Kuy Referat
Kuy Referat
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
D. Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan
agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat
mulai dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen,
harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae,
dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan
setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
Definisi
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa
hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria
meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4
Diagnosis :
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman
seperti seprei, kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat
diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1
minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi
hari dan mempercepat penyembuhan1, 3
Pencegahan
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut. Sedang pada orang
dewasa didapatkan penularan dari penyakit kelamin sendiri. Masa inkubasi 12-5 hari
disertai pendarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik.
Gejala :
Kerokan getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan Gram dan
diperiksa dibawah mikroskop. Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam
jumlah yang banyak.
Pengobatan
Tanpa penyulit :
Komplikasi
Tukak kornea marginal
Perforasi kornea
Keratitis
Sikatrik kornea
Penurunan visus sampai kebutaan
Gejala :
Pengobatan
Komplikasi
Blefaritis
A.4 Konjungtivitis mukopurulen
Gejala
Hiperemi konjungtiva
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama
saat bangun pagi.
Terdapat gambaran halo ( dibedakan dengan halo pada glaukoma)
Komplikasi
Bila samp hari ke 3 dan tidak diobati akan berjalan kronis. Dapat timbul ulkus kataral
marginal pada kornea atau keratitis superfisial.
Pengobatan
B. Konjungtivitis Virus:
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus
tipe 3 dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam
sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit,
virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer
antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih
praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya
dalam sekitar 10 hari1.Pengobatan hanya suportif diberikan kompres,astringen,
lubrikasi. Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata
dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis
superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi
radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan
lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat,
adalah khas molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi
sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang
membesar, mendesak inti ke satu sisi.3
Laboratorium
Komplikasi
Terapi
Pengobatan dengan kompres dingin. Acyclovir oral dosis tinggi (800
mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada awal perjalanan
1
penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat penyakit. Pada 2
minggu pertama dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa
sakit. Pada komplikasi dapat diberikan steroid, antiglaukoma dan
tetrasiklin.
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa
hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret
mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik
pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. 1,3
Etiologi
Chlamydia trachomatis serotipe A,B,Ba, atau C. 2Infeksi ini menyebar
melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma
atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat
kecantikan dan lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan biasanya
menyerang kedua mata.5
Klasifikasi trakoma
Untuk tujuan kontrol, WHO pada tahun 1987 telah mengembangkan
metode ringkas untuk menggambarkan penyakit Trakoma. Klasifikasi FISTO
tersebut adalah: 2
- TF: Five or more follicles on the upper tarsal conjunctiva(Lima
atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal atas dengan ukuran tiap-
tiap diameter folikel >0,5mm atau lebih). 2,11
- TI: Diffuse infiltration and papillary hypertrophy of the upper
tarsal conjunctiva obscuring at least 50% of the normal deep
vessels(Infiltrasi dan hipertrofi papiler yang difus pada konjungtiva
tarsal atas memenuhi setidaknya 50% pembuluh darah normal
dalam). 2,11
Diagnosa
Inklusi klamidia dapat diketemukan pada kerokan konjungtiva yang
diwarnai dengan pengecatan giemsa, tetapi tidak selalu ditemuka. Inklusi
muncul pada preparasi Giemsa sebagai massa sitoplasma berwarna ungu
gelap atau biru yang tampak seperti topi yang menutupi nukleus dari sel
epitel. Pengecatan antibodi fluoresensi dan tres immunoassay enzim tersedia
secara komersil dan sering dipakai secara luas pada laboratorium klinis. Tes-
tes tersebut dan tes baru lainnya termasuk PCR, telah menggantikan
pengecatan giemsa pada smear konjungtiva dan isolasi agen klamidia pada
kultur sel. 2
Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva merupakan komplikasi yang sering
timbul dan dapat menghancurkan glandula lakrimalis dan meng-obliterasi
duktula glandula lakrimalis. Keadaan tersebut dapat mengurangi secara
drastis komponen akueus pada tear film prekorneal, dan komponen mukus
film mungkin tereduksi oleh karena hilangnya sel goblet. Jaringan parut juga
dapat menyebabkan distorsi kelopak mata atas dengan deviasi dari bulu mata
ke arah dalam(trikiasis) atau keseluruhan pinggiran kelopak
mata(enteropion), jadi bulu mata secara kontan mengabrasi kornea. Hal ini
sering menyebabkan ulserasi kornea, infeksi bakteri korneal, dan jaringan
parut kornea. 2
Terapi
Perkembangan klinis yang mencenggangkan dapat diperoleh dengan
memberikan tetrasiklin, 1-1,5g per hari secara oral terbagi dalam empat dosis
untuk tiga sampai empat minggu; doksisiklin, 100mg secara oral dua kali
sehari selama tiga minggu; atau eritromisin, 1g per hari dalam empat dosis
terbagi untuk tiga sampai empat minggu. Sistemik tetrasiklin tidak boleh
diberikan pada anak berumur di bawah tujuh tahun atau pada wanita hamil,
karena tetrasiklin mengikat kalsium sehingga mempengaruhi pertumbuhan
gigi dan tulang serta dapat mengakibatkan kelainan kongenital berupa
perubahan warna gigi dan skeletal(contoh, klavikula) menjadi warna kuning
permanen. Studi terakhir pada negara berkembang telah menunjukkan
azitromisin merupakan terapi yang efektif untuk trakoma, diberikan oral 1g
pada anak-anak. Karena efek samping yang minimal dan kemudahan
pemberian, antibiotik makrolid ini telahmenjadi obat pilihan untuk kampanye
terapi masal. 2
Ointment topikal atau tetes mata, termasuk preparat sulfonamid,
tetrasiklin, eritromisin, dan rifampisin, digunakan empat kali sehari selama
enam minggu ternyata mempunyai efektivitas yang sama kuat. 2
Dari pertama kali terapi diberikan, efek maksimum biasanya tidak
dapat diapai untuk sepuluh samapai 12 minggu. Persistensi folikel pada tarsal
atas untuk beberapa minggu setelah pemberian terapi tidak seharusnya
menjadi pertanda kegagalan proses terapi. 2
Koreksi pembedahan pada bulu mata yang masuk ke dalam esensial
untuk mencegah pembentukan jaringan parut dari trakoma lanjut pada negara
berkembang.2
Perjalanan penyakit
Jika dibiarkan, kelainan ini berjalan melewati empat tipe(McCallan,
1908): 2,11
Stadium Nama Gejala
hipertrofi papilar
minimal
dibawah hipertrofi
trikiasis, entropion
Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada
bermacam derajat
variasi
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral yang
jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi,
musim panas dan musim gugur daripada musim dingin.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bersekret berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan
lainnya). Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla
halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering
memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk
polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. Kompliasi
Shiled Ulcer 1,2,3
Laboratorium
c. Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat
papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada
keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior.
Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang
terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada
perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi
berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan
vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis
atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan
pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya,
keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini
cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak
yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Antihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole
(10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan
sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang
lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala
pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi
tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin
diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman
penglihatannya. 1,3
Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat
Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas
lambat terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel,
Staphylococcus spp, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus
aegyptus, dan Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1