Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan benda yang tidak diperlukan dan dibuang. Limbah
pada umumnya mengandung bahan pencemar yang memiliki konsentrasi
bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, maka limbah ini akan
terakumulasi di alam sehingga mengganggu ekosistem alam. Penumpukan limbah
di alam menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang tidak dikelolah dengan
baik. Upaya pengolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah, unsur-unsur yang terkandung, serta penanganan limbah agar tidak
mencemari lingkungan.
Di Indonesia, masalah pengelolaan limbah yang berasal dari eksploitasi
sumber daya alam mineral maupun kegiatan industri belum dilaksanakan secara
tanggung jawab. Adapun salah satu contoh kegiatan industri, yaitu industri nuklir.
Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik radioaktif seperti
limbah detergen persil dari pencucian pakaian kerja radiasi, limbah pelarut
(solven) organik 30% TBP (tri-n-butyl phosphate) dalam kerosin dari pemurnian
atau pengambilan uranium dari gagalan fabrikasi bahan bakar nuklir, limbah
pelarut yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO
(trioctyl phospine oxide) dalam kerosin dari pemurnian asam fosfat.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian proses oksidasi biokimia
pengolahan limbah organik ini. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan
metode lumpur aktif (Activated Sludge). Metode lumpur aktif ini adalah
merupakan proses pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme
pada proses pengolahannya. Dalam hal ini, metode lumpur aktif merupakan
metode pengolahan air limbah yang paling banyak dipergunakan, termasuk di
Indonesia. Hal ini, mengingat metode lumpur aktif dapat dipergunakan untuk
mengolah air limbah dari berbagai jenis industri, seperti industri nuklir, pangan,
pulp, kertas, tekstil, bahan kimia, dan obat-obatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oksidasi


Semua istilah oksidasi diterapkan pada suatu senyawa yang bergabung
dengan oksigen dan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi
dimana oksigen diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi
apabila suatu pengoksidasi bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari
percobaan masing-masing dapat ditentukan pereaksi dari hasil reaksi serta
koefisien masing-masing (Syukri, 1999). Istilah oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi
digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi, berarti proses oksidasi
disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron
(Khopkar, 1990).

2.2 Lumpur Aktif (Activated Sludge)


Lumpur aktif merupakan suatu kultur bebas yang heterogen dan mayoritas
tersusun dari berbagai macam mikroorganisme yang terdiri dari bakteri, protozoa
dan metazoa. mikroorganisme tersebut menjadi satu dalam suatu matrik yang
kompleks terflokulasi yang sering disebut dengan flok (Sundstroms dan Klei,
1979). Secara umum proses lumpur aktif adalah proses dengan metode aerobik
baik secara kontinu maupun semikontinu yang digunakan
padapengolahanbiologislimbah cair industri, di dalamnya mencakup oksidasi
karbon dan nitrifikasi. Proses ini didasarkan pada aerasi air limbah dengan
flokulasi pertumbuhan biologis, dan diikuti oleh pemisahan. Bagian dari tahap ini
kemudian dibuang, dan sisanya dikembalikan ke sistem. Biasanya, pemisahan dari
air limbah dilakukan dengan proses pengendapan. Proses lumpur aktif saat ini
merupakan teknologi yang paling berkembang untuk pengolahan air limbah.
Pemanfaatan system lumpur aktif dapat diterapkan dalam kondis iiklim yang
berbeda, dari daerah tropis hingga daerah kutub, dari permukaan laut (instalasi
pengolahan air limbah di kapal) dan ketinggian yang ekstrim (pegunungan).
Industri pengolahan Air Limbah yang dilengkapi dengan proses lumpur aktif
mampu memenuhi criteria limbah yang sesuai dengan baku mutu air limbah
berdasarkan industrinya (Dohse and Heywood,1998).
Pada proses lumpur aktif mikroorganisme membentuk gumpalan-
gumpalan koloni bakteri yang bergerak secara bebas tertahan di dalam air
limbah. Mikroorganisme-mikroorganisme dapat keluar melalui aliran keluar air
limbah sehingga densitas bakteri di dalam reaktor harus dikontrol. Pada proses
dengan kecepatan tinggi dan waktu tinggal hidraulik pendek, pengembalian
atau recycling bakteri merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk
mengontrol densitas bakteri di dalam reaktor (Siregar,2005).
Dohse dan Heywood (1998) kembali menjelaskan bahwa proses lumpur
aktif adalah teknik pengolahan air limbah dimana di dalam air limbah dan lumpur
biologis yang termanfaatkan kembali terdapat mikroorganisme yang tercampur
dan teraerasikan. Lumpur biologis tersebut kemudian dipisahkan dari air limbah
kemudian diolah diclarifier dan akan kembali ke proses aerasi atau dibuang.
Mikroorganisme dicampur secara merata dengan bahan organic yang masuk
sebagai makanan. Ketika mereka tumbuh dan bercampur dengan udara, masing-
masing organisme akan berflokulasi. Setelah terflokulasikan, organism tadi siap
masuk ke clarifier sekunder untuk proses selanjutnya.Lumpur aktif akan terus
berkembang dengan konstan sehingga dapat dikembalikan untuk digunakan pada
proses aerasi. Volume lumpur yang kembali ke tahapan aerasi biasanya 40 hingga
60 persen dari aliran limbah, dan sisanya akan terbuang. Pertumbuhan
mikroorganisme tetap berkembang pada media sintetik.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Oksidasi Biokimia


