Anda di halaman 1dari 13

Program Pemberdayaan Potensi

Desa/Kelurahan
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Jawa Timur dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin, sebagaimana yang dimuat dalam RPJM Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 – 2014 diantaranya adalah: (1) Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan, (2)
Terbatasnya Aksesibilitas dan Rendahnya Kualitas Layanan Pendidikan, (3) Terbatasnya
Aksesibilitas dan Rendahnya Kualitas Layanan Kesehatan; (4) Terbatasnya Kesempatan Kerja dan
Berusaha; (5) Terbatasnya Aksesibilitas Layanan Perumahan dan Sanitasi; (6) Terbatasnya
Aksesibilitas Layanan Air Bersih; (7) Lemahnya Kepastian Kepemilikan dan Penguasaan Tanah; (8)
Memburuknya Kondisi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, serta Terbatasnya Aksesibilitas
Sumber Daya Alam; (9) Lemahnya Jaminan Rasa Aman; (10) Lemahnya Partisipasi; (11) Besarnya
Beban Tanggungan Keluarga; dan (12) Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender;
Konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam pengentasan kemiskinan dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 –
2014, dengan memposisikan Program Penanggulangan Kemiskinan sebagai salah satu Program
Prioritas di Jawa Timur.
Program-program Penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Jawa Timur dimaksudkan
untuk meningkatkan dan mengembangkan peran masyarakat serta fungsi lembaga-lembaga Desa,
untuk mendorong kesadaran kaum miskin dalam memperbaiki nasibnya. Sehingga, berbagai upaya
penanggulangan dan pengentasan kemiskinan harus memberikan kontribusi pada peningkatan
kemampuan masyarakat miskin. Ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan
pengentasan kemiskinan ini, yakni : (i) mengurangi beban biaya bagi Rumah Tangga Sangat
Miskin, seperti misalnya : biaya pendidikan, biaya kesehatan, infrastruktur seperti air bersih, jalan
desa dan sebagainya, (ii) meningkatkan pendapatan Rumah Tangga Miskin dan Hampir Miskin
dengan jalan antara lain pelatihan ekonomi produktif, usaha ekonomi, stimulan modal kerja/ usaha,
pasar desa, dan kegiatan pemberdayaan ekonomi lokal serta peningkatan produksi melalui
Teknologi Tepat Guna.
Sebagai salah satu upaya untuk memberikan kontribusi pada penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan di Jawa Timur, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur akan
melaksanakan Program Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan.
Program Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengembangkan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan dengan pemberdayaan Rumah
Tangga Miskin. Disamping itu, melalui Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan diharapkan mampu
mewujudkan pengelolaan program penanggulangan kemiskinan secara profesional dan
berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga dapat
mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penanggulangan kemiskinan.
Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan dikelola secara terpadu dengan membuka ruang
partisipasi antar stakeholders dalam rangka memfasilitasi pemberdayaan RTM maupun
pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/ Kelurahan. Dalam implementasinya, peran serta
Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki reputasi keahlian dan pengalaman dibidang pemberdayaan
masyarakat maupun pengembangan ekonomi lokal sangat diperlukan. Perguruan Tinggi (PT)
diharapkan mampu berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi pengembangan akses dan
kerjasama maupun mampu mengembangkan potensi Desa/Kelurahan.
Standart Pelayanan Publik (SPP) Program Pemberdayaan Potensi Desa/ Kelurahan ini disusun
sebagai acuan dasar bagi pengelola program maupun stakeholders lainnya agar mampu mengelola
program secara optimal maupun mengembangkan peran-peran fasilitasi secara tepat guna
mendukung pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan dan pemberdayaan
Rumah Tangga Miskin (RTM).
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat Desa/Kelurahan melalui Pengembangan Potensi
Unggulan dan Penguatan Kelembagaan serta Pemberdayaan Kelompok Masyarakat (Pokmas)
RTM
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan secara
terbuka, demokratis dan bertanggung jawab;
2. Mengembangkan kemampuan usaha dan peluang berusaha demi peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan Rumah Tangga Miskin.
3. Membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan peran Unit Pengelola Keuangan dan Usaha
(UPKu) sebagai Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
