PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada
tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung
memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.(1)
Serangan asma ditandai dengan penurunan PEF atau FEV. Serangan akut
biasanya timbul akibat paparan terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi virus
penyebab kesakitan atau kematian pada anak, asma merupakan masalah kesehatan
yang penting. Jika tidak ditangani dengan baik, asma dapat menurunkan kualitas
pada setiap anak dan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Asma tidak dapat
sembuh, tetapi dapat dikendalikan agar gejala tidak sering muncul. Komunikasi
,informasi, dan edukasi kepada orang tua merupakan kunci penting untuk mencapai
asma terkendali.
1
Pedoman tatalaksana asma anak juga bervariasi antara negara satu dengan
komponen tatalaksana serta pesan kunci yang konsisten. Tujuan tatalaksana asma
pada anak adalah mencapai asma yang terkendali dengan frekuensi serangan
seminimal mungkin. Untuk itu, tatalaksana harus dilakukan secara menyeluruh dan
terpadumeliputi semua elemen penting berikut: edukasi pasien dan orang tua atau
pengasuh, identifikasi dan pencegahan faktor pemicu, pemakaian obat yang baik dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada
tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung
memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.(1)
secara progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak nafas, batuk, mengi, dada rasa
disertai distress pernafasan. Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan,
sedang, berat dan serangan yang mengancam jiwa, perburukan dapat terjadi dalam
beberapa menit , jam atau hari. Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan
terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi virus atau alergen), sedangkan
menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali baik secara spontan
3
maupun setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang terjadi dihubungkan
dengan gejala khas pada asma, yaitu batuk, sesak, wheezing, dan hipersensitivitas
Terutama pada anak, batuk berulang dapat menjadi satu-satunya gejala yang
ditemukan.
yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang
polos saluran respiratori (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder,
4
perubahan fungsi paru (PFR atau FEV1). Dikatakan hiperreaktif bila dengan cara
konstriksi akibat proses inflamasi yang terjadi terus-menerus pada saluran napas.
permukaan sel pada sediaan bilas dan biopsi bronco alveolar. Pemberian
Pada tingkat sel tampak bahwa setelah terjadi paparan alergen serta
rangsang infeksi maka sel mast, limfosit, dan makrofag akan melepas faktor
kemotaktik yang menimbulkan migrasi eosinofil dan sel radang lain. Pada tingkat
2.3.2 Sensitisasi
penyakit alergi yang dikenal sebagai allergic march (perjalanan alamiah penyakit
alergi). Secara klinis allergic march terlihat berawal sebagai alergi saluran cerna
5
(diare alergi susu sapi) yang akan berkembang menjadi alergi kulit (dermatitis
Asma merupakan penyakit yang sangat heterogen dengan variasi yang angat luas.
A. Berdasarkan Umur
B. Berdasarkan fenotip
Asma intermiten
6
Asma persisten berat
Asma merupakan penyakit kronik yang dapat mengalami episode gejala akut
Asma terkendali adalah asma yang tidak bergejala, dengan atau tanpa obat
Tanpa gejala
Ada gejala
Serangan ringan-sedang
Serangan berat
7
Konsensus Nasional juga membagi asma anak menjadi 3 derajat penyakit
seperti halnya Konsensus Internasional, tapi dengan kriteria yang lebih lengkap
Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur klasik diagnosis medis yaitu
memegang peranan sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian
2.5.1 Anamnesis
yang diterima sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma
berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan,
8
dan produksi sputum. Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang,
sari
rinofaringitis
berlebihan
bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari
(nokturnal)
9
2.5.2 Pemeriksaan Fisis
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya
wheeze)atau yang terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari gejala
alergi lain pada psien seperti dermatitis atropi atau rhinitis alergi, dan dapat
igE spesifik
hipertonik.
10
paranasalis, foto toraks, uji refluks gastro-esofagus, uji keringat, uji gerakan
laringoskopi, bronkoskopi).
Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya
11
drajat serangannya sedang. Untuk itu, drajat serangan harys dinilai
12
Asma ringan/ asma Pengobatan harian : asma persisten
intermitten Konsultasi dan spesialis asma jika sampai tahap 4 atau lebih tinggi didalam kewajiban tahap 3 pertimbangan konsultasi
umur 5 – 11 tahun
Keterangan : ICS (Inhalasi kortikosteroid : LABA, Long- acting β-agonist, LTRA (Leukotrien
reseptor antagonist, PRN yang d butuhkan adalah : SABA, Short – acting β-agonist
13
2.6.3 Serangan Asma Berat
respon (poor response), yatu gejala dan tanda serangan masih ada
inap.
Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas, psien
serangan berat dan ancaman henti napas, foto toraks harus langsung
pneumomediastinum.
1-2 jam; jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis,
berikut :
14
o Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan
mg/kgBB/jam
diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral
ventilasi mekanik.
15
2.7 Pengobatan Asma
1. Terbutalin
bronkokontriksi
f. Dosis : anak = 75mcg/kgBB diberikan 2-3 kali sehari, 7-15 tahun = 2,5mg
2. Salbutamol
reversibel lainnya.
16
d. Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardia,
e. Interaksi obat: efek antagonis bersama penghambat beta non selektif seperti
sotalol.
1. Teofilin
d. Efek samping : takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang
lain, sakit kepala, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia dan
konvulsi
17
2. Aminophyllin
d. Efek samping : takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang
lain, sakit kepala, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia dan
konvulsi
f. Dosis : 100-200mg
Golongan kortikosteroid
1. Prednison
18
c. Efek samping : penghentian obat secara tiba-tiba setelah penggunaan yang
2. Metil prednisolon
terbagi
Golongan antihistamin
1. Ketotifen
19
d. Dosis : anak >2tahun = 2x1mg/hari
Golongan antileukotrien
a. Montelukast
Obat ini dapat diberikan sejak 2 tahun. dosis peroral hanya 1 kali sehari
menggunakan obat.
b. Zafirlukast
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Anamnesa
Seorang pasien anak laki-laki berumur 5 tahun 11 bulan dengan berat badan
18 kg masuk Rumah Sakit Stroke melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal
2 Desember 2018 jam 10:00 WIB. Pasien masuk dengan keluhan sesak napas 3 jam
- Demam (-)
21
3.2.2 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Asma sejak 2 tahun yang lalu. Jika asma kambuh, pasien langsung dibawa ke
BCG : ada
a. Tanda vital
Suhu : 36,5 oC
22
GCS : E4 M6 V5
b. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan Hasil
Protein -
23
Bilirubin -
Reduksi -
Sedimen -
Leukosit -
Eritrosit -
Epitel -
pH urin -
Bj urin -
Feces -
Konsistensi -
Warna -
Amuba -
Leukosit -
Telur cacing -
Trichiuris trichiura -
Oxyuris vermicularis -
Ankylostoma duodenale -
24
Follow Up Data Laboratorium
Asma
3.6 Terapi/Tindakan
Combivent wh +/+
O2 2L/menit
R/ salbutamol 1,6mg
Ambroxol 8mg
Prednison 5mg
3 x pulv 1
R/ ambroxol 10mg
Salbutamol 2 mg
Prednison 5mg
3xpulv 1
25
Parasetamol 3x250mg (k/p)
Ambroxol 10mg,
Salbutamol 2 mg, √ √ √ √ √ √
Parasetamol 3x250mg √ √ √ √ √ √ S t o P
26
BAB IV
FOLLOW UP
4.1. Follow Up
kg masuk Rumah Sakit Stroke melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada
tanggal 2 November 2018 jam 10:00 WIB. Pasien masuk dengan keluhan
sesak nafas sejak tadi pagi, batuk berdahak, pilek, mual dan muntah 2x.
S : sesak nafas 3 jam sebelum masuk rumah sakit , muntah 2x, batuk
berdahak.
mch (-)
A : asma bronkial
27
3. 4 Desember 2018 (hari ketiga)
A : Asma bronkial
P :• terapi dilanjutkan
• Rencana pulang
• cefixim 2x90mg
28
BAB V
PEMBAHASAN
masuk Rumah Sakit Stroke melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 2
November 2018 jam 10:00 WIB. Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas sejak tadi
IVFD Ka-En 1 B + KCl 10 mEq 18 tetes per menit bertujuan memenuhi kebutuhan
elektrolit pada anak, selanjutnya diberikan nebu ventolin yang bertujuan untuk
mengurangi sesak pada penderita asma dapat membantu dalam menormalkan kembali
saluran perafasan yang terganggu akibat adanya lendir atau dikarenakan sesak napas.
