Anda di halaman 1dari 16

CASE STUDY KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENDUKUNG


SEKTOR PAPAN

Disusun oleh:

BINTANG RAMADHAN 14/363377/TK/41508

CANDRA AJI NUGROHO 14/363378/TK/41509

GIOVANNI FENDY HANDOJO 14/363361/TK/41495

SALSABILA ISNA FIRDAUSI 14/363374/TK/41506

THYA LAURENCIA B A 14/363386/TK/41515

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENDUKUNG


SEKTOR PAPAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya jumlah penduduk suatu negara memerlukan peningkatan jumlah
produksi pada sektor sandang, pangan, dan papan untuk mencapai kesejahteraan negara. Untuk
mencapai kesejahteraan tersebut, perlu dilakukan pembangunan pada segala sektor. Semakin
banyak jumlah populasi, maka semakin banyak pula lah tempat tinggal yang akan ditinggali
manusia mulai dari perumahan pribadi, hotel, ataupun apartmen. Dengan peningkatan
pembangunan, maka akan terjadi peningkatan penggunaan sumber daya alam untuk
mendukung pembangunan. Peningkatan kebutuhan tempat tinggal bagi penduduk pun semakin
meningkat, dan hal ini juga berakibat pada peningkatan jumlah energi serta lahan yang
digunakan.
Dalam penggunaan sumber daya alam ini, hendaknya keseimbangan ekosistem tetap
dijaga dan dipelihara. Tetapi, pembangunan seringkali berpengaruh negatif terhadap alam.
Manusia seringkali mengadakan eksploitasi terhadap alam tanpa memperhitungkan,
ketersediaan dan keterbatasan sumber daya alam. Resiko dari eksploitasi tanpa batas ini juga
seringkali dibiarkan oleh manusia. Jika hal ini diabaikan terus-menerus, maka akan terjadi
kerusakan serta kelangkaan sumber daya alam bahkan sumber daya alam akan habis.

Selain tempat tinggal (papan), kebutuhan air akan semakin meningkat. Aktivitas-
aktivitas manusia setiap harinya menghasilkan limbah. Salah satu jenis limbah yang dihasilkan
paling banyak yaitu limbah cair. Manusia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan air
seperti mandi, mencuci, menyirami tanaman dan lain-lain. Aktivitas ini mengubah bentuk mula
air yang bersih dan layak dipakai menjadi limbah. Limbah cair ini, apabila dibiarkan begitu
saja dan tidak diolah, dapat mencemari lingkungan dengan meresap ketanah sehingga merusak
kualitas air tanah, seterusnya akan mengalir ke sungai sehingga mencemari air sungai pula.

Sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan. Prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan
ke dalam kebijakan dan peraturan perundangan, terutama dalam mendorong investasi
pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Konsep bangunan ramah lingkungan
menjadi salah satu usaha konservasi yang dapat dilakukan. Diharapkan dengan semakin
banyaknya pengaplikasian konsep ini diperoleh manfaat bagi lingkungan, teknologi, ekonomi
dan sosial.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

B. TEKNOLOGI KONSERVASI

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building concept ini adalah terciptanya
konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah
lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah, dan
memperhatikan kesehatan, kenyamanan penghuninya yang semuanya berpegang kepada
kaidah bersinambungan. Green building dimulai dengan perencanaan pada pemilihan lahan
yang sesuai dengan tata ruang kota yaitu sesuai dengan peruntukannya, kemudian membuat
bangunan hijau sebagai desain bangunan yang hemat energy, dimana system bangunan yang
didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan sirkulasi udara yang
memungkinkan mengurangi penggunaan AC juga konstruksi yang menggunakan material
bangunan yang ramah lingkungan. Selain itu Green Building juga memperhatikan sampai taraf
pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya.

Manfaat Pembangunan Green Building meliputi manfaat lingkungan, manfaat


ekonomi, manfaat sosial. Konsep Green Building terdiri dari enam aspek penting untuk
bangunan ramah lingkungan meliputi:
1. Penataan dan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya dan berkelanjutan;
2. Penghematan sumber daya energi;
3. Konservasi sumber daya air untuk menjamin keberlanjutan penyediaan air bersih;
4. Pemilihan material yang ramah lingkungan dan memiliki daur hidup yang panjang;
5. Peningkatan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang yang sehat dan nyaman;
6. pengelolaan sistem bangunan yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Konsep green building ini akan menggunakan teknologi yang memiliki fungsi utama
sebagai komponen bangunan yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan dapat
meliputi pemakaian panel surya, pemakaian biogas, penerapan halaman biopori, merecycle air
limbah rumah tangga, serta digunakannya beton ramah lingkungan. Dengan diterapkannya
teknologi-teknologi tersebut pada bangunan, diharapkan dapat menghemat penggunaan energi,
mencegah pemakaian sumber daya alam berlebih, mengurangi pencemaran lingkungan,
dengan tetap menjaga keamanan dan kenyamanan pada bangunan rumah.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

C. ANALISIS IDE GREEN BUILDING


Konsep penghematan energi pada bangunan sebaiknya dimulai dengan pemilihan lahan
dimana bangunan tersebut ditempatkkan. Efisiensi energi, air, dll, diterapkan pada aspek lahan
dalam skala kawasan dan kota yang terkait dengan lingkungan binaan (built environment) akan
semakin nyata. Efisiensi energi dalam hal aspek lahan yaitu dengan cara merancang lahan dan
bangunan dengan mempertimbangkan aspek penghematan penggunaan energi.
Teknologi yang digunakan pada konsep greenb building ini, seperti pemakaian panel
surya, pemakaian biogas, penerapan halaman biopori, merecycle air limbah rumah tangga,
serta digunakannya beton ramah lingkungan diharapkan dapat menghemat penggunaan energi,
mencegah pemakaian sumber daya alam berlebih, mengurangi pencemaran lingkungan,
dengan tetap menjaga keamanan dan kenyamanan pada bangunan rumah.
1. Panel Surya
Fungsi utama dari panel surya yaitu mengkonversi energi matahari yang diserapnya
menjadi energi listrik. Pada green building biasanya panel surya dipasang di bagian atap
rumah. Hal ini dilakukan karena bagian atap adalah bagian yang langsung disinari oleh
cahaya matahari. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari tanpa memerlukan bahan bakar dalam prosesnya.
Sehingga dapat dikatakan panel surya ini bersih dan ramah lingkungan.

Prinsip kerja pada panel surya untuk sistem pada rumah yaitu modul sel surya
photovoltaic merubah energi surya menjadi arus listrik DC. Arus listrik DC yang
dihasilkan ini akan dialirkan melalui suatu inverter (pengatur tenaga) yang merubahnya
menjadi arus listrik AC, dan juga dengan otomatis akan mengatur seluruh sistem. Listrik
AC akan didistribusikan melalui suatu panel distribusi indoor yang akan mengalirkan
listrik sesuai yang dibutuhkan peralatan listrik.

Sel surya bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang
dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai
kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Peran dari p-n junction ini adalah
untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material
kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak,
maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada
semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik
yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan
mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang.

Dengan penggunaan panel surya ini, pengguna bisa mendapatkan energi listrik
secara gratis dan dapat mengurangi ketergantungan kepada listrik dari PLN.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

2. Biogas
Reaktor biogas berfungsi mengubah kotoran binatang, kotoran manusia dan
materi organik lainnya, menjadi biogas. Konsumsi biogas untuk skala rumah tangga antara
lain digunakan sebagai bahan bakar memasak dan lampu untuk penerangan. Teknologi
reaktor biogas yang digunakan adalah reaktor kubah beton (fixed-dome). Reaktor kubah
beton ini terbuat dari batu-bata dan beton yang tertutup di bawah tanah. Sistem ini terbukti
aman bagi lingkungan dan berfungsi sebagai sumber energi yang bersih. Bangunan kubah
beton biogas ini dapat bertahan minimal 15 tahun dengan penggunaan dan perawatan
benar. Perawatannya mudah, hanya membutuhkan pemeriksaan sesekali dan penggantian
pipa dan perlengkapan.
Ada 6 bagian utama dari reaktor yaitu: inlet (tangki pencampur) tempat bahan
baku kotoran dimasukkan, reaktor (ruang anaerobik/hampa udara), penampung gas (kubah
penampung), outlet (ruang pemisah), sistem pipa penyalur gas dan lubang penampung
ampas biogas atau lubang pupuk kotoran yang telah terfementasi.