4. Membentuk, memfasilitasi dan memberikan pembinaan Pokmas UEP terutama pada aspek
kelembagaan dan pengembangan usaha.
5. Mengembangkan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan yang disesuaikan dengan
karateristik tipologi Desa/Kelurahan.
6. Mendorong terwujudnya keterpaduan peran dan kemitraan antar Dinas/ Instansi Provinsi dan
Kabupaten/Kota maupun stakeholders lainnya sebagai pelaku dan fasilitator program.
C. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup Program meliputi:
1. Pengembangan Potensi Ekonomi Unggulan Desa/Kelurahan.
 - Pengembangan Potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan disesuaikan dengan karakteristik
tipologi Desa/Kelurahan dengan fokus kegiatan antara lain meliputi:
- Pengkajian dan fasilitasi pengembangan potensi dan produk unggulan Desa/Kelurahan yang
mampu mendukung pemberdayaan RTM;
- Peningkatan Sumber Daya manusia dan Kemampuan Kewirausahaan;
- Pengembangan dukungan sarana dan prasarana produksi/budidaya/ usaha jasa;
- Pengembangan Teknologi Tepat Guna untuk Pengolahan dan Pemasaran Hasil;
- Pengembangan kelembagaan dan manajemen usaha;
- Penguatan permodalan;
- Pengembangan akses informasi dan promosi produk, serta kegiatan lainnya sesuai kebutuhan
pengembangan potensi desa.
2. Pengembangan sinergi peran Dinas/Instansi Provinsi dan Kabupaten/Kota serta stakeholders
lainnya dalam memfasilitasi Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan.
3. Pendampingan
Pendampingan oleh Perguruan Tinggi yang secara operasional di lokasi dilaksanakan oleh Tenaga
Pendamping Masyarakat (TPM) dengan dukungan dan arahan Tenaga Ahli.
Pendampingan TPM diorientasikan untuk memfasilitasi proses kegiatan sesuai dengan tahapan.
Pendampingan Tenaga Ahli diorientasikan untuk memfasilitasi pengembangan potensi ekonomi
unggulan Desa/ Kelurahan.
4. Pengembangan lanjutan oleh Perguruan Tinggi Pendamping dalam bentuk kegiatan pemberian
jasa konsultansi, mengalokasikan kegiatan dosen dan atau mahasiswa untuk memfasilitasi
kegiatan yang relevan dengan dengan pengembangan potensi Desa/Kelurahan, serta
memanfaatkan Desa/Kelurahan lokasi sebagai laboratoriam lapang bagi perguruan tinggi
pendamping;
D. Ruang Lingkup Kegiatan meliputi:
a. Tahun Pertama, kegiatan Tahun Pertama meliputi :
1. Pengembangan Potensi Unggulan Desa/Kelurahan;
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);
3. Pengembangan Sarana Prasarana RTS.
b. Tahun Kedua, kegiatan Tahun Kedua difokuskan pada:
1. Penguatan modal UPKu, yang dapat diperoleh dari APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota,
Perguruan Tinggi Pendamping dan sumber-sumber lainnya yang sah.
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas Pokmas (RTM) dalam pengelolaan usaha.
3. Pengembangan kemitraan Dinas/Instansi Provinsi dan Kabupaten/Kota serta stakeholders
lainnya untuk mendukung pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan.
4. Pendampingan penguatan, yang bersinergi dengan Perguruan Tinggi Pendamping.
c. Tahun Ketiga, kegiatan Tahun Ketiga difokuskan pada pemandirian Desa/ Kelurahan yang
difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan pembinaan dari Pemerintah Provinsi.
E. Persyaratan Lokasi
Penetapan lokasi P3D/K ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan
mempertimbangkan persyaratan, antara lain :
1. Usulan lokasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Desa/Kelurahan memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan sesuai dengan
karakteristik dan Tipologi Desa/Kelurahan. Tipologi Desa/ Kelurahan tersebut dapat berupa
tipologi Desa Persawahan, Desa Nelayan, Desa Perladangan, Desa Perkebunan, Desa
Peternakan, Desa Pertambangan & Galian, Desa Industri Kecil/Kerajinan dan Desa Jasa
Perdagangan.
3. Desa/Kelurahan memiliki potensi dan modal sosial lokal yang bisa dikembangkan menjadi
unggulan Wilayah.
4. Jumlah RTM, sesuai dengan data PPLS tahun 2008.
5. Ada kesiapan dukungan dalam bentuk Dana Daerah untuk program bersama (dana sharing)
dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
6. Adanya respon positif dari Pemerintah Desa terhadap program.
F. Lokasi Program Tahun 2011
No. Kab./Kota Kel. /Kecamatan Desa
1. Kab. Bojonegoro Kec. Sekar Desa Bareng
2. Kab. Lamongan Kec. Modo Desa Mojorejo
3. Kab. Tuban Kec. Rengel Desa Campurejo
4. Kab. Pacitan Kec. Sudimoro Desa Sukorejo
5. Kab. Kediri Kec. Grogol Desa Kalipang
6. Kab. Madiun Kec. Balerejo Desa Gading
7. Kab. Tulungagung Kec. Ngunut Desa Balesono
8. Kab. Bondowoso Kec. Grujugan Desa Wonosari
9. Kab. Situbondo Kec. Bungatan Desa Pasir Putih
10. Kab. Probolinggo Kec. Tiris Desa Tlogoargo
GALLERY FOTO

P3DK_1

P3DK_2

P3DK_3

P3DK_4
P3DK5

P3DK6

P3DK7

P3DK8

P3DK9

P3DK10
P3DK11

P3DK12

P3DK13

P3DK14
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai
A. Latar Belakang
Secara geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 1110 0’ – 1140 4’ bujur timur dan 70 12’ – 80
48 lintang selatan. Jawa Timur adalah sebuah Provinsi di Bagian Timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu
kotanya adalah Kota Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduk sebesar 36 juta
jiwa dengan jumlah penduduk miskin pada Tahun 2009 sebanyak 6.022.590 jiwa (atau sekitar
16.68 persen dari total penduduk), dan pada Tahun 2010 berkurang menjadi 5.529.300 jiwa atau
terjadi penurunan sebesar 493.290 jiwa, (Berita Resmi Statistik No. 45/07/th, XII, 1 Juli 2010). Jawa
Timur merupakan Provinsi terluas diantara 6 Provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk
terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di
Utara, Selat Bali di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di Barat.
Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, serta sejumlah pulau-pulau kecil
di Laut Jawa dan Samudera Hindia.
Secara administratif Provinsi Jawa Timur terbagi dalam 38 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 29
Kabupaten dan 9 Kota, jumlah kecamatan yang ada pada saat ini berjumlah 662 Kecamatan
sedangkan jumlah Desa/ Kelurahan adalah 7.721 Desa dan 785 Kelurahan, dari jumlah tersebut
ada 17 Kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan pantai.
Wilayah pesisir dan pantai Jawa Timur mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup beragam,
diantaranya potensi perikanan tangkap, budidaya tambak, industri pengolahan ikan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan wisata pantai.
Namun dibalik kekayaan potensi sumberdaya alam tersebut wilayah pesisir dan pantai mempunyai
beragam permasalahan yang mendasar yaitu sumberdaya manusianya masih marginal terutama
dibidang pendidikan berdasarkan hasil penelitian di salah satu wilayah di Jawa Timur bahwa tingkat
pendidikan masyarakat pesisir mayoritas masih tamat SD (sekitar 45 %), yang tidak tamat SD bisa
mencapai 15 %, Bekerja di sektor nelayan dan pertanian 35 %, dan pengangguran mencapai 15
%. Bagi yang berpendidikan setingkat SMP mereka banyak yang memilih menjadi tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri (TKI) sebagai pilihan hidupnya untuk berjuang keluar dari kemiskinannya.
Sementara pekerjaan di sektor perikanan dan pertanian merupakan pekerjaan musiman, dan
mereka sebagian berperan sebagai buruh nelayan dan buruh tani yang pendapatannya cukup
minim.
Apabila dibandingkan antara potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di wilayah pesisir
dan pantai sangatlah tidak seimbang, seharusnya masyarakat pesisir lebih sejahtera bila
dibandingkan dengan fakta yang ada sekarang ini. Di wilayah pesisir banyak kantong-kantong
kemiskinan, dan kesejahteraannya tidak merata, mengapa demikian?, banyak faktor yang yang
harus diselesaikan, salah satunya adalah keberdayaan masyarakatnya yang masih minim apabila
dibandingkan dengan wilayah non pesisir.
Pantai adalah tepi laut/pesisir perbatasan daratan dan laut / massa air lainnya dan bagian yang
terpengaruh air laut tersebut. Daerah pasang-surut di pantai yaitu antara pasang tertinggi dan surut
terendah landai. Sedangkan wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke
arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-
sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang
Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12
mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk
Kabupaten dan ke arah darat batas administrasi Kabupaten.
