Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini sangatlah pesat, demikian pula sistem
komunikasi satelit yang memiliki peran didalamnya. Perkembangan teknologi komunikasi
satelit dituntut mampu memberikan layanan yang sifatnya broadband kepada pelanggan.
Peningkatan layanan dan pengguna dari satelit akan memberikan perhatian lebih banyak pada
penggunaan kapasitas transponder yang disediakan karena sifatnya adalah terbatas.
Tersedianya bermacam-macam layanan yang bisa diberikan oleh satelit mempunyai sifat dan
karakteristik tersendiri, khususnya apabila dilihat dari parameter akses jamak dan
modulasinya. Pemilihan parameter modulasi, coding, akses jamak untuk masing-masing
layanan akan menyebabkan kebutuhan bandwidth akan berubah sesuai dengan parameter
inputan nya.Penelitian ini mencoba mengarah ke perhitungan kebutuhan bandwidth satelit
untuk berbagai layanan yang tersedia di operator satelit di Indonesia. Pemilihan parameter
input seperti akses jamak TDMA, CDMA serta jenis modulasi yang digunakan akan
memberikan pengaruh kepada kebutuhan bandwidth masing-masing layanan operator satelit,
yang akhirnya dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan bandwidth satelit secara
nasional. Skenaro pemilihan parameter input menggunakan 2 skenario yaitu dengan memilih
level modulasi yang rendah serta tanpa coding dan dengan memilih level modulasi yang
tinggi disertai coding. Hasil penelitian menunjukan perbedaan hasil perhitungan di mana
skenario 2 lebih membutuhkan bandwidth yang lebar sementara skenario 1 menghasilkan
bandwidth yang lebih efisien. Kebutuhan bandwidth satelit hasil perhitungan akan dibuat
perkiraannya selama 10 tahun ke depan sehingga dapat dibuat ”roadmap” kebutuhan
bandwdith satelit nasional serta strategi pemenuhan kebutuhan bandwidth tersebut.
Kata Kunci : Akses Jamak, Modulasi, Bandwidth, Transponder, Satelit, Broadband,
TDMA,CDMA
300
Broadcast 372.82 615.16 10.36 17.09
250
150
Total Jumlah 3069.96 3395.82 85.28 94.33
100
Kebutuhan
Telekomunikasi Indonesia dan telah
Total Kebutuhan Hasil
85 93 102 111 124 138 158 180 205 237 277
mendapat hak penggunaan pendaftaran
Perhitungan Skenario 1
Total Kebutuhan Hasil
Perhitungan Skenario 2
94 104 114 125 139 156 180 206 239 278 326
(filing) satelit dari Menteri.
Satelit asing yang dapat dipilih
Ketersediaan Transponder sebagai operator untuk memenuhi
Satelit Dalam Negeri (XPDR) 95 101 149 197 197 197 197 197 197 221 245 kebutuhan bandwidth satelit nasional dapat
Sisa Kebutuhan Skenario 1 -10 -8 -47 -86 -73 -59 -39 -17 8 16 32 dilihat dari posisi satelit tersebut di atas
Sisa Kebutuhan Skenario 2 -1 3 -35 -72 -58 -41 -17 9 42 57 81
wilayah Indonesia dan cakupan EIRP nya.
Satelit asing yang berada di wilayah
Penambahan Kapasitas
Peluncuran Palapa-D,
Indonesia pada orbit GEO, dan mempunyai
Tambahan 6 XPDR
Peluncuran Telkom-3,
foot print di semua wilayah Indonesia
tambahan 48 XPDR
Peluncuran PSN, tambahan
terdapat pada tabel berikut.
48 XPDR
Peluncuran Satelit Ku, 24
Tabel 11 Satelit Asing di Atas Wilayah Indonesia
XPDR No Satelit Posisi (BT) Asal Negara
Peluncuran Satelit Ka, 24 1 NSS-6 95 Belanda
XPDR
2 Gorizont 96.5 Rusia
3 Gorizont 31 103 Rusia
4 Asiastar 105 China
Jika hasil perhitungan kebutuhan 5 Asiasat 3S 105.5 China
bandwidth satelit nasional dibandingkan 6
7
AAP-1
BSAT 1A,2A
108.2
110
Filipina
Bangladesh
dengan hasil perhitungan Depkominfo 8 JCSAT 110 Jepang
9 Sinosat-1 110.5 Singapura
lewat Dirjen Postel, maka dapat terlihat 10 Koreasat-2 113 Korea Selatan
perbedaan yang cukup signifikan sebagai 11
12
Koreasat-3
Thaicom 1A
116
120
Korea Selatan
Thailand
berikut: 13 Asiasat-4 122 China
14 JCSAT-4A 124 Jepang
350 15 JCSAT-3 128 Jepang
300 16 APSTAR-1A 134 China
17 APSTAR-1 138 China
250
18 Gorizont 22 140 Rusia
Axis Title
200
150
100
50 KESIMPULAN
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1. Total kebutuhan bandwidth satelit
Depkominfo
Skenario 1
176 211 210 224 232 237 243 253 264 276 288 ditentukan oleh 4 jenis layanan yaitu
85 93 102 111 124 138 158 180 205 237 277
Skenario 2 94 104 114 125 139 156 180 206 239 278 326 sewa transponder, IDR, VSAT dan
broadcasting , di mana masing-masing
Gambar 8 Hasil Perbandingan Skenario 1,2 dengan layanan memiliki karakteristik
hasil Depkominfo tersendiri dalam perhitungan
kebutuhan bandwidth.
