Anda di halaman 1dari 8

REKAYASA EKOLOGI INDUSTRI DALAM MENDUKUNG

PEMBANGUNAN AGRO ECO-INDUSTRIAL PARK SKALA PEDESAAN

Haryo Santoso, Aries Susanty, Joshi Putriasih*)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang


Jl. Prof Sudarto, SH., Semarang

Abstrak
Konsep ekologi industri merujuk kepada pertukaran/saling bertukar antara sektor industri dimana
pembuangan dari satu industri menjadi sumber bahan baku dari industri lainnya. Penerapan ekologi
industri ke dalam agro industri diharapkan memiliki nilai tambah terhadap produk, karena dari satu
sumber bahan baku dapat dihasilkan beragam produk olahan. Penelitian ini mengkaji penerapan
konsep ekologi industri kedalam agro industri untuk skala pedesaan dengan studi kasus pada CV.
Bangkit Mandiri yang bergerak dibidang agro industri. Beberapa jenis usaha yang dimiliki adalah
industri tahu, industri peternakan sapi, industri pupuk organik dan biodegestrer sebagai wadah untuk
mengolah limbah dari peternakan sapi. Penelitian ini memiliki konstrain yaitu: aset lahan yang
dimiliki perusahaan seluas 3 ha dan volume digester 150 m3 dengan kapasitas maksimum pengisian
sebesar 80%. Faktor pemicu pada penelitian ini adalah peternakan sapi yang memiliki 500 ekor sapi
dengan bobot rata-rata 390,762 kg. Hasil penelitian ini berupa penerapan konsep ekologi industri
kedalam agro industri dengan membentuk siklus tertutup (close loop) untuk meminimalisir limbah dan
seluruh kegiatan industri. Direkomendasikan dapat diterapkan pada skala rumahan pedesaan dengan
4-6 ekor sapi.
Kata kunci : ekologi industry; minimalisir limbah; siklus tertutup; nilai tambah

Abstract
The concept of industrial ecology refers to the exchange/exchange between industry sectors in which
the exhaust from one industry to source raw materials from other industries. Application of industrial
ecology in the agro-industry is expected to have added value to the product, because from a single
source of raw materials can be produced diverse poduk processed. This study discusses the
application of the concept of industrial ecology into rural agro-industry to scale case study on the CV.
Bangkit Mandiri engaged in agro-industries that have some type of which is the industry out of
business, industry, cattle breeding, the organic fertilizer industry and biodegestrer as a container for
treating waste from cattle farms. This study has a constraint that is: land assets owned by the
company area of 3 ha and volume of 150 m3 digester that has a maximum capacity of the filling by
80%. Triggering factor in this study is that dairy farms have 500 cows with an average weight of
390.762 kg. The purpose of this study is to apply the concept of industrial ecology into agro-industries
to minimize waste and forming a closed cycle (closed loop) of any industrial activity, which is
expected to be applied in rural areas who only have 4-6 cows.
Keywords: industrial ecology; agro-industry; closed-cycle; value-added