Wilayah pesisir dan pantai Jawa Timur mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup beragam,
diantaranya potensi perikanan tangkap, budidaya tambak, industri pengolahan ikan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan wisata pantai. Dalam suatu wilayah pesisir bisa mempunyai potensi
alam yang beragam tersebut.
Sebagai salah satu upaya untuk memberikan kontribusi pada penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan di Jawa Timur, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jawa
Timur mulai Tahun 2010 telah melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan
Pantai (P2MPP), yang dialokasikan pada 8 Kabupaten, 8 desa pesisir di Jawa Timur.
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) ini dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengembangkan potensi di wilayah pesisir dan pantai berlandaskan budaya dan
kearifan lokal. Disamping itu, melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai diharapkan
mampu mewujudkan pengelolaan program penanggulangan kemiskinan secara profesional dan
berkelanjutan sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk
penanggulangan kemiskinan.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai dikelola secara terpadu dengan membuka ruang
partisipasi antar stakeholders dalam rangka memfasilitasi pemberdayaan RTM maupun
pengembangan perekonomian diwilayah pesisir dan pantai. Dalam implementasinya, peran serta
Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki pengalaman dibidang pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan potensi sumberdaya, diperlukan sebagai fasilitator dan mediator bagi
pengembangan akses dan kerjasama dalam mengembangkan potensi pesisir dan pantai untuk
kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai mempunyai prioritas program yang berkaitan
dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat
pencapaian target MDGs 2015, khususnya dibidang perekonomian masyarakat perdesaan, dengan
mengacu pada potensi dan permasalahan yang ada diwilayah pesisir dan pantai dengan
mengusung prinsip pada pembangunan manusia, keberpihakan terhadap orang miskin,
transparansi, partisipasi, kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas dan mengoptimalkan
pengelolaan sumberdaya alam yang lestari & berkelanjutan.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mewujudkan masyarakat yang mandiri dan sejahtera, serta memperkuat institusi lokal di wilayah
pesisir dan pantai berlandaskan budaya dan kearifan lokal.
Tujuan Khusus
1. Melakukan perubahan sikap perilaku (soft skill) berupa motivasi untuk bekerja keras, disiplin
terhadap diri sendiri dan bertanggungjawab.
2. Membentuk kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai yang dilandasi oleh
budaya dan kearifan lokal sebagai mitra Pemerintah dan stakeholders lainnya dalam
pembangunan wilayah pesisir.
3. Meningkatkan peran masyarakat dan stakeholders untuk pengambilan keputusan
pembangunan di wilayahnya dalam wadah kelembagaan pemberdayaan pesisir dan pantai.
4. Meningkatkan perekonomian di wilayah pesisir dan pantai berbasis komunitas dan potensi
lokal.
5. Penguatan permodalan usaha mikro dan pokmas di wilayah pesisir dan pantai.
6. Meningkatkan peran dan partisipasi gender dalam ekonomi rumah tangga dan kegiatan
pembangunan.
7. Menjaga kerusakan lingkungan wilayah pesisir dan pantai melalui kegiatan konservasi, yang
berdampak terhadap tumbuhnya wisata alam dan lapangan kerja baru berlandaskan budaya
dan kearifan lokal
C. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup Program Pemberdayaan Pesisir dan Pantai selama sedikitnya 3 tahun yang terdiri
dari yaitu :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini untuk mempersiapkan tahapan kegiatan pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir dan Pantai meliputi :
1. Identifikasi dan penyusunan usulan calon lokasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
dan Pantai
2. Penyusunan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan pada tahun pertama yang meliputi Program Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) :
1. Pembentukan kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai yang sesuai
dengan budaya dan kearifan lokal, dalam bentuk Unit Pengelola Keuangan dan Usaha (UPKu).
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP), mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan pelestarian program.
3. Menyusun rencana kegiatan berbasis potensi dan kelemahan, peluang dan ancaman
wilayah Pesisir dan Pantai yang dapat mendukung perekonomian masyarakat pesisir dan
pantai terutama Rumah Tangga Sasaran (RTS).
4. Mengimplementasikan program kerja kepada masyarakat.
5. Membangun kerjasama (networking) yang terpadu kepada stakeholders yang berwenang di
wilayah pesisir dan pantai.
3. Tahap Penguatan
Tahap penguatan ini dilaksanakan di lokasi yang telah mendapatkan program setahun sebelumnya.
Tahap penguatan ini dapat dilaksanakan apabila dana untuk tahap penguatan baik APBD Provinsi
maupun APBD Kabupaten tersedia (teranggarkan). Kegiatan tahap penguatan meliputi :
1. Mereview kegiatan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai pada tahun I
(pertama).
2. Menyusun rencana kegiatan penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan
Pantai.
3. Jenis kegiatan Tahap Penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai
(P2MPP) antara lain :
a. Penguatan kelembagaan UPKu melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan.
b. Peningkatan kinerja SDM pengurus UPKu dan pemanfaat lainnya termasuk Pokmas (RTS).
c. Peningkatan modal kinerja pengelolaan usaha meliputi : sektor usaha, sektor produksi, sektor
wisata dan jejaring networking sesuai dengan kebutuhan di lokasi program.
4. Tahap Pemandirian
Tahap Pemandirian adalah tindak lanjut dari tahap penguatan yang bertujuan untuk mewujudkan
UPKu yang mandiri dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir dan pantai.
Pada tahap ini fokus kegiatannya antara lain :
1. Pengembangan sumberdaya manusia pada UPKu.
2. Pengembangan usaha mikro yang dikelola oleh Pokmas (RTS).
3. Pengembangan konservasi lingkungan dan wisata alam.
4. Pada tahap ini pengelolaan sepenuhnya oleh UPKu secara mandiri, yang diawasi oleh
pemerintah desa dan masyarakat serta dibina oleh Bapemas Kabupaten maupun
Bapemas Provinsi Jawa Timur.
5. Pendampingan
Pendampingan dilaksanakan untuk memfasilitasi pengelolaan program sehingga dapat berjalan
secara optimal sesuai dengan mekanisme, sistem dan prosedur yang ada. Pada saat pelaksanaan
tahapan penguatan maupun pemandirian Perguruan Tinggi pendamping dapat melakukan program
penguatan UPKu yang berasal dari program Perguruan Tinggi itu sendiri sebagai tindak lanjut
kerjasama antar lembaga.
D. Persyaratan Lokasi
Penetapan lokasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) ditentukan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan mempertimbangkan persyaratan, antara lain :
1. Usulan lokasi dari Pemerintah Kabupaten.
2. Desa Lokasi yang diusulkan memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat diandalkan yaitu
potensi perikanan, potensi pariwisata, potensi transportasi laut dan potensi wilayah pesisir
lainnya.
3. Jumlah RTS, sesuai dengan data PPLS Tahun 2008.
4. Ada kesiapan dukungan dalam bentuk dana penyertaan (dana sharing) dari Pemerintah
Kabupaten maupun Pemerintah Desa berupa ruang/tempat sekretariat UPKu.
5. Adanya respon positif dari Pemerintah Desa terhadap program.

