Anda di halaman 1dari 7

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA KONJUNGTIVITIS DI

LAMONGAN BERDASARKAN PENDEKATAN MODEL REGRESI


GENERALIZED POISSON

1
Zahrotul Azizah, 2Umi Tri Ruhana, 3Nur Chamidah
1,2,3
Program Studi Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya
Alamat E-mail : flow.zahra@gmail.com

ABSTRAK
Konjungtivitis adalah penyakit mata berbahaya yang disebabkan kandungan debu yang
tinggi pada udara di daerah tertentu dan mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral,
dan sika. Hal lain yang diindikasikan menyebabkan konjungtivitis adalah tingkat
kesadaran masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), jarak tempat
tinggal dengan pegunungan kapur, kepadatan penduduk, jumlah pabrik di daerah tempat
tinggal, tingkat pendidikan masyarakat, dan letak tempat tinggal dengan jalan raya.
Lamongan merupakan daerah yang mempunyai volume debu yang cukup tinggi,
terutama daerah sekitar pegunungan kapur dan pabrik sehingga banyak penduduknya
yang terjangkit penyakit konjungtivitis dan menghasilkan rasio satu banding dua
penderita dari total permasalahan konjungtiva dalam selang waktu tertentu. Jumlah
penderita konjungtivitis memiliki ciri percobaan poisson. Pada distribusi poisson,
diharuskan memenuhi asumsi equal dispersion (mean sama dengan variansi), padahal
pada realita jarang ditemui kasus yang memenuhi equal dispersion. Dalam kasus
tersebut, dapat diatasi dengan model regresi Generalized Poisson (GP) yang bisa
mengatasi over dispersion atau under dispersion. Berdasarkan analisis model regresi
GP pada penelitian ini, dihasilkan bahwa setiap kenaikan kepadatan penduduk sebesar
100 jiwa/Km2 menyebabkan bertambahnya penderita konjungtivitis sebesar 3,78 kali,
setiap kenaikan jumlah pabrik sebanyak sepuluh pabrik menyebabkan kenaikan
penderita konjungtivitis sebesar 1,135 kali, dan setiap kenaikan satu jumlah penduduk
yang berpendidikan terakhir SMP menyebabkan kenaikan jumlah penderita mata
konjungtivitis sebesar 2,724. Hasil uji goodness of fit untuk model regresi GP lebih baik
dibandingkan jika menggunakan regresi Poisson karena memiliki nilai AIC lebih kecil.
Kata Kunci : Konjugtivitis, Lamongan, Generalized Poisson, AIC

PENDAHULUAN konjungtivitas merupakan penyakit mata


yang paling sering dialami masyarakat
Konjungtivitis adalah radang Indonesia [3]. Kunjungan pada
konjungtiva yang disebabkan oleh departemen penyakit mata di rumah sakit
mikroorganisme seperti bakteri, alergi, Indonesia memperlihatkan bahwa dari
viral, dan sika [2]. Penelitian yang total 135.749 kunjungan, kasus
dilakukan di Belanda menunjukkan konjungtivitis dan gangguan lain pada
penyakit ini tidak hanya mengenai satu konjungtiva ditemukan sebanyak 73%
mata saja, tetapi bisa mengenai kedua kasus, dengan 47% kasus pada laki-laki
mata, dengan rasio 2,96 pada satu mata dan 53% kasus pada perempuan.
dan 14,99 pada kedua mata [1]. Penyakit Konjungtivitis termasuk dalam sepuluh
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

besar penyakit rawat jalan terbanyak sehingga untuk mengatasi hal tersebut
tahun 2009,09, tetapi belum ada data digunakan
an model regresi Generelized
statistik mengenai jenis konjungtivitis Poisson (GP) yang merupakan perluasan
yang paling banyak dan akurat. Fakta di dari regresi poisson untuk mengatasi
lapangan, konjungtivitis yang dinilai para gejala overdispersion dan
dokter spesialis mata sering terjadi adalah underdispersion [6].
konjungtivitis alergi yang disebabkan Model Regresi Generelized Poisson
oleh alergan, salah satunya
satun kandungan (GP) merupakan perluasan dari medel
debu yang tinggi pada udara di daerah regresi poisson. Jika parameter dispersi
tertentu [4]. sama dengan nol maka probability
Lamongan merupakan daerah yang density function (pdf)-nya
nya menjadi model
mempunyai volume debu yang cukup regresi Poisson yang meannya sama
tinggi, terutama daerah sekitar dengan variansi, E (ܻ݅|‫ݔ‬ ‫)݅ݔ|ܻ݅(ܸ = )݅ݔ‬.
pegunungan kapur dan pabrik [5]. Jika variansi lebih besar dari mean, pada
Lamongan memiliki 619 pabrik (Dinas situasi ini model regresi menunjukkan
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi data mengalami over dispersion. Pada
kabupaten Lamongan, 2013) dengan keadaan sebaliknya, data disebut
persentase 5,51% dari total tata guna mengalami under dispersion
dispersion. Bentuk
tanah di kabupaten Lamongan, umum dari model regresi Generelized
sedangkan daerah sekitar pegunungan Poisson adalah :
kapur mempunyai persentase 34,78% (1)
dari total luas kabupaten Lamongan
(Pemerintah Kabupaten Lamongan, dengan :
2013). Dari fakta tersebut, tidak X adalah matriks dari variabel prediktor
mengherankan jika Lamongan berbentuk matriks berukuran ݊‫ݔ‬1
β adalah parameter regresi berbentuk
merupakan daerah dengan jumlah
vektor berukuran (‫ ݌‬+ 1)) ‫ ݔ‬1.
penderita konjungtivitis yang cukup
tinggi sehingga menghasilkan rasio satu Model Generallized Poisson
banding dua penderita dari total Regression (GPR) adalah model regresi
permasalahan konjungtiva dalam selang yang sesuai digunakan pada data hitung
waktu tertentu [5]. yang mengalami overdispersi. Selain
Jumlah
umlah penderita konjungtivitis parameter μ, juga terdapat θ sebagai
parameter dispersi. Model GPR tidak
merupakan variabel diskrit yang terjadi
berbeda dari model regresi Poisson.
selama selang waktu tertentu pada daerah Pendugaan parameter pada model
tertentu, berdasarkan ilmu statistika, Generalized Poisson Regression
variabel tersebut dinyatakan berdistribusi menggunakan metode Maximum
poisson. Pada distribusi poisson terdapat Likelihood Estimation.. Fungsi Likelihood
asumsi bahwa rata-rata ta dan variansi dari merupakan fungsi dari parameter (θ,β).
data yang dianalisis adalah sama. Namun, Fungsi
ungsi Likelihood dari Generalized
Poisson Regression adalah [6]:
fakta di lapangan menyatakan bahwa
memperoleh rata-rata
rata dan varians yang ‫ܽ(ܮ‬, â) =
sama dari suatu percobaan merupakan ì೔ ௬೔ ଵା௔௬ ೤೔ష భ ିì೔(ଵା௔௬೔)
∏௡௜ୀଵ ቂ ቃ ೔
݁‫݌ݔ‬
݁‫݌ݔ‬ቀ ቁ
sesuatu hal yang sangat sulit dilakukan ଵା௔ì ೔ ௬೔! ଵା௔ì೔

59
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

Terdapat beberapa kemungkinan tidak dengan:


terpenuhi equidispersi pada suatu k adalah jumlah variabel respon
pemodelan, antara lain adalah keragaman n adalah jumlah pengamatan
hasil pengamatan (keragaman antar
Semakin kecil nilai AIC maka hasil
individu sebagai komponen yang tidak
dijelaskan oleh model), korelasi antar estimasi model akan semakin bagus [9].
respon individu,terjadi clustering
(pengelompokan) dalam populasi dan
METODE PENELITIAN
peubah teramati yang dihilangkan [7].
Konsekuensi dari tidak terpenuhi
equidispersi adalah model terbentuk akan Sumber Data dan Variabel Penelitian
menghasilkan penduga parameter yang
Data yang digunakan dalam penelitian
bias. Overdispersi dapat diindikasikan
dengan nilai Khi Kuadrat Pearson yang ini adalah data sekunder tentang factor-
dibagi dengan derajat bebas. Jika nilai faktor penyebab penyebaran penyakit
tersebut lebih dari 1, maka dikatakan konjungtivitis yang diambil dari dinas
terjadi overdispersi. kesehatan kabupaten Lamongan , dinas
sosial kependudukan , dan beberapa
௫మ (௬ ିì )
ܽ = ௗ௕ ; ‫ݔ‬ଶ = ∑௡௜ୀଵ ௩௔௥(௬
೔ ೔
(2) instansi terkait. Sedangkan variable
) ೔
penelitian yang digunakan adalah sebagai
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi berikut :
dalam analisis regresi adalah tidak Y : Jumlah penderita konjungtivitis
terjadinya multikolinieritas. per kecamatan
Multikolinieritas adalah terjadinya X1 : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
hubungan linier antara peubah prediktor (PHBS)
dalam suatu model regresi linier X2 : Jarak daerah dengan
berganda [8]. Untuk mendeteksi adanya pegunungan kapur (Km)
multikolinieritas dalam model regresi X3 : Kepadatan penduduk (jiwa/Km2)
linier berganda dapat digunakan nilai X4 : Jumlah pabrik di daerah
Variance Inflation Factor(VIF). Rumus penderita
VIF dapat ditulis sebagai berikut : X5 :Jumlah penduduk dengan

ܸ‫ܨܫ‬௝ = మ ; ݆= 1, … , ݉ (3) pendidikan terakhir SMP
ଵିோೕ
dengan m adalah banyaknya variabel
prediktor. Langkah-langkah Penelitian
Pada regresi generalized poisson,
diperlukan suatu uji hipotesis kesesuaian Dalam analisis data pada penelitian
ini, beberapa tahap penelitian yang akan
model. Uji Goodness of Fit merupakan
dilakukan adalah sebagai berikut :
suatu uji kesesuaian model yang 1. Perumusan hipotesis berdasarkan
digunakan untuk mengetahui tingkat asumsi peneliti
kesalahan dari suatu model. Salah satu uji 2. Melakukan perhitungan nilai variansi
Goodness of Fit yaitu menggunakan dan rata-rata variabel respon yang
kriteria AIC (Akaike’s Information digunakan guna melihat indikasi
Criterion) [7], dengan rumus sebagai terpenuhi atau tidaknya asumsi
berikut : equal dispersion pada distribusi
ଶ௞ ∑೙ ෝ೔
೔సభ ௨

‫= ܥܫܣ‬ + ln (4) poisson
௡ ௡

60
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

3. Mengestimasi parameter regresi digunakan model generalized poisson.


generalized poisson Secara deskriptif mean variabel respon
4. Menguji signifikansi parameter jumlah penderita penyakit mata
konjungtivitas di Lamongan adalah
terhadap model
sebesar 178,5 dan variansi sebesar 32121.
5. Meregresikan kembali variabel Setelah dideteksi awal adanya indikasi
respon terhadap variabel prediktor over dispersion, langkah selanjutnya
yang signifikan yang diperoleh pada yaitu melakukan estimasi model regresi
langkah 4 Generalized Poisson yang dapat
6. Mendapatkan model terbaik dengan mengatasi kasus under dipersion dan
melakukan perbandingan antara over dispersion. Hasil estimasi model
regresi Generalized Poisson
model regresi poisson dan regresi GP
‫ݕ‬
ෝ = exp(1.3601 − 0.09292 ‫ݔ‬1 +
berdasarkan kriteria nilai AIC pada 0.000651‫ݔ‬2 − 0.00663 ‫ݔ‬3 +
persamaan (5) yang terkecil. 0.5640 ‫ݔ‬4 +
1.3173 ‫ݔ‬5 ) (3)
dan estimasi parameter dispersi yaitu
HASIL PENELITIAN ܽ
ෝ = 0,07208 . Untuk memastikan bahwa
variabel mengalami over dispersion,
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dilakukan pengujian terhadap ܽ dengan
dalam analisis regresi yaitu tidak hipotesis sebagai berikut :
terjadinya multikolinieritas. Untuk H0 : ܽ = 0
melihat terjadinya multikolinieritas data H1 : ܽ > 0
dilihat nilai VIF dari masing-masing Dari hasil analisis yang telah
variable prediktor. Nilai VIF dari dilakukan, diperoleh p-value < 0,0001
masing-masing variabel prediktor dengan tingkat signifikansi α = 0,05.
terdapat pada Tabel 1 berikut. karena p-value< α, maka H0 ditolak dan
dapat disimpulkan bahwa variabel respon
Tabel 1. Nilai VIF pada masing-masing variabel mengalami over dispersion.
prediktor
Variabel Nilai VIF
Pada model regresi generalized
X1 5,72 poisson diperoleh nilai p-value pada
X2 4,76 masing-masing variabel yang terdapat
X3 6,12 pada Tabel 2 berikut ini :
X4 3,34 Tabel 2. Nilai P-Value pada Masing-masing
X5 7,59 Variabel Prediktor
Variabel Nilai p-value
Tabel 1. menunjukkan bahwa tidak ෠
â଴ 0,8413
terdapat variabel prediktor yang ෠
âଵ 0,3909

