Anda di halaman 1dari 32

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Uterus


Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi
dan sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan. Uterus
Bentuknya seperti buah advokat atau pear yang sedikit gepeng kearah muka
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
dari otot-otot polos. Ukuran uterus tergantung usia dan paritas. Pada anak-anak 2-3
cm, nullipara 6-8 cm dan multipara 8-9 cm. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm ,
lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks kedepan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri).

Uterus terdiri atas:


- Fundus uteri

Adalah bagian uterus prosimal dimana kedua tuba falopii masuk ke uterus. Tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri
- KorpusUteri

Bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
cavum uteri (rongga rahim).
- Serviks

Terdiri atas:
 Parsvaginalis servisis uteri yang dinamakan portio

 Parssupravaginalis servisisi uteri adalah bagian serviks yang berada diatas


vagina

Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis berbentuk


lonjong dengan panjang 2,5 cm, dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut uteri internum dan pintu vagina disebut ostium uteri
eksternum.
Uterus mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; terdiri atas
epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh-
pembuluh darah yang berkelok-kelok. Tebal dan fungsi endometrium
dipengaruhi oleh hormone ovarium secara siklis, selama menstruasi
endometrium mengalami perubahan tertentu, sedang pada kehamilan
endometrium berubah menjadi desidua. Endometrium melapisi seluruh
cavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Dalam masa haid,
endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam
masa proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa sekretorik. Setelah
mentruas iselesai, tebal endometrial menjadi 0,5mm. Mendekati akhir
endometrial (mendekati masa mentruasi dimulai) tebalnya kira-kira 5mm
(kurangdari¼inchi)

2. Myometrum lapisan halus berotot yang mempunyai 3 lapisan lapisan luar


berbentuk longitudinal, lapisan dalam berbentuk sirkular dan diantara kedua
lapisan itu terdapat lapisan otot oblique, berbentuk anyaman. Lapisan ini
paling penting dalam persalinan karena setelah plasenta lahir, otot lapisan ini
berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti. Myometrium lebih tebal di
daerah fundus, tipis saat mendekati istimus dan paling tipis daerah serviks.

3. Lapisan serosa, yaitu perimetrium merupakan lapisan dinding uterus sebelah


luar dan mudah dilepaskan pada plika vesikouterina dan pada daerah
perlekatan ligamentum latum.

Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan


baik oleh jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah sebagai berikut.
 Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, mencegah supaya uterus
tidak turun. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain venna
dan arteria uterina.
 Ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan yang menahan uterus supaya tidak
banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah
os sacrum kiri dan kanan.

 Ligamentumrotundum kiri dan kanan, menahan uterus dalam antefleksi dan


berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan kedaerah inguinal kiri dan
kanan.

 Ligamentumlatums kiri dan kanan meliputi tuba berjalan dari uterus kearah
lateral.

 Ligamentum infudibulo-pelvikum kiri dan kanan, yang menahan tubafalopi.


Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.

Istmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus dari uteri. Dinding belakang
uterus seluruhnya diliputi peritoneum viserale yang membentuk didaerah suatu rongga
yang disebut cavum douglasi. Uterus diperdarahi oleh arteri uterine sinistra dan dekstra
yang terdiri dari ramus ascedens dan ramus decendens, arterio varika sinitra dektra,
kontraksi otot Rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis frankenhauser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sacrouterinum. Tekanan pada ganglion ini dapat mempengaruhi his dan
terjadinya reflek mengejan.

Perubahan Anatomi dan Uterus Pada Saat Kehamilan

 Uterus (rahim)

Uterus akan membesar pada awal kehamilan di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron yang meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi
otot polos dan serabut-serabut kolagen jaringan uterus menjadi higroskopis. Uterus yang
semula sebesar telur ayam atau beratnya 30 gr menjadi seberat 1000 gr pada akhir
kehamilan. Pada minggu I isthmus uteri mengalami hipertropi, bertambah panjang serta
lunak (soft) sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh
yang disebut Tanda Hegar. Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan
perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis
membentuk segmen bawah rahim (SBR). Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke
semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta sehingga
uterus bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama disebut Tanda Piskacek.
Perimbangan hormonal yang mempengaruhi uterus yaitu estrogen dan progesteron sering
terjadi perubahan konsentrasi sehingga progesteron mengalami penurunan dan
menimbulkan kontraksi uterus yang disebut Tanda Braxton Hicks.

 Serviks Uteri

Peningkatan hormon estrogen danprogesteron menyebabkan serviks bertambah


vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut Tanda Hegar. Pada korpus uteri
mengandung lebih banyak jaringan otot sedangkan serviks lebih banyak mengandung
jaringan ikat kolagen, hanya 10% jaringan otot. Hal ini memungkinkan serviks terbuka
mengikuti tarikan-tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin sehingga
terjadi pembukaan lengkap pada kala I persalinan.

3.2 Definisi mioma uteri


Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,
batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Mioma uteri
terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk
gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal. 1,3,5
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan. 1,3,5

3.2 Epidemiologi mioma uteri


Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 –
45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara. 2,3,6

3.3 Etiologi mioma uteri


Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. 4,5
1. Teori Reseptor estrogen dan teori stimulasi estrogen
Mioma uteri tumbuh pada masa reproduksi, mioma uteri dijumpai setelah
menarche6. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada menopause dan
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas.
2. Teori Cell Nest dari Meyer dan De Snoo
Teori ini tentang asal mioma dari sel imatur bukan dari selaput otot yang
matur. Teori ini diperkuat oleh penelitian dari Lipschutz bahwa sel imatur di dalam
cell nest yang bila dipengaruhi oleh estrogen secara terus menerus yang akan
menyebabkan pertumbuhan mioma uteri.2

3. Teori Human Growth Hormone (HGH)


Dasarnya adalah level HGH yang meninggi pada pemberian estrogen dan
selama kehamilan, dimana pada saat itu mioma mulai tumbuh atau pembesaran
mioma itu sudah ada5
4. Teori mutasi7
Mutasi ini mencakup rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial
maupun secara keseluruhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.5
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang
berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot
rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya
hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis
(50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas
enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,,
yaitu : 4,5
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
antara 35-45 tahun.

2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai
saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya
mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarke, dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini
tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause
bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
estrogen tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri (Parker, 2007).

3.4 Patofisiologi mioma uteri

Etiologi

Teori Stimulasi Teori Cellnest

Stimulasi Estrogen sel-sel otot imatur

proliferasi di
uterus Pemberian
estrogen

Hiperplasia
endometrium tumor fibromatosa

Mioma Uteri
Mioma Uteri
Faktor Resiko: Etiologi:
Umur Estrogen, Progesteron dan Growth
Paritas Hormon
Obesitas (mempengaruhi kontrol proliferasi
Riwayat Keluarga sel dan ekspresi yang berlebihan
Kehamilan dari growth factor lain/reseptornya

TGF- bFGF (Basic PDGF (Platelet VEGF (vascular IGF (Insulin


(Transforming Fibroblast Derived Growth Endothelial Growth Factor)
Growth Factor) Growth Factor) Factor) Growth Factor)

Berperan dalam Mempengaruhi Peningkatan Proliferasi,


menghambat/sti Proliferasi sel vaskularisasi Permeabilitas Diferensiasi,
mulator otot polos, sel otot polos dan vaskular Survival dari sel
reeplikasi sel dan myometrial mempengaruh endotel
regulasi jaringan sintesis DNA
matriks
ekstraselular

Proliferasi Sel Menginduksi


Proliferasi Sel
Fibrosis

Jaringan
Myometrium Myometrium
React

Infertilitas
Perubahan Patologis pada dan Abortus
bagian sub endometrial-
myometrium
Perdarahan
Uterus
Abnormal “Junctional Zone” Transportasi
Hyperplasia Sperma
Timbul
benjolan dan Gangguan
Mempengaruhi
nyeri perut Vaskularisasi Terbentuk Implantasi
Lingkungan
Jaringan Fibroid Endometrium Embrio
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan
satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus
atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
t(12;14)(q15;q24). 5
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin
like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada
miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti
masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.5

3.5 Klasifikasi Mioma Uteri


Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
• Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.1,3,5

2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
:1,3,5
• Mioma Uteri Submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di
jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat
diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

• Mioma Uteri Subserosa


Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan
ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai jenis parasitik.

• Mioma Uteri Intramural


Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil
tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-
benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim
dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada
potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging
ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga
tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka
konsistensi menjadi lunak. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.

 Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks
dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri
dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. 1,3

3.6 Gejala Klinis Mioma Uteri


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada
tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :2,4
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara
lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Begitu mioma membesar,
akan memberi rasa seperti rasa berat pada pelvik atau gejala tekanan pada struktur-struktur
disekitarnya.
 Sering kencing, adalah gejala yang sering muncul bila mioma yang tumbuh
menyebabkan penekanan pada kandung kencing.
 Retensi urin, jarang terjadi, biasanya terjadi bila pertumbuhan mioma
menybabkan uterus retroversi terfiksasi yang mendorong serviks ke anterior
dibawah simfisis pubis di area sudut uretrovesikuler posterior.
 Efek tekanan mioma asimtomatis biasanya disebabkan oleh ekstensi laterla atau
mioma intralegamen, yang menyebabkan obstruksi ureter unilateral dan
hidronefrosis.
 Konstipasi dan susah defekasi dapat disebabkan oleh mioma posterior yang besar.
Kompres vaskulatur pelvis oleh uterus yang membesar dengan hebat dapat menyebabkan
varicositis atau edema ekstremitas bawah
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi bila mioma mempengaruhi transportasi tuba normal atau
implantasi ovum yang terfertilisasi.
 Mioma intramural besar yang berlokasi di kornu dapat menutup pars
interstisialis tuba.
 Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosum dapat
mengganggu implantasi; endometrium diatas mioma dapat tidak mengalami fase-
fase seperti endometrium normal, sehingga merupakan permukaan yang tidak
baik untuk implantasi.
 Terdapat peningkatan insiden abortus dan kelahiran prematur pada pasien
dengan mioma submukosum atau intramural hal ini disebabkan oleh karena
distorsi rongga uterus.
Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
indikasi untuk dilakukan miomektomi.

3.7 Diagnosis Mioma Uteri


ANAMNESIS
Tumor ini biasanya tanpa gejala, kadang-kadang penderita merasakan adanya benda
dalam perut bagian bawah. Kadang bisa tumbuh nyeri, perdarahan patologis pervaginam.
Nyeri tidak khas pada mioma, timbulnya nyeri dan sakit pada mioma uteri mungkin
disebabkan gangguan peredaran darah disertai nekrosis setempat atau disebabkan proses
radang dengan perlekatan ke omentum usus.
Pada myoma geburt yang kecil penderita mengeluh adanya massa di vagina.
Sedangkan pada myoma geburt yang berukuran besar akan menekan kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala-gejala gangguan berkemih. Tekanan yang berlarut-larut dapat
menyebabkan hidroureternephrosis serta menyebabkan konstipasi dan nyeri waktu defekasi
dan gangguan pencernaan lainnya. Dapat juga terjadi edema tungkai karena penekanan pada
vena cava inferior.8,9

PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi abdomen1
Terdapat benjolan dibagian bawah.
b. Palpasi abdomen15
Teraba suatu massa yang besar atau kecil di pelvis dan tumbuh ke atas dalam rongga
abdomen. Biasanya padat, kenyal, berbenjol-benjol, mobil.
c. Perkusi abdomen
Pada mioma, ketokan perut pekak terdapat di bagian paling menonjol ke depan apabila
penderita tidur terlentang dan apabila tumornya tidak terlampau besar maka terdengar
suara timpani di sisi perut kanan dan kiri karena usus-usus terdorong ke samping.
Daerah pekak ini tidak akan berpindah apabila penderita dibaringkan di sisi kanan atau
kiri.1
d. Auskultasi abdomen
Auskultasi sangat penting pada tumor perut yang besar untuk menyingkirkan
kehamilan. Pada mioma terdengar bising uterus sedangkan pada kehamilan yang cukup
tua terdengar bising uterus sekaligus detak jantung dan gerakan janin.1

PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
Pada myoma geburt didapatkan pada pemeriksaan :
a. Inspeksi : tampak adanya massa tumor apabila tumor tersebut terlahir hingga keluar
dari vagina
b. Inspekulo : tampak massa tumor di jalan lahir, apabila massa tumor kecil maka
sekaligus dapat terlihat tangkai yang keluar dari OUE
c. Pemeriksaan Bimanual
Dengan pemeriksaan ini dapat diungkapkan tumor padat uterus yang umumnya
terletak digaris tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-
benjol.1,3,5 Bila korpus uteri digerakkan maka akan terasa portio bergerak. Pada
myoma geburt teraba massa padat kenyal yang bertangkai asalnya dari dalam kavum
uteri.
d. Pemeriksaan dengan sondase
Dilakukan apabila diagnosis kehamilan telah disingkirkan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengukur besarnya perbedaan kavum uteri.1,3,5

PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Laboratorium5
Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan Hb, jumlah leukosit, trombosit, LED.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat seberapa parah komplikasi anemia pada
mioma uteri. Pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati dan sebagainya hanya
dilakukan bila ada indikasi.10
2. Pap’s Smear13
Untuk mendeteksi dini ada tidaknya tanda-tanda keganasan pada mulut rahim dan
korpus uteri serta untuk mengetahui fungsi hormonal estrogen dan progesteron.
3. HCG (Human Chorionic Gonadotrophine)11
Pemeriksaan ini untuk mengesampingkan tanda-tanda diagnosis banding kehamilan.
4. Pemeriksaan sinar X
Dapat menunjukkan kalsifikasi leiomioma yang khas pada wanita pasca menopause15.
5. USG
USG sangat membantu diagnosis. Dengan USG dapat terlihat gambaran perbesaran
uterus dengan batas kapsul mioma jelas dan terdapat gambaran penampang seperti
spindel.11

Gambar 4.
Gambaran ultrasonografi uterus dan adneksa pada pasien yang dicurigai mioma

6. Dilatasi dan kuretase


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fase perkembangan endometrium dan
menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan dan hyperplasia endometrium, bila
terjadi gejala perdarahan15. Selain itu juga dapat digunakan untuk terapi yaitu
mengurangi perdarahan yang berat dalam beberapa kasus.
7. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)5
Tindakan akurat untuk menentukan jumlah, besar dan lokasi dari tumor, tapi
pemeriksaan ini tidak terlalu dibutuhkan. Pemeriksaan ini juga memberikan gambaran
yang sangat baik dari uterus.
8. Patologi Anatomi

Gambaran histopatologi mioma uteri adalah sebagai berikut :


Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai,
pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran - ;ingkatan
konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaannya terjadi
secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berlainan. Perubahan
sekunder pada mioma uteri antara lain
 Atrofi.
Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi lebih
kecil
 Degenerasi hyalin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktrur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau sebagian kecil daripadanya seolah – olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas di mana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar –
agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau suatu kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita yang berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur
pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
bayangan pada foto rontgen.
 Degenerasi merah (Carneous Degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
terjadinya diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumopr pada
uterus yang membesar dan nyeri saat diraba.
 Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi hyalin
(Prawirohardjo, 2007).
Menurut Novak, et all (2011), pemeriksaan penunjang yang diperlukan
untuk mioma uteri adalah kombinasi dari Trans Vaginal Ultra
Sonography, SIS, histeroskopi, dan MRI.

3.8 Diagnosis Banding


- Kehamilan
Pada fibroid dengan degenerasi kistik, uterus membesar dan lunak sehingga memiliki
penampakan klinis yang sama dengan kehamilan. Berdasarkan penampakan payudara,
serviks yang lunak, tes kehamilan, dan USG menyingkirkan keraguan.
- Hematometra
Disebabkan oleh stenosis servikal dengan gejala uterus membesar, amenore sekunder.
USG dan tes kehamilan dapat menyingkirkan hematometra.
- Adenomiosis
Gejala klinis hampir sama dengan mioma uteri. Uterus dengan ukuran 12 minggu atau
pembesaran ireguler uterus mengarah pada diagnosis fibroma. Adenomiosis
cenderung lebih lunak. USG dapat menegakkan diagnosis.
- Uterus bikornus
Untuk menegakkan diagnosa dipakai histerogram, histeroskopi, dfan USG.
- Endometriosis
Gejala klinis hampir sama, tapi uterus dalam ukuran normal dan melekat dengan
massa pelvis.
- Kehamilan ektopik
Ektopik yang kronik dengan pelvic hematocele dapat memberikan kesan fibroid,
dengan anamnesa yang baik dan USG dapat menyingkirkan keraguan
- Penyakit Radang Panggul Kronik
Riwayat dan gejala klinis mungkin sama, tapi massa radang lebih lunak dan uterus
terfiksir dengan ukuran normal.
- Tumor jinak ovarium
Subserus atau pedunculated mioma mirip dengan tumor ovarium. USG dapat
menunjukkan asal tumor tapi asal tumor yang sebenarnya diketahui dari laparotomi.
- Tumor ganas ovarium
Fibroid dapat didiagnosa sebagai tumor ganas ovarium. Laparotomi perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosa.
- Karsinoma Endometrium
Dapat timbul bersamaan dengan mioma pada perempuan lanjut usia. Perlu dilakukan
kuretase untuk menyingkirkan keganasan.
- Miomatous polip
Penonjolan ke dalam ostium uteri dapat menyerupai produk konsepsi dan kanker
serviks. Riwayat penyakit dan biopsi dapat menegakkan diagnosa.

3.9 Penatalaksanaan Mioma Uteri


Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. 2,7,8
Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif :7,8
1. Konservatif
a. Konservatif dengan pemeriksaan periodik

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa


terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan.Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya
setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvik dan atau USG pelvik seharusnya diulang. 1,2,3

Pada wanita menopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan. Bahkan


(2)
pertumbuhan mioma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut . Estrogen harus
digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan mioma
atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran mioma harus diperiksa dengan pemeriksaan pelvik
dan USG pelvik setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran mioma pada masa post menopause,
harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi
total.1,2,3

b. Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadotropin Releasing Hormon


Agonist)
Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan
dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRH dapat selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil. Karena itu GnRH berguna
mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid submukosa yang malah dapat memperberat
perdarahan).

Untuk merangsang siklus menstruasi baru, hipotalamus menghasilkan GnRH yang


kemudian dibawa ke kelenjar pituitary, lalu merangsang ovarium untuk menghasilkan
estrogen dan progesteron5.

Obat yang disebut Gn-RH agonists (Lupron, Synarel) beraksi seperti GnRH. Tetapi
ketika dipakai sebagai terapi, agonis GnRH memberikan efek yang berlawanan terhadap
hormon alami yang ada. Estrogen dan progesteron rendah, menstruasi berhenti, mioma
mengecil dan anemia membaik.5

GnRH dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam
dibawah kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga
myom dapat mengecil. Namun, keamanan jangka panjang dan keefektifannya belum
ditentukan, tingkat hipoestrogenik dalam waktu lama meningkatkan resiko
osteoporosis.Menurut literatur terakhir, pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan
myomektomi lebih sulit.Pemakaian GnRHa hanya boleh digunakan sementara karena GnRH
menyebabkan menopause yang palsu. Bila pemakaian GnRH dihentikan maka mioma yang
lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi.6

Androgens.Ovarium dan kelenjar adrenal menghasilkan androgen.Danazol, sintetik


testosterone mengecilkan tumor fibroid, mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi
dan memperbaiki anemia. Namun menimbulkan efek samping yang tidak enak seperti berat
badan bertambah, dysphoria, jerawat, sakit kapala, pertumbuhan rambut yang tidak
diinginkan dan suara yang lebih berat, menyebabkan banyak wanita menghindarinya.5

Pengobatan lain. Kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol perdarahan
menstruasi tetapi tidak mengurangi ukuran fibroid. AINS, pengobatan non hormonal, efektif
terhadap perdarahan vaginal berat yang tidak berkaitan dengan mioma, mereka tidak
mengurangi perdarahan yang disebabkan oleh mioma.5
2. Operatif
Penanganan operatif, bila:8
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :


a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Apabila miomektomi ini
dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi
kehamilan adalah 30-50%. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi
pilihan terbaik. Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) adalah sebagai berikut :
 Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
 Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
 Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per-abdominal atau per-vaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.
Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
 Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
 Perdarahan uterus berlebihan :
 Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih
dari 8 hari.
 Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
 Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
 Nyeri hebat dan akut.
 Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
 Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
c. Penanganan Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Mioma

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.8


d. Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Mioma Uteri

Merupakan teknik terbaru yang sudah diterapkan di negara-negara maju, yaitu


dengan cara menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor
menyusut. Cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel kecil melalui
kateter kedalam arteri uterina yang juga memperdarahi mioma. Darah akan membawa
partikel tersebut sampai menyumbat cabang arteri dan menghambat peredaran darah
ke mioma secara permanen. Akibat adanya emboli dari partikel tersebut, mioma akan
menyusut dan kemudian mengecil. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan antara
lain, tidak ada insisi, waktu penyembuhan lebih singkat dan resiko perdarahan lebih
kecil. Syarat melakukan Embolisasi arteri uterina adalah penderita yang mengalami
perdarahan hebat, mioma uteri yang menekan rektum dan kandung kemih, pasien
yang menolak histerektomi dan tidak ingin punya anak lagi.

Komplikasi terumum dari embolisasi arteri uterine adalah sindrom post


embolisasi. 1 % wanita menjalani histerektomi setelah embolisasi, biasanya karena
infeksi. Embolisasi arteri uterina membutuhkan tindak lanjut jangka panjang dan
wanita harus diberi peringatan akan adanya komplikasi kemudian. Tingkat
kekambuhan embolisasi arteri uterina 10 % setelah 2 tahun.6
Gambar 3.Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Mioma Uteri7

Embolisasi arteri uterina mempunyai resiko untuk infeksi parah dari


leiomioma yang mengalami infark setelah prosedur ini.

Komplikasi
1. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari


seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat.Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.7
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom
abdomen akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

3. Nekrosis dan infeksi


Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.

Gambar 4. Ringkasan komplikasi Mioma Uteri7


Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder
tersebut antara lain: 2
• Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
• Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot
dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista
ovarium atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
• Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang sering ditemui mioma dalam kehamilan adalah nyeri yang
merupakan suatu syndroma yang disertai dengan mual, muntah dan demam yang muncul
pada trimester kedua kehamilan atau awal trimester ketiga kehamilan. Sindroma ini pertanda
dari perubahan degenerativ dari mioma dan merupakan hasil dari insufisiensi vaskuler
karena tidak adekuatnya suplay darah. Mioma yang ukurannya kecil dari 5 cm jarang
mengalami degenerasi dalam kehamilan sedangkan yang berukuran lebih dari 8 cm sering
berhubungan dengan isiden yang tinggi menimbulkan komplikasi dalam kehamilan.
Bahaya yang mungkin terjadi pada tindakan miomektomi pada kehamilan adalah
sulitnya mengatasi perdarahan, terutama bila enukleasi dilakukan pada daerah pembuluh
darah besar dari uterus atau pada daerah bekas implantasi plasenta.
Komplikasi yang sering terjadi tergantung pada
1. Lokasi antara mioma dan plasenta (relatif)
2. Lokasi pada segmen bawah rahim
3. Volume (> 200 cc)
4. Struktur yang echogenic.
Dengan meningkatnya usia kehamilan dan frekuensi penggunaan USG oleh ahli
obstetri akan ditemukan lebih banyak lagi komplikasi kehamilan oleh mioma uteri.
Komplikasi yang umum dari nyeri akibat mioma adalah suatu syndroma yang
biasanya terdiri dari mual, muntah dan demam yang biasanya ditemui pada trimester kedua
dan trimester tiga awal dari kehamilan. Syndroma ini ditandai perubahan degeneratif dari
mioma, dan akibat dari insufisiensi vaskuler yang disebabkan oleh tidak adekuatnya suplay
darah.
Mioma yang besar dapat menekan organ lain yang berdekatan dengannya seperti
kandung kemih dan usus yang menyebabkan penekanan dan rasa nyeri. Biasanya mioma
akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran

Mioma uteri dan kehamilan


Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah :1
- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada mioma
submukosum.
- Dapat menyebabkan kelainan letak janin
- Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta
- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
- Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.

Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :1


- Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
meningkat
- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan perdarahan.
- Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan
tanda sindrom akut abdomen.

Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada


kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan
lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan
miomektomi lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas.7,8
Dari literatur medis dilaporkan peningkatan insiden miomectomy yang dilakukan
sewaktu sectio cesarea pada dekade terakhir. Sampai sekarang miomectomy yang dilakukan
dalam kehamilan masih kontoversi, namun masih ada juga yang berhasil melakukan.
Pertimbangan untuk melakukan pengangkatan mioma dalam kehamilan didasarkan
pada ukuran mioma dan gejala yang dikeluhkan pasien. Lokasi mioma uteri sub serosa
memberikan kemudahan dalam melakukan enukleasi dan menutup dasar dari mioma.
Hiperkoagulasi pada kehamilan juga ikut memudahkan dalam proses hemostasis sehingganya
prosedur miomectomi pada kehamilan ini jadi lebih aman.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya (Lolis et all 1994) membuat kriteria untuk
memutuskan miomektomi pada kehamilan adalah :
1. Pertumbuhan mioma yang cepat yang menyebabkan kurang nyaman
2. Nyeri perut yang hebat yang tidak respon dengan pengobatan konservatif
3. Jarak mioma uteri dengan cofum endometrium lebih dari 5mm.
4. Telah dilakukan konseling dengan pasien tentang resiko interfensi bedah ini
5. Tindakan miomektomi dilakukan antara minggu 15-19 kehamilan.
Persalinan yang terhambat oleh adanya mioma uteri harus dilakukan seksio sesarea.
Tetapi miomektomi tidak dilakukan kecuali mioma tersebut berada pada daerah yang akan
dilakukan insisi, karena dapat terjadi perdarahan yang hebat. Apabila tetap akan dilakukan
miomektomi maka sebaiknya dilakukan sekaligus histerektomi
Lace menyatakan bahwa jika tumor yang ditemukan pada saat operasi ukurannya
besar, maka operasi pengangkatannya sebaiknya dilakukan setelah 5-6 bulan pasca seksio
sesarea. Howkins menyatakan bahwa pada hampir semua kasus adalah bijaksana untuk
menunda miomektomi sampai uterus mengalami involusi, sebaiknya setelah 6 bulan setelah
seksio sesarea.
Karena terjadi peningkatan vaskularisasi uterus selama kehamilan, resiko untuk
terjadi peradarahan dan angka kesakitan post operatif selama miomectomi. Beberapa laporan
memperlihatkan miomectomi sewaktu SC bisa aman. Yang masih kontroversi sampai
sekarang adalah miomectomi yang dilakuan dalam kehamilan, beberapa kasus dilaporkan
aman melakukan miomectomi dalam kehamilan yang dikerjakan secara hati-hati dan pada
pasien yang terseleksi.
Lolis et all, 2003 melaporkan hasil suatu studi penelitian terhadap luaran kehamilan
yang dilakukan miomectomi dalam kehamilannya yang dilakukan secara hati-hati pada
beberapa pasien terseleksi. Dari 13 pasien yang dilakukan miomectomi dalam kehamilannya
dengan berdasarkan pada karateristic mioma dan gejala yang ditimbulkan, 12 (92,3%) dari
kasus itu miomectomi berhasil dilakukan dan aman serta tanpa komplikasi terhadap
kehamilannya sampai aterm. Satu kasus mengalami kontraksi uterus sehari setelah operasi
dan tidak respon dengan pengobatan medical sehingga terjadi abortus. Dari yang 11 kasus itu
persaliannya diakhiri dengan SC elektif dengan melahirkan bayi yang baik ( BB, 2500-3850
gr A/S yang baik). Serta satu kasus dilakukan SC emergensi karena terjadi perdarahan
karena plasenta previa. Tidak ada dilakukan transfusi darah dilakukan post operatif.
Loefler an Noble (1970) (dikutip dari Wietfeld) melaporkan 1/3 dari 180 wanita yang
dilakukan miomektomi mengalami abortus pada kehamilannya, hanya 41 pasien yang
melahirkan anak hidup dimana 25% diantarannya melalui seksio.
(Katz et all, 1989 ) melaporkan berhasil melakukan miomectomi pada kehamilan 14
minggu pada suatu mioma uteri pedunculated yang besar karena menimbulkan nyeri yang
hebat dan mengganggu pernafasan. Parks and Barter juga mencatat miomectomi kadang-
kadang penting dilakukan jika ditemui tumor yang ukurannya besar dan menimbulkan nyeri
yang ekstrim.

Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang
ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharuskan sektio sesar pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Adriaansz G. Mioma Uteri. Dalam: Ilmu kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.h.274-9
2. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Benign disorder of the uterine
corpus. In: Current diagnosis and treatments in obstetrics and gynecology. The McGraw-
Hill Companies; 2006.
3. Uterine masses. In: Berek and Novak’s gynecology. 14th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2007.p.469-71.
4. Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Benign general
gynecology. In: Williams’ gynecology. The McGraw-Hill Companies; 2008.
5. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In: Shaw RW. eds. Advences in
reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey: The Phartenon
Publishing Group; 1992.p.1 – 8.
6. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomiomata. In: Chesmy M, Heather, Whary
eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia: Lippincott Williams and Willkins;
2001.p.316–8.
7. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :
Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2003.h.151-6.
8. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids. In : Marie Chesmy,
Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins; 2001.p.314 – 315.

Anda mungkin juga menyukai