E. Lokasi Program Tahun 2011


No. Kab./Kota Kel. /Kecamatan Desa
1. Kab. Malang Kec. Bantur Desa
Sumberbening
2. Kab. Probolinggo Kec. Paiton Desa Jabungsisir
3. Kab. Pasuruan Kec. Rejoso Desa Jarangan
4. Kab. Trenggalek Kec. Watulimo Desa Tasikmadu
5. Kab. Tulungagung Kec. Kalidawir Desa Kalibatur
6. Kab. Tuban Kec. Bancar Desa Boncong
7. Kab. Situbondo Kec. Panarukan Desa Kilensari
8. Kab. Sampang Kec. Ketapang Desa Ketapang
Daya
GALLERY FOTO

P2MPP1

P2MPP2

p2mpp_3

p2mpp_4

p2mpp_5

p2mpp_6

p2mpp_7

p2mpp_8

P2MPP_9

P2MPP_10

P2MPP_11

P2MPP_12
SUCCESS STORY
Design/Model dan Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai Kerjasama
Dengan Perguruan Tinggi
(Dusun Karanggongso, Desa Tasikmadu Kec. Watulimo Kab. Trenggalek) Tahun 2009
Dusun Karanggongso, Desa Tasikmasu, Kecamatan Watulimo dihuni oleh sekitar 500 Kepala
keluarga dengan jumlah 1336 jiwa, dengan jenis kelamin 679 pria dan 657 perempuan, 1334 ber
agama Islam dan 2 orang beragama Nasrani.
Masyarakat Dusun Karanggongso mayoritas bekerja disektor nelayan/perikanan (22,68%) dan
petani/pekebun (13,17 %). Dan pekerjaan yang lain adalah sebagai wiraswasta dan Tenaga kerja
ke Luar negeri (TKI) 2,40 %.
Masyarakat Dusun Karanggongso sebagian besar masih berpendidikan lulus Sekolah Dasar
(45,88 %), yang diikuti oleh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA),
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk merumuskan suatu design/model pemberdayaan
masyarakat pesisir dan pantai serta implementasinya secara terpadu demi terwujudnya masyarakat
yang mandiri.
Ada dua hasil program yang di capai terdiri :
1. Design/Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai
2. Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan
I. Design/Model Pemberdayaan Komunitas Pesisir dan Pantai
Pembentukan design/model pemberdayaan Masyarakat pesisir dan pantai berdasarkan potensi,
kelemahan, peluang dan perasingan yang dimiliki oleh Dusun Karanggongso maka ditemukankan
suatu design/model pemberdayaan masyarakat pesisir dan pantai sesuai dengan budaya &
kearifan lokal yang dimilikinya sebagai berikut :

Gambar Design/Model Pemberdayaan Masyarakat pesisir dan pantai di Dusun Karanggongso.


Unit Pengelola Keuangan dan Usaha (UPKu) Pemberdayaan masyarakat Pesisir dan pantai
adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat desa melalui perwakilannya yang bertugas untuk
mengemban tugas sosial dalam hal pemberdayaan masyarakat pesisir dan pantai.
Tugas dan kewajiban organisasi UPKu Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai adalah
1. Sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk memberdayakan masyarakatnya khususnya di
sektor perekonomian perdesaan.
2. Sebagai mitra kerja instansi terkait yang berwenang di wilayah tersebut.
3. Sebagai pemandu dan mitra kerja bagi instansi atau lembaga dari luar wilayah yang akan
melakukan program – program di desa.
Susunan Pengurus UPKu Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai Dusun Karanggongso
adalah sebagai berikut :
Penasehat Kepala Desa
Tasikmadu
Ketua UPKu Kacuk
Wibisono, ST
Bidang Agribisnis Sunarto
Perikanan Dianto
Peternakan Sunarto
Perkebunan Muryani
Pariwisata Sugiono
Simpan Pinjam Rustiana
Litbang Bimo WH, SPi

Rekening UPKu Bank Jatim Kantor Kas Watulimo, 0222318076


Alamat Dusun Karanggongso, RT 37, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,
Trenggalek.
II. Implementasi Design/Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai yang di capai
adalah :
A. Usaha penyaluran kredit usaha kepada rumah tangga miskin (RTM) berupa pemeliharaan
kambing dengan sistem gaduhan (bagi hasil) 50 % : 50 %. Jenis usaha yang dilakukan berupa :
1. Pemeliharaan kambing pedaging dengan masa pemeliharaan 6 bulan, sejumlah 15 ekor
namun sekarang terus dalam proses perkembangan.
2. Pemeliharaan kambing persilangan kambing Boer dengan Kambing Lokal sejumlah 13 ekor
B. Usaha pariwisata di lokasi pantai Pasir Putih, Karanggongso yang berupa :
1. Usaha pasar wisata yang dilaksanakan hari saptu dan minggu yang dibantu 5 unit stand tenda
(bongkar pasang), yang berdampak kepada pembukaan lapangan kerja.
2. Usaha penyewaan jaket pelampung (50 Jaket Pelampung) untuk para pengunjung yang
berenang, mandi atau naik perahu di laut, yang berdampak kepada pembukaan lapangan
kerja dan keamanan berwisata di di laut.
C. Perintisan wisata pantai dan bahari yaitu
1. Wisata pantai yang terdiri dari pantai Simbaronce, kali Rau, Kali Agung, Pantai Pedenciut yang
berpasir putih, Pantai Mbesetan dan Gunung Sari sarang (habitat) kalong.
2. Wisata Bahari pemancingan ikan di Laut, di lokasi sekitar antara pantai Mbesetan dan Gunung
Rembeng.
D. Implementasi Teknologi Tepat Guna Inseminasi Buatan (IB) Kambing dengan melatih warga
yang bernama Sunarto sebagai Inseminator dan dibantu satu unit alat IB.

Anda mungkin juga menyukai