Pendahuluan
Perkembangan industri yang semakin pesat Untuk mendukung terlaksananya strategi
kurang diimbangi dengan pemahaman akan dampak tersebut diperlukan suatu per-ubahan yang mendasar
dari limbah yang dihasilkan. Dampak buruk terhadap dalam hal komit-men serta perilaku pimpinan,
lingkungan dapat dikurangi dengan pelak-sanaan karyawan, penyediaan sarana dan prasarana penun-
industri yang ramah lingkungan. Industri ramah jang dan peningkatan kompetensi SDM. Tujuan dari
lingkungan adalah strategi untuk mencegah, industri ramah lingkungan itu sendiri adalah
mengurangi, dan meng-hilangkan terbentuknya menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih,
limbah atau bahan pencemar pada sumbernya. meminimalkan potensi kontaminasi bahan-bahan
yang beracun atau berbahaya terhadap ling-kungan,
dan meminimalkan terbentuknya limbah baik dalam
*) jumlah dan kandungan racunnya. Untuk mencapai
Penulis Korespondensi.
E-mail: joshieputriasih@hotmail.com kondisi yang ramah lingkungan dapat dilakukan
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 117
pengendalian pencemaran dengan cara mengolah halaman belakang peternakan. Mengacu pada
limbah tersebut untuk menurunkan tingkat bahayanya penerapan indutri ramah lingkungan peneliti
atau menurunkan tingkat pencemarannya serta mengusulkan usulan penanganan limbah kotoran
menjadikannya bahan yang memiliki nilai tambah ternak dengan membuat pupuk kandang. Hasil dari
dengan menerapkan model nir limbah (zero waste), pupuk kandang dapat jual ke market dan dapat juga
produksi bersih (cleaner production), produktivitas dimanfaatkan untuk pembukaan lahan rumput gajah.
hijau (green productivity) atau perusahaan hijau Perusahaan memiliki lahan yang belum
(green company). Manfaat yang dapat diperoleh dimanfaatkan, dengan adanya pemanfatan lahan
dengan menerapkan industri ramah lingkungan, salah tersebut perusahaan tidak perlu membeli rumput
satunya dapat mendorong pengembangan tekno-logi gajah dari pihak luar seperti yang selama ini
pengurangan limbah pada sumber-nya, teknologi dilakukan. Usulan pembukaan lahan untuk hijauan
bersih dan produk ramah lingkungan (Dede rumput gajah dapat menghemat ongkos perusahaan
Sulaeman, 2007). dalam pembelian pakan ternak untuk mencukupi
Produk ramah lingkungan yang beredar sudah kebutuhan pakan hijauan.
mulai dikenal masyarakat diantaranya adalah biogas. Pemanfaatan lahan yang belum digunakan
Biogas meru-pakan gas yang dihasilkan dan dapat untuk menjadi lahan rumput gajah juga dapat
diproduksi dari bahan organik seperti biomassa, menjadikan medel yang dimiliki perusahaan menjadi
limbah pertanian, dan juga kotoran hewan melalui close loop dan pemanfaatan pupuk kandang juga
proses anaerobik. Gas yang dihasilkan dari proses dapat membuat perusahaan menerapkan konsep nir
fer-mentasi tersebut mengandung nilai kalor yang limbah (zero waste). Kegiatan indutri yang saling
tinggi sehingga dapat digunakan untuk memasak dan berkaitan dan tersimbiosis membuat perusahaan
penerangan bagi rumah tangga pedesaan. Sisa memiliki nilai tambah dan menjadikan kawasan
fermentasi ini juga dapat digunakan sebagai pupuk industrinya ramah lingkungan serta dapat mengelola
yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Disamping itu secara baik limbah yang dihasilkan dari kegiatan
juga pengelolaannya dapat meningkatkan kebersihan industrinya.
lingkungan, ka-rena limbah pertanian dan kotoran
hewan selama ini dibuang pada tempat terbuka Metode Penelitian
(Wibowo, et al., 1985). Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi
Menurut Harahap, et al. (1978), komposisi literatur dan studi pendahuluan untuk mengetahui
penyusun biogas adalah Metana (CH4) 65,7%, proses kegiatan di CV. Bangkit Mandiri di Karang
Karbon Dioksida (CO2) 27%, Nitrogen (N2) 2,3%, Jati. Proses kegiatan yang terjadi merupakan kegiatan
Oksigen (O2) 0.1%, Propen (C3H8) 0,7%, yang saling berkelanjutan dan tersimbiosis. Simbiosis
Karbonmonoksida 0%. Nilai kalori dari 1 meter industri merupakan sebuah bentuk kerjasama yang
kubik biogas sekitar 60 watt jam yang setara dengan memiliki tingkat saling ketergantungan antar kegiatan
setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu, biogas industri yang melakukan pertukaran material, energi
sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar dan berbagai hal lain yang saling menguntungkan
alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak bersama. Frosch dan Gallopoulos (1989) memberikan
tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan gambaran “ekosistem industri” dimana konsumsi