Ambroxol 10 mg sebagai terapi obat mukolitik yaitu obat yang dapat mengencerkan
maleat sebagai anti histamin dan paracetamol digunakan kapan pasien mengalami
Di ruang rawat inap anak diberikan IVFD Ka-En 1 B + KCl 10 mEq 18 tetes
per menit, ambroxol 10mg, salbutamol 2mg, prednison 5mg dibuat menjadi puyer
peroral. Hari kedua anak mendapatkan terapi yang sama dengan hari pertama, hari
29
ketiga pemberian terapi masih sama, kecuali parasetamol 3x250 mg secara peroral
pada setiap anak dan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Asma tidak dapat
sembuh, tetapi dapat dikendalikan agar gejala tidak sering muncul. Komunikasi,
informasi, dan edukasi kepada orang tua merupakan kunci penting untuk mencapai
asma terkendali. Tujuan tatalaksana asma pada anak adalah mencapai asma yang
harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu meliputi semua elemen penting
berikut : edukasi pasien dan orang tua/pengasuh, identifikasi dan pencegahan faktor
pemicu, pemakaian obat yang baik dan benar dengan pencatatan yang baik serta
pemantauan yang teratur. Berdasarkan IDAI tahun 2009 jilid 1, jika dengan
kemungkinan derajat serangannya sedang. Pada pasien ini, pasien ini tergolong
serangan asma derajat sedang. Jika serangannya memang termasuk serangan sedang,
pasien perlu diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari (RRS). Pada serangan
dosis 0,5 – 1mg/kgBB/hari selama 3-5 hari. Pada pasien ini, serangan asma sedang
diberikan kortikosteroid sistemik (oral), prednison dengan dosis 5mg. Efek dari
gejala asma. Karena jangka pendek penggunaan (1-2 minggu) dosis tinggi
30
Pemberian yang singkat ( 3- 5 hari ) telah efektif mengurangi rawat inap dari
31
BAB VI
6. Menyediakan dan memberi obat dengan waktu, cara dan lamanya dengan tepat
32
BAB VII
7.1. KESIMPULAN
2) Dosis obat yang diberikan pada pasien atau terapi yang diberikan pada pasien
sudah sesuai dengan dosis untuk anak-anak sehingga dalam pengobatan ini
perbaikan dimana pasien tidak mengalami sesak, demam (-), mual (-),
7.2. SARAN
Disarankan kepada keluarga pasien untuk terus memantau faktor pencetus dari
asma
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Lampiran 1. Perhitungan dosis
1. Parasetamol
2. Prednison
2. Salbutamol
35
4. Ambroxol
9,6mg)/dosis
36
Lampiran 2. Drug Related Problem (DRP)
farmakologi
Terdapat duplikasi
-
terapi
Pasien mendapat
penanganan terhadap
seharusnya dapat
dicegah
37
2. Kesalahan obat Tidak ditemukan kontra
diindikasikan untuk -
kondisi pasien
38
tepat terdapat interaksi antar obat.
Administrasi obat
-
tidak tepat
Terdapat interaksi
-
obat
atau diturunkan -
terlalu cepat
Administrasi obat
-
yang tidak tepat
39
Pasien tidak mampu telah tersedia diapotik. Pada
-
menyediakan obat penggunaan obat pasien dapat
sinergis
Pasein membutuhkan
-
terapi profilaksis
40
Lampiran 3. Tinjauan Obat
1. Paracetamol
maksimum yang dianjurkan, dan jangan dipakai terus menerus lebih dari 10
g. Sediaan : Tablet 500 mg. sirup 120 mg/5 ml, 100 mg/ ml drop, suppossitoria
125 mg/2,5 ml
2. Ambroxol
c. Efek samping : Efek ringan gastrointestinal, pilek dan reaksi alergi sehingga
41
d. Peringatan : Perhatian dibutuhkan untuk wanita hamil dan menyusui
3. Prednison
demam, mialgia, atralgia dan malaise jika penghentian obat secara tiba-tiba
4. Salbutamol
reversibel lainnya.
d. Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardia, gangguan
42
e. Interaksi obat: efek antagonis bersama penghambat beta non selektif seperti
sotalol.
43
Lampiran 4. Algoritma Terapi
Penilaian awal
Riwayat dengan pemeriksaan fisis (auskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan
bila mungkin faal paru CAPE atau VEP, saturasi O2) pemeriksaan lain atas indikasi
Serangan asma ringan Serangan asma sedang/berat Serangan asma mengancam jiwa
Pengobatan awal
- Oksigenasi dengan kanul nasal
- Inhalasi agonis beta 2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 2 menit dalam
satu jam atau agonis beta-2 injeksi
- Kortikosteroid sistemik :
Serangan asma berat
Tidak ada respon segera dengan pengobatan bronkodilator