âଶ 0,0550
mengalami multikolinieritas data
sehingga asumsi tidak terjadi â෠ଷ 0,0310
â෠ସ 0,0453
multikolinieritas terpenuhi dan dapat ෠
âହ 0,0433
dilakukan analisis lanjutan. Dalam
Berdasarkan Tabel 2, variabel
variabel acak yang berdistribusi poisson,
prediktor yang signifikan terhadap model
terdapat asumsi bahwa mean sama
dengan variansi. Seperti yang telah yaitu â෠3 , â෠4 , dan â෠5 . Setelah mengetahui
variabel prediktor yang signifikan
dijelaskan pada pendahuluan, jarang
berpengaruh terhadap jumlah penderita
ditemui suatu kejadian yang memiliki
konjungtivitis, selanjutnya yaitu
mean yang sama dengan variansinya,
meregresikan variabel respon dengan
dalam mengatasi hal tersebut maka
variabel prediktor yang berpengaruh

61
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

secara signifikan tersebut. Berdasarkan terbaik ditentukan dengan kriteria nilai


output program, estimasi model AIC terkecil antara model regresi Poisson
Generalized Poissonnya sebagai berikut: dan regresi GP. Berikut adalah
‫ݕ‬
ෝ = exp (0.001330 ‫ݔ‬3 + 0.1276 ‫ݔ‬4 + perbandingan nilai AIC pada regresi
1.0021 ‫ݔ‬5 ) (4) Poisson dan regresi GP ditampilkan pada
Dari hasil estimasi model pada Tabel 3 berikut :
persamaan (4) dapat diinterpretasikan
bahwa setiap kenaikan kepadatan Tabel 3. Tabel perbandingan Goodness of fit
untuk model regresi Poisson dan regresi
penduduk 100 jiwa/Km2 menyebabkan generalized poisson dengan variabel
kenaikan penderita mata konjungtivitis prediktor yang signifikan
sebesar 3,78 kali, setiap kenaikan 10 Goodnes of fit Model regresi Model
jumlah pabrik disuatu kabupaten/kota Generalized regresi
menyebabkan kenaikan penderita mata Poisson Poisson
konjungtivitis sebesar 3,58 kali, dan -2log-likelihood 261,5 270,3
AIC 275,5 278,5
setiap kenaikan penduduk dengan
pendidikan terakhir SMP menyebabkan
Dari Tabel 3 diperoleh kesimpulan
kenaikan jumlah penderita mata
bahwa model regresi generalized poisson
konjungtivitis sebesar 2,724.
lebih baik jika dibandingkan dengan
Pertambahan kepadatan penduduk
model regresi poisson dengan melihat
menunjukkan bahwa diindikasikan
perbandingan nilai AIC pada model
semakin padat penduduk suatu daerah
generalized poisson lebih kecil
penularan penyakit konjungtivitis
dibandingkan nilai AIC pada model
semakin cepat sehingga akan
regresi Poisson.
meningkatkan jumlah penderita
konjungtivitis. Sedangkan dari segi
UCAPAN TERIMA KASIH
pendidikan menunjukkan bahwa
pendidikan rendah (lulusan SMP) sangat
Penelitian ini didanai oleh DIKTI
berpengaruh terhadap tingkat
melalui Program Kreativitas Mahasiswa
pengetahuan tentang penyakit mata
bidang Penelitian (PKMP) 2015 sesuai
konjungtivitis sehingga mengakibatkan
SK.
berpengaruh terhadap perilaku dalam
menjaga kesehatan mata. Dari segi
jumlah industri, diperoleh bahwa KESIMPULAN
peningkatan jumlah industri besar juga
berpengaruh signifikan terhadap
Berdasarkan hasil dan pembahasan
peningkatan jumlah kasus penderita
yang telah diuraikan diatas, maka
konjungtivitis karena dimungkinkan
kesimpulan yang diperoleh pada
bahwa asap pabrik mengakibatkan udara
penelitian ini yaitu :
sekitar pabrik tercemar sehingga
1. Dengan adanya pelanggaran
mengandung debu yang tinggi dan
mengakibatkan masyarakat sekitar pabrik asumsi equal dispersion, jika
terjangkit penyakit konjungtivitis. dipaksakan menggunakan analisis
Data jumlah penderita penyakit mata regresi Poisson dalam
konjungtivitis merupakan suatu data memodelkan data, maka hasil
dengan ciri-ciri percobaan Poisson, yang diperoleh kurang baik. Hal
namun jika asumsi equal dispersion tidak tersebut didasarkan pada
dipenuhi pada data maka Regresi Poisson
perbandingan nilai AIC yang
kurang baik digunakan dalam data jika
dibandingkan dengan regresi GP. Model diperoleh yaitu nilai AIC pada