lain yang berasal dari fosil. energi dan material di optimalkan dan hasil dari suatu
CV. Bangkit Mandiri bergerak dibidang agro proses dapat merupakan bahan baku bagi proses lain.
industri yang memiliki beberapa macam jenis usaha, Dari siklus rangkaian kegiatan industri ini diharapkan
diantaranya adalah industri tahu, penggemukan sapi, dapat meminimalkan limbah dan menbentuk siklus
biogas dan pembuatan pupuk organik. CV Bangkit tertutup (close loop) serta nir limbah (zero waste)
Mandiri terletak di Karang Jati, kecamatan Bergas, bagi perusahaan.
kabupaten Semarang. Kegiatan simbiosis industri Jenis penelitian yang digunakan dalam
pada CV. Bangkit Mandiri masih terdapat limbah penelitian ini adalah action research. Action research
yang belum dimanfaatkan seperti limbah cair dari adalah penelitian komparatif pada kondisi dan efek
industri tahu, pembuatan pupuk kandang dan kompos berbagai bentuk tindakan sosial dan penelitian yang
dari kotoran ternak dan pemanfaatan hasil pupuk mengarah pada perubahan social (Reason &
organik yang dihasilkan dari limbah biogas. Bradbury, 2001). Metode yang digunakan dalam
Usaha yang paling berkembang pesat saat ini penelitian ini yaitu observasi. Analisis dilakukan
yaitu usaha penggemukkan sapi yang dimulai dari dengan membandingkan kondisi yang ada dengan
tahun 2000 dengan jumlah sapi yang dimiliki pengembangan model sehingga dapat diketahui siklus
sebanyak 2 ekor dan sejak tahun 2010 sapi yang kesimbangan dari model agro-eko-industri.
digemukkan mencapai lebih dari 500 ekor. Selama Metode yang digunakan dalam penelitian ini
ini kotoran ternak yang dihasilkan masih ditimbun di adalah menggunakan mass balance dalam model
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 118
matematis. Dari model dapat dilihat input dan output (2004), limbah kotoran padat dan cair dari ternak sapi
dari material tiap industri dan limbah yang belum dapat diolah dalam biodigester menjadi sumber
dimanfaatkan. energi yang terbarukan.
Alasan lain dari pemilihan Biodigester ke dalam
Identifikasi Variabel model AEIP ini adalah dengan adanya program
Untuk mengetahui kelebihan dari model yang swasembada daging sapi di tahun 2014, maka akan
dibuat maka perlu dilakukan analisis terhadap terjadi peningkatan limbah dari kotoran ternak.
beberapa variabel. Apabila dikaitkan dengan konsep Biodigester dapat meredam peningkatan kotoran
EIP (Lowe,2001), maka variabel yang dijadikan yang dihasilkan. Salah satu kandungan dari kotoran
patokan analisis model adalah : sapi yaitu gas metana. Gas metana merupakan
1. Penggunaan energi dan air komponen terbesar dalam pembuatan biogas.
2. Pengelolaan aliran material dan limbah Menurut KLH (2006), penggunaan biogas ini
3. Manajemen EIP yang efektif merupakan salah satu cara untuk mengurangi
4. Integrasi dengan masyarakat sekitar pencemaran lingkungan, karena dengan fermentasi
bakteri anaerob (bakteri metan) maka memungkinkan
Hasil Dan Pembahasan pengurang-an pencemaran lingkungan, dengan para-
Faktor Pemicu meter BOD, COD akan berkurang sampai 90%.
Faktor pemicu disini adalah industri yang Sistem ini banyak dipakai dengan pertimbangan ada
menjadi dasar dari terbentuknya suatu model. Segala manfaat yang bisa diambil yaitu pemanfaatan biogas
per-ubahan yang terjadi didalam model diawali dari yang sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan
perubahan dari faktor pemicu. Dalam penelitian ini sumber energi karena gas metan sama dengan gas
dipilih usaha peternakan sapi sebagai faktor pemicu. elpiji (liquid petroleum gas/LPG).
Pemilihan faktor pemicu ini berawal dari isu yang
sudah berkembang di masyarakat mengenai program Industri pupuk organik
peme-rintah tentang swasembada daging sapi Pemilihan industri pupuk organik sebagai salah
(PSDS). Melalui PSDS pemerintah berupaya untuk satu faktor pendukung adalah karena hasil samping
meningkatkan populasi ternak sapi hingga mencapai dari pembuatan biogas yaitu slury yaitu lumpur hasil
14,2 juta ekor pada tahun 2014 untuk dapat samping biogas yang gasnya telah hilang dan banyak
mencukupi 90-95% dari permintaan daging nasional. mengandung unsur hara yang tinggi untuk tanaman.
Peningkatan populasi ternak sapi secara nasional dan Lumpur tersebut mengandung padatan dan cairan.
regional akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Padatan tersebut dapat dijadikan kompos dengan cara
Apabila limbah tersebut tidak dikelola sangat dikeringkan, sedangkan cairan tersebut juga dapat