Keterangan :
1. Inlet (tangki pencampur)
2. Pipa Inlet
3. Digester
4. Penampung Gas (Kubah)
5. Manhole
6. Outlet & Overflow
7. Pipa Gas Utama
8. Katup Gas Utama
9. Saluran Pipa
10. Waterdrain
11. Pengukur Tekanan
12. Keran Gas
13. Kompor Gas
14. Lampu (opsional)
15. Lubang Bio-slurry

Campuran kotoran dan air (yang bercampur dalam inlet atau tangki pencampur)
mengalir melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran tersebut lalu memproduksi gas
setelah melalui proses pencernaan di dalam reaktor. Gas yang dihasilkan lalu ditampung
di dalam ruang penampung gas (bagian atas kubah). Kotoran yang sudah berfermentasi
dialirkan keluar dari kubah menuju outlet. Ampas ini dinamakan bio-slurry. Ia akan
mengalir keluar melalui overflow outlet ke lubang penampung slurry. Gas yang dihasilkan
di dalam kubah lalu mengalir ke dapur melalui pipa.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

3. Halaman Biopori
Biopori adalah lubang- lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai
aktivitas organisme di dalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna
lainnya di dalam tanah. Lubang- lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi
tempat berlalunya air di dalam tanah. Ekosistem yang demikian dapat ditiru di lokasi lain
dengan membuat lubang vertical dalam tanah. Lubang- lubang tersebut selanjutnya diisi
bahan organic seperti sampah- sampah organic rumah tangga, potongan rumput atau
vegetasi lainnya dan sejenisnya. Bahan organic ini kelak akan dijadikan sumber energi
bagi organisme di dalam tanah sehingga aktivitas mereka akan meningkat. Dengan
meningkatnya aktivitas mereka maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk.

Lubang biopori adalah lubang resapan yang dibuat dengan sengaja, dengan
ukuran tertentu yang telah ditentukan (diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30
sampai 100 cm) yang ditutupi sampah organik yang berfungsi sebagai penyerap air ke
tanah dan membuat kompos alami. Biopori merupakan metode alternatif untuk
meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan. Berikut beberapa
fungsi dan tujuan dari Biopori.
Cara pembuatan :

1. Buat lubang silindris secara vertikal ke


dalam tanah dengan diameter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau
tidak sampai melampaui muka air
tanag bila air ternyata dangkal. Jarak
antar lubang antara 50 - 100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan
semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2
cm disekeliling mulut luang.
3. Isi lubang dengan sampah organik
yang erasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan
rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbantuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau
bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Jumlah Lubang Resapan Biopori yang Disarankan


mm
intensitas hujan (jam ) ×luas bidang kedap(m2 )
Jumlah LRB =
liter
laju resapan air perlubang( jam )
Misal :
Untuk daerah dengan itensitas hujan 70 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan
air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 150 m2 bidang kedap

70×150
Jumlah LRB= = 58
180
Jadi jumlah lubang resapan biopori yang perlu dibuat sebanyak 58 lubang.
Fungsi dan Manfaat Lubang Resapan Biopori:

1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah.

4. Recycle Air Limbah Rumah Tangga


Mengolah kembali limbah cair dari rumah tangga menjadi air yang lebih bersih
dan layak digunakan (non-konsumsi) selain baik untuk lingkungan, juga dapat mengurangi
energi yang diperlukan untuk mengolah limbah cari di IPAL dan transportasinya sendiri.
Maka dari itu konsep grreen building dengan mendaur ulang kembali air limbah rumah
tangga terkhusus limbah mencuci dan limbah mandi (yang merupakan limbah yang tidak
terlalu kotor). Air limbah rumah tangga yang biasa disebut dengan limbah domestik yang
dapat berpengaruh negatif bagi kualitas badan air yang berakibat pada terkontaminasinya
air. Sebagaimana diketahui, kontaminasi air akibat aktivitas domestik masih relatif tinggi,
sekitar 70-80%. Oleh karena itu, saatnya untuk mengatasi permasalahan terkait sanitasi
dan kesehatan lingkungan pemukiman seta kualitas air bersih.
Disadur dari balai.kompas.id, diberikan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melaukan konservasi air di rumah tangga, diantaranya :

1. Mengurangi penggunaan air wastafel


2. Mencuci sayuran atau buah-buahan di dalam mangkuk atau baskom
3. Menggunakan Baskom untuk mencuci kendaraan pribadi
4. Penggunaan mulsa pada tanaman
5. Memeriksa kebocoran pada pipa, selang dan kran rumah
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman terdapat beberapa


teknologi pengolahan limbah cair antara lain : Biorotasi (berupa instalasi pengolahan air
limbah), Biotour (instalasi daur ulang limbah), Meralis (instalasi pengolahan air limbah
sistem kompak), Merotek (instalasi pengolahan air siap minum, IPA Mobile (instalasi
pengolahan air dengan sistem yang portable), Biority, dan Ekotech Garden (EGA)

5. Beton Ramah Lingkungan


Dalam membuat beton untuk struktur bangunan, seringkali orang berpendapat
bahwa semen Portland adalah sumber penentu kekuatan beton, sehingga bila ingin
membuat beton bermutu tinggi, maka perlu porsi semen yang tinggi. Namun satu hal sering
dilupakan bahwa semen portland merupakan material pembentuk beton yang memerlukan
energi terbesar dalam proses produksinya, yaitu 8 – 9 MJ/kg, dan sekaligus pencemar
lingkungan terbesar karena selama proses pembakarannya (yang sebagian besar
menggunakan batu bara atau bahan bakar minyak) telah melepaskan gas CO2 dalam
jumlah yang cukup besar sehingga dapat memperburuk ”efek rumah kaca” di bumi ini.
Disamping itu, selama proses hidrasi dan pengerasannya, semen melepaskan
energi yang cukup besar dalam bentuk ”panas hidrasi”, sehingga penggunaan semen yang
terlampau banyak dapat menurunkan kinerja beton seperti dijelaskan disini penyebab
cacat beton, seperti antara lain:
 panas hidrasi menjadi lebih tinggi
 susut beton menjadi lebih besar
 lebih berpotensi terjadi retak susut dan retak thermal
 keawetan (durability) beton menurun

Jadi penggunaan semen yang terlampau banyak mempunyai sisi negatif baik pada
aspek teknologi beton maupun aspek lingkungan, khususnya bahwa hal itu tidak
mendukung usaha pembangunan beton yang berkelanjutan (sustainable concrete
development), yang dicirikan oleh usaha konservasi sumber daya alam dan mengurangi
pencemaran lingkungan.

Konsumsi energi untuk pengadaan material beton


Beton klasik, yang pada dasarnya terdiri
dari campuran semen portland, pasir, agregat
kasar, dan air, pada umumnya telah
mengkonsumsi energi 4000 – 5200 MJ per
m3 untuk pengadaan materialnya, belum
termasuk proses pengadukannya . Dalam
konsumsi energi tersebut, semen portland
menempati porsi yang cukup besar yaitu sekitar
90% (8 – 9 MJ/kg), dan hanya 10% energi yang
digunakan untuk pengadaan material lainnya.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Sebagai contoh, Tabel 1 menunjukkan konsumsi energi untuk produksi suatu


beton bermutu 30 MPa, dan Tabel 2 untuk produksi beton bermutu 60 MPa. Dari Tabel
1 dan Tabel 2, dapat diperoleh dua hal:
 Makin tinggi mutu suatu beton (campuran klasik), makin besar konsumsi energi
dari pengadaan materialnya.
 Semen menempati porsi konsumsi energi yang terbesar.