Bila zat organik dihilangkan dari larutan melalui pengolahan secara proses
biologi menggunakan bakteri (sel) sebagai mikroorganisme, terjadi dua fenomena
dasar sebagai berikut: oksigen dikonsumsi oleh bakteri untuk memperoleh energi,
dan massa sel baru terbentuk. Kebutuhan oksigen tersebut dipenuhi melalui
penggelembungan udara ke dalam larutan (proses aerasi). Mikroorganisme juga
mengalami auto-oksidasi secara progresif dalam massa selularnya.
Perlu diperhatikan dalam perencanaan dan operasi fasilitas pengolahan
secara biologi adalah jumlah oksigen dan nutrisi, dan jumlah lumpur biologi yang
diperoleh. Lumpur biologi tersusun dari sel baru dan residu selular tahan urai.
Logam berat dan unsur radioaktif dalam limbah akan terjerap pada lumpur
biologi, sehingga terjadi dekontaminasi larutan.
Bakteri yang digunakan harus dapat menyesuaikan dengan media air
limbah yang diolah. Untuk air limbah yang lebih kompleks, penyesuaian media
tersebut dapat memakan waktu sampai 6 minggu. Penghilangan BOD dari air
limbah melalui lumpur biologi terjadi melalui 2 tahapan yaitu diawali
penghilangan secara cepat zat tersuspensi, koloid dan BOD terlarut, diikuti
dengan penghilangan lambat sisa BOD terlarut secara progresif.
Penghilangan BOD awal diselesaikan melalui satu atau lebih mekanisme
berikut tergantung pada karakteristik fisika dan kimia dari zat organik:
1. Penghilangan bahan tersuspensi termasuk logam berat dan unsur
radioaktif melalui penangkapan dengan penjerapan pada flok biologi.
Penghilangan ini berlangsung cepat dan tergantung pada tingkat
pencampuran antara air limbah dan lumpur.
2. Penghilangan bahan koloid melalui penjerapan fisika kimia pada flok.
3. Penjerapan biologi zat organik terlarut oleh mikroorganisme, mungkin
melalui pembentukan enzim oleh mikro-organisme, penarikan zat
organik pada permukaan dinding bakteri atau sampai ke dalam sel.
Penghilangan BOD terlarut berbanding langsung dengan konsentrasi
lumpur yang ada, umur lumpur, dan karakteristik kimia zat organik terlarut. Tipe
lumpur yang dihasilkan sangat mempengaruhi sifat penjerapan. Pada umumnya
lumpur dari operasi batch atau plug-flow mempunyai sifat penjerapan yang lebih
baik daripada yang didapatkan dari operasi pencampuran sempurna.

