Abstrak
Konsep ekologi industri merujuk kepada pertukaran/saling bertukar antara sektor industri dimana
pembuangan dari satu industri menjadi sumber bahan baku dari industri lainnya. Penerapan ekologi
industri ke dalam agro industri diharapkan memiliki nilai tambah terhadap produk, karena dari satu
sumber bahan baku dapat dihasilkan beragam produk olahan. Penelitian ini mengkaji penerapan
konsep ekologi industri kedalam agro industri untuk skala pedesaan dengan studi kasus pada CV.
Bangkit Mandiri yang bergerak dibidang agro industri. Beberapa jenis usaha yang dimiliki adalah
industri tahu, industri peternakan sapi, industri pupuk organik dan biodegestrer sebagai wadah untuk
mengolah limbah dari peternakan sapi. Penelitian ini memiliki konstrain yaitu: aset lahan yang
dimiliki perusahaan seluas 3 ha dan volume digester 150 m3 dengan kapasitas maksimum pengisian
sebesar 80%. Faktor pemicu pada penelitian ini adalah peternakan sapi yang memiliki 500 ekor sapi
dengan bobot rata-rata 390,762 kg. Hasil penelitian ini berupa penerapan konsep ekologi industri
kedalam agro industri dengan membentuk siklus tertutup (close loop) untuk meminimalisir limbah dan
seluruh kegiatan industri. Direkomendasikan dapat diterapkan pada skala rumahan pedesaan dengan
4-6 ekor sapi.
Kata kunci : ekologi industry; minimalisir limbah; siklus tertutup; nilai tambah
Abstract
The concept of industrial ecology refers to the exchange/exchange between industry sectors in which
the exhaust from one industry to source raw materials from other industries. Application of industrial
ecology in the agro-industry is expected to have added value to the product, because from a single
source of raw materials can be produced diverse poduk processed. This study discusses the
application of the concept of industrial ecology into rural agro-industry to scale case study on the CV.
Bangkit Mandiri engaged in agro-industries that have some type of which is the industry out of
business, industry, cattle breeding, the organic fertilizer industry and biodegestrer as a container for
treating waste from cattle farms. This study has a constraint that is: land assets owned by the
company area of 3 ha and volume of 150 m3 digester that has a maximum capacity of the filling by
80%. Triggering factor in this study is that dairy farms have 500 cows with an average weight of
390.762 kg. The purpose of this study is to apply the concept of industrial ecology into agro-industries
to minimize waste and forming a closed cycle (closed loop) of any industrial activity, which is
expected to be applied in rural areas who only have 4-6 cows.
Keywords: industrial ecology; agro-industry; closed-cycle; value-added
Pendahuluan
Perkembangan industri yang semakin pesat Untuk mendukung terlaksananya strategi
kurang diimbangi dengan pemahaman akan dampak tersebut diperlukan suatu per-ubahan yang mendasar
dari limbah yang dihasilkan. Dampak buruk terhadap dalam hal komit-men serta perilaku pimpinan,
lingkungan dapat dikurangi dengan pelak-sanaan karyawan, penyediaan sarana dan prasarana penun-
industri yang ramah lingkungan. Industri ramah jang dan peningkatan kompetensi SDM. Tujuan dari
lingkungan adalah strategi untuk mencegah, industri ramah lingkungan itu sendiri adalah
mengurangi, dan meng-hilangkan terbentuknya menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih,
limbah atau bahan pencemar pada sumbernya. meminimalkan potensi kontaminasi bahan-bahan
yang beracun atau berbahaya terhadap ling-kungan,
dan meminimalkan terbentuknya limbah baik dalam
*) jumlah dan kandungan racunnya. Untuk mencapai
Penulis Korespondensi.
E-mail: joshieputriasih@hotmail.com kondisi yang ramah lingkungan dapat dilakukan
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 117
pengendalian pencemaran dengan cara mengolah halaman belakang peternakan. Mengacu pada
limbah tersebut untuk menurunkan tingkat bahayanya penerapan indutri ramah lingkungan peneliti
atau menurunkan tingkat pencemarannya serta mengusulkan usulan penanganan limbah kotoran
menjadikannya bahan yang memiliki nilai tambah ternak dengan membuat pupuk kandang. Hasil dari
dengan menerapkan model nir limbah (zero waste), pupuk kandang dapat jual ke market dan dapat juga
produksi bersih (cleaner production), produktivitas dimanfaatkan untuk pembukaan lahan rumput gajah.
hijau (green productivity) atau perusahaan hijau Perusahaan memiliki lahan yang belum
(green company). Manfaat yang dapat diperoleh dimanfaatkan, dengan adanya pemanfatan lahan
dengan menerapkan industri ramah lingkungan, salah tersebut perusahaan tidak perlu membeli rumput
satunya dapat mendorong pengembangan tekno-logi gajah dari pihak luar seperti yang selama ini
pengurangan limbah pada sumber-nya, teknologi dilakukan. Usulan pembukaan lahan untuk hijauan
bersih dan produk ramah lingkungan (Dede rumput gajah dapat menghemat ongkos perusahaan
Sulaeman, 2007). dalam pembelian pakan ternak untuk mencukupi
Produk ramah lingkungan yang beredar sudah kebutuhan pakan hijauan.
mulai dikenal masyarakat diantaranya adalah biogas. Pemanfaatan lahan yang belum digunakan
Biogas meru-pakan gas yang dihasilkan dan dapat untuk menjadi lahan rumput gajah juga dapat
diproduksi dari bahan organik seperti biomassa, menjadikan medel yang dimiliki perusahaan menjadi
limbah pertanian, dan juga kotoran hewan melalui close loop dan pemanfaatan pupuk kandang juga
proses anaerobik. Gas yang dihasilkan dari proses dapat membuat perusahaan menerapkan konsep nir
fer-mentasi tersebut mengandung nilai kalor yang limbah (zero waste). Kegiatan indutri yang saling
tinggi sehingga dapat digunakan untuk memasak dan berkaitan dan tersimbiosis membuat perusahaan
penerangan bagi rumah tangga pedesaan. Sisa memiliki nilai tambah dan menjadikan kawasan
fermentasi ini juga dapat digunakan sebagai pupuk industrinya ramah lingkungan serta dapat mengelola
yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Disamping itu secara baik limbah yang dihasilkan dari kegiatan
juga pengelolaannya dapat meningkatkan kebersihan industrinya.
lingkungan, ka-rena limbah pertanian dan kotoran
hewan selama ini dibuang pada tempat terbuka Metode Penelitian
(Wibowo, et al., 1985). Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi
Menurut Harahap, et al. (1978), komposisi literatur dan studi pendahuluan untuk mengetahui
penyusun biogas adalah Metana (CH4) 65,7%, proses kegiatan di CV. Bangkit Mandiri di Karang
Karbon Dioksida (CO2) 27%, Nitrogen (N2) 2,3%, Jati. Proses kegiatan yang terjadi merupakan kegiatan
Oksigen (O2) 0.1%, Propen (C3H8) 0,7%, yang saling berkelanjutan dan tersimbiosis. Simbiosis
Karbonmonoksida 0%. Nilai kalori dari 1 meter industri merupakan sebuah bentuk kerjasama yang
kubik biogas sekitar 60 watt jam yang setara dengan memiliki tingkat saling ketergantungan antar kegiatan
setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu, biogas industri yang melakukan pertukaran material, energi
sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar dan berbagai hal lain yang saling menguntungkan
alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak bersama. Frosch dan Gallopoulos (1989) memberikan
tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan gambaran “ekosistem industri” dimana konsumsi
lain yang berasal dari fosil. energi dan material di optimalkan dan hasil dari suatu
CV. Bangkit Mandiri bergerak dibidang agro proses dapat merupakan bahan baku bagi proses lain.
industri yang memiliki beberapa macam jenis usaha, Dari siklus rangkaian kegiatan industri ini diharapkan
diantaranya adalah industri tahu, penggemukan sapi, dapat meminimalkan limbah dan menbentuk siklus
biogas dan pembuatan pupuk organik. CV Bangkit tertutup (close loop) serta nir limbah (zero waste)
Mandiri terletak di Karang Jati, kecamatan Bergas, bagi perusahaan.
kabupaten Semarang. Kegiatan simbiosis industri Jenis penelitian yang digunakan dalam
pada CV. Bangkit Mandiri masih terdapat limbah penelitian ini adalah action research. Action research
yang belum dimanfaatkan seperti limbah cair dari adalah penelitian komparatif pada kondisi dan efek
industri tahu, pembuatan pupuk kandang dan kompos berbagai bentuk tindakan sosial dan penelitian yang
dari kotoran ternak dan pemanfaatan hasil pupuk mengarah pada perubahan social (Reason &
organik yang dihasilkan dari limbah biogas. Bradbury, 2001). Metode yang digunakan dalam
Usaha yang paling berkembang pesat saat ini penelitian ini yaitu observasi. Analisis dilakukan
yaitu usaha penggemukkan sapi yang dimulai dari dengan membandingkan kondisi yang ada dengan
tahun 2000 dengan jumlah sapi yang dimiliki pengembangan model sehingga dapat diketahui siklus
sebanyak 2 ekor dan sejak tahun 2010 sapi yang kesimbangan dari model agro-eko-industri.
digemukkan mencapai lebih dari 500 ekor. Selama Metode yang digunakan dalam penelitian ini
ini kotoran ternak yang dihasilkan masih ditimbun di adalah menggunakan mass balance dalam model
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 118
matematis. Dari model dapat dilihat input dan output (2004), limbah kotoran padat dan cair dari ternak sapi
dari material tiap industri dan limbah yang belum dapat diolah dalam biodigester menjadi sumber
dimanfaatkan. energi yang terbarukan.
Alasan lain dari pemilihan Biodigester ke dalam
Identifikasi Variabel model AEIP ini adalah dengan adanya program
Untuk mengetahui kelebihan dari model yang swasembada daging sapi di tahun 2014, maka akan
dibuat maka perlu dilakukan analisis terhadap terjadi peningkatan limbah dari kotoran ternak.
beberapa variabel. Apabila dikaitkan dengan konsep Biodigester dapat meredam peningkatan kotoran
EIP (Lowe,2001), maka variabel yang dijadikan yang dihasilkan. Salah satu kandungan dari kotoran
patokan analisis model adalah : sapi yaitu gas metana. Gas metana merupakan
1. Penggunaan energi dan air komponen terbesar dalam pembuatan biogas.
2. Pengelolaan aliran material dan limbah Menurut KLH (2006), penggunaan biogas ini
3. Manajemen EIP yang efektif merupakan salah satu cara untuk mengurangi
4. Integrasi dengan masyarakat sekitar pencemaran lingkungan, karena dengan fermentasi
bakteri anaerob (bakteri metan) maka memungkinkan
Hasil Dan Pembahasan pengurang-an pencemaran lingkungan, dengan para-
Faktor Pemicu meter BOD, COD akan berkurang sampai 90%.
Faktor pemicu disini adalah industri yang Sistem ini banyak dipakai dengan pertimbangan ada
menjadi dasar dari terbentuknya suatu model. Segala manfaat yang bisa diambil yaitu pemanfaatan biogas
per-ubahan yang terjadi didalam model diawali dari yang sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan
perubahan dari faktor pemicu. Dalam penelitian ini sumber energi karena gas metan sama dengan gas
dipilih usaha peternakan sapi sebagai faktor pemicu. elpiji (liquid petroleum gas/LPG).
Pemilihan faktor pemicu ini berawal dari isu yang
sudah berkembang di masyarakat mengenai program Industri pupuk organik
peme-rintah tentang swasembada daging sapi Pemilihan industri pupuk organik sebagai salah
(PSDS). Melalui PSDS pemerintah berupaya untuk satu faktor pendukung adalah karena hasil samping
meningkatkan populasi ternak sapi hingga mencapai dari pembuatan biogas yaitu slury yaitu lumpur hasil
14,2 juta ekor pada tahun 2014 untuk dapat samping biogas yang gasnya telah hilang dan banyak
mencukupi 90-95% dari permintaan daging nasional. mengandung unsur hara yang tinggi untuk tanaman.
Peningkatan populasi ternak sapi secara nasional dan Lumpur tersebut mengandung padatan dan cairan.
regional akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Padatan tersebut dapat dijadikan kompos dengan cara
Apabila limbah tersebut tidak dikelola sangat dikeringkan, sedangkan cairan tersebut juga dapat
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
terutama dari limbah kotoran yang dihasilkan ternak
setiap hari. Pembuangan kotoran ternak sembarangan Hijauan ternak
dapat menyebabkan pence-maran pada air, tanah dan Berdasarkan program swasemba-da daging sapi
udara (bau), berdampak pada penurunan kualitas 2014, hijauan ternak merupakan kebutuhan pakan
lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya yang sangat dibutuhkan untuk konsumsi. Menurut
serta dapat memicu konflik sosial. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,
2009 Setiap hari sapi memerlukan hijauan sebanyak
Faktor pendukung 10% dari berat badannya dan konsentrat 1-2% dari
Faktor pendukung disini adalah industri yang berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus
mendukung faktor pemicu dalam pengembangan atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu dan
model AEIP. Industri-industri yang mendukung lain-lain, yang diberikan dengan cara dicampurkan
peternakan dalam penelitian ini adalah sebagai dalam rumput ditempat pakan. Hijauan yang
berikut : digunakan sebagai pakan ternak yaitu hijauan rumput
gajah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Biodigester merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai
Biodigester atau yang biasa dise-but dengan Bio produk-tivitas dan kandungan zat gizi yang cukup
reactor yang merupakan reaktor anaerob. Reaktor ini tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Rumput
sangat efektif untuk mengolah kotoran ternak yang gajah mempunyai produksi bahan kering 40 sampai
dirombak menjadi bahan biogas oleh mikroba dalan 63 ton /ha/tahun (Siregar, 1989), dengan rata-rata
kondisi tanpa oksigen dan dari bio reaktor ini dapat kandungan zat-zat gizi yaitu: protein kasar 10,2%,
menghasilkan gas dari kotoran sapi yang digunakan BETN 42,3%, serat kasar 34,2%, lemak 1,6%, abu
sebagai inputan untuk biodigester yang dikenal 11,7% (Chuzaemi dan Soejono, 1987)
dengan biogas. Berdasarkan pene-litian Amaru
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 119
Integrasi Industri Pemicu dan Industri Pengelolaan aliran material dan limbah
Pendukung Model yang dikembangkan dalam penelitian ini
Pada industri tahu membutuhkan air dan sudah mempertimbangkan mengenai komposisi yang
kedelai. Dari jumlah air dan kedelai tersebut seimbang dilihat dari tidak adanya limbah yang tidak
menghasilkan tahu, ampas tahu dan limbah cair. diolah dari masing-masing industri. Pada model ini
limbah cair kemudian dimanfaatkan untuk pengganti dirancang untuk menghasilkan komposisi industri
minum sapi sehingga mengurangi penggunaan air yang tidak mencemari lingkungan atau dapat
bersih. Sedangkan ampas tahu dimanfaatkan untuk dikatakan model yang menerapkan sistem zero waste.
pakan ternak.