Kekurangan transponder dari tabel
2. Kebutuhan bandwidth satelit Indonesia
di bawah dapat dipenuhi dari sewa
pada tahun 2015 akan terpenuhi
transponder satelit asing. Kategori satelit
dengan asumsi bahwa terjadi
asing menurut regulasi yang ada di
penambahan jumlah transponder dari
Indonesia adalah satelit yang
satelit Telkom-3 dan juga peluncuran
selenggarakan bukan oleh perusahaan dari
satelit milik PT PSN, serta pengaruh
Indonesia. Kategori penyelenggara satelit
berkurangnya peran satelit sebagai
nasional sesuai Peraturan Menteri
backbone nasional akibat munculnya
Komunikasi Dan Informatika Nomor :
Ring Palapa dan Wi-Max.
37/P/M.Kominfo/12/2006 tentang
3. Pada dengan tahun 2019 kebutuhan
Penyelenggaraan Telekomunikasi Yang
bandwidth satelit Indonesia sangat
Menggunakan Satelit menyebutkan bahwa
banyak dan hanya bisa terlayani 75 %
penyelenggara satelit Indonesia adalah
dari total kebutuhan bandwidth
penyelenggara telekomunikasi yang
seluruhnya (asumsi skenario 1) atau 65
% (asusmsi skenario 2) . Ini berarti 14. ROSANA, VINKA. ANALISIS KINERJA SISTEM
prospek bisnis satelit di Indonesia KOMUNIKASI SATELIT TELKOM-2 PADA TINGKAT
MODULASI BPSK, QPSK, 8PSK, dan 16QAM.
masih sangat cerah.
Bandung : IT Telkom, 2007.
4. Dengan berkembangnya teknologi 15. Gunawan, Hendra. ANALISA TEKNO EKONOMI
telekomunikasi terutama IMPLEMENTASI VSAT-IP SEBAGAI JARINGAN AKSES
perkembangan penggunaan internet BROADBAND. BANDUNG : PROGRAM PASCA
yang semakin tinggi dan juga SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM, 2009.
berkembangnya layanan berbasis 16. Northern Sky Research. Broadband Satellite
satelit, maka kebutuhan bandwidth Market, 7th Editiion. Cambridge : Northern Sky
satelit nasional akan menjadi semakin Research, 2008. NSR2008407.
bertambah.
Daftar Pustaka
1. Elbert, Bruce L. Satellite Communication
Aplication Handbook. Norwood : Artech House Inc,
2004.
2. Telkom Indonesia. Produk Satelit 2009. Jakarta :
Telkom Indonesia, 2009.
3. Gerakoulis, Diakoumis. CDMA Access and
Switching for Terestrial and Satellite Network.
West Sussex : John Willey and Son, 2001.
4. Ha, Tri T. Digital Satellite Communications.
Singapore : McGraw Hill, 1990.
5. International Telecommunications Union.
Handbook of Satellite Communication. s.l. : John
Willey and Sons.
6. L.KOTA, SASTRI. QUALITY OF SERVICE FOR
BROADBAND SATELLITE INTERNET - ATM AND IP
SERVICES. OULU : Department of Electrical and
Information Engineering,Telecommunication
Laboratory University of Oulu, 2002.
7. Sun, Zhili. Satellite Networking Prinsiples and
Protocols. West Sussex : John Willey and Sons,
2005.
8. Kolawole, Michael O. Satellite Communications
Engineering. New York : MarcelDekker,Inc, 2002.
9. LouisJ Ippolito, Jr. Satellite Communications
System Engineering, Atmospheric Effects, Satellite
Link Design, and System Performance. Singapore :
John Willey and Sons, 2008.
10. Maral, Gerard. VSAT NETWORK, 2ND EDITION.
Singapore : John Willey and Sons, 2003.
11. Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi.
Peta Jalan Infrastruktur Satelit Indonesia (ISI).
jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia, 2008.
12. Roddy, Dennis. Satellite Communications.
Singapore : McGraw Hill, 2001.
13. Agustinus, Leonard. ANALISIS PERBANDINGAN
KAPASITAS TRANSPONDER SATELIT DENGAN
MENGGUNAKAN TDMA TERHADAP CDMA PADA
MODULASI YANG PALING OPTIMUM DI MASING –
MASING AKSES. Bandung : IT Telkom, 2009.