3.2 Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge)


Proses lumpur aktif merupakan salah satu proses yang paling banyak
dipakai untuk pengolahan air limbah secara biologis. Di dalam sistem ini
bakteri disuspensikan untuk terus bergerak dan tidak mengendap melalui
adukan, arus resirkulasi, atau gerakan lain yang ditimbulkan oleh aerator.
Dengan demikian lumpur aktif merupakan bahan yang mengandung populasi
bakteri aktif yang digunakan dalam pengolahan air limbah. Pada proses
kontinyu, lumpur aktif yang terbawa bersama air limbah hasil pengolahan
dipisahkan dalam tangki pengendap dan sebagian lumpur aktifnya
disirkulasikan kembali ke tangki aerasi, sedangkan bagian lainnya diambil
sebagai hasil pekatan. Beningan yang dihasilkan proses lumpur aktif relatif
jernih dan memenuhi syarat untuk dibuang. McKinney menghubungkan
flokulasi dengan rasio makanan, (F) terhadap mikroorganisme (M) atau nilai
F/M dan menunjukkan bahwa mikroorganisme (bakteri) secara normal ada di
dalam lumpur aktif yang menggumpal dengan cepat pada kondisi kelaparan.
Lebih lanjut telah ditunjukkan bahwa flokulasi diakibatkan oleh pembentukan
lapisan lumpur polisakarida yang lengket dimana mikroorganisme menempel.
Flagela juga terjerat dalam bahan lumpur tersebut. Organisme bentuk filamen
terdapat di dalam kebanyakan lumpur aktif kecuali pada limbah dari industri
kimia dan petrokimia. Kekurangan oksigen terlarut dalam air limbah di sistem
pengolahan biologis menyebabkan terbentuknya lumpur filamentous bulking
(yang mudah menyebabkan tersumbatnya sistem resirkulasi lumpur dan
peralatan aerasi), pada konsentrasi oksigen kurang dari 0,1 mg/l terbentuklah
filamen tipis 1-4 µm.
3.3 Paramater yang disisihkan
Parameter yang dapat disisihkan dalam pengolahan ini yaitu BOD,
COD, dan TSS. Nilai COD semakin menurun pada waktu proses yang
semakin lama. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan penguraian
secara kimia dalam limbah, sehingga semakin turun. Hal yang sama terjadi
dengan semakin lama waktu proses memberikan penurunan nilai BOD.
Begitu juga TSS.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Proses pengolahan air limbah dengan proses oksidasi biokimia ini
menggunakan lumpur aktif, yang menggunakan bakteri untuk pengolahan
serta dibutuhkan penambahan oksigen dan nutrisi. Limbah yang diolah
merupakan limbah simulasi cair organik radioaktif dari pencucian pakaian
kerja menggunakan campuran bakteri muatan aerob bacillus sp,
pseudomonas sp, arthrobacter sp, dan aeromonas sp. Proses ini dapat
menyisihkan parameter BOD, COD, dan TSS.

4.2 SARAN
Selanjutnya dapat dilakukan percobaan pengolahan dengan metode lainnya
yang melibatkan proses oksidasi, seperti tricking filter, kolam stabilisasi, kolam
tanaman, dsb untuk membandingkan efisiensi parameter yang disisihkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dohse R. dan Heywood A. 1998. The Activated Sludge. Marina Village Parkway:
SYBEX Inc.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Siregar., 2005.Pengolahan limbah cair. EGC: Jakarta
Sundstrom D.W., Klei H.E. 1979. Wastewater treatment. New Jersey:
PrenticeHall, Inc. p. 7-11, 14-22.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai