Anda di halaman 1dari 23

BAB 7

Suatu Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan berbagai
peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Keberhasilan penelitian tergantung kepada (1)
sejauh mana kita menemukan konsep secara jelas, dan (2) sejauh mana orang lain mengerti konsep-
konsep yang kita ajukan. Pemakaian konsep menimbulkan kesulitan-kesulitan yang dipertegas dalam
situasi penelitian. Pertama, setiap orang berbeda-beda dalam pengertian yang mereka berikan kepada
label tertentu. Masalah ini demikian besar dalam komunikasi manusia secara normal sehingga sering
kita mengamati kasus-kasus di mana orang memakai bahasa yang sama tetapi tidak mengerti satu
dengan yang lain. Kita semua mungkin setuju dengan pengertian konsep dengan pengertian konsep-
konsep seperti rumah tangga, transaksi eceran, tempat tinggal, pemakai biasa, debit, dan obral. Lebih
menantang lagi adalah konsep-konsep yang lazim tetapi tidak dimengerti secara baik, seperti
kepemimpinan, motivasi, kepribadian, golongan sosial, dan kebijakan fiskal.
Teori (theory) adalah suatu rangkaian yang secara sistematis menghubungkan berbagai konsep,
definisi, dan proposisi yang dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta). Variabel
adalah pengelompokan logis dari sejumlah atribut. Misal laki-laki dan wanita adalah atribut dan jenis
kelamin adalah variabel yang terjadi atas dua atribut tersebut. Atribut atau nilai didefinisikan sebagai
karakteristik atau kualitas yang menjelaskan suatu objek, dalam hal ini manusia. Variabel pekerjaan
terdiri atas beberapa jumlah atribut seperti guru, tukang ojek, petani, dan lain- lain. Kelas sosial
merupakan variabel yang terdiri atas seperangkat atribut seperti kelas atas, menengah dan bawah.
Dengan kata lain, atribut terdiri atas sejumlah kategori yang menghasilkan variabel.
- Jenis-jenis variabel dalam penelitian:
a. Variabel Independen dan Dependen
Para peneliti paling berkepentingan dengan hubungan-hubungan antarvariabel.
Misalnya, apakah gaya kepemimpimpinan partisipatif (variabel independen) berpengaruh
kepada kepuasan bekerja atau kinerja (variabel dependen), atau apakah permodelan dari
perilaku etis dari atasan berpengaruh kepada perilaku bawahan? Di bawah ini
memperlihatkan beberapa istilah yang menjadi sinonim bagi variabel independen dan
dependen.
Merumuskan Variabel-variabel Independen dan Dependen
Variabel Independen Variabel Dependen
Penyebab yang diduga Dampak yang diduga
Stimulus Respon
Diprediksi dari… Diprediksi menjadi…
Yang terjadi sebelumnya Konsekuensi
Dimanipulasi Hasil yang diukur

b. Variabel Moderator atau Variabel Interaksi


Sebuah variabel moderator atau interaksi merupakan variabel bebas kedua yang
dilibatkan karena diyakini memiliki kontribusi yang signifikan atau memiliki kesatuan pengaruh
dalam hubungan IV-DV yang asli. Tanda panah yang menunjuk dari variabel moderator ke arah
panah antara variabel bebas (IV) yang langsung memengaruhi variabel terikat (DV) dan sebuah
variabel moderator (MV) yang memngaruhi hubungan variabel bebas (IV) dan variabel terikat
(DV). Misalnya, seseorang membuat hipotesis dalam situasi kantor:
Pengenalan empat hari kerja dalam seminggu (IV) akan menyebabkan produktivitas
yang lebih tinggi (DV), khususnya diantara para pekerja yang mebih muda (MV).
c. Variabel Luaran (Extraneous Variables)
Adanya jumlah variabel luaran (extraneous variable-EV) yang tidak terbatas yang secara
logika dapat memengaruhi hubungan tertentu. Beberapa dapat/ diperlakukan sebagai variabel
bebas (IV) atau variabel moderator (MV), namun kebanyakan variabel luaran dapat diasumsikan
atau dikeluarkan dari penelitian. Untungnya, jumlah variabel luaran yang tidak terbatas memiliki
pengaruh sedikit atau tidak sama sekali pada situasi tertentu.
Kebanyakan variabel luaran dapat diabaikan dengan aman karena pengaruh variabel
tersebut hanya terjadi dalam keadaan acak sehingga memiliki pengaruh kecil. Variabel luaran
lain dapat memengaruhi variabel terikat (DV), tetapi pengaruh variabel tersebut bukanlah
masalah utama yang kita selidiki. Meskipun demikian, kita akan tetap memeriksa apakah hasil
yang kita dapatkan dipengaruhi oleh variabel luaran. Oleh karena itu, kita dapat memasukan
variabel luaran sebagai variabel kontrol (control variabel- CV) dalam penelitian kita untuk
meyakinkan bahwa hasil yang kita miliki tidak bias dengan tidak mengikutsertakan variabel
luaran.
Dengan mengambil contoh masalah dari pengaruh empat hari kerja dalam satu minggu,
satu hal yang secara normal terpikirkan adalah apakah kondisi, pembebanan pajak penjualan
daerah, pemilihan walikota baru, dan ribuan kejadian dan kondisi serupa lain dapat
berpengaruh terhadap minggu kerja dan produktivitas perusahaan. Variabel luaran juga dapat
menjadi variabel perancu (confounding variabel- CFV) pada hipotesis hubungan IV-DV, seperti
halnya variabel moderator.
d. Variabel Antara (Intervening Variables)
Variabel yang disebutkan yang terkait dengan hubungan sebab akibat adalah konkret dan
dapat diukur secara jelas—di mana variabel ini dapat dilihat, dihitung, atau diobservasi dengan
beberapa cara. Terkadang, seseorang mungkin tidak sepenuhnya puas dengan penjelasan yang
diberikan. Oleh karena itu, ketika kita mengakui bahwa empat hari kerja dalam satu minggu
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, kita dapat berasumsi bahwa hal tersebut bukan
penjelasan seutuhnya—bahwa lamanya kerja dalam satu minggu mempengaruhi beberapa
variabel antara (interveing variable—IVV) sehingga menghasilkan produktivitas yang lebih
tinggi. IVV merupakan sebuah mekanisme konseptual, di mana variabel bebas (IV) dan variabel
moderator (MV) dapat mempengaruhi variabel terkait (DV). IVV dapat didefinisikan sebagai
faktor yang secara teori dapat mempengaruhi DV, namun tidka dapat diobservasi atau belum
diukur; pengaruh dari variabel ini harus disimpulkan dari pengaruh variabel bebas dan variabel
moderator pada fenomena yang dibservasi.
Dalam kasus hipotesis minggu kerja, seseorang mungkin memandang IVV adalah kepuasan
kerja, dengan memberikan hipotesis:
Pengenalan empat hari kerja dalam satu minggu (IV) akan menyebabkan produktivitas
yang lebih tinggi (DV) dengan meningkatnya kepuasan kerja (IVV).
Dalam hal ini, kita asumsikan bahwa empat hari kerja dalam satu minggu meningkatkan
kepuasan kerja; sama halnya, kita dapat mengasumsikan bahwa menghadiri pertemuan internal
adalah sebuah indikator yang negatif berhubungan dengan karakter rutin dari kerja.
- PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian.
Tujuan pengukuran variabel ini baru pada tahap menjawab pertanyaan “bagaimana cara
mengukur variabel tersebut?
Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran
berkaitan dengan jumlah, dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari
pengukuran biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan. Posedur pengukuran variabel
dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa
definisi operasional merupakan suatu konsep atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-
kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Terdapat
dua hal yang dilakukan dalam pengukuran. Pertama, hal yang berhubungan dengan tindakan
operasionalisasi, yaitu mengubah variabel menjadi indikator atau indikator-indikator
(constructing indicators to tap variabels). lndikator-indikator ini mengacu pada gejala atau
ukuran empirik (empirical measurement) yang langsung dapat diamati. Kedua, berhubungan
dengan penentuan kategori respon (respons categories) terhadap indikator atau indikator-
indikator dari variabel yang sesuai dengan skala pengukuran. Dalam hal ini pengukuran tidak
hanya sekedar memberikan respon kuantitatif atau angka numerik saja, namun dapat pula
kualitatif. Atribut kualitatif memiliki label atau nama yang berwujud angka, yang ditandai
dengan kategori respektif.
Beberapa faktor untuk memilih dan membentuk pengukuran:
a. Tujuan penelitian
 Untuk mengukur karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam studi.
 Untuk menggunakan partisipan sebagai penilai objek atau indicant yang disajikan
kepada mereka.
b. Jenis Respons
 Skala Penilaian (rating scale) digunakan ketika partisipan member skor untuk suatu
objek atau indicant tanpa membuat perbandingan langsung dengan objek atau sikap
lain.
 Skala Peringkat (rangking scale) membatasi partisipan studi untuk melakukan
perbandingan dan menentukan urutan diantara dua atau lebih properti atau objek.
 Kategorisasi (categorization) meminta partisipan untuk menempatkan diri mereka atau
indicant properti kedalam kelompok atau kategori
 Penyortiran (sorting) mengharuskan partisipan untuk menyortir kartu (mewakili konsep
atau gagasan) kedalam tumpukan dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti.
c. Properti/Atribut Data
Keputusan mengenai pilihan skala pengukuran seringkali dibuat terkait dengan properti
data yang dihasilkan oleh setiap skala (nominal, ordinal, interval, atau rasio).
d. Jumlah dimensi
Skala pengukuran dapat berupa satu dimensi atau multidimensi. Dengan skala satu dimensi
(unidimensional scale), seseorang hanya mengukur satu atribut dari partisipan atau objek.
Skala multidimensi (multidimensional scale) mengetahui bahwa objek lebih baik
dideskripsikan dengan beberapa dimensi daripada dengan kontinum satu dimensi.
e. Seimbang atau tidak seimbang
Skala penilaian yang seimbang memiliki jumlah yang sama untuk kategori yang berada di
atas dan dibawah titik tengah. Skala penilaian yang tidak seimbang memiliki angka yang
tidak seimbang dari pilihan respons yang mendukung dan tidak mendukung.
f. Pilihan yang Dipaksakan atau tidak Dipaksakan
Skala penilaian pilihan yang tidak dipaksakan memberikan partisipan kesempatan untuk
tidak menyatakan opini ketika mereka tidak mampu membuat pilihan alternatif yang
ditawarkan. Skala penilaian pilihan yang dipaksakan mengharuskan partisipan memilih satu
dari alternatif yang ditawarkan.
g. Jumlah Titik Skala
Skala harus sesuai dengan tujuannya. Skala harus mencocokkan stimulus yang disajikan dan
mengekstrak informasi yang sebanding dengan kompleksitas objek, konsep, atau gagasan
dari sikap sehingga skala tersebut bermanfaat.
h. Kesalahan Penilaian
Beberapa penilai enggan untuk memberikan penilaian yang ekstrem dan fakta tersebut
menyebabkan kesalahan tendensi sentral. Partisipan juga mungkin adalah penilai yang
mudah atau penilai yang sulit, menyebabkan apa yang disebut kesalahan kelonggaran.
Berdasarkan dari hasil pengukuran terdapat 4 jenis skala pengukuran, yaitu:
a. Skala pengukuran nominal, yakni variabel yang kualitasnya tidak mengandung kualitas
apapun dan nama variabel hanyalah simbol belaka. Contoh variabel ini adalah jenis
kelamin, agama, status pekerjaan, dan lain-lain.
b. Skala pengukuran ordinal, yakni variabel yang dibentuk berdasarkan atas jenjang dalam
atribut tertentu tetapi terdapat ranking, seperti skala sikap sangat setuju (1), setuju (2),
tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4).
c. Skala pengukuran interval, yakni variabel yang disusun berdasarkan rentang pengukuran,
terdapat ranking dan terdapat jarak (titik tengah). Dalam pengukurannya biasanya
menggunakan asumsi yang menggolongkan satu satuan pengukuran yang sama. Misalnya
skala sikap sangat setuju (1), setuju (2), netral (3), tidak setuju (4) dan sangat tidak setuju
(5).
d. Skala pengukuran rasio, yakni variabel yang memiliki angka permulaan nol mutlak. Contoh
pendapatan, 0 – 2.000.000, 2.000.000 – 5.000.000, dst.

BAB 6
- KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan kajian secara
sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan topik yang akan
diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap penelitian selanjutnya.
Tujuan kajian pustaka, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian.
2) Meletakkan penelitian pada perspektif sejarah dan asosiasoinal.
3) Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu. Replikasi yang tidak sengaja
terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti perlu dihindari karena hanya
merupakan pemborosan.
4) Menghubungkan penemuan dengan pengatahuan yang ada dan ususlan untuk
penelitian lebih lanjut.
Lima manfaat dari kajian pustaka yaitu:
1) Dapat menghindarkan peneliti dari terjadinya peniruan, plagiasi, dan penipuan dalam
berbagai bentuknya
2) Sebagai tanggung jawab moral, kejujuran bagi seorang ilmuwan untuk menghargai
pendapat orang lain.
3) Menunjukkkan bahwa masalah yang diteliti memang kaya makna sehingga layak untuk
dibicarakan kembali
4) Menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memang berbeda, sekaligus menunjukkan
bahwa dalam penelitian yang sedang dilakukan akan ditunjukkan hal-hal baru yang
berbeda dengan penelitian lain.
5) Berfungsi sebagai pengetahuan awal atau dasar teori yang digunakan dalam
mengkonstruk variabel yang ada dalam penelitian
Kajian pustaka dapat dibedakan menjadi dua macam
a. Sesuai dengan Tahun Penelitian
Cara penyajian kajian pustaka dalam jenis ini disajikan secara kronologis dengan
pertimbangan bahwa aspek kesejarahan memiliki makna tertentu dalam menentukan
objektivitas penelitian seperti dilakukan dalam berbagai analisis persepsi masyarakat.
b. Sesuai dengan Relevansi dan Kedekatan dengan Objek
Cara kedua dilakukan dengan pertimbangan relevansi kedekatan penelitian
dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Cara kedua ini dianggap lebih baik
dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan memang baru dan berbeda
dengan penelitian lain. Selain itu, penelitian yang memiliki relevansi paling kuat akan
mengantarkan peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya sekaligus
menghindarkan terjadinya duplikasi.
Dua cara penyajian kajian pustaka yang berbeda yaitu:
a. Penyajian Kajian Pustaka secara Deskriptif
Penyajian kajian pustaka secara deskriptif ini hanya menguraikan tanpa
menyebutkan persamaan dan perbedaannya dengan pertimbangan bahwa analisis akan
diuraikan pada bab berikutnya.
b. Penyajian Kajian Pustaka secara Deskriptif dengan Analisis
Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis selain berbentuk
deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan dan persamaannya. Dengan
demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis dalam kaitannya dengan
penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah menolak, mengkritik, menerima, dan
atau yang lainnya Ratna dalam Prastowo (2016: 84).
Cara penyusunan kajian pustaka meliputi beberapa langkah sebagai berikut :
a. Membaca karya-karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait.
Membaca yang dimaksud di sini adalah membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang relevan dengan objek penelitian yang akan diteliti (makalah, jurnal, skripsi, tesis,
disertasi, dan lain sebagainya). Membaca juga bukan sekadar memahami dan
mengumpulkan catatan-catatan, melainkan juga membangun hubungan antara
pembaca dan teks. Peneliti dalam hal ini tidak sekadar membaca untuk menghafal
kalimat-kalimatnya, tapi juga melakukan interpretasi-interpretasi yang dibutuhkan. Jadi,
sewaktu membaca, peneliti harus aktif menyerap dan melahirkan gagasan-gagasan.
b. Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan-bahan bacaan.
Perlu diperjelas bahwa untuk membuat catatan tidak perlu menulis setiap kalimat
dan paragraf, yang lebih penting adalah hasil interpretasi terhadap teks yang dibaca.
Dengan memamahi apa saja perbedaan dan persamaan antara subjek dan ohjek
penelitian yang akan diteliti dengan subjek dan objek penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan maka peneliti akan mendapatkan sebuah gambaran yang jelas tentang
posisi peneliti dalam penelitian tersebut.
c. Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah sebelumnya
yang relevan.
Setelah mencatat setiap hasil analisis bahan bacaan yang dibaca, langkah
berikutnya adalah segera menuangkannya dalam tulisan kajian pustaka. Peneliti perlu
menyusun deskripsi singkat inti dari bahan-bahan bacaan yang telah dibaca. Kemudian,
berikan analisis berkenaan dengan perbedaan dan persamaannya dengan penelitian
yang akan dilakukan. Ketika peneliti mendeskripsikan bahan bacaan yang menjadi kajian,
peneliti juga perlu menyebutkan sumbernya secara jelas. Selain itu, setelah semua kajian
bahan bacaan yang terkait dengan penelitian telah dituliskan, langkah berikutnya adalah
memberikan pemaparan dan penegasan tentang posisi penelitian kita yang unik, beda,
dan layak untuk diteliti. Dengan posisi yang tegas tersebut, penelitian akan lebih jelas
kedudukannya dalam pengembangan keilmuan. Selain itu, peneliti pun tidak akan dinilai
sebagai plagiator.
- Model Pembuatan Kajian Pustaka
Creswell mengemukakan beberapa model sesuai dengan pendekatan penelitian yang
dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif, model pertama, peneliti menempatkan kajian pustaka
pada bagian pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan latar
belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua, menempatkan kajian
pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan kuantitatif, model ketiga Kajian
pustaka ditempatkan pada bagian akhir penelitian bersamaan dengan literatur terkait. Untuk
pendekatan kuantitatif selain menyertakan sejumlah besar teori dan konsep pada bagian
pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan secara detail literatur dalam
bagian khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka, dan pada
bagian akhir penelitian meninjau kembali literatur terkait dan membandingkan dengan temuan
penelitian.
- Sumber Kajian Pustaka
a) Buku Teks.
Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang
tidak tentu dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam mata kuliah tertentu
b) Jurnal
Jurnal adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang
diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiahJurnal yang berisi ringkasan-ringkasan artikel dari
pengarang dinamakan review journal atau abstract journal. Abstract journal adalah majalah
ilmiah yang berisi singkatan atau ikhtisar (judul, metode serta kesimpulan) dari artikel pada
jurnal terbaru.
c) Skripsi Tesis dan Disertasi
Skripsi, Tesis, dan Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang disyaratkan untuk lulus
pendidikan jenjang S-1, S-2 dan S-3. Dalam penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi sebenarnya
sama, bedanya semakin tinggi tingkatannya, maka semakin dibutuhkan banyak data-data
otentik dan teori-teori yang harus dirujuk sebagai dasar penelitian, dan juga cara
penyajiannya mulai dari hanya mendeskripsikan suatu obyek penelitian sampai dengan
menghasilkan suatu teori berdasarkan fakta-fakta empiris.
d) Buletin
Buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara berkala dan berisi catatan
ilmiah ataupun petunjuk ilmiah tentang satu kegiatan operasional. Jika bulletin berisi satu
artikel mengenai hasil penelitian, sering disebut contributions.
- Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan
penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Dugaan ini
harus didasarkan atas suatu atau beberapa dasar pemikiran. Dasar-dasar pemikiran ini diperoleh
dari teori-teori yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian dan dari buku-buku teks. Hipotesis tidak
dapat dibuat tanpa dasar teori yang kuat. Dapat dikatakan bahwa hipotesis merupakan
pernyataan hubungan yang mungkin terjadi antara dua atau lebih variabel dimana kemungkinan
tersebut didasarkan atas teori-teori.
Hipotesis pada umumnya dinyatakan dalam bentuk hipotesis penelitian (research
hypothesis) atau H1 dan hipotesis nul (null hypothesis) atau H0.
1. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis,
yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Contoh : “tidak ada
hubungan antara warna baju dengan kecerdasan mahasiswa”.
2. Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1
tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian. Data-data yang
dikumpulkan dalam penelitian adalah untuk menguji hipotesis. Hasil analisis terhadap
data-data yang dikumpulkan tersebut akan menentukan apakah hipotesis yang telah
dibuat akan diterima atau ditolak. Jika tidak dinyatakan hipotesis mana yang
dimaksudkan, tetapi hanya menyatakan menolak atau menerima hipotesis, maka
hipotesis yang dimaksudkan itu berhubungan dengan hipotesis nul. Jadi, apabila hipotesis
nul di tolak, maka sebagai alternatif menggunakan hipotesis penelitian. Oleh karena itu
hipotesis penelitian kadang-kadang disebut juga dengan istilah hipotesis alternatif.
Salah satu manfaat hipotesis adalah memberikan penuntun dalam meneliti. Peneliti
dituntun untuk menguji hipotesis. Itu berarti bahwa arah dari seluruh kegiatan penelitian adalah
untuk menguji hipotesis. Merumuskan dan menguji hipotesis merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam karya-karya ilmiah.
- Jenis-Jenis Hipotesis
a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri. Contoh:
1) Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang
mengandung boraks atau tidak.Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks?
2) Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso di
restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif.
Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang
ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
Atau
H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks
b) Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian. Contoh:
1) Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club
sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club
sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah
berbeda.Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah
pendukung club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas
yang sama?
2) Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama
adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan
dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan
pendukung club Chelsea
Atau
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama
(berbeda) dengan pendukung club Chelsea.
c) Hipotesis Asosiatif
Hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang
bersifat hubungan / pengaruh. Sedangkan menurut sifat hubungannya hipotesis ini dibagi
tiga jenis yaitu :
1) Hipotesis hubungan simetris
Hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat kebersamaan antara dua variable
atau lebih tetapi tidak menunjukkan sebab akibat. Contoh :
 Ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan
 Terdapat hubungan yang positif antara banyaknya peserta didik rajin belajar
dengan tingkat intelegensi (IQ)
2) Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal)
Hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat sebab akibat antara dua variable
atau lebih. Contoh :
 Tingkat pengangguran berhubungan dengan tingkat kriminalitas
 Tingkat keberhasilan peserta didik bergantung pada cara belajar peserta didik
itu sendiri
3) Hipotesis hubungan interaktif
Hipotesis hubungan antara dua variable atau lebih bersifat saling
mempengaruhi. Contoh :
 Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara status peserta didik
sebagai anak pejabat dengan cara belajar peserta didik di sekolah.
 Terdapat pengaruh timbal balik antara kreativitas peserta didik dengan hasil
belajar
- Perumusan Hipotesis
Awal terbentuknya hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya diawali atas dasar
terkaan peneliti. Meskipun hipotesis berasal dari terkaan, namun sebuah hipotesis tetap harus
dibuat berdasarkan paca sebuah acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.
a. Teori Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Untuk memudahkan proses pembentukan hipotesis, seorang peneliti biasanya
menurunkan sebuah teori menjadi sejumlah asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dapat
didefinisikan sebagai anggapan atau dugaan yang mendasari hipotesis. Berbeda dengan
asumsi, hipotesis yang telah diuji dengan menggunakan data melalui proses penelitian
adalah dasar untuk memperoleh kesimpulan.
b. Fakta Ilmiah Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Selain menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat pula
menggunakan acuan fakta. Secara umum, fakta dapat didefinisikan sebagai kebenaran yang
dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat dikenali dengan panca
indera.
Fakta Ilmiah sebagai acuan perumusan hipotesis dapat diperoleh dengan berbagai cara,
misalnya :
 Memperoleh dari sumber aslinya,
 Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan menafsirkannya dari sumber
yang asli,
 Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam
bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).

BAB 5
- PENGERTIAN DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian (research design) adalah rencana tentang bagaimana suatu penelitian
akan dilakukan. Rencana ini merupakan program menyeluruh dari penelitian. Aspek penting
yang harus diperhatikan ketika seorang peneliti akan membuat desain penelitian, yaitu:
a. Apa masalah yang akan diteliti.
b. Mengapa penelitian ini dianggap penting dan menarik.
c. Apa metode atau strategi penelitian yang akan digunakan.
d. Kapan dan dimana penelitian akan dilakukan.
e. Konsep apa yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang akan diteliti.
f. Apa hipotesis penelitian yang akan dibuktikan di lapangan (bila menggunakan hipotesis).
g. Apa teknik pengumpulan data yang akan dipakai.
h. Bagaimana membuat instrumen penelitian.
i. Bagaimana mengolah data dan alat statistik yang akan dipakai untuk menguji hipotesis
penelitian (apabila penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis).
- KLASIFIKASI DESAIN PENELITIAN
Kita dapat mengelompokkan desain penelitian dengan memakai sekurang-kurangnya
delapan perspektif yang berbeda, yaitu :
a. Desain penelitian berdasarkan pengumpulan data :
 Pengamatan
 Survei
b. Desain penelitian berdasarkan pengendalian variabel-variabel
 Eksperimental
 Ex Post Facto
c. Desain penelitian berdasarkan tujuan penelitian
 Deskriptif
 Kausal
d. Desain penelitian berdasarkan dimensi waktuunya
 Lintas seksi
 Data berkala
e. Desain penelitian berdasarkan dari lingkungan studi
 Lapangan
 Laboratorium
 Simulasi
f. Desain penelitian berdasarkan dari perumusan masalahnya
 Penjajakan
 Formal
g. Desain penelitian berdasarkan topik dan kedalaman
 Studi kasus
 Studi statistik
h. Persepsi subjek mengenai penelitian (adakah mereka merasakan adanya penyimpangan-
penyimpangan dalam kegiatan rutin mereka sehari hari).
 Tingkat perumusan masalah
Suatu penelitian dapat dianggap sebagai penjajakan atau formal. Perbedaan
pokok keduanya berada pada kadar struktur dan tujuan penelitian. Studi penjajakan
cenderung mempunyai struktur yang luwes dengan tujuan untuk mengetahui tujuan-
tujuan penelitian yang akan datang. Tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan
hipotesis-hipotesis atau pertanyaan untuk penelitian lain di kemudian hari. Studi formal
mulai berjalan di saat studi penjajakan selesai, dimulai dengan hipotesis atau
pertanyaan yang mencakup prosedur-prosedur yang cermat dan rincian mengenai
sumber data. Dan tujuannya adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab penelitian
yang diajukan.
 Metode pengumpulan data
Pengelompokan ini membedakan antara proses-proses pemantauan dan survei.
Proses pemantauan mencakup studi-studi pengamatan, di mana peneliti memeriksa
kegiatan suatu obyek atau sifat suatu bahan tanpan berusaha untuk mendapatkan
tanggapan dari siapapun. Menghitung lalu lintas pada persimpanagn, meneliti
kepustakaan, mengamati kegiatan suatu kelompok untuk mengambil keputusan. Pada
cara survei peneliti mengajukan pertanyaan kepada subjek dan mengumpulkan
jawabannya melalui cara personal maupun non-personal, data yang dihasilkan berasal
dari :
1. Wawancara
2. Daftar isian yang harus diisi (kuisioner)
3. Instrumen penelitian yang dipkai sebelum dan/sesudah suatu perlakuan atau
tindakan tertentu dalam sebuah eksperimen.
 Pengendalian variabel-variabel oleh Peneliti
Dilihat dari aspek peneliti untuk memanipulasi beberapa variabel, kita bisa
membedakan desain eksperimental dengan desain ex post facto. Dalam eksperimen
peneliti berusaha untuk mengendalikan dan/atau memanipulasi beberapa variabel
dalam penelitiannya. Bila terkait dengan tujuan, apabila variabel berubah atau tetap
(konstan) maka itu berhasil. Desain ini cocok digunakan apabila peneliti ingin
mengetahui apakah variabel satu berpengaruh kepada variabel yang lain.
Pada desain ex post facto, para penyelidik tidak mempunyai kendala pada
variabelnya dalam artian mereka mampu untuk memanipulasinya. Mereka cukup
dengan melaporkan apa yang terjadi atau tidak terjadi. Dan hal terpenting dari desain ini
adalah tidak mempengaruhi variabel penelitian.
 Tujuan penelitian
Perbedaan pokok studi deskriptif dengan kausal ada pada tujuannya. Jika
penelitiannya berkaitan dengan siapa, apa, dimana, bilamana, atau berapa banyak maka
ini adalah deskriptif. Jika tujuannya untuk mengetahui mengapa, yaitu, bagaimana satu
variabel bisa mempengaruhi variabel lainnya, maka penelitiannya tergolong kausal.
Penelitian tentang kejahatan adalah deskriptif karena membahas tentang seberapa
sering, dimana, dll. Dalam desain kausal maka kita berusaha untuk menjelaskan
hubungan antara variabel misalnya, mengapa tingkat kejahatan di kota A lebih tinggi
dari kota B.
 Dimensi waktu
Studi lintas seksi (cross-sectional) dilaksanakan satu kali dan mencerminkan
sebuah potret suatu keadaan pada saat tertentu. Studi data berkala (longitudinal)
dilakukan berulang-ulang dalam suatu jangka wktu tertentu. Keuntungan dari studi data
berkala adalah kita dapat mengamati perubahan dari waktu ke waktu.
Ada kelemahan dalam desain data berkala ini, yaitu anggaran dan waktu yang
memaksakan dibutuhkannya analisis-analisis lintas-seksi. Keuntungannya yaitu dapat
diperoleh dengan pertanyaan-pertanyaan yang cermat mengenai sikap, sejarah, dan
ekspektasi untuk masa depan.
 Ruang lingkup topik bahasan
Studi statistik berbeda dengan studi kasus dalam beberapa hal. Studi statistik
mementingkan keluasan dan kedalaman. Studi ini berusaha untuk mengetahui ciri-ciri
populasi melalui penarikan kesimpulan secara inferensi berdasarkan ciri-ciri sampel.
Hipotesis diuji secara kuantitatif, kesimpulan mengenai hasil temuan disajikan
berdasarkan tingkat sejauh mana sampel adalah representatif dan tingkat validitas
sampel.
Studi kasus lebih menekankan kepada analisis konteks secara penuh berdasar
peristiwa atau kondisi yang lebih sedikit dan hubungannya satu dengan yang lain. Studi
kasus cocok untuk penyelesaian masalah , evaluasi, dan strategi.
 Lingkungan penelitian
Desain juga berbeda sejalan dengan kondisi lingkungan aktual atau kondisi-
kondisi yang lain. Ini di sebut kondisi lapangan dan laboratorium.
 Persepsi subjek
Kegunaan suatu desain mungkin berkurang bilamana subjek dalam studi
tersebut merasa bahwa sedang berlangsung suatu penelitian. Persepsi subjek
mempengaruhi hasil akhir penelitian secara tidak langsung ataupun langsung. Ada tiga
tingkat persepsi :
1. Subjek tidak merasa ada penyimpangan dari rutin sehari-hari.
2. Subjek merasa ada penyimpangan, tapi tidak dikaitkan dengan peneliti.
3. Subjek merasa ada penyimpangan karena peneliti.
- DESAIN PENELITIAN KUALITATIF
Menurut Poerwandi (1998) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara,
catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.dalam penelitian kualitatif perlu
menekankan pada pentingnya pendekatan dengan orang-orang atau narasumber agar peneliti
memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi di lapangan.
Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang ataupun seluruh aspek manusia, yakni
segala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia.data kualitatif tentang suatu objek dinyatakan
dengan kalimat yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir yang bersifat kritis,
analitik dan tuntas. Adapun karakteristik desain penelitian yaitu :
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar ilmiah atau pada konteks dari suatu kebutuhan.
b. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain.
c. Peneliti kualitatif menggunakan metode kualitatif.
d. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
e. Penelitian kualitatif lebih mendekati arah bimbingan penyusunan teori substantif yang
berasal dari data.
f. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif bukan angka.
g. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.
h. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang
timbul sebagai masalah dalam penelitiannya.
i. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain
dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.
j. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan.
k. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh
dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.
- STUDI PENJAJAKAN
Penjajakan berguna bilamana para peneliti belum mempunyai gambaran yang jelas
mengenai masalah yang akan dihadapi dalam penelitiannya. Melalui penjajakan, para peneliti
mengembangkan konsep-konsep dengan lebih jelas, menentukan prioritas, dan memperbaiki
desain penelitian akhir. Penjajakan juga menghemat waktu dan biaya jika pada akhirnya
diputuskan bahwa masalahnya tidak sepenting yang diperkirakan sebelumnya.
Penjajakan juga mempunyai kegunaan yang lain. Bidang yang akan diteliti mungkin
masih baru sama sekali atau tidak jelas, sehingga peneliti perlu mengadakan penjajakan terlebih
dahulu untuk mengetahui sedikit mengenai permasalahan yang dihadapi. Variabel-variabel yang
penting mungkin belum diketahui atau belum terdefinisi dengan baik. Mungkin diperlukan
hipotesis-hipotesis penelitian, juga, peneliti mungkin perlu mengadakan penjajakan agar yakin
bahwa memang layak untuk melakukan penelitian dalam bidang yang bersangkutan.
Bilamana mempertimbangkan ruang lingkup kualitatif, ada beberapa pendekatan yang
dapat dipakai untuk penyelidikan penjajakan bagi pertanyaan-pertanyaan manajemen:
 Wawancara secara mendalam (biasanya lebih berbentuk pembicaraan bebas ketimbang
pembicaraan terstruktur).
 Pengamatan para peserta (untuk mengalami secara langsung bagaimana para peserta
dalam lingkungannya).
 Film, foto, dan rekaman video (untuk merekam kehidupan kelompok yang diteliti).
 Teknik-teknik proyeksi dan tes psikologi (seperti Thematic Apperception Test,
pengukuran proyeksi, permainan, atau simulasi peran).
 Studi kasus (untuk analisis konstektual secara mendalam dari beberapa peristiwa atau
kondisi).
 Etnografi jalanan (untuk mencari tahu bagaimana suatu subkelompok menggambarkan
dan menstruktur dunianya pada tingkat jalanan).
 Wawancara dengan kelompok elit (untuk mendapat informasi dari orang-orang
berpengaruh atau yang banyak mengetahui dalam suatu organisasi atau kelompok
masyarakat tertentu).
 Analisis dokumen (untuk mengevaluasi catatan-catatan publik yang historis atau rahasia,
dokumen-dokumen pemerintah, dan pendapat-pendapat).
 Proxemics dan kinesics (untuk mempelajari pemakaian ruang dan komunikasi gerakan
tubuh).
Dengan kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas, muncul empat teknik
penjajakan yang dapat dipakai secara luas oleh peneliti bisnis: (1) analisis data sekunder, (2)
survei pengalaman, (3) grup diskusi, dan (4) desain dua-tahapan.
- ANALISIS DATA SEKUNDER
Langkah pertama dalam suatu studi penjajakan adalah penelitian kepustakaan
sekunder. Kajian yang dibuat oleh pihak lain untuk keperluan mereka sendiri merupakan data
sekunder. Adalah tidak efisien untuk mencari tahu melalui pengumpulan data primer atau
penelitian orisinal mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebelumnya.
Data yang berasal dari sumber-sumber sekunder dapat membantu untuk memutuskan
apa yang harus dilakukan, dan dapat merupakan sumber yang kaya bagi hipotesis-hipotesis.
Katalog-katalog khusus, daftar subjek, dan indeks elektronis tersedia di kebanyakan
perpustakaan yang dapat membantu dalam melakukan penelitian. Dalam banyak hal dapat
dilakukan suatu pencarian data sekunder dari rumah atau kantor anda dengan memaknai
computer, dan jasa online, atau melalui jaringan internet.
Penelitian berdasar atas sumber-sumber sekunder memberikan latar belakang masalah
yang sangat baik dan dapat memberikan pengarahan yang baik jika kreatif. Jika kita membatasi
penyelidikan kepada subjek-subjek yang jelas dalam sumber-sumber kepustakaan, kita sering
akan kehilangan banyak informasi berharga.
- STUDI DESKRIPTIF
Studi deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini.
Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel. Studi
deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya
masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus
dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-
variabel yang menjadi kajian dalam studi ini.
2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan
informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah
dirumuskan.
3. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan,
yakni instrument/alat pengumpul data dan sumber data/sampel yakni dari mana
informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data
antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim
digunakan dalam studi deskriptif. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan
penelitian harus dirumuskan secara khusus sehingga memberikan arah yang pasti
terhadap instrumen dan sumber data.
4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah
diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih
merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar
dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data, peneliti
menyimpulkan hasil studi deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang
merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
- DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat deduktif, yakni dari khusus ke
umum atau bersifat menggenaralisasi data-data yang didapatkan di lapangan kepada sebuah
kesimpulan umum. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat dua
desain utama, yaitu desain penelitian eksploratori dan desain penelitian konklusif. Dalam
desain penelitian konklusif terdapat dua subdesain, yaitu desain untuk penelitian deskriptif dan
penelitian kausal.
Desain penelitian eksploratori digunakan untuk penelitian awal yang berfungsi untuk
menjelaskan dan mendefinisikan suatu masalah. Penelitian bersifat awal dan tidak untuk
mencari kesimpulan akhir. Hal yang termasuk dalam kategori ini ialah survei yang dilakukan oleh
ahli, studi kasus, analisis data sekunder, dan penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Desain penelitian konklusif digunakan untuk penelitian deskriptif dan penelitian
eksperimental. Penelitian deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik / gejala /
fungsi suatu populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan obsevarsi. Penelitian
deskriptif mempunyai karakteristik menggunakan hipotesis, desain terstruktur dan tidak
fleksibel, mengutamakan akurasi dan pemahaman masalah sebelumnya. Penelitian kausal
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara variabel, yaitu variabel yang
berfungsi sebagai penyebab (variabel bebas) dan variabel yang berfungsi sebagai variabel akibat
(variabel tergantung).
- HUBUNGAN KAUSAL
hubungan kausal adalah kepada bagaimana satu variabel mempengaruhi, atau
“bertanggung jawab atas” perubahan-perubahan dalam variabel lainnya. Hubungannya dapat
timbal balik, simetris, atau asimetris.
Hubungan simetris adalah dimana dua variabel berfluktuasi bersamaan, tetapi kita
menganggap bahwa perubahan-perubahan dalam variabel-variabel tidak dipengaruhi satu sama
lain.
Hubungan asimetris, pada hubungannya asimetris kita menganggap bahwa perubahan
dalam satu variabel (variabel independen atau VI) bertanggung jawab atas perubahan yang
terjadi dalam variabel lain (variabel dependen atau VD). Dalam penilitian di bidnag bisnis, jenis-
jenis hubungan asimetris yang paling penting adalah:
a. Hubungan stimulus-respon. Hubungan ini mencermnan suatu peristiwa atau kekuatan yang
menghasilkan suatu respon dari suatu objek. Suatu kenaikan dalam harga menyebabkan
penjualan per unit yang lebih sedikit; suatu perubahan dalam aturan kerja menyebabkan
output pekerja yang lebih tinggi; atau suatu perubahan dalam kebijakan ekonomi
pemerintah membatasi keputusan-keputusan keuangan perusahaan. Eksperimen biasanya
melibatkan hubungan stimulus respon.
b. Hubungan ciri-disposisi. Suatu ciri merupakan karakteristik yang menetep dari subjek dan
yang tidak tergantung kepada situasi. Usia, jenis kelamin, status keluarga, agama yang
dianut, kelompok etnik, dan kondisi fisik, merupakan ciri perorangan. Suatu disposisi
merupakan suatu kecenderungan untuk memberi respon dengan suatu cara tertentu dalam
situasi tertentu. Disposisi meliputi sikap, pendapat, kebiasaan, nilai, dan dorongan. Contoh
mengenai hubungan ciri-disposisi adalah pengaruh usia terhadap sikap dalam menabung,
jenis kelamisn, dan dampaknya terhadap isu-isu social, atau kelompok social dan pedapat
dalam perpajakan. Ciri-ciri dan disposisi merupakan konsep pokok yang dipakai dalam
penilitian bisnis dan ilmu social.
c. Hubungan disposisi-perilaku. Respon perilaku mencakup cara-cara berkonsumsi, kinerja
pekerjaan, tindakan interpersonal, dan kinerja lainnya. Contoh-contoh dari disposisi dan
perilaku mencakup pendapatan tentang suatu merek dan pembelian merek tersebut,
kepuasan kerja dan output pekerjaan, dan nilai-nilai moral dan penipuan pajak. Banyak
penilitian kausal ex post facto mencakup hubungan antara ciri-ciri, disposisi, dan perilaku.
d. Hubungan ciri-perilaku. Contoh-contohnya meliputi hubungan-hubungan seperti tahap
siklus keluarga dan pembelian perabot rumah tangga, kelompok social dan pola-pola
tabungan keluarga, dan usia dan partisipasi dalam olahraga. Bilamana kita
mempertimbangkan kemungkinan hubungan kausal atau mengemukakan hipotesis kausal,
kita harus menyatakan hubungan potensial, sebab, dan akibat.
- Menguji Hipotesis Klausal
Meskipun kita tidak pernah pasti bahwa variable A menyebabkan variable B terjadi, kita
dapat mengumpulkan bukti-bukti yang memperbesar keyakinan bahwa A menyebabkan B. kita
mencari tiga jenis bukti, sebagaimana terdapat di bawah ini.
1. Adakah suatu kovariasi yang diprediksi antara A dan B? yaitu, apakah kita mendapatkan
bahwa A dan B terjadi bersamaan dalam cara sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis?
Bilamana A tidak terjadi, apakah B juga tidak terjadi? Atau jika A lebih sedikit, apakah B juga
lebih sedikit? Bilamana terdapat kondisi-kondisi kovariasi demikian, maka hal ini merupakan
suatu pertanda bahwa mungkin ada hubungan kausal.
2. Apakah urutan waktu dari peristiwa-peristiwa bergerak dalam arah sebagaimana
dikemukakan dalam hipotesis? Yaitu, apakah A terjadi sebelum B terjadi? Jikata kita
mendapatkan bahwa B terjadi sebelum A terjadi, maka kita tidak yakin bahwa A
menyebabkan B.
3. Mungkinkah untuk menghilangkan penyebab lain yang mungkin dari B? yaitu, apakah kita
bias menentukan bahwa C, D, E dan seterusnya, tidak berkovariasi dengan B dalam cara
yang demikian yang memungkinkan adanya hubungan kausal.
- Desain Kausal dan Eksperimental
Di samping kelompok ketiga di atas, inferensi yang baik dari desain eksperimental harus
memenuhi dua sayarat lain. Yang pertama adalah pengadilan. Semua factor kecuali variabel
independen harus dipertahankan konstan dan tidak dikacaukan dengan variabel yang lainyang
bukan bagian dari penilitian. Kedua, setiap orang dalam penilitian ini harus mempunyai peluang
yang sama untuk dihadapkan pada setiap tingkatan dari variabel independen. Hal ini merupakan
penempatan acak (random assignment) dari subjek-subjek pada kelompok-kelompok.
Kelompok ketiga merupakan kelompok kendali (control group) dan tidak menerima
permohonan apa-apa.
Pengacakan (randominazation) merupakan metode dasar dengan mana ditentukan
ekivalensi antara kelompok-kelompok eksperimental dan kendali harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga sama.
- Desain kausal dan Ex Post Facto
Kebanyakan peniliti tidak dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan memanipulasi
variabel-variabel. Namun kita tetap berkepentingan dengan pernyataan mengenai kausalitas.
Sebagai ganti memanipulasi dan/atau mengendalikan variabel eksperimental, kita mempelajari
subjek-subjek yang telah dihadapkan dengan faktor independen. Kita tidak dapat memakai
penempatan subjek dalam penilitian ex facto sebagaimana dilakukan dalam eksperimen. Akan
tetapi, kita dapat mengumpulkan informasi mengenai factor-faktor yang secara potensial dapat
mengacaukan dan kemudian memakai data tersebut untuk membuat perbandingan lintas
kelompok.
- Kesalahan Post Hoc
Istilah kekeliruan post hoc dipakai untuk menggambarkan kesimpulan-kesimpulan yang
sering tidak beralasan ini. Desain ex post facto banyak dipakai dalam penilitian bisnis dan sering
merupakan satu-satunya pendekatan yang tersedia. Khususnya, orang mencari penjelasan
kausalitas antara variabel-variabel yang tidak mungkin dimanipulasi. Tidak saja variabel-variabel
tidak bias dimanipulasi, tetapi subjek-subjek biasanya tidak bias ditempatkan terlebih dahulu
untuk perlakuan khusus dan kelompok-kelompok kendali. Kita sering mendapatkan bahwa ada
lebih satu penyebab. Berhati-hatilah dalam memakai desain ex post facto dengan pemikiran
kausalitas. Penting sekali untuk melakukan uji yang cermat, validasi hipotesis-hipotesis
berganda, dan pengendalian variabel-variabel yang mengacaukan.

BAB 3
- Proses penelitian Kualitatif
Pada bahasan berikutnya, akan dijelaskan proses pembuatan karya ilmiah kualitatif,
yaitu sebagai berikut :
a. Pemilihan topik penelitian
Pemilihan topik merupakan hal terpenting dalam memulai penelitian, banyak cara yang
didapat untuk menentukan topik penelitian. Peneliti dapat bermula dari mengidentifikasi
adanya praktik yang tidak dapat dijelaskan oleh teori yang sudah ada. Peneliti juga dapat
menentukan topik dari gap yang yang ada dalam disiplin ilmu yang ditekuni. Pemilihan topik
sendiri dilandasi dari literatur yang telah dibaca, pengalaman masa lalu, atau pendidikan
yang telah dijalani.
Setelah menentukan topik penelitian, langkah berikutnya adalah merumuskan
permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian sering dirumuskan kedalam bentuk
kalimat tanya.rumusan masalah ini lah yang akan dijawab oleh peneliti menggunakan data
yang diambil dan dianalisis. Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut, peneliti perlu
memilih kerangka teori yang tepat. dalam penelitian kualitatif sangat mungkin ditemukan 2
kerangka teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
b. Kerangka Kerja teoritis
Kerangka kerja teoritis atau theorectical framework merupakan langkah selanjutnya
dalam penelitian. Bagi penelitian kualitatif yang menekankan pola iteratif dalam
pengumpulan analisis data seperti grounded theory maka theoretical frameworkdapat
berubah dengan temuan di lapangan. Hal ini dapat membantu peneliti dalam
mengumpulkan data.Theoretical framework menyajikan teori teori apa saja yang dianggap
mampu menjelaskan fenomena yang sedang diteliti.Theoretical framework berguna bagi
peneliti dalam melakukan penelitian. Theoretical framework memberikan panduan bagi
sang peneliti mengenai variabel penelitian atau hal hal apa saja yang perlu diperhatikan.
Theoretical framework bagi penelitian kualitatif sangat penting, khuusnya dalam
penelitian eksperimental. Bagi penelitian kualitatif, theoretical framework penting juga
untuk dirumuskan sebagai panduan dalam langkah penelitian selanjutnya. Banyak sekali
teori yang yang mungkin cocok untuk masalah yang dihadapi oleh peneliti. Kunci
menemukan dan merumuskan theoretical framework adalah telaah literatur yang ekstensif
dan intensif.
c. Rancangan penelitian kualitatif
Model penelitian kualitatif dapat dirumuskan sebagai rangkaian beberapa langkah yang
terdiri dari :
1. Asumsi filosofi penelitian
Setiap penelitian berlandaskan asumsi filosofis penelitian tertentu. Sering sekali
asumsi filosofi penelitian tersebut dianut tanpa sadar, meski dilandasi semua kegiatan
penelitian yang dilakukan. Asumsi filosofis yang dianut dan diungkapkan dengan jelas
akan membantu para pembaca untuk memahami hasil penelitian .
2. Metode penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus memutuskan dan merancang
bagaimana cara yang akan ditempuh untuk menjawab pertanyaan penelitian atau
rumusan masalah.Metode penelitan adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti
untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah . Setiap metode
penelitian disusun berdasarkan dan dipengaruhi oleh asumsi filosofis penelitian yang
dianut oleh sang peneliti. Metode penelitian yang berbeda menyaratkan penguasaan
kemampuan dan alat yang berbeda.
Selain menentukan metode, peneliti juga harus menentukan unit analisis yang
akan digunakan.Penentuan unit analisis sangat bergantung pada rumusan masalah,
dapat berupa individu, kelompok, relasi antar individu dan atau kelompok, peristiwa,
dan lain lain. Peneliti juga harus menentukan lokasi penelitian.
3. Teknik dan alat pengumpulan data
Pemilihan metode penelitian akan menentukan menentukan teknik dan alat
pengumpulan data yang digunakan. Secara umum, dalam penelitian kualitatif alat
pengumpulan data yang paling sering digunakan adalah wawancara, pengamatan
lapangan dan telaah dokumen.
4. Teknik dan Alat Analisis Data Kualitatif
Penelitian kualitatif cenderung menghasilkan jumlah data yang sangat banyak
dan kurang terstruktur. Jumlah data yang banyak tersebut jelas membutuhkan
perencanaan dan strategi yang tepat untuk mengolah dan menganalisis. Tiga teknik
yang umum digunakan yaitu hermeneutics, semiotics, dan analisis naratif.
5. Dokumentasi Tertulis
Dalam setiap penelitian, dokumentasi tertulis sangat penting. Dokumentasi
tertulis dimulai dengan semua catatan, hasil pengumpulan data, dan hasil analisis
sementara. Dokumentasi lain yang tidak kalah penting adalah laporan hasil penelitian
dan publikasi (artikel jurnal, arikel konferensi, buku, skripsi, disertasi, thesis, working
paper, dan lainnya). Cara penulisan dan apa yang ditulis merupakan pilihan pribadi
peneliti. Harap diingat dalam penulisan kualitatif setiap detil sangat berarti, sehingga
catatan dan dokumentasi penelitian yang lengkap sangat vital.
- Proposal Penelitian
Proposal penelitian merupakan perwujudan nyata rancangan penelitian. Proposal
penelitian dapat digunakan untuk melamar masuk ke suatu program studi berbasis riset
(magister maupun doctoral) atau dapat juga digunakan untuk mengajukan permohonan
pembiayaan penelitian. Proposal juga disusun berdasarkan siapa yang akan membaca dan
menggunakan proposal tersebut untuk membuat keputusan.
Dalam penelitian kuantitatif, pada umumnya proposal merupakan peta yang cukup jelas
dan terstruktur mengenai apa yang akan dilakukan dan prediksi hasil yang akan dicapai,
misalnya melalui uji hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Saunders, Lewis & Thornhill 2007; Sekaran
2000). Pada penelitian kualitatif kejelasan seperti pada penelitian kuantitatif sulit disajikan. Alas
an utamanya adalah ketidaktahuan peneliti mengenai hasil apa yang akan dicapai dan
kompleksnya fenomena yang akan diteliti.
Myers (2009) menyarankan proposal setidaknya memiliki komponen berikut ini:
1. Judul penelitian, yang menggambarkan isi proposal secara singkat tetapi menarik
pembacanya.
2. Abstrak, yang berisi ringkasan proposal. Ringkasan yang dimaksud setidaknya berisi inti
permasalahan penelitian, rencana penelitian sigkat, dan hasil penelitian yang diharapkan.
3. Pendahuluan, yang merupakan pengantar dalam proposal. Dalam bagian pendahuluan
peneliti mengungkapkan tujuan dan motivasi penelitian tersebut. Pendahuluan juga
memberikan pegantara mengenai permasalahan yang akan diteliti, seperti pentingnya
penelitian, untuk mengantarkan ke bagian proposal berikutnya.
4. Telaah literature yang relevan, yang menunjukkan penguasaan peneliti akan landasan
teoritis pada bidang yan akan diteliti. Telaah literature bukan sekedar ringkasan literature
tetapi juga harus disertai analisis dan tinjauan kritis peneliti. Telaah literatur memberikan
konteksa keilmiahan pada penelitian yang akan dilakukan. Peneliti juga dapat
memanfaatkan telaah literatur untuk menujukkan posisis penelitiannya dibandingkan
dengan apa yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Dalam penelitian bidang bisnis
dan system informasi, terdapat banyak jurnal ilmiah papan atas maupun prosiding
konferensi yang “WAJIB” dirujuk dalam penelitian.
5. Topik penelitian, yang harus ditulis dengan jelas dan ringkas. Selain topic juga disajikan
permasalahan atau pertanyaan penelitian yang akan diteliti.
6. Kerangka kerja teoritis, yang disajikan di sini berbeda dengan pada penelitian kuantitatif
(berupa hubungan antar variable penelitian). Pada penelitian kualitatif, kerangka kerja
teoritis menjelaskan keterkaitan konsep-konsep eoritis yang melandasi penelitian.
7. Metode penelitian, yang menjelaskan metode penelitian yang digunakan. Pada karya ilmiah
(thesis atau disertasi) untuk tingkat S3, pemilihan metodologi ini harus disertai dengan
argument mengenasi landasan filosofinya. Peneliti juga harus mengungkapkan bagaimana
cara data akan dikumpulkan. Secara lebih terinci, metode penelitian yang biasa digunakan
dalam penelitian bisnis dan system informasi.
8. Pendekatan untuk analisis data kualitatif yang akan digunakan.
9. Jadwal penelitian, (tentatif) yang berisi waktu dan capaian (milestones) dalam penelitian.
Jadwal ini merupakan batas waktu penyelesaian dan pelaporan penelitian. Jadwal yang baik
merinci setiap kegiatan ke dalam tahap-tahap yang dapat dilakukan dalam waktu sigkat
sebelum beranjak ke tahap atau kegiatan berikutnya.
10. Daftar referensi, yang digunakan untuk menujukkan sumber referensi ilmiah dan popolar
yang dirujuk dalam penyusunan proposal. Teknik pengutipan dan penyusunan daftar
reerensi merupakan hal yang serius dan penting. Kegagalan dalam menggunakan teknik
pengutipan yang baik dapat menjadikan karya ilmiah dicurigai sebagai plagiat. Pastikan
teknik pengutipan dan penyebutan daftar referensi baik, benar, dan akurat 100%.
- Langkah Langkah/tahap tahap Penelitian Kualitatif
a. Tahap Pralapangan
6 tahapan yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif.
1. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang akan diisi setidaknya berisi seperti berikut ini :
 Latar belakang masalah dan alas an pelaksanaan penelitian
 Kajian kepustakaan yang menhasilkan kesesuaian paradigm dengan foks,
rumusan masalah, hipotesis kerja, kesesuaian paradigm dan substansi dari
teori teori yang ada.
 Pemilihan lapangan atau setting penelitian
 Penentuan jadwal penelitian
 Pemilihan alat penelitian
 Rancangan pengumpulan data
 Rancangan analisis data
 Rancangan perlengkapan
 Rancangan pengecekan data.
2. Memilih lapangan locus penelitian
Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substansif yang dirumuskan
dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih bersifat tentative.cara terbaik yang
perlu ditempuh dalam penelitian lapangan penelitian adalah dengan jalan
mempertimbangkan teori substansif tersebut.
3. Mengurus perizinan
Pertama tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berkuasa
dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Syarat syarat yang
harus dimiliki oleh peneliti adalah surat izin peneliti itu sendiri, surat instansi terkait,
identitas diri, perlengkapan yang diperlukan perlengkapan yang akan digunakan,
dan lain lain.
4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksan dengan baik apabila peneliti
telah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui tempat
penelitian dari orang dalam mengenai situasi dan kondisi lapangan yang akan
dijadikan tempat penelitian. Sebelum melakukan penelitian, diharapkan eneliti
sudah mengetahui gambaran umum terkait geografi,demografin sosial, tokoh, dan
kebudayaan tempat tersebut.tujuan dari proses ini adalah agar seorang peneliti
dapat mengetahui lingkungan sekitarnya. Sehingga, dalam melakukan penelitian,
tidak mengalami kesulitan.
5. Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang dalam pada penelitian. Fungsinya adalah sebagai orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian. Agar peneliti dapat mendapatkan informan dapat menggaet
informan yang terpercaya, maka sebaiknya ia menyelidiki motivasi calon iforman
tersebut. Bila perlu, uji informasi dari informan tersebut,valid atau tidak.
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh peneliti antara lain mencakup :
perlengkapan fisik, surat izin penelitian, pengaturan perjalanan, perlengkapan
pribadi, kontak informan, dan lain lain.
7. Persoalan Etika Penelitian
Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah orang sebagai alat yang
mengumpulkan data. Peneliti akan berhubungan dengan orang orang, baik secara
perseorangan maupun kelompok atau masyarakat. Beberapa segi praktis yang perlu
diperhatikan peneliti dalam menghadapi persoalan etika, antara lain :
 Beritahukan secara jujur tujuan kedatangan peneliti
 Memandang dan mengharai orang orang yang akan diteliti bukan sebagai
“subjek”, tetapi sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti.
 Menghormati dan mematuhi aturan, norma, nilai masyarakat, kepercayaan,
adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat tempat
penelitian dilakukan.
 Mampu memegang kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan
informasi yang diberikan oleh subjek.
 Menulis segala kejadianm peristiwa, cerita dan lain lain secara jujur, benar, dan
jangan ditambahkan, nyatakanlah sesuai dengan keadaan aslinya.
b. Tahapan Pekerjaan Lapangan
1. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
a) Pembatasan Latar dan Peneliti
Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan tertutup. Latar
terbuka terdapat di lapangan umum, pada latar demikian peneliti lebih
banyak melakukan pengamatan dan kurang sekali melakukan wawancara.
