap sehat jiwa adalah bahwa fokus
keperawatan tidak hanya diagnosis fisik tetapi juga emosional, spiritual, perkembangan,
kognitif, respon perilaku pasien akibat penyakit yang diderita.

Pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum adalah dengan mengatasi diagnose
keperawatan psikososial pada pasien dengan penyakit fisik.

Ada 5 fokus diagnosis keperawatan psikososial, antara lain :

1. Ansietas
Adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang spesifik
karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman baru
Tanda gejala subyektif Tanda gejala objektif
- Sakit kepala dan sulit tidur - Nadi dan tekanan darah naik
- Lelah - Tidak nafsu makan
- Merasa tidak bahagia - Diare/konstipasi
- Sedih - Gelisah
- Menangis - Berkeringat
- Sulit menikmati kegiatan harian - Tangan gemetar
- Kehilangan minat gairah - Sulit mengambil keputusan
- Perasaan tidak aman - Sulit berfikir
- Pekerjaan sehari-hari terganggu - Mudah lupa
- Sulit menerima informasi
- Berfokus pada apa yang menjadi
perhatian
- Ketakutan

Tata laksana pada ancietas :


 PASIEN
1. Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
dan melatih teknik relaksasi
2. Melatih dengan distraksi
3. Melatih dengan hipnotis lima jari
4. Melatih dengan kegiatan spiritual
 KELUARGA
1. Bantu keluarga mengenal masalah ansietas pasien dan merawat pasien
dengan ansietas
2. Bantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien dengan ansietas
3. Latih keluarga merawat pasien dengan ansietas
4. Latih keluarga menciptakan lingkungan yang nyaman dengan ansietas
5. Bantu keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk followup dan
mencegah kekambuhan
2. Gangguan Citra Tubuh
Adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh
perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan.
Tanda gejala subyektif Tanda gejala objektif
- Mengungkapkan perasaan adanya - Perubahan dan hilangnya anggota
perubahan pandangan tentang tubuh baik bentuk, struktur dan
tubuhnya fungsi
- Mengungkapkan persepsi adanya - Menyembunyikan atau
perubahan pandangan tentang memamerkan bagian tubuh yang
tubuhnya dalam penampilan terganggu
- Mengungkapkan merasa tidak puas - Menolak melihat atau menyentuh
dengan hasil operasi atau tindakan bagian tubuh
invasif - Aktifitas social menurun
- Mengatakan merasa
asingnterhadap bagian tubuh yang
hilang/berubah
- Mengatakan perasaan negatif
tentang tubuhnya
- Khawatir adanya penolakan dari
orang lain

Tata laksana gangguan citra tubuh, antara lain :


 PASIEN
1. Mengenal bagian tubuh yang terganggu
2. Mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi dan yang terganggu
3. Mengafirmasi dan melatih bagian tubuh yang sehat
4. Melatih bagian tubuh yang terganggu

 KELUARGA
1. Mengenal masalah gangguan citra tubuh
2. Mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh
3. Merawat klien dengan gangguan citra tubuh
4. Menyusun rencana tindakan untuk klien dengan gangguan citra tubuh

3. Harga Diri Rendah Situasional


Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
Tanda gejala subyektif Tanda gejala objektif
- Mengungkapkan rasa - Menyalahkan diri secara episodic
malu/bersalah terhadap permasalahan hidup yang
- Mengungkapkan menjelek- sebelumnya mempunyai evaluasi
jelekkan diri diri positif
- Mengungkapkan hal-hal yang - Kesulitan dalam membuat
negative tentang diri (misalnya, keputusan
merendahkan kemampuannya dan
ketidakbergunaan

Tata laksana Harga Diri Rendah Situasional, antara lain :

 PASIEN
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat
Harga diri rendah situasional
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (afirmasi
positif)
3. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
6. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih

 KELUARGA
1. Mengenal masalah harga diri rendah situasional
2. Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah situasional
3. Merawatklien dengan hargadirirendahsituasional
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan
mencegah kekambuhan

4. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

Tanda gejala subyektif Tanda gejala objektif


- Mengungkapkan dengan kata-kata - Menunjukkan perilaku
bahwa tidak mempunyai ketidakmampuan untuk mencari
kemampuan mengendalikan atau informasi tentang perawatan
mempengaruhi situasi. - Tidak berpartisipasi dalam
- Mengungkapkan tidak dapat pengambilan keputusan saat diberikan
menghasilkan sesuatu kesempatan
- Mengungkapkan ketidakpuasan dan - Enggan mengungkapkan perasaan
frustasi terhadap ketidakmampuan sebenarnya
untuk melakukan tugas atau aktivitas - Ketergantungan terhadap orang lain
sebelumnya. - Apatis dan pasif
- Mengungkapkan keragu-raguan - Ekspresi muka murung
terhadap penampilan peran. - Bicara dan gerakan lambat
- Mengatakan ketidakmampuan - Tidur berlebihan dan kurang aktif
perawatan diri - Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
- Menghindari orang lain

TATA LAKSANA KETIDAKBERDAYAAN, antara lain :


 PASIEN
1. Mengenali ketidakberdayaan yang dialaminya
2. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan latihan berfikir positif
3. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan, pengobatan
dan masa depannya
4. Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan klien

 KELUARGA
1. Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klien ketidakberdayaan
dan akibat yang terjadi
2. Menjelaskan dan melatih keluarga klien ketidakberdayaan cara : afirmasi
positif dan melakukan kegiatan yang masih dapat dilakukan
3. Menjelaskan lingkungan yang terapeutik untuk klien
4. Melatih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada klien
ketidakberdayaan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up
dan mencegah kekambuhan klien

5. Keputusasaan
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai dengan individu
memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternativ atau pilihan pribadi
dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri.

TANDA DAN GEJALA KEPUTUSASAAN, antara lain :

1. Kontak mata kurang


2. Penurunan afek
3. Penurunan selera makan
4. Penurunan respon terhadap stimulus
5. Penurunan verbal
6. Kurang inisiatif
7. Kurang keterlibatan dalam asuhan
8. Pasif
9. Gangguan pola tidur
10. Isyarat verbal (misalnya: isi putus asa, saya tidak dapat, menghela nafas).

TATA LAKSANA KEPUTUSASAAN :


 PASIEN
1. Mengidentifikasi kekuatan pribadi assesmen keputusasaan
2. Latihan menemukan harapan dan makna hidup
3. Latihan berfikir positif
4. Evaluasi manfaat berfikir positif dan Latihan melakukan aktifitas untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup

 KELUARGA
1. Menjelaskan kondisi klien keputusasaan
2. Menjelaskan cara merawat klien dengan keputusasaan
3. Evaluasi peran keluarga dalam merawat pasien
4. Diskusikan cara mencegah kekambuhan dan melakukan followup
BAB 2
CMHN
( COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING )

2.1 Latar belakang


Kesehatan adalah kondisi sehat fisik, mental sosial dan spiritual, bukan hanya
bebas dari sakit dan cacat (Health is a state of complete psysical, mental, social
and spiritual wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity
 Kesehatan:
1. Fisik (biologi)
2. Mental
3. Sosial
4. Spiritual
5. Tidak hanya tidak sakit dan tidak cacat
 TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN JIWA
(NO HEALTH WITHOUT MENTAL HEALTH)

Ciri-Ciri Sehat jiwa , antara lain:


1. Menyadari potensinya (to realize their potential)
2. Mengatasi stres dalam kehidupannya (to cope with the normal stresses of life)
3. Bekerja produktif (to work productively)
4. Berkontribusi pada masyarakat (to contribute to their community)

KELUARGA RISIKO ( PSIKOSOSIAL )


 MASALAH FISIK
1. Sakit
Darah tinggi, Diabet, Jantung, TBC, Stroke, Ginjal, Rematik, Kehilangan
anggota tubuh, Kurang gizi, dan semua sakit fisik
2. Ibu Hamil
Ibu hamil dan Ibu melahirkan
 MASALAH SOSIAL
1. Pekerjaan
PHK, Kehilangan harta benda, Ekonomi kurang
2. RT
Kehilangan (meninggal) anggota keluarga, KDRT
3. Hubungan Sosial
Konflik
 MASALAH MENTAL
1. Khawatir, Galau
KELUARGA DENGAN GANGGUAN

1. Sedih Berkepanjangan
2. Berkurang kemampuan hidup sehari-hari
3. Menurun motivasi untuk melakukan kegiatan
4. Marah – marah tanpa sebab
5. Bicara dan tertawa sendiri
6. Menyendiri / mengurung diri di kamar
7. Tidak mau bergaul
8. Tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Ingin bunuh diri

MASALAH GANGGUAN JIWA DI MASYARAKAT


1.SEHAT BERDASARKAN 8 GOLONGAN USIA
2. ODMK
3. ODGJ BERAT DAN RINGAN
4. PASUNG

KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA :

1. UNDANG – UNDANG KESEHATAN JIWA


– Ketok Palu DPR RI: 8 Juli 2014
– Ditetapkan: No 18 Tahun 2014
2. UNDANG – UNDANG KEPERAWATAN
– Ketok Palu DPR RI : 25 September 2014
– Ditetapkan : No 38 Tahun 2014
3. UNDANG – UNDANG TENAGA KES
– Ketok Palu DPR RI : 25 September 2014
– Ditetapkan : No 36 Tahun 2014
UPAYA PENCEGAHAN MASALAH KESEHATAN JIWA :

KELOMPOK RISIKO UPAYA PENCEGAHAN

Sakit Fisik Manajemen Stres di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

Putus Sekolah Manajemen stres

Ketahanan Mental
Putus Kerja
Program Antisipasi
Kehilangan Orang yang dicintai

Nara Pidana

Kemiskinan Program Kesejahteraan

Korban Bencana Manajemen Stres

TUJUAN UPAYA KURATIF KESEHATAN JIWA :


1. Penyembuhan atau pemulihan
2. Pengurangan penderitaan
3. Pengendalian disabilitas
4. Pengendalian gejala penyakit

TUJUAN UPAYA REHABILITATIF KESEHATAN JIWA :


1. Mencegah atau mengendalikan disabilitas
2. Memulihkan fungsi sosial
3. Memulihkan fungsi okupasional
4. Mempersiapkan dan memberi kemampuan mandiri di masvarakat

TARGET ASUHAN KEPERAWATAN PADA ODGJ :

1. Kemampuan mengendalikan tanda dan gejala


– Asuhan keperawatan
– Asuhan medik (kepatuhan minum obat)
2. Kemampuan perawatan diri (Self Care)
3. Kemampuan sosialisasi
4. Kemampuan kegiatan sehari-hari/rumah tangga (Activity Daily Life)
5. Kemampuan bekerja
PELAYANAN KESEHATAN JIWA BERBASIS MASYARAKAT
1. Tim kesehatan ( dokter dan perawat )
2. Tokoh masyarakat
3. Kader ( KKJ )
4. Keluarga

KADER KESEHATAN JIWA :

1. Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)


– 1 : 10 keluarga
– Jml Keluarga di Jawa Timur : 11.386.686
– Jml KKJ Yang Diperlukan : 1.138.669
2. Pelatihan KKJ
– 2 hari
– 1 kali pelatihan 30 orang
– Diperlukan 4000 kali pelatihan
3. Dana
– Pemberdayaan masyarakat (Dana Desa)
– Pemberdayaan PKK

KEGIATAN KADER :
1. Asuhan Kader Kesehatan Jiwa
– Medeteksi KesWa Keluarga
– Merujuk Pasien ke PKM
– Melakukan Kunjungan Rumah Min 1X per minggu
2. Asuhan Keluarga
– Mengenal Masalah Pasien
– Mampu memutuskan pelayanan kesehatan pasien
– Mampu merawat pasien : perawat diri, bersosialisasi, melakukan kegiatan
rumah tangga
– Menyediakan fasilas bekerja dan melatih bekerja

KEGIATAN PERAWAT DAN DOKTER :

1. Asuhan Keperawatan di Masyarakat:


– Melatih Mengendalikan Gejala
– Melatih Merawat Diri (Self Care)
– Melatih Bersosialisasi
– Melatih Melakukan Kegiatan Rumah Tangga (Activity Daily Living)
– Melatih Bekerja
2. Asuhan Medik
– Penetapan diagnosis kesehatan jiwa
– Pemberian Obat

TUGAS PENDIDIKAN KESEHATAN :

1. Menetapkan Kecamatan/Kelurahan/RW/Rt tempat praktik di masyarakat


2. Deteksi Kesehatan Jiwa Masyarakat: termasuk pasung
3. Melatih Kader Kesehatan Jiwa
4. Asuhan Keperawatan Jiwa
PERAN SERTA DINAS SOSIAL :