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
terutama dari limbah kotoran yang dihasilkan ternak
setiap hari. Pembuangan kotoran ternak sembarangan Hijauan ternak
dapat menyebabkan pence-maran pada air, tanah dan Berdasarkan program swasemba-da daging sapi
udara (bau), berdampak pada penurunan kualitas 2014, hijauan ternak merupakan kebutuhan pakan
lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya yang sangat dibutuhkan untuk konsumsi. Menurut
serta dapat memicu konflik sosial. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,
2009 Setiap hari sapi memerlukan hijauan sebanyak
Faktor pendukung 10% dari berat badannya dan konsentrat 1-2% dari
Faktor pendukung disini adalah industri yang berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus
mendukung faktor pemicu dalam pengembangan atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu dan
model AEIP. Industri-industri yang mendukung lain-lain, yang diberikan dengan cara dicampurkan
peternakan dalam penelitian ini adalah sebagai dalam rumput ditempat pakan. Hijauan yang
berikut : digunakan sebagai pakan ternak yaitu hijauan rumput
gajah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Biodigester merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai
Biodigester atau yang biasa dise-but dengan Bio produk-tivitas dan kandungan zat gizi yang cukup
reactor yang merupakan reaktor anaerob. Reaktor ini tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Rumput
sangat efektif untuk mengolah kotoran ternak yang gajah mempunyai produksi bahan kering 40 sampai
dirombak menjadi bahan biogas oleh mikroba dalan 63 ton /ha/tahun (Siregar, 1989), dengan rata-rata
kondisi tanpa oksigen dan dari bio reaktor ini dapat kandungan zat-zat gizi yaitu: protein kasar 10,2%,
menghasilkan gas dari kotoran sapi yang digunakan BETN 42,3%, serat kasar 34,2%, lemak 1,6%, abu
sebagai inputan untuk biodigester yang dikenal 11,7% (Chuzaemi dan Soejono, 1987)
dengan biogas. Berdasarkan pene-litian Amaru
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 119
Integrasi Industri Pemicu dan Industri Pengelolaan aliran material dan limbah
Pendukung Model yang dikembangkan dalam penelitian ini
Pada industri tahu membutuhkan air dan sudah mempertimbangkan mengenai komposisi yang
kedelai. Dari jumlah air dan kedelai tersebut seimbang dilihat dari tidak adanya limbah yang tidak
menghasilkan tahu, ampas tahu dan limbah cair. diolah dari masing-masing industri. Pada model ini
limbah cair kemudian dimanfaatkan untuk pengganti dirancang untuk menghasilkan komposisi industri
minum sapi sehingga mengurangi penggunaan air yang tidak mencemari lingkungan atau dapat
bersih. Sedangkan ampas tahu dimanfaatkan untuk dikatakan model yang menerapkan sistem zero waste.
pakan ternak.
Selain ampas tahu, peternakan membutuhkan Manajemen EIP yang efektif
pakan jerami, ketela, be-katul dan rumput gajah yang Model yang dikembangkan dalam penelitian ini
dibeli dari pasar. Sedangkan untuk air, peternakan sudah mempertimbangkan mengenai komposisi yang
membutuhkan air untuk pembersihan sapi. Dari seimbang dilihat dari tidak adanya limbah yang tidak
pakan dan minum itu peter-nakan menghasilkan diolah dari masing-masing industri. Pada model ini
limbah kotoran sapi padat, kotoran sapi cair dan dirancang untuk menghasilkan komposisi industri
limbah cair hasil pembersihan sapi. Kotoran cair dan yang tidak mencemari lingkungan atau dapat
limbah cair kemudian dimasukkan ke-dalam dikatakan model yang menerapkan sistem zero waste.
biodigester untuk menghasilkan biogas yang
digunakan untuk memasak sehari-hari. Sedangkan Integrasi dengan masyarakat sekitar
kotoran padat sapi ikut dimasukkan kedalam Model yang dikembangkan ini sebenarnya
biodigester. Gas ini kemudian dimanfaatkan untuk adalah untuk mengembangkan potensi yang ada di
keperluan rumah tangga dilingkungan perusahaan. pedesaan.
Keluaran biogas yaitu slury yang berbentuk Manfaat dari model ini langsung ditujukan
lumpur. Lumpur tersebut dipi-sahkan antara padatan untuk masyarakat. Harapan dari model ini adalah
dan cairan. Cairan tersebut dimanfaatkan untuk untuk memberikan keman-dirian masyarakat
produksi pupuk cair pada industri pupuk cair dan terhadap pemenuhan ekonomi dan pe-menuhan
padatan tersebut dikeringkan, untuk selanjutnya kebutuhan energi.
dijadikan kompos. Kompos digunakan untuk Masyarakat diharapkan tidak ber-gantung lagi
pemakaian pupuk pada lahan rumput gajah pada saat semata-mata pada pemerintah dan dapat memenuhi
penanaman. segala kebutuhan baik ekonomi maupun energi.