Selain ampas tahu, peternakan membutuhkan Manajemen EIP yang efektif
pakan jerami, ketela, be-katul dan rumput gajah yang Model yang dikembangkan dalam penelitian ini
dibeli dari pasar. Sedangkan untuk air, peternakan sudah mempertimbangkan mengenai komposisi yang
membutuhkan air untuk pembersihan sapi. Dari seimbang dilihat dari tidak adanya limbah yang tidak
pakan dan minum itu peter-nakan menghasilkan diolah dari masing-masing industri. Pada model ini
limbah kotoran sapi padat, kotoran sapi cair dan dirancang untuk menghasilkan komposisi industri
limbah cair hasil pembersihan sapi. Kotoran cair dan yang tidak mencemari lingkungan atau dapat
limbah cair kemudian dimasukkan ke-dalam dikatakan model yang menerapkan sistem zero waste.
biodigester untuk menghasilkan biogas yang
digunakan untuk memasak sehari-hari. Sedangkan Integrasi dengan masyarakat sekitar
kotoran padat sapi ikut dimasukkan kedalam Model yang dikembangkan ini sebenarnya
biodigester. Gas ini kemudian dimanfaatkan untuk adalah untuk mengembangkan potensi yang ada di
keperluan rumah tangga dilingkungan perusahaan. pedesaan.
Keluaran biogas yaitu slury yang berbentuk Manfaat dari model ini langsung ditujukan
lumpur. Lumpur tersebut dipi-sahkan antara padatan untuk masyarakat. Harapan dari model ini adalah
dan cairan. Cairan tersebut dimanfaatkan untuk untuk memberikan keman-dirian masyarakat
produksi pupuk cair pada industri pupuk cair dan terhadap pemenuhan ekonomi dan pe-menuhan
padatan tersebut dikeringkan, untuk selanjutnya kebutuhan energi.
dijadikan kompos. Kompos digunakan untuk Masyarakat diharapkan tidak ber-gantung lagi
pemakaian pupuk pada lahan rumput gajah pada saat semata-mata pada pemerintah dan dapat memenuhi
penanaman. segala kebutuhan baik ekonomi maupun energi.
Analisis Rancangan Model Berdasar Konsep EIP Analisis Persamaan Matematis Model AEIP
Analisis yang dilakukan didasarkan oleh Pembuatan persamaan keseim-bangan diawali
variabel-variabel yang merupakan prinsip dari model dengan keseimbangan dari masing-masing unit
Eco Industrial Park. Berdasarkan Lowe (2000), industri. Faktor pemicu dalam penelitian ini yaitu pe-
variabel yang dianalisis adalah penggunaan energi ternakan sapi dengan sapi yang dimiliki sebanyak
dan air, pengelolaan material dan limbah, manajemen 500 ekor dengan konstrain:
EIP yang efektif, dan integrasi dengan masyarakat 1. Luas lahan yang belum dimanfaatkan seluas 3 Ha
sekitar. 2. Volume digester sebesar 150 m3
Berangkat dari 500 ekor sapi dengan constrait
Penggunaan energi dan air yang ada maka akan dilakukan perhitungan
Pada model yang dikembangkan dalam keseimbangan pada peternakan sapi, biodigester,
penelitian ini sudah dipertimbangkan mengenai pupuk organik dan lahan rumput gajah. Perhitungan
ketiga indikator tersebut. Model ini sudah melakukan yang dilakukan berangkat dari 500 ekor sapi dengan
integrasi penggunaan energi antar pabrik dan pendekatan untuk unit persamaan keseimbangannya
penggunaan sumber energi terbarukan yaitu dengan adalah satu ekor sapi.
menggunakan energi biogas. Pada model ini efisiensi
energi terlihat pada industri tahu yang mengganti Model Matematis
penggunaan bahan bakar kayu dengan biogas. Setelah dilakukan proses perhi-tungan pada
Sedangkan untuk efisiensi air, model ini sudah masing-masing industri, maka dapat dirumuskan
melakukan efisiensi dengan me-ngurangi penggunaan persamaan yang menghubungkan semua industri
air pada peternakan sapi dan menggantinya dengan yang ada dalam model AEIP yaitu peternakan sapi,
limbah cair dari industri tahu. biodigester, industri pupuk cair dan penanaman
hijauan rumput gajah.