1. Identifikasi Peran Dinas Sosial & Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan


2. Kerjasama tentang pasien gangguan jiwa yang: gelandangan
3. Rehabilitasi Psiko Sosial di Masyarakat

PERAN SERTA SATPOL PP :


1. Deteksi Pasien Gangguan Jiwa
2. Penanganan Pasien Gangguan Jiwa
– Mengetahui sistem rujukan
– Cara menangkap yang pasien gangguan jiwa
– Koordinasi dengan pemerintah setempat

PERAN SERTA PKK :


1. Dari RT – RW – Kelurahan – Kecamatan – Propinsi – Pusat
2. Fasilitasi Kader Kesehatan Jiwa
3. Peningkatan Kesadaran Kesehatan Jiwa Masyarakat

PERAN SERTA BAPEDA :


Semua Kegiatan memerlukan uang, antara lain :
– Pelatihan Perawat dan Dokter di PKM
– Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa
– Kunjungan rumah pasien gangguan jiwa
– Rujukan bolak balik dari masyarakat ke RSJ
– Penyediaan pelayanan (tenaga dan obat)

2.2 Desa siaga sehat jiwa

1. Desa sehat adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.

2. Desa siaga sehat jiwa adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.

KARAKTERISTIK DESA SIAGA SEHAT JIWA :

1. Memiliki Kader Kesehatan Jiwa


2. Memiliki Kelompok Tokoh Agama, Pengobat tradisional, Guru, Petugas Keamanan
3. Memiliki Kantor DSSJ
4. Mempunyai survey keluarga kondisi KESWA KELUARGA
5. Memiliki Sistem Rujukan KESWA
6. Memiliki Dana Masyarakat
7. Menerapkan Perilaku Sehat Jiwa

TUJUAN DSSJ :

TERWUJUDNYA MASYARAKAT DESA YANG SEHAT, PEDULI, DAN


TANGGAP TERHADAP PERMASALAHAN KESEHATAN JIWA DI WILAYAH
DESANYA
SASARAN DSSJ :
1. SASARAN PRIMER:
Individu (Semua individu (kepala keluarga) DESA mampu hidup sehat, peduli,
tanggap terhadap kesehatan jiwa)
2. SASARAN SEKUNDER:
a. Individu & Kelompok
b. TOMA: tokoh agama, perempuan, pemuda, kader desa, profesional, petugas
kesehatan
3. SASARAN TERTIER:
a. Individu, Kelompok & Institusi
b. Kades, Camat, Pejabat, Swasta, Donatur, dan Stakeholder

INDIKATOR DESA SIAGA :


• Forum masyarakat kelurahan/desa
• Sarana pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan
• Usaha kesehatan berbasis masyarakat yang dikembangkan
• Sistem pengamatan penyakit dan faktor risiko berbasis masyarakat
• Sistem kesiapsiagaan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana berbasis
masyarakat
• Upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan sehat
• Upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
• Upaya menciptakan dan terwujudnya kader gizi

LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN DSSJ :

1.Pemilihan desa untuk DSSJ


2.Sosialisasi DSSJ kepada tokoh masyarakat melalui MMD
3.Pemilihan calon KKJ oleh Kades
4.Pelatihan KKJ
5.Pelaksanaan peran KKJ
6.Monev

PERSYARATAN KKJ :

1. Bertempat tinggal di DSSJ


2. Sehat
3. Mampu baca tulis
4. Mersedia menjadi KKJ sebagai tenaga sukarela
5. Mempunyai komitmen menjalankan CMHN
6. Menyediakan waktu untuk CMHN
7. Mendapat ijin dari keluarga
PERAN K K J :

1. Deteksi dini
2. Menggerakkan masyarakat
a. Keluarga sehat ikut penyuluhan kesehatan jiwa
b. Keluarga risiko ikut penyuluhan kesehatan jiwa
c. Keluarga gangguan ikut penyuluhan kesehatan jiwa
d. Pasien gangguan ikut terapi aktivitas kelompok
3. Kunjungan rumah
4. Rujukan
5. Dokumentasi

KELOMPOK PENDUKUNG :

• SELF HELP GROUP


• Keluarga dan pasien (SHG)
• Kelompok remaja
• SUPPORTING GROUP:
• KKJ
• Tokoh Agama
• Pemberi pengobatan tradisional
• Kelompok Guru
• Kelompok Keamanan

Anda mungkin juga menyukai