Analisis Rancangan Model Berdasar Konsep EIP Analisis Persamaan Matematis Model AEIP
Analisis yang dilakukan didasarkan oleh Pembuatan persamaan keseim-bangan diawali
variabel-variabel yang merupakan prinsip dari model dengan keseimbangan dari masing-masing unit
Eco Industrial Park. Berdasarkan Lowe (2000), industri. Faktor pemicu dalam penelitian ini yaitu pe-
variabel yang dianalisis adalah penggunaan energi ternakan sapi dengan sapi yang dimiliki sebanyak
dan air, pengelolaan material dan limbah, manajemen 500 ekor dengan konstrain:
EIP yang efektif, dan integrasi dengan masyarakat 1. Luas lahan yang belum dimanfaatkan seluas 3 Ha
sekitar. 2. Volume digester sebesar 150 m3
Berangkat dari 500 ekor sapi dengan constrait
Penggunaan energi dan air yang ada maka akan dilakukan perhitungan
Pada model yang dikembangkan dalam keseimbangan pada peternakan sapi, biodigester,
penelitian ini sudah dipertimbangkan mengenai pupuk organik dan lahan rumput gajah. Perhitungan
ketiga indikator tersebut. Model ini sudah melakukan yang dilakukan berangkat dari 500 ekor sapi dengan
integrasi penggunaan energi antar pabrik dan pendekatan untuk unit persamaan keseimbangannya
penggunaan sumber energi terbarukan yaitu dengan adalah satu ekor sapi.
menggunakan energi biogas. Pada model ini efisiensi
energi terlihat pada industri tahu yang mengganti Model Matematis
penggunaan bahan bakar kayu dengan biogas. Setelah dilakukan proses perhi-tungan pada
Sedangkan untuk efisiensi air, model ini sudah masing-masing industri, maka dapat dirumuskan
melakukan efisiensi dengan me-ngurangi penggunaan persamaan yang menghubungkan semua industri
air pada peternakan sapi dan menggantinya dengan yang ada dalam model AEIP yaitu peternakan sapi,
limbah cair dari industri tahu. biodigester, industri pupuk cair dan penanaman
hijauan rumput gajah.

J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 120


390,762kg SA ≈ 18kg A + 3,8 kg AT + 9 kg RG + 390,762 kg SA ≈ 0,24 kg B ≈ [(( 27,8 kg PC + 7,4
0,5 kg KT + 5,6 kg Bt ≈ 17,72 kg LCp kg PK)35,2 kg S) – ( 0.0057 kg PC + 0,046 kg
PK)Pasar] ≈ 9kg HT
Massa dari satu ekor sapi setara dengan 18 kg
air, 3,76 kg ampas tahu, 9 kg rumput gajah, 0,5 kg Berdasarkan persamaan diatas maka didapat
ketela, 5,6 kg bekatul dan menghasilkan 17,72 kg model keseimbangan dari satu ekor sapi yaitu setara
limbah yang dihasilkan peternakan itu sendiri. dengan 0,24 kg biogas, mampu menghasilkan 16,03
Persamaan diatas menunjukkan hubungan kesetaraan kg pupuk organik cair dan 1,2 kg pupuk kompos dari
kebutuhan pakan dengan kotoran dan limbah yang hasil samping biogas, 5748,75 kg hijauan rumput
dihasilkan. Kemudian dari persamaan diatas juga gajah dan untuk memenuhi kebutuhan pakan akan
didapat kesetaraan hubungan antara peternakan sapi hijauan satu ekor sapi dengan rata-rata berat
dengan biodigester yaitu: 390,762kg.
Berdasarkan rumus pendekatan satu ekor
390,762 kg SA ≈ 17,72 kg LCp + 17,72 kg Air ≈ dengan bobot sapi 390,762 kg apabila bobot sapi
0,24 kg B + 35,2 kg S disetarakan menjadi satu kilogram sapi maka model
keseimbangan menjadi :
Massa dari satu ekor sapi setara dengan 17,72
kg limbah peternakan ditambah dengan 17,72 kg air 1 kg SA ≈ 0,00061 kg B ≈ [(( 0,071 kg PC + 0,0189
yang menghasilkan 0,24 kg biogas dan 35,2 kg kg PK)) – ( 0.000145 kg PK + 0,0011 kg PK)] ≈
slurry. Dari persamaan diatas menunjukan hubungan 0,02 kg HT
kesetaraan limbah peternakan yang dijadikan bahan
baku untuk pembuatan biogas dengan limbah biogas Dari persamaan pendekatan diatas diharapkan
yang dihasilkan. Kemudian dari persamaan tersebut dapat lebih mudah mengetahui limbah yang
juga diperoleh kesetaraan hubungan antara limbah dihasilkan apabila bobot sapi mengalami kenaikan
biogas yang dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk berat badan dan kebutuhan akan sapi itu sendiri,
organik cair dan kompos yaitu namun pada kenyataanya bobot sapi tidak ada yang
satu kilogram. Apabila bobot sapi 500 kg maka
390,762 kg SA ≈ 35,2 kg S = 27,8 kg PC + 7,4 kg persamaan diatas tinggal dikalikan menjadi 500 kg.
PK Untuk model pengembangan dengan faktor
pemicu dapat dilihat pada gambar 1 dan untuk model
Menurut penelitian Amaru (2004), output yang keseimbangan dengan pendekatan satu ekor sapi
dihasilkan dari biodigester yaitu slurry dengan yang memiliki bobot rata-rata 390,762 kg dan
komposisi antara cairan dan padatannya sebesar 79% kotoran yang dihasilkan 17,72 kg per ekor dapat
dan 21%. Massa dari satu ekor sapi setara dengan dilihat pada gambar 2.
27,8 kg pupuk cair dan 7,4kg pupuk kompos.
Kemudian dari persa-maan diatas dan persamaan 5.6 Kesimpulan
dan 5.7 juga didapat kesetaraan hubungan antara Dari model ini kebutuhan akan jerami diganti
pupuk organik cair dan kompos yang digunakan dengan rumput gajah semua, hal ini dikarenakan
dengan lahan rumput gajah yaitu menurut hasil analisis yang dilakukan Chuzaemi dan
Soejono (1987) yaitu jerami padi hanya memiliki
390,762 kg SA ≈ 0,0057 kg PC + 0,046 kg PK ≈ 9 kandungan gizi Bahan Kering 40,65%, Protein kasar
kg HT 3,45%, Lemak 1,20%, Serat kasar 33,02%, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 37,27% dan Abu
Massa dari satu ekor sapi setara dengan 9 kg 25,06%. Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9%
hijauan ternak per harinya. Nilai dari air disini tidak bahan kering (BK), 10,2% Protein kasar (PK), 1,6%
ikut dihitung. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan air Lemak, 34,2% Serat kasar, 11,7% Abu, dan 42,3%
untuk lahan rumput gajah tidak dihitung atau boleh BETN. Selama ini perusahaan mengeluarkan biaya
dikatakan bahwa kebutuhan air untuk lahan rumput untuk kebutuhan pakan sapi sebesar Rp
gajah tercukupi. 6.123.000/hari, dengan adanya pembukaan lahan
Maka persamaan model keseim-bangan dari rumput gajah sebesar 3 ha maka dapat menghemat
semua industri yang terkait antara peternakan sapi, biaya untuk kebutuhan rumput gajah sebesar Rp
biodigester, industri pupuk organik dan lahan rumput 1.079.000/hari. Pena-naman rumput gajah dengan
gajah untuk kebutuhan per harinya untuk satu luas lahan 3 ha mampu mencukupi 4.316 kg rumput
ekornya adalah: gajah, kebutuhan per harinya 4.500 kg, sehingga
yang dibeli dari pasar hanya sebesar 184 kg yang
dapat memenuhi kebutuhan sapi sebanyak 20 ekor.
J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 121
Adanya lahan rumput gajah ini dapat menekan biaya dengan memiliki sapi 4-6 ekor mampu menghasilkan
untuk kebutuhan pakan 17,6% per hari. biogas 1 m3. Tipe digester yang di-gunakan dalam
Pada model pengembangan ko-toran yang penelitian ini yaitu fix dome, jika tipe digester ini
diolah menjadi biogas yaitu percampuran seluruh diterapkan dalam skala pedesaan maka untuk volume
limbah dari peternakan sapi yang dicampur air 1 m3 mampu diisi sapi sebanyak 22 ekor dengan
dengan perbandingan 1:1. Limbah dari biogas dapat bobot rata-rata 390,762 kg dengan kotoran yang
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik yang dihasilkan 17,72 kg. Perusahaan dapat menerapkan
nantinya digunakan untuk lahan penanaman rumput eko industrial park dalam kawasan agro industri
gajah dan sisanya dijual ke pasar. Penerapan ekologi miliknya.
industri kedalam agro industri untuk skala pedesaan