Penggunaan kadar semen yang tinggi akan mengakibatkan pula emisi gas
CO2 yang tinggi pula, yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi lingkungan ”efek
rumah kaca” di bumi ini.
Jadi, bila diinginkan suatu penghematan energi dan sekaligus mengurangi emisi
gas rumah kaca, khususnya untuk pengadaan material beton, maka pengurangan
penggunaan semen portland merupakan suatu keharusan yang perlu dipertimbangkan
(namun tidak perlu mengurangi kinerja beton), agar didapat suatu beton yang lebih ramah
lingkungan.

Cara mengurangi porsi semen dengan tambahan aditif mineral


 Bahan limbah mineral sebagai aditif cementitious
Ada beberapa limbah mineral seperti limbah pembakaran batubara yaitu abu
terbang (fly ash), limbah produksi metal seperti ground granulated blast furnace
slag (GGBFS) dan silicafume, yang dapat digunakan sebagai bahan
aditif cementitious (yang dapat berperilaku seperti semen) sehingga dapat menggantikan
sebagian porsi semen di dalam campuran beton, dan yang efektif untuk
memperbaiki/meningkatkan kinerja beton.
 Abu terbang
Abu terbang atau fly ash, yang merupakan bahan limbah dari proses pembakaran
batu bara, dapat merupakan bahan aditif yang baik untuk campuran beton. Karena banyak
industri dan PLTU di Indonesia yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, maka
”produksi” abu terbang cukup melimpah, dan sering dianggap tidak lagi mempunyai nilai
ekonomis. Melihat komposisi abu terbang pada segitiga kalsium-silika-alumina, maka
abu terbang merupakan bahan sejenis pozzolan yang mempunyai kadar SiO2 sekitar 45
– 65%.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Dengan demikian, penambahan abu terbang pada campuran beton akan dapat
meningkatkan kinerja beton seperti antara lain:
 Mengurangi sebagian konsumsi energi dan emisi CO2 untuk pengadaan semen porland
 Meningkatkan ketahanan beton terhadap korosi sulfat dan penetrasi klorida
 Mengurangi panas hidrasi dan susut beton
 Meningkatkan keawetan (durability) beton secara jangka panjang.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

D. ANALISIS MANFAAT GREEN BUILDING DARI BERBAGAI ASPEK


1. Teknologi
Bangunan hijau (Green Building) adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan
yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Tujuan utama dari green building adalah menciptakan eco-
design, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green
building yaitu (BEA, 2013),
1. Material, material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam,
merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola berkelanjutan, atau bahan bangunan
yang didapat secaralokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material
bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur
ulang, mengurangi produksi sampah dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
2. Energi, Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain
itu juga, konsep bangunan selayaknya
dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta
AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian listrik.
Jendela tentunya juga dapatmeningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya.
Rumah ramah lingkungan juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan
listrik hemat energi lain, serta teknologi energi terbarukan sepertiturbin angin dan panel
surya.
3. Air, penggunaan air dapat dihemat dengan menggunakan sistem tangkapan air hujan.
Cara ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram
tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti menggunakan
toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air dan memasang sistem pemanas air
tanpa listrik.
4. Kesehatan, gunakan bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak beracun serta
gunakan produk yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan untuk
mengurangi resiko asma,alergi dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud
adalah bahan emisi rendah, non-VOC dan tahan air untuk mencegahdatangnya kuman
dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui
sistem ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.

Dalam membangun bangunan hijau (Green Building) ini tentunya menggunakan


teknologi hijau (Greentech) yang juga dikenal dengan teknologi lingkungan (envirotech)
dan teknologi bersih (cleantech) yang merupakan integrasi antara teknologi modern dan
ilmu lingkungan untuk lebih melestarikan lingkungan global dan sumber daya alam serta
untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas manusia di kehidupan yang sekarang ini.

Inti dari teknologi hijau ini yaitu mencoba menerapkan penggunaan sumber daya
dengan lebih efisien. Fokus efisiensi disini adalah pada minimalisasi penggunaan material
yang berbahaya bagi lingkungan (hazardous material) pada proses pembuatan/
manufacturing yang akan menyulitkan proses recycling di kemudian hari. Fokus
berikutnya pada efisiensi energi untuk produk itu sendiri selama digunakan/beroperasi.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Sudah banyak produk – produk elektronik yang berlabel green technology, biasanya
produk – produk ini menitik beratkan pada penghematan listrik dan penggunaan material
yang tidak berbahaya serta tahan lama dalam penggunaannya.