62
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

regresi GP mempunyai nilai AIC meminimalkan terjangkitnya


lebih kecil. penyakit mata konjungtivitis pada
2. Variabel yang berpengaruh masyarakat sekitar pabrik.
signifikan terhadap jumlah 3. Penekanan pertumbuhan penduduk
penderita konjungtivitis di pada setiap kecamatan melalui
Lamongan adalah kepadatan program Kelarga Berencana (KB)
penduduk, jumlah penduduk sehingga kepadatan penduduk dapat
berpendidikan terakhir SMP, dan terkendali yang secara tidak
jumlah industri besar di langsung meminimalkan probabilitas
kabupaten Lamongan. penularan penyakit konjungtivitis
3. Setiap kenaikan kepadatan secara cepat pada masyarakat
penduduk 100 jiwa/Km2 melalui kontak langsung.
menyebabkan kenaikan penderita
mata konjungtivitis sebesar 3,78
DAFTAR PUSTAKA
kali, setiap kenaikan 10 jumlah
pabrik disuatu kabupaten/kota
[1] Shakira, Irana Gustia, Mutiara Budi
menyebabkan kenaikan penderita Azhar, and Suwandi Zainul., 2012,
mata konjungtivitis sebesar 3,58 Karakteristik Klinis Dan Demografis
kali, dan setiap kenaikan Penderita Konjungtivitis Yang
penduduk dengan pendidikan Berobat, Jurnal Kesehatan.
terakhir SMP menyebabkan [2] Minarni, Dessya Nanda Ariani, 2013,
kenaikan jumlah penderita mata Perancangan Perangkat Lunak
Diagnosa Penyakit Mata Khusus
konjungtivitis sebesar 2,724
Gangguan Konjungtiva Dengan
Metode Forward Chaining Berbasis
Web, Jurnal Teknologi Informasi &
SARAN
Pendidikan, ISSN : 2086 – 4981
Berdasarkan kesimpulan, maka saran Vol. 6
yang dapat diberikan kepada pemerintah [3] Samantha, Gloria, 2013, Inilah Lima
kabupaten Lamongan adalah : Penyakit Mata Tersering di
1. Pemberian edukasi kepada jenjang Indonesia, Available :
http://nationalgeographic.co.id/berita
sekolah mulai Sekolah Menengah
/2013/10/inilah-lima-penyakit-mata-
Pertama (SMP) dan masyarakat tersering-di-indonesia-ii
terkait edukasi penyakit [4] AM Adam, Rizqa Haerani Saenong,
konjungtivitis sehingga kewaspadaan 2007, Infeksi Gonore Pada Anak,
masyarakat terhadap penyakit Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.
tersebut dapat lebih ditingkatkan. 2, Vol. 20, Available :
2. Pengontrolan terhadap pabrik yang http://www.dexa-
ada di Lamongan sehingga medica.com/sites/default/files/public
memenuhi Standar Operasional yang ation_upload0706043065500011809
sesuai dengana K3 (Keselamatan dan 31354dexa%20media%20edisi%20a
Kesehatan Kerja) sehingga tidak pril%20-%20jun%202007.pdf
mengakibatkan pencemaran udara [5] Dinkes Lamongan. Waspada
pada lingkungan sekitar pabrik dan Berbagai Penyakit Musim

63
Statistika, Vol. 1, No. 3, Mei 2015

Pancaroba. Available :
http://lamongankab.go.id/instansi/din
kes/waspada-berbagai-penyakit-
musim-pancaroba/
[6] Ismail, N. dan Jemain, A. A., 2005,
Generalized PoissonRegression :An
Alternative for Risk Classification.
Jurnal Teknologi Universiti
Teknologi Malaysia, 43, pp. 39-54.
[7] Hinde, J. dan Demetrio, C.G.B.,
2007, Overdispersi: Models and
Estimation, Departement of Laver
Building, Exeter.
[8] Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri
Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,.
Jakarta: Erlangga. Hanafi, Mamdud
M. dan Abdul Halim.
[9] Widarjono, A., 2007,Ekonometrika
Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi
dan Bisnis, Edisi Kedua, Penerbit
Ekonisia Fakultas Ekonomi UII,
Yogyakarta.

64

Anda mungkin juga menyukai