Sebaliknya pada latar tertutup, peneliti lebih banyak berinteraksi secara
langsung dengan subjek dengan melakukan wawancara secara mendalam.
Pengenalan akan pembatasan latar dan peneliti ini berfungsi dalam
menentukan strategi berperan sertanya peneliti dengan latar yang akan
diteliti.
b) Penampilan
Penampilan yang dimaksud adalah penampilan dari peneliti itu sendiri.
Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan adat,
tata cara, dan kultur latar penelitian.
c) Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan
Peneliti diharapkan dapat bekerja sama dengan subjek penelitian.
Hendaknya perlu diingat pula bahwa peneliti harus bersikap netral di tengah
anggota masyarakat dengan tidak mengubah situasi yang terjadi di daerah
penelitian. Untuk itu, peneliti hendaknya aktif bekerja mengumpulkan
informasi tetapi sekaligus pasif dalam pengertian tidak menoleh
mengintervensi peristiwa.
d) Jumlah Waktu Studi
Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya tidak ada rumus yang
dapat digunakan secara pasti. Peneliti sendirilah yang perlu menentukan
pembagian waktu agar waktu di lapangan dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.
2. Memasuki Lapangan
a) Keakraban Hubungan
Keakraban pergaulan dengan subjek perlu dipelihara selama bahkan
sampai sesudah tahap pengumpulan data. Hubungan yang perlu dibina berupa
rapport. Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah
melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah di antara
keduanya.
b) Mempelajari Bahasa
Jika peneliti berasal dari latar yang lain, baik baginya apabila ia
mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berapa pada daerah
penelitiannya. Peneliti juga diharapkan mampu memahami symbol-simbol
nonverbal yang digunakan oleh orang-orang yang menjadi subjek.
c) Peranan Peneliti
Besarnya peranan tergantung pada factor tempat penelitian dan
peneliti itu sendiri. Peran serta peneliti baru dapat terwujud seutuhnya apabila
ia dapat member secara fisik dengan kelompok komunitas yang sedang
ditelitinya.
3. Berperan serta Sambil Mengumpulkan Data
a) Pengarahan Batas Studi
Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi telah ditetapkan
bersama masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian, peneliti hendaknya
memperhitungkan keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin biaya yang
digunakan.
b) Mencatat Data
Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu
mengadakan pengamatan, wawancara atau saat menyaksikan suatu kejadian
tertentu. Bagi peneliti jelas bahwa dalam mengumpulkan data, ia jangan
melupakan bentuk data lainnya seperti dokumen, laporan, gambar, dan foto.
c) Petunjuk Tentang Cara Mengingat Data
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus,
peneliti tidak dapat melakukan pengamatan pengamatan sambil membuat
catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang baik sambil mengadakan
wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat perekam akan besar
manfaatnya jika tersedia dan subjek tidak keberatan.
d) Kejenuhan, Keletihan, dan Istirahat
Menghadapi pekerjaan yang itu-itu saja bisa membuat peneliti jenuh
dan lelah. Jika sudah demikian, satu-satunya jalan adalah dengan beristirahat
secukupnya. Jika perlu, dan memungkinkan adakanlah rekreasi untukmengganti
suasana.
e) Meneliti suatu Latar yang di dalamnya Terdapat Pertentangan
Jika peneliti berhadapan dengan penelitian, yang didalamnya
menemukan kelompok-kelompok yang sedang bertentangan, peneliti
hendaknya berusaha tetap netral.
f) Analisis di Lapangan
Peneliti kualitatif mengenal adanaya analisis data di lapangan walaupun
analisis data secara intensif baru dilakukan sesudah berakhirnya pengumpulan
data. Dengan bimbingan dan arahan masalah penelitian, peneliti dibawa ke arah
acuan tertentu yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan data yang dicatat.
Hipotesis kerja mungkin sudah atau belum dibuat pada waktu peneliti sudah
berada di lapangan. Apabila peneliti sudah mulai mencatat serta mulai
memberikan kode pada data, akan tampak bahwa ada kecocokan atau
ketidakcocokan dengan hipotesis kerja yang telah dirumuskan sewaktuu
pertama kali berada di lapangan. Di lain sisi, mulai bermunculan konsep-konsep
yang dapat dijabarkan ke dalam hipotesis kerja apabila hal itu belum disusun
oleh peneliti. Hal ini demikian pada dasarnya merupakan sebagian dari
pekerjaan analisis data di lapangan. Dalam melakukan analisis data di lapangan,
peneliti dapat menggunakan metode triangulasi.
 Metode Triangulasi
Triangulasi merupakan proses menguji keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding data (Maleong, 2004). Dengan mengacu
kepada Denzin (1978) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian
keabsahan data ini akan memanfaatkan peneliti, sumber, metode dan
teori.
1) Triangulasi Peneliti
Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas dan
kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan. Triangulasi
terhadap peneliti dilakukan dengan meminta bantuan peneliti lain
melakukan pengecekan langsung melalui wawancara ulang, serta
merekam data di lapangan. Tujuannya melakukanverifikasi hasil
penelitian
2) Triangulasi Sumber Data
Cara ini dilakukan dengan membandingkan derajat kepercayan
suatu informasi yang diperoleh. Menurut Pato (1987) cara yang
dilakukan adalah:
 Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
 Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
 Membandingkan keadaan dan perspektif sesorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa
kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Maleong, 1994).
Triangulasi sumber data juga memberikan kesempatan untuk
dilakukannya hal berikut ini: (Maleong, 2006:335)
 Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh informan
 Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data
 Menyediakan tambahan informasi secara sukarela
 Memasukan informan dalam kencah penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarka sebagai langkah awal analisis data.
 Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan
3) Triangulasi Metode
Mengacu pendapat Patton (1987), dalam Maleong (1994),
triangulasi metode dilakukan dengan mengunakan strategi:Pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik
pengumpulan data.Pengecekan beberapa sumber data dengan metode
yang sama. Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan
terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi
yang didapat dengan metode interview sama dengan metode
obeservasi atau apakah hasil obeservasi sesuai dengan informasi yang
diberikan ketika di-interview. Apabila berbeda maka peneliti harus
dapat menjelaskan perbedaan tersebut, tujuannya adalah untuk
mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
4) Triangulasi Teori
Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan, dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema
atau penjelasan pembanding. Triangulasi dengan teori, menurut Linclon
dan Guba (1987, dalam Maleong, 1994) berdasar anggapan bahwa fakta
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih
teori. Patton (1987) berpendapat lain, yaitu hal itu dapat dilaksanakan
dan hal itu dinamakan penjelasan banding (rival explanation).
- Tahap Analisis Data
1. Konsep Dasar Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Pekerjaan analisis data dalam
hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkategorikan.
2. Menemukan Tema dan Merumuskan Hipotesis
Bagdan dan Taylor (1975:82 – 85) menganjurkan beberapa petunjuk untuk diikuti dalam
usaha untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis, yaitu:
a. Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda
Seluruh data, baik yang berasal dari pengamatan, wawancara, komentar peneliti sendiri,
gambar atau foto, dan dokumen lainnya hendaknya dibaca dan ditelaah secara
mendalam. Seluruh bagiannya merupakan potensi yang sama kuatnya dalam
menghasilkan sesuatu yang dicari.
b. Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu
Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mempelajari dan
menelaah kembali data-data yang diinginkan.
c. Susunlah menurut tipologi
Kerangka klasifikasi atau tipologi akan bermanfaat dalam menemukan tema dalam
pembentukan hipotesis. Baca dan pelajari kembali data. Buatlah catatan tentang
bagaimana subjek penelitian mengelompokkan orang-orang dan perilaku mereka, apa
dan bagaimana perbedaannya.
d. Bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar penelitian
Selama dan sesudah pengumpulan data, kepustakaan yang berkaitan dan relevan
dengan masalah studi hendaknya dipelajari. Maksudnya, untuk membandingkan apa
yang ditemukan dari data dengan apa yang dikatakan dalam kepustakaan professional.
3. Menganalisis Berdasarkan Hipotesis
Setelah memformulasikan hipotesis, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan
mencari dan menemukan apakah hipotesis itu didukung atau ditunjang oleh data dan
apakah hal itu benar.
- Proses Penelitian Kuantitatif

Penguji Instrumen

Populasi dan
Pengembangan
Sampel
Instrumen

Rumusan Landasan Perumusan Pengumpulan Kesimpulan


Masalah Teori Hipotesis Data dan Saran

Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai