Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 26 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Definisi Keluarga ............................................................................................................ 2
B. Bentuk – Bentuk Keluarga ............................................................................................. 3
C. Struktur Keluarga ............................................................................................................ 5
D. Peran Dan Fungsi Keluarga ............................................................................................ 6
E. Tipe Keluarga.................................................................................................................. 8
F. Komunikasi ..................................................................................................................... 9
G. Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga .............................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam


meningkatkan derajat kesehatan komunitas yang sehat. Masalah lkesehatan yang
dialami oleh salah satu keluarga dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain.
Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mmengaruhi sistem
keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas setempat, bahkan global. Sebagai
contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam
berdarah,nyamuk sebagai faktor penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal
tersebut dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas
setempat keluarga tersebut menetap. Membangun Indonesia sehat seharusmya dimulai
dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membngun
keluarga sehat sesuai budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda
bahaya dini gangguan kesehatan pada keluarga nya. Dengan demikian, apabila
keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,mereka tidak datang kepelayanan
kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat keluarga memiliki peran yang
sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia
sehat. Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga dalam bidang kesehatan
belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu
mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau
desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya
dilaksanankan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, bentuk, fungsi, struktur, dan mendiskusikan
pertumbuhan
dan perkembangan keluarga.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keluarga?
2. Apa saja bentuk dari keluarga?
3. Bagaimana struktur dari keluarga?
4. Apa saja peran dan fungsi keluarga?
5. Apa saja tipe keluarga?
6. Bagaimana komunikasi dalam keluarga?
7. Apa tahapan dan tugas perkembangan keluarga?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KELUARGA

Marilyn M. Friedmen (1998) menguraikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
denganikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
social dari tiap anggota keluarga.

Salvicion g. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa keluarga adalah
dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi antara satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Dari ketiga pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah sebagai berikut.

1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
mempertahankan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinterksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
suami, istri, anak, kakak, dan adik.
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota keluargayang lain.

Uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu system. Sebagai suatu
system, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, anak atau semua individu yang tinggal
didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan
interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan system yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistem seperti lingkungan (masyarakat).
Sebaliknya,sebagai sub system dari lingkungan (masyarakat), keluarga dapat mempengaruhi
masyarakat (supre-sistem).

DEFINISI KELUARGA DALAM PANDANGAN ISLAM

Dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga merupakan bagian dari
masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal islam sejak kecil.

2
1. Dibangun dengan pondasi pernikahan syar’i

Keluarga dalam islam merupakan rumah tangga yang dibangun dari suatu pernikahan antara
seorang pria dan wanita yang dilaksanakan sesuai syariat agama islam yang memenuhi syarat
pernikahan dan rukun nikah yang ada. Pernikahan juga awal membangun rumah tangga
islam dan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Adapun hal ini disebutkan dalam
firman Allah SWT berikut ini

َ‫َو ِم ْن آ َياتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْينَ ُك ْم َم َودًةً َو ََرْحْ ََمًةً ِإن ِفِي َذَلَِكَ آل َياٍت ِلَقَ ْوم َيتَ َفك ُرون‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)

2. Keharmonisan dalam rumah tangga

Memiliki keluarga yang harmonis dan sesuai dengan ajaran agama islam adalah dambaan
setiap muslim dan untuk mewujudkannya ada beberapa cara menjaga keharmonisan dalam
rumah tangga tersebut. Keluarga sakinah, mawaddah warahmah yang berarti keluarga yang
penuh kasih sayang, cinta dan ketentraman dibangun diatas nilai-nilai islam dan berawal dari
pernikahan yang hanya mengharap ridha Allah SWT. Dalam Alqur’an Allah SWt berfirman :

‫اجنَا َوَذُ َِرياتِنَا قُرًةَ أَعْي‬ َ ً ‫ن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل َُمتَقِينَ إِ َماما‬


ِ ‫ُُوالذِينَ يََقُولُونَ ََربنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َو‬

“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa”. (QS Alfurqan : 74)

B. BENTUK – BENTUK KELUARGA

Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988)

1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti : keluarga yang terdiri dari atas ayah,ibu,dan anak.
b. Pasangan inti : keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja.
c. Keluarga dengan orang tua tunggal : satu orang kepala keluarga, biasanya
bagian dari konsekuensi perceraian.
d. Lajang yang tinggal sendirian.
e. Keluarga besar yang mencakup tiga generasi.
f. Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia.
g. Jaringan keluarga besar.

3
2. Keluarga non-tradisional
a. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah.
b. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).
c. Keluarga homoseksual (gay dan/atau lesbian).
d. Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasang monogami dengan
anak-anak secara bersama-sama menggunakan fasilitas serta sumber – sumber
yang ada.

Pembagian Tipe Keluarga menurut Anderson Carter

1. Keluarga inti (nuclear family), Keluarga yang terdiri atas ayah,ibu,dan anak-anak.
2. Keluarga besar (extended family), Keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara,nenek,kakek,keponakan,sepupu,paman,bibi,dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (serial family), Keluarga yang terdiri atas wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (single family), Keluarga ini terjadi karena adanya
perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi. Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
sama-sama.
6. Keluarga kabitas. Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga.

Pembagian Tipe Keluarga menurut Konteks Keilmuan dan Pengelompokkan Orang

1. Traditional nuclear, Keluarga inti (ayah,ibu,anak) tinggal dalam satu rumah


ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami-istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu anak dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah, atau
keduanya bekerja di luar rumah,anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah, perkawinan, atau meniti karier.
4. Dyadic parent. Pasangan suami-istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak.
Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5. Single parent. Keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya. Anak-anaknya dapat tinggal di dalam atau luar rumah.
6. Dual career. Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7. Commuter married. Pasangan suami-istri atau keduanya sama-sama bekerja dan
tinggal terpish pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
8. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
9. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

4
10. Institusional. Anak-anak atau orang orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti.
11. Communal. Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.
12. Group marriage. Satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga.
13. Unmarried parent and child. Ibu dan anak yang pernikahannya tidak dikehendaki dan
emudian anaknya diadopsi.
14. Cohabitating couple. Dua orang atau satu pasangan yang bersama tanpa menikah.
15. Extended family. Nuclear family dan anggota keluarga yang lain tinggal dalam satu
rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.

C. STRUKTUR KELUARGA

1. Ciri-ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisir
Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota
sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan

b. Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggungjawabnya masing-masing.
Sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggungjawab masing-masing anggota
keluarga

c. Perbedaan dan Kekhususan


Adanya peran yang beragam menunjukkan bahwa masing-masing anggota keluarga
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang merawat anak-anak.

2. Struktur Keluarga

a. Dominasi jalur hubungan darah


1. Patrilineal
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah.
Suku-suku di indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.

2. Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalu jalur garis keturunan ibu. Suku
padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga
matrilineal.

5
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1. Patrilokal
Keberasaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.

2. Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri.

c. Dominasi pengambilan keputusan


1. Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2. Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri

D. Peran dan fungsi keluarga

Peran formal dalam Keluarga (Nasrul Effendy, 1998)

Peran sebagai Ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala
keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.

Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidikan anak-anaknya, pelindung dan salah satu
anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat
berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

Peran sebagai Anak. Anak melaksanakan peran Psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Lima fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedmen (1998)

1. Fungsi afektif (affective function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan
memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan reinforcement. Hal
tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.
Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber

6
energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Perceraian, ke kanak-kanak, atau masalah
keluarga sering timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and sosial placement


function)

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang ditunjukkan dalam sosialisasi. Anggota
keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi reproduksi (reproductive function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya


manusia. Dengan adanya program Keluarga Berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di
sisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga
lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

4. Fungsi ekonomi (Economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat mengembangkan


kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga
seperti makanan, pakaian, dan rumah. Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis
kemiskinan.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga kesehatan keluarga yang profesional,
fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.

Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat
tinggal, dan perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan,
dan memelihara kesehatan. Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu
memiliki pertolongan tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan
keluarga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.

7
E. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan,maka perawat perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.

1. Traditional Nuclear. Keluarga inti yang terdiri atas ayah,ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan,satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek,kakek,keponakan,saudara,sepupu,paman,bibi,dan sebagiannya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukkan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukkan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4. Middle Age atau Aging Couple. Suami sebagai pencuri uang, istri dirumah atau
kedua-duanya bekerja dirumah anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah
atau perkawinan atau menit karier.
5. Dylic Nuclear. Suami Istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya
atau salah satu bekerja diluar rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
7. Dual Carrier. Suami Istri atau keduanya berkarier dan tapa anak.
8. Commuter Married.Suami Istri atau keduanya orang karrier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu,keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu
9. Single Adult.wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan ketidak adanya
keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga Generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah .
11. Instusional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.
12. Communal. Satu rumahterdiri dari atas dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan masing-masing individu menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak
14. Unmaried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di negara Indonesia
dikenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non
tradisional. Termasuk tipe keluarga tradisional, keluarga inti , extended family, single
parents, keluarga lansia, dan single adult. Sedangkan yang termasuk dalam tipe

8
keluarga extended family adalah commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah, orang tua atau ayah ibu yang tidak memiliki ikatan
perkawinan dan anak yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, serta keluarga
homoseksual yaitu dua orang yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
Di Indonesia dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992, disebutkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami dan anak atau
ayah / ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan, di Indonesia bertujuan
menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam Undang-
Undang No. 10 disebut sebagai keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, dan
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antaranggota dan
dengan masyarakat.

F. KOMUNIKASI

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-
karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).

Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana
Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Nah selain itu, Sebagai
makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan
berkomunikasi kita dapat menyalurkan atau mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita
kepada orang lain. Dengan komunikasi kita juga dapat membentuk saling pengertian,
menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban.

1. Etika Komunikasi Dalam Alqur’an dan Hadits


Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah,
prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.

a. AL-QURAN
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya
enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah,
prinsip, atau etika komunikasi Islam, yaitu:

1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)


QS. An Nisa ayat 9
َ ‫َّللاَ َو ْل َيقُولُوا قَ ْوال‬
‫سدِيدًا‬ َّ ‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْل َيتَّقُوا‬
ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْل َي ْخ‬

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap

9
(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.

2. Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti)


QS. An Nisa ayat 63
ْ ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع‬
‫ظ ُه ْم َوقُ ْل لَ ُه ْم فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم قَ ْوال بَ ِليغًا‬ َّ ‫أُولَئِكَ الَّذِينَ يَ ْعلَ ُم‬
ْ ‫َّللاُ َما فِي قُلُو ِب ِه ْم فَأَع ِْر‬

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

3. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)


QS. Al Ahzab ayat 32
ً‫ض َوقُ ْلنَ قَ ْوال َم ْع ُروفا‬
ٌ ‫ط َم َع الَّذِي فِي قَ ْلبِ ِه َم َر‬
ْ ‫ض ْعنَ بِ ْالقَ ْو ِل فَ َي‬
َ ‫اء إِ ِن اتَّقَ ْيت ُ َّن فَال ت َْخ‬
ِ ‫س‬َ ِِّ‫ي لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ الن‬ ِِّ ِ‫سا َء النَّب‬
َ ِ‫يَا ن‬

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”

4. Qaulan Karima (perkataan yang mulia)


QS. Al Isra’ ayat 23

ٍ ِّ ُ ‫سانًا إِ َّما يَ ْبلُغَ َّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َحد ُ ُه َما أَ ْو ِكال ُه َما فَال تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف َوال‬ َ ْ‫ضى َربُّكَ أَال ت َ ْعبُد ُوا إِال إِيَّاهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬ َ َ‫َوق‬
ُ
‫ت َ ْن َه ْر ُه َما َوق ْل لَ ُه َما قَ ْوال ك َِري ًما‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak
keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.

5. Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)


QS. Thaha ayat 43-44
‫طغَى‬ َ ُ‫اذْ َهبَا ِإلَى فِ ْر َع ْونَ ِإنَّه‬
‫فَقُوال لَهُ قَ ْوال لَ ِِّينًا لَعَلَّهُ يَتَذَ َّك ُر أ ْو َي ْخشَى‬
َ

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui batas.
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan dia sadar atau takut”.

6. Qaulan Maysura (perkataan yang ringan)


QS. Al Isra’ ayat 28
‫ورا‬
ً ‫س‬ُ ‫ض َّن َع ْن ُه ُم ا ْبتِغَا َء َرحْ َم ٍة ِم ْن َر ِبِّكَ ت َْر ُجوهَا فَقُ ْل لَ ُه ْم قَ ْوال َم ْي‬
َ ‫َو ِإ َّما ت ُ ْع ِر‬

10
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.

b. Hadist

Di dalam hadits Nabi juga ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana


Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Berikut hadits-hadits tersebut:
1. qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya).
2. Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa, diamlah).
3. Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu).
4. Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai
sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai
terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada
saat kamu tidak hadir”.
5. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya seperti
seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw
tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta
yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.

Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi setiap


muslim, ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah,
maupun aktivitas-aktivitas lainnya.

G. TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Perkembangan keluarga merupakan model kerangka kerja yang memperkenalkan bahwa


keluarga berkembang melalui pengalaman dan transisi peran yang dialami selama
perkembangan

1. Keluarga pemula atau pasanga baru


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru.
Tugas – tugas perkembangan keluarga pemula :
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Merencanakan keluarga

2. Keluarga menanti kelahiran anak


Tahap ini dimulai dengan anak pertama sampai bayi berusia 30 bulan .Tugas-
Tugas perkembanganya
a. Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap
b. Rekonsilasi tugas tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga

11
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Mempertahankan persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenk.

3. Keluarga dengan anak usia prasekolah


Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak berusia
2,5 tahun dan berahir ketika anak berusia 5 tahun.Tugas perkembanganya:
a. Memenuhi kkebutuhan anggota keluarga seperti rumah,ruang bermain,privasi
dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
anak lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga yaitu hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dengan anak .

4. Keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pad usia 13 tahun ,awal dari masa remaja.Tugas-tugas
perkembangan keluarga :
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,tahap kelima dari siklus kehidupan
dimulai. Tahap ini berlangsung 6 hingga 7 tahun .Tugas-tugas perkembangan
keluarga :
a. Menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung jawab
b. Memfokuskan lagi tujuan atau hubunga perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda


Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama sampai
ketika anak terakhir meniggalkan rumah orang tua .Pada banyak keluarga di
Indonesia tahap ini tidak dilampaui karena aka nada anak yang menemani orang
tuanya walupun telah menikah .Tugas-tugas perkembangan keluarga :
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik dari pihak suami
maupun istri
7. Keluarga lansia

12
Tahap terahir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah 1 atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun ,terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.Tugas-tugas
perkembangan keluarga :
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubunga perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga menurut Marilyn M. Friedmen (1998) menguraikan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. Tentunya keluarga juga memiliki tugas
perkembangan keluarga dan tahap-tahap dalam keluarga. Selain itu terdapat bentuk,
struktur, peran dan tahap dan tugas perkembangan dalam keluarga.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah

14
DAFTAR PUSTAKA

Effendi,Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Parktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Chayatin,Nurul. Wahit Iqbal Mubarak dan Bambang Adi Santoso.2009.Ilmu
Keperawatan Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika.
Setiawan,Agus. Junaiti Sahar. dan Ni Made Riasmini. 2019. Keperawatan Kesehatan
Komunitas dan Keluarga,1st Indonesia edition. Singapore : Elsevier.
https://dalamislam.com/info-islami/keluarga-dalam-islam

15

Anda mungkin juga menyukai