Konsep green building sedapat mungkin dibangun menggunakan sumber daya


yang ada, memenuhi konsep kenyamanan dan keindahan tanpa tergantung pada peralatan
modern. Sebisa mungkin memenuhi kebutuhan energi listrik secara mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan dimungkinkan juga kotoran hasil buangan
dapat dimanfaatkan untuk membuat biogas.

Ketika dilihat dari aspek teknologi, banyak yang dapat dilakukan untuk
membangun sebuah rumah ramah lingkungan (green building), yaitu :

1. Tidak menggunakan kayu dari hutan tropis dan mengganti konstruksi atap dengan
menggunakan bahan baja ringan. Tentunya hal ini dapat menyelamatkan hutan dan
mencegah terjadinya bencana alam.
2. Hanya menggunakan kayu dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan
3. Menggunakan bahan / material bangunan tidak mencemari lingkungan (ramah
lingkungan). Contohnya seperti beton dari limbah kaca, tentunya mengurangi limbah
yang ada serta bisa menghemat energi dalam pembuatan beton tersebut.
4. Menggunakan panel surya pada rumah ramah lingkungan, yang tentunya akan
menghemat energi.
5. Pengolahan limbah rumah tangga yang dapat diolah menjadi biogas sebagai sumber
energi
6. Lubang resapan biopori dimana dapat mencegah terjadinya banjir karena fungsinya
sebagai penampung hujan dan dapat digunakan juga untuk membuat kompos.
7. Menanam pohon-pohon disekitar rumah agar mengurangi kadar CO2 di alam

Berbagai konsep dalam pembangunan rumah ramah lingkungan yang mendukung


sustainability ketika dilihat dari aspek teknologi antara lain;
1) Dalam Efisiensi Penggunaan Energi
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghemat energi yaitu:
a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada
siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik
b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air
conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara
inovatif lainnya.
c. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah
air hujan untuk keperluan sehari-hari.

2) Dalam Efisiensi Penggunaan Lahan


Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya
untuk bangunan, karena sebaiknya dapat dibuat untuk taman dan penunjang
keberlanjutan potensi lahan. Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan
bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada
tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman.
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan
berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman
gantung (dengan menggantung potpot tanaman pada sekitar bangunan), pagar
tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding
c. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan
fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi
untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang
yang lebih besar.

3) Dalam Efisiensi Penggunaan Material


Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga
tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk
bagian lain bangunan atau menggunakan limbah kaca untuk bahan pembuatan
beton
b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa
digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui
dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti
kayu.
d. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari
dan air untuk menghasilkan energi listrik untuk rumah tangga
e. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,
murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

4) Dalam Manajemen Limbah


Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah
organik agar terurai secara alami dalam lahan.

2. SOSIAL
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Sosial adalah masyarakat itu sendiri. Konservasi papan melalui ide Green Building
ini akan berdampak langsung kepada masyarakat. Sebelum berdampak pada masyarakat,
proses konservasi ini harus dijalani oleh masyarakat itu sendiri melalui kesadaran
masing-masing.

Dalam proses pelaksanaannya, konservasi ini termasuk sulit. Karena hasil yang
didapat memang baik, namun perlu usaha dan kesabaran extra juga biaya untuk
mewujudkannya. Pada umumnya, kesukaan masyarakat terhadap hal-hal yang praktis ini
membuat hal ini sulit terwujud. Selain itu perlu diadakannya sosialisasi tentang metode
konservasinya sehingga mereka dapat mengaplikasikannya sendiri di rumah masing-
masing.

Namun, apabila masyarakat sepakat ingin mendapatkan lingkungan yang lebih


baik tidak hanya saat ini melainkan seterusnya, konservasi ini dapat sangat
menguntungkan diantaranya :

a. Green building akan meningkatkan kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Green


building juga menciptakan lingkungan hidup yang nyaman, hijau, dan berkelanjutan.
b. Green building akan meningkatkan kualitas estetika atau akan memperindah gedung,
karena ada ruang terbuka hijaunya dan ornamen-ornamennya.
c. Mengurangi masalah infrastruktur lokal seperti koordinasi perencanaan pendanaan.