Gambar 1. Pengembangan Model dengan Faktor Pemicu

Gambar 2 Model Keseimbangan dengan pendekatan satu ekor sapi

J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 122


Daftar Pustaka 57-69, John Willey & Sons, Ltd. And ERP
Aditya, Dodiet. 2008. Variabel Penelitian dan Environtment
Definisi Operasional. Program Studi DIII Lesman, 2010. Budidaya Rumput Gajah. Boyolali.
Kebidanan Poltekkes Surakarta. Linstead, Conor and Paul Ekins. 2001. Mass Balance
Amaru, Kharistya. 2004. Rancang Bangun dan Uji UK for Mapping UK Resource and Material
Kinerja Biodigester Plasrik Polyethilene Flows. Royal Society for Nature Coservation.
Skala Kecil. Program Studi Teknik Lowe, E. 2001, Handbook of industrial ecology. Eco-
Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung industrial Park Handbook for Asian Developing
Amran, M. Anshar. 2007. Definisi dan Jenis-jenis Countries. A Report to Asian Development
Penelitian. Bandung : Program Studi Tenik Bank, Environ-ment Department, Indigo
Geodesi dan Geomatika Pasca Sarjana Develop-ment, Oakland,CA. http://www.
Institut Teknologi Bandung. indigodev.com/Handbook.html
Chertow, M. 2008. Industrial Ecology last, Mass Balance UK Project Website. 2011
http://www.mitpress journals.org/jie. Mulyadi, Andi dan Marsandi. 2007. Petunjuk Teknis
Deong-Seong Oh, Kyung-Bae Kim, Sook-Young Ransum Seimbang dan Strategi Pakan Pada
Jeong. 2003. Eco Industrial Park Design: a Sapi Potong. Bogor : Pusat Penelitian dan
Daedeok Technovalley, case study, Depart-ment Pengembangan Peternakan
of Architecture, Chungnam National University, Nau, Yuliane, Dkk. 2009. Biogas Limbah Organik
220 kung-dong, Yusong-ku, Taejon 305-764. Sebagai Sumber Energi Alternatif. IPB.
South Korea. Bogor
Deptan. 2009. Upaya Percepatan Swasembada Pongcracz, E. 2006. Industrial Ecology and Waste
Daging Sapi. Management : From Theories to Aplications,
Djajadiningrat, S.T, Famiola, M., 2004. Kawasan Progress in Industrial Ecology – An
Industri Berwawasan Lingkungan, Rekayasa International Journal, vol 3 Nos. 1/2.
Sains, Bandung. Prihandini, Wahyu Peni dan Teguh Purwanto. 2007.
Fleig, Anja-Katrin. 2000. Strategy Towards Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi.
Industrial Ecology in Deve-loping and Newly Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Industrialised Countries. Eschborn: Deutsche Peternakan
Gesellschaft for Technische Zusammenarbeit Purwanto, 2003. Implementation of Cleaner
(GTZ). Production in the Electroplating Industries,
Grdzelishvili, Inga and Roger Sathre. 2006. Nasional Seminar on Cleaner Production in the
Industrial Ecology in Transition Countries: Industry Face to Global Era, Institut Sains dan
Historical Precedent and Future Prospects. Teknologi Akprind, Yogyakarta, 25 Agustus
Gerogia : Green Culture Tbilisi. Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih di