3. LINGKUNGAN
 Menghemat penggunaan air
Penggunaan air dapat dihemat menggunakan sistem tangkapan air hujan. Cara
ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyirami
tanaman atau menyiran toilet.
 Mereduksi limbah
Meminimalisir limbah-limbah hasil dari pembangunan bangunan yang
biasanya menjadi polusi air sehingga terjadi pencemaran llingkungan, air, tanah,
dan udara.
 Menghemat energi
Menghemat biaya energi pencahayaan dan udara contohnya penggunaan AC,
kipas angin, lampu, dan lain-lain. Penghematan ini memiliki dampak positif dalam
mengurangi pemanasan global yang saat ini menjadi masalah besar dunia
dikarenakan pemakaian barang-barang yang mengeluarkan energi panas sehingga
dapat merusak lapisan ozon.

4. EKONOMI
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

Ditinjau dari aspek ekonomi, investasi awal pembangunan green building


tergolong besar. Biaya awal membangunan bangunan hijau saat ini masih lebih mahal
dibandingkan dengan bangunan biasa (10-11% di Indonesia, 3-4% di negara
tetangga).Seperti contohnya pemakaian panel surya fotovoltaik yang membutuhkan
biaya pengadaan awal yang besar karena memerlukan banyak subsistem yang terdiri atas
baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya. Juga dalam pembuatan
sistem daur ulang air yang tidak memakan biaya yang sedikit. Juga masih banyak
penunjang sistem green building ini yang pengadaannya tergolong tidak murah, seperti
sistem konservasi air, penggunaan material yang ramah lingkungan. Belum lagi biaya
perawatan untuk setiap subsistem didalamnya yang tentunya akan menambah beban
biaya pengeluaran.

Namun faktanya, gedung yang sudah tersertifikasi green building akan memakan
biaya lebih banyak di awal tapi akan memberikan saving sebesar 5 – 20% dari biaya
pemeliharaan gedung. Hal ini dikarenakan gedung tersebut mengedepankan efisiensi di
energi, air serta material sehingga biaya yang dikeluarkan per bulan akan lebih murah.
Salah satu contoh Bangunan Gedung Hijau adalah Gedung Kementerian Pekerjaan
Umum Jakarta. Gedung Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta ini merupakan gedung
kementerian pertama di Indonesia yang berkonsep Green Building. Gedung Kementerian
Pekerjaan Umum Jakarta dalam setahun mampu menghemat ±50,4% dalam penggunaan
energi.

Investasi awal yang mahal akan diimbangi dengan biaya operasional bangunan
yang lebih hemat. Dengan demikian perancangan bangunan hijau meliputi juga
perhitungan ekonomis selama bangunan beroperasi. Penghematan energi juga
penghematan air akan berbanding lurus dengan biaya yang akan dikeluarkan setiap
bulannya. Sehingga, biaya pembangunan green building tidak menjadi masalah karena
nilai manfaat yang diperoleh dari green building lebih besar dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan.
Konservasi Sumber Daya Alam Untuk Mendukung
Sektor Papan

E. DAFTAR PUSTAKA

http://seputarduniaproyek.blogspot.co.id/2015/09/beton-ramah-lingkungan.html

http://panelsuryaindonesia.com/konsep-panel-surya/5-panel-surya (18 Mei 2017 pukul


20.05)

www.pii.or.id/publikasi/engineer-weekly (pada 18 mei 2017 pukul 20.33)

http://www.biopori.com/ (diakses pada 19 Mei 2017)

http://www.propertynbank.com/ (diakses pada 19 Mei 2017)

http://sariberitacoco.blogspot.co.id/2013/11/pengolahan-limbah-cair-rumah-tangga.html
(diakses pada 19 Mei 2017)

http://www.biru.or.id/ (diakses pada 19 Mei 2017)

http://bangazul.com/pelestarian-dan-konservasi-sumber-daya-alam/ (diakses pada 19 Mei


2017)

Anda mungkin juga menyukai