Hambali. 2003. Analisis Resiko Lingkungan. Program Kawasan Industri, Seminar Penerapan
Pascasarjana. Program studi Magister Teknik Program Produksi Bersih Dalam Mendorong
Lingkungan. ITS. Surabaya. Terciptanya Kawasan Eco-Industrial di
Harahap F M, Apandi dan Ginting S. 1978. Teknologi Indonesia.Jakarta
Gasbio. Pusat Teknologi Pembangunan Institut Putra, Andika. 2009. Potensi Penerapan Produksi
Teknologi Bandung, Bandung. Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah.
Hardianto, Rully dan Nandang Sunandar. 2009. Semarang : Tesis Program Pasca Sajana
Budidaya Sapi Potong. Jawa Barat : Pengkajian Universitas Diponegoro.
Teknologi Pertanian Rahadi, Syam. Teknik Pembuatan Amoniasi Urea
Iqra. 2010. Rumput Gajah. Jerami Padi sebagai Pakan
(http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput- Riyanto, Teguh. 2004. Evaluasi Terhadap PT. Pupuk
gajah-pennisetum-purpureum.html) Kaltim Industrial Estate Perspektif Eco
Kastaman, Roni. 2005. Manajemen Praktis Usaha Industrial Park. Semarang : Tesis Program
Bidang Agribisnis dan Agroindustri. Kegiatan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Pembekalan peningkatan keterampilan dan Sanuri. 2009. Budidaya Rumput Gajah untuk Pakan
wawasan pegawai dalam persiapan purnatugas Ternak. Jawa Tengah, Boyolali
dilingkungan Perum Jasa Tirta 2. Jatiluhur. Sekaran. 1992. Penggunaan Teknik Sampling. Jakarta
Khasril, Atrisiandy.2011.Limbah Cair Biogas. Sufyandi, A. 2001. Informasi Tekno-logi Tepat Guna
Korhonen, J. Some.2001, Sugges-tions for Regional Untuk Biogas. Bandung
Industrial Ecosistems – Extended Industrial Sugiyono. 2007. Teknik Pengambilan Sampel.
Ecology. Eco Management and Auditing 8, pg Jakarta.

J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 123


Sukmawati, Farida dan Kaharudin. 2010. Manajemen Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin,
Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan Ujung Pandang.
Biogas. Nusa Tenggara Barat: Badan Pene-litian Syarifuddin, Nursyam Andi. 2005. Nilai Gizi Rumput
dan Pengembangan Pertanian Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase Pada
Sulaeman, Dede. 2007. Agro-industri Ramah Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas Perta-
Lingkungan. Jakarta. nian Unlam. Lampung.
Sulaeman, Dede. 2008. Zero Waste. Jakarta Tibbs, H. 1994. Project interview with a design
Swantomo, Deni dan Maria Christina, Kartini whose articles on industrial ecology have
Megasari. 2007. Kajian Penerapan Ekologi helped broadly communicate IE’s princip-les
Industri di Indonesia. Yogyakarta: STTN and concepts.
(BATAN). Wibowo, D., Rahayu K., Haryanto B. 1985. Gas Bio
Syamsuddin. 1997. Studi Nilai Gizi Rumput Gajah sebagai salah satu sumber energy alternatif.
(Pennisetum purpureum Schumacher and UGM. Yogjakarta.
Thonn) dan kendalanya pada Ternak
Ruminasia. Tesis.

J@TI Undip, Vol IX, No 2, Mei 2014 124

Anda mungkin juga menyukai