Literasi Keuangan Kelompok 1 Fix
Literasi Keuangan Kelompok 1 Fix
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang
berjudul “PENGARUH TINGKAT LITERASI KEUANGAN PEMILIK USAHA TERHADAP
PENGELOLAAN KEUANGAN, STUDI KASUS: UMKM RUMAH MAKAN/ AMPERA DI KOTA
PADANG” guna menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk membantu pembaca dalam mengetahui bagaimana
tingkat financial literacy UMKM khususnya UMKM Rumah Makan dan Ampera di Kota Padang.
Dalam menyelesaikan laporan penelitian ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
rasa terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Sari Surya, SE, MM sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan
2. Seluruh Responden “UMKM Rumah Makan dan Ampera Kota Padang, khususnya:
- Ampera Eti - Rumah Makan Simpang Tiga
- Rumah Makan Taman Surya - Ampera Bundo
- Ampera Tika - Rumah Makan Inyak
- Ampera Awak Juo - Ampera Piaman
- Ampera Carano Baru - Ampera Hasnah
Kami menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki sehingga dalam penulisan laporan
penelitian ini tidak terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan dalam penyajian maupun
susunannya, oleh karena itu semua kritikan dan saran yang membangun akan diterima dengan
terbuka.
Harapan kami semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pihak yang memerlukannya.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
Literasi keuangan merupakan isu yang sedang populer di indonesia beberapa tahun
belakangan. Literasi keuangan menjadi hal yang banyak diperbincangkan karena tidak
terlepasnya dari berbagai macam masalah ekonomi yang terjadi seperti MEA (masyarakat
ekonomi asia) pada tahun 2015 lalu dan seperti krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998. Hal
ini tentunya menjadi keharusan tersendiri bagi seseorang untuk mempelajari mengenai literasi
keuangan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) literasi keuangan merupakan rangkaian proses atau
aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan (confidence), keterampilan
(skill) konsumen dan masyarakat luas, sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan
lebih baik.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh OJK pada 2013, bahwa tingkat literasi keuangan
penduduk Indonesia dibagi menjadi empat bagian, yakni:
1. Well literate (21,84 %), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga
jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan
kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate (75,69 %), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan
kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
3. Less literate (2,06 %), hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan,
produk dan jasa keuangan.
4. Not literate (0,41%), tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan.
Pada kenyataannya literasi keuangan memegang peranan yang cukup penting dalam
mengembangkan perekonomian secara luas terutama dalam hal ini adalah masyarakat yang
menjalankan UMKM (usaha mikro kecil menengah). UMKM sendiri merupakan sistem
2
penyokong yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi perekonomian sebuah negara dalam
hal ini adalah negara indonesia.
Hal ini sesuai dengan tujuannya dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan.
Wiwaha (2013) juga mengatakan, berdasarkan Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2005,
peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat
dari :
Namun pada faktanya tidak semua UMKM dapat bertahan pada perubahan berbagai
kondisi ekonomi yang terjadi.Maka melalui literasi keuangan / pengelolaan keuangan ini
diharapkan para pelaku UMKM di Indonesia mampu mengelola keuangannya dengan baik
sehingga tidak mudah terpengaruh dalam berbagai situasi ekonomi yang mudah berubah.
Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat, yaitu
meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate menjadi well
literate dan meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan. Agar
masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak
dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3
Bagi masyarakat, Literasi Keuangan memberikan manfaat yang besar, seperti mampu
memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan memiliki
kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik dan terhindar dari
aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas, mendapatkan pemahaman
mengenai manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan.
Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan.
Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain sehingga semakin tinggi
tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan
memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Rumah Makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan
hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan itu serta
menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya.
Rumah Makan merupakan suatu usaha ekomoni yang memiliki prospek yang sangat bagus
untuk kedepannya dikarenakan banyaknya karyawan maupun anak kos yang membutuhkan
ampera / rumah makan tersebut untuk kebutuhan sehari- hari karena lebih praktis, apalagi jika
rumah makan / ampera itu menawarkan harga yang terjangkau. Namun tidak banyak juga usaha
rumah makan / ampera ini pada kenyataannya yang gulung tikar diakibatkan tidak mampunya
bersaing dengan pesaing rumah makan lain dan tidak mampu menarik pelanggan baru dan
mempertahankan pelanggan lama.
Rumah Makan yang ada di Kota Padang kebanyakan Rumah Makan yang tidak cukup besar
dan sangat sederhana, namun usaha rumah makan ini sangat menjamur di Kota Padang dan
dapat ditemukan disetiap sudut kota apalagi di daerah yang ada Kampus perkuliahan. Maka dari
itu diperlukan pengelolaan keuangan yang baik agar usaha ini dapat terus berkembang dan
bersaing sesama penjual ampera/ rumah makan.
Tabel 1.1
4
Rumah Makan Tika Rp. 30.000.000
Ampera Awak Juo Rp. 9.000.000
Ampera Carano Baru Rp. 2.000.000
Rumah Makan Simpang Tiga Rp. 3.000.000
Ampera Bundo Rp. 3.000.000
Rumah Makan Inyak Rp. 3.000.000
Rumah Makan Piaman Rp. 4.500.000
Ampera Hasnah Rp. 6.000.000
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 10 sampel rumah makan/ ampera mempunyai
laba bersih yang cukup bervarian, ada yang mempunyai laba bersih sangat tinggi bisa mencapai
Rp.30.000.000/bulan tapi ada juga yang hanya Rp.2.000.000/bulan.
Dalam membuka sebuah usaha rumah makan diperlukan adanya pengelolaan keuangan
yang jelas agar pengelola rumah makan / ampera dapat membedakan antara uang pribadi
dengan uang untuk keperluan rumah makan. Kemudian yang diperlukan lagi oleh rumah makan
adalah kemampuan rumah makan untuk menampilkan eksistensinya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami kelompok I tertarik untuk melakukan penelitian
tentang rumah makan / ampera dengan judul “ PENGARUH TINGKAT LITERASI KEUANGAN
PEMILIK USAHA TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN, STUDI KASUS: UMKM RUMAH
MAKAN/ AMPERA DI KOTA PADANG”
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah Apakah Pengaruh Literasi Keuangan terhadap pengelolaan keuangan Rumah
Makan / Ampera di Kota Padang?
5
BAB II
TUJUAN
6
BAB III
TINJAUAN LITERATUR
Pada bab ini akan dijelaskan tinjauan literasi keuangan pemilik usaha terhadap pengelolaan
keuangan : studi kasus UMKM rumah makan dan ampera kota Padang. Yang terbagi atas 3 (tiga)
sub-bab yaitu pengertian literasi keuangan, literasi keuangan dan hubungannya dengan kinerja
UMKM, serta indikator literasi keuangan.
Menurut OJK, literasi keuangan adalah rangkaian atau proses aktivitas untuk meningkatkan
pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka
mampu mengelola keuangan dengan baik dan benar. Sedangkan menurut Rhine dan Corneau
(2000) Literasi keuangan seperti pencatatan, penganggaran, keuangan pribadi serta tabungan
dianggap penting bagi individu yang berpenghasilan rendah
Berbeda dengan Atkison dan Messy (2012) yang mendefinisikan literasi keuangan dalam 3
(tiga) pilar utama, yaitu pengetahuan keuangan, sikap, dan perilaku. Sedangkan pada penelitan
terdahulunya pada tahun 2011, Atkison dan Messy menyatakan bahwa dibeberapa negara ada
trend tertentu untuk mempertimbangkan studi pada pengetahuan keuangan sebagai
pendekatan terbaik dari literasi keuangan.
Menurut Lusardi (2007) dalam penelitian Krisna (2008) literasi keuangan dapat diartikan
sebagai pengetahuan keuangan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan. Sedangkan
tujuan literasi keuangan terdapat pada definisi yang dinyatakan oleh Remund (2010), yang
menyatakan literasi keuangan sebagai ukuran sejauh mana seseorang memahami konsep
keuangan utama dan memiliki kemampuan dan kepercayaan diri melalui pengambilan
keputusan jangka pendek, dan perencanaan keuangan jangka panjang, sambil memperhatikan
kejadian kehidupan serta kondisi ekonomi.
Sementara itu literasi keuangan dianggap sebagai kemampuan untuk membuat penilaian
informasi dan pengambilan keputusan yang efektif sesuai dengan penggunaan dan pengelolaan
uang. (Chagen dan Lines, 1996)
Literasi keuangan juga dipengaruhi oleh globalisasi, dewasa ini sangat mudah bagi pemilik
bisnis UMKM untuk mempelajari pengetahuan keuangan sendiri. Sebagai hasil globalisasi,
literasi keuangan mengukur suatu standar, bahkan literasi keuangan berkembang bahkan saat
7
pasar keuangan juga berkembang dengan baik atau berubah dengan cepat. (Lusardi dan Mitchel,
2011)
Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha Menengah adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
Tabel 3.1
Kriteria UMKM
KRITERIA
URAIAN
NO
ASSET OMZET
2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan
penggunaan jumlah tenaga kerja pada setiap unit usaha yaitu:
8
1. Usaha kecil merupakan unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai
dengan 19 orang.
2. Usaha menengah merupakan unit usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan
99 orang.
Menurut Brown et al. (2006), financial literasi untuk pemilik usaha kecil dan menengah
harus dapat mengetahui kemampuan untuk membaca dan mengartikan laporan keuangan
mendasar dari laporan keuangan, sebaik kemampuan angka dalam rangka memberikan
penilaian dan pengambilam keputusan yang efektif sesuai dengan penggunaan dan pengelolaan
uang.
Namun kenyataannya literasi keuangan pada UMKM Indonesia tidak terlalu diperhatikan
oleh pemilik bisnis, dimana seharusnya pemilik bisnis dapat memahami literasi keuangan agar
dapat memahami perilaku keuangan, serta sikap atau preferensi keuangan dalam mengambil
keputusan manajemen.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI)yang dilakukan oleh OJK
pada tahun 2013, tingkat literasi keuangan UMKM mencapai 15.7 persen, lebih rendah daripada
rata-rata nasional sebesar 21.8 persen, padahal UMKM Indonesia bertumbuh pesat.
Sage (2012), melakukan survey tentang literasi keuangan usaha kecil di Kanada, dengan
sampel 300 usaha kecil, dimana ia mengukur presepsi, pengetahuan, dan kebiasaan pemilik
usaha kecil terkait dengan pengelola keuangan dan sumber daya. Hasil utama survey ini
memberikan presepsi responden tentang kebutuhan mereka untuk belajar lebih banyak
tentanag perencanaan keuangan, pembayaran pajak, dan arus kas. Mereka merasa nyaman
berurusan dengan klien, pemasok, dan mengelolan keuangan bisnis mereka. Dan kegagalan
terbesar mereka pada berurusan dengan pajak, mengatur penjualan dan pemasaran, serta
mengatur keuangan bisnis mereka sendiri.
Pearl dan Eilen (2014), mensurvei 14 pemilikusaha kecil di Florida untuk menentukan
tingkat pemahaman tentang literasi keuangan. Berdasarkan hasil tersebut literasi keuangan
didefenisikan sebagaikemampuan untuk memahami dan menggunakan laporan keuangan bisnis
untuk mengevaluasi dan mengelola bisnis.Kesimpulan dari studi ini adalah hubungan yang jelas
antara kurangnya literasi keuangan dan kesulitan keuangan yang dialami oleh pengusaha, dan
pendidikan keuangan yang memadai dapat mengurangi kesulitan keuangan.
9
Menurut Buck Hedrick (2016), alih-alih melihat literasi keuangan sebagai ancaman
sebaiknya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat melihat literasi keuangan
sebagai peluang. Hedrick dapat mengidentifikasi dengan cepat isu keuangan terkait dengan apa
yang harus diperbaiki oleh UMKM, kemungkinan beban cukup besar, margin tidak tepat dan
pemilik tidak ingin menaikan harga karena takut akan kehilangan konsumen. Ini biasa terjadi
dalam bisnis dimana pemilik memiliki area terkuat daalam keahlian bisnis mereka, namun lemah
pada hal lain, seperti pengelolaan keuangan.
Dalam literasi keuangan ada beberapa dimensi keuangan yang harus dikuasai, dalam
penelitian ini, penulis merangkum dalam 5 dimensi menurut Chen dan Volpe (1998), yaitu:
10
Menurut Djojosoedarso (2003), manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-funsi
manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh
organisasi atau perusahaan , keluarga, dan masyarakat.
11
BAB IV
Dalam penelitian ini, jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 10 eksemplar, dan
kuesioner yang kembali sebanyak 10 eksemplar. Semua kuesioner lengkap dan layak untuk
dianalisis.
Rincian perolehan kuisioner dalam penelitian ini ditunjukkan pada table 4.1.1
Tabel 4.1.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Penyebaran kuesioner 10
Kuesioner kembali 10
Penelitian ini di lakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung kepada
responden yang merupakan pemilik atau pengelola dari Rumah Makan dan Ampera dikota
Padang. Karakteristik dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa kategori yaitu :
12
Diagram 4.1.1 Kepemilikan Usaha
Kepemilikan Usaha
0%
perseorangan
CV
100%
4. Jenis Kelamin
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 4 orang pemilik usaha (40 %) dan responden perempuan sebanyak 6 pemilik
usaha (60%). Jumlah perbandingan responden laki-laki dan perempuan tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku dan tindakan dalam mengelola keuangan dari
sudut pandang gender (jenis kelamin).
13
Diagram 4.1.2 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
40%
laki-laki
60%
perempuan
5. Umur pemilik/pengelola
Berdasarkan kriteria responden yang digunakan sebagai subyek penelitian pada umur
pemilik usaha/pengelola, berikut digram berdasarkan umur pemilik/pengelola:
Diagram 4.1.3 Umur Pemilik/ Pengelola
Usia
0%
21-40 tahun :
20% dewasa awal
41-60 tahun :
80% setengah baya
60 tahun keatas :
tua
6. Status pernikahan
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden dari status
pernikahan adalah sebagai berikut :
Diagram 4.1.4 Status Pernikahan
Status Pernikahan
20% 0%
menikah
belum menikah
80%
tidak menikah
14
7. Agama
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden dari
kepercayaan yang dianut oleh pemilik usaha/pengelola (agama), 100% pemilik
usaha/pengelola menganut agama Islam.
8. Pendidikan terakhir
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden dari pendidikan
terakhir adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1.5 Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
10%
SMA/SMK
90% S2
2 orang
30% 20%
3 orang
20%
10% 4 orang
20% 5 orang
>5 orang
15
11. Sumber dana usaha (modal sendiri atau hutang)
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden dari sumber
dana usaha antara modal sendiri dan hutang baik hutang pada bank, hutang pada keluarga,
atau hutang pada lainnya. Berikut diagram sumber dana pemilik usaha:
Diagram 4.1.7 Sumber Dana Usaha
Modal Sendiri
Hutang pada
90% Bank
16
Tabel 4.1.4
Jumlah Karyawan
No Nama Usaha Jumlah Karyawan
1 Ampera Eti 0
2 Taman Surya 17
3 Ampera Tika 3
4 Ampera Awak Juo 0
5 Ampera Carano Baru 2
6 Rumah Makan Simp 3 0
7 Ampera Bundo 10
8 Rumah Makan Inyiak 4
9 Ampera Piaman 6
10 Ampera Hasnah 3
Tabel 4.1.5
Total Aset Usaha
No Nama Usaha Total Aset Usaha
1 Ampera Eti Rp. 10.000.000
2 Taman Surya Tidak menjawab
3 Ampera Tika Tidak menjawab
4 Ampera Awak Juo Rp. 500.000
5 Ampera Carano Baru Rp. 50.000.000
6 Rumah Makan Simp 3 Rp. 6.000.000
7 Ampera Bundo Rp. 8.000.000
8 Rumah Makan Inyiak Rp. 10.000.000
9 Ampera Piaman Rp. 1.000.000.000
10 Ampera Hasnah Rp. 100.000.000
17
14. Omset
Berdasarkan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis diperoleh responden dari omset
perbulan pada rumah makan dan ampera sebagi berikut :
Tabel 4.1.6
Omset
18
4.2 Deskripsi Hasil Survei
4.2.1 Tingkat Literasi Masing-Masing Responden
Tabel 4.2.1
Tingkat Literasi Masing-Masing Responden
Nama Nomor Soal Total
No.
Usaha 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Ampera 7
0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
Eti
2 Taman 6
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Surya
3 Ampera 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Tika
4 Ampera
Awak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Juo
5 Ampera
Carano 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
Baru
6 Rumah
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Simp 3
7 Ampera 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bundo
8 Rumah
Makan 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 8
Inyiak
9 Ampera 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Piaman
10 Ampera 4
Hasnah 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
Keterangan :
Jawaban 1= benar
0= salah
19
Poin Keterangan
Tabel 4.2.2
Nilai Literasi Masing-masing Responden
Nilai
No. Nama UMKM Keterangan
Literasi
1 Ampera Eti 7 Rendah
2 Rumah Makan Taman Surya 6 Rendah
3 Ampera Tika 1 Rendah
4 Ampera Awak Juo 1 Rendah
5 Ampera Carano Baru 5 Rendah
6 Rumah Makan Simpang Tiga 0 Rendah
7 Ampera Bundo 1 Rendah
8 Rumah Makan Inyiak 8 Rendah
9 Ampera Piaman 1 Rendah
10 Ampera Hasnah 4 Rendah
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat literasi keuangan masing-masing UMKM
Ampera dan Rumah Makan masih tergolong rendah, dimana UMKM Ampera dan Rumah
Makan hanya memperoleh tingkat literasi terhadap financial literacy tertinggi dengan
menjawab 8 (delapan) pertanyaan yang benar, sedangkan terendah tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar atau sama dengan 0 (nol). Ini berati masing-masing
responden Rumah Makan dan Ampera memiliki pengetahuan yang kurang bahkan sama
sekali tidak memahami masalah financial literacy.
4.2.2 Pengukuran Literasi Keuangan Berdasarkan Indikator
Literasi berdasarkan indikator pada penelitian ini penulis fokuskan pada basic personal
finance, debt and credit, saving and investment, serta risk management.
20
Tabel 4.2.3
0
Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
Benar Salah
21
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 2 terlihat bahwa 5 responden menjawab Ya,
dan 5 responden menjawab tidak dan tidak tahu, ini berarti pengetahuan tentang
identitas usaha diperlukan untuk pembukaan rekening tabungan seimbang (50:50).
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 3 terlihat bahwa 4 responden menjawab Ya,
dan 6 responden menjawab tidak dan tidak tahu, ini berarti pengetahuan tentang
jumlah tabungan minimun pembukaan rekening kurang.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 4 terlihat bahwa 3 responden menjawab Ya,
dan 7 responden menjawab tidak dan tidak tahu, ini berarti pengetahuan tentang
jumlah saldo minimun yang harus ada di rekening tabungan kurang.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 5 terlihat bahwa 4 responden menjawab
Benar, dan 6 responden menjawab Salah dan tidak tahu, ini berarti responden kurang
paham terhadap fungsi LPS sebagai lembaga penjamin simpanan.
10
0
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
10 11 12 13
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 6 terlihat bahwa 5 responden menjawab Ya,
dan 5 responden menjawab tidak dan tidak tahu, ini berarti sebagian responden setuju
dengan pengetahuan keuangan sangat bermanfaat bagi UMKM.
22
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 7 terlihat bahwa 0 responden menjawab
benar , dan 10 responden menjawab salah (benar dan tidak tahu), ini berarti semua
responden tidak mengetahui aset mana yang termasuk likuid dan tidak likuid.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 8 terlihat bahwa 2 responden menjawab
Tepat Rp.1.020.000, dan 8 responden menjawab salah, ini berarti pengetahuan
sebagian besar responden kurang tentang tingkat bunga.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 9 terlihat bahwa 2 responden menjawab
benar, dan 8 responden menjawab salah dan tidak tahu, ini berarti pengetahuan
sebagian besar responden tentang tingkat bunga majemuk kurang.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No.10 terlihat bahwa 0 responden menjawab
turun, dan 10 responden menjawab naik, sama saja, tidak ada hubungan antara inflasi
dengan daya beli dan tidak tahu, ini berarti semua responden tidak memahami inflasi.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No.11 terlihat bahwa 1 responden menjawab
perusahaan Bapak atau Ibu, dan 9 responden menjawab pesaing, sama kayanya, dan
tidak tahu, ini berarti pengetahuan tentang time value of money sebagian besar
responden kurang.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 12 terlihat bahwa 2 responden menjawab
Toko A, dan 8 responden menjawab Toko B, sama saja dan tidak tahu. Ini berarti
kurangnya pengetahuan sebagian besar responden tentang diskon.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 13 terlihat bahwa 1 responden menjawab
Ya, dan 9 responden menjawab lebih banyak, persis sama dan tidak tahu, ini berarti
kurangnya pengetahuan sebagian besar responden tentang money illusion.
Indikator manajemen hutang dan pengkreditan terdapat pada pertanyaan 14 yaitu tentang
perbandingan tingkat bunga kartu kredit dengan tingkat bunga hutang jangka panjang.
23
Diagram 4.2.3 Kredit
Kredit
10
8
6
4
2
0
pertanyaan 14
benar salah
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 14 terlihat bahwa 2 responden menjawab benar,
dan 8 responden menjawab salah dan tidak tahu, ini berarti sebagian besar responden kurang
memahami tentang manajemen hutang dan pengkreditan.
Pada indikator tabungan dan investasi terdapat pada pertanyaan No.15 tentang deposito
dan saham
pertanyaan 15
benar,
10 8
5
salah, 2
0
salah benar
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 15 terlihat bahwa 8 responden menjawab benar
dan tidak tahu, dan 2 responden menjawab tidak, ini berarti sebagian besar responden kurang
memahami tentang deposito dan saham.
d. Risk Management
Pada indikator manajemen resiko terdapat pada pertanyaan No.16 yaitu tentang premi
asuransi anak-anak dan orangtua.
24
Pertanyaan 16. Asuransi
pertanyaan 16
10 benar, 9
8
6
4
2 salah, 1
0
benar salah
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan No. 16 terlihat bahwa 9 responden menjawab benar
dan tidak tahu, dan 1 responden menjawab salah, ini berarti sebagian besar responden kurang
memahami tentang asuransi.
Dari 10 kuesioner yang disebar, 10 kuesioner yang kembali dan dapat diolah dalam
penelitian ini, sehingga jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 10 responden. Untuk menjelaskan latar belakang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, maka dibuatkan deskripsi tingkat literasi berdasarkan gender.
Tabel 4.2.4
Presentase Gender
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 4 40%
Perempuan 6 60%
Total 10 100%
25
Berdasarkan tabel diatas 10 responden yang menjadi subjek penelitian, terlihat responden
berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 60% jenis kelamin perempuan
sedangkan 40% berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2.5
Literasi sesuai Jenis Kelamin
Nomor Soal T G
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 o e
Nama
No t n
Usaha
a d
l er
1 Ampera Eti 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 P
2 Taman
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 L
Surya
3 Ampera
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 P
Tika
4 Ampera
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 P
Awak Juo
5 Ampera
Carano 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5 L
Baru
6 Rumah
Makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 L
Simp 3
7 Ampera
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 P
Bundo
8 Rumah
Makan 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 8 P
Inyiak
9 Ampera
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 L
Piaman
10 Ampera
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 4 P
Hasnah
26
Keterangan:
P = Perempuan
L = Laki-laki
Poin Keterangan
1-8 Tingkat literasi rendah
9-11 Tingkat literasi sedang
12-16 Tingkat literasi tinggi
Berdasarkan literasi kategori jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki
tingkat pengelolaan keuangan yang rendah terlihat pada tingkat literasi yang berpoin 1-8.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana tingkat literasi keuangan pada UMKM
Rumah Makan dan Ampera. Dimana yang menjadi salah satu objek penelitian ini adalah
pendidikan terakhir, dan subjek dalam penelitian ini di Rumah Makan dan Ampera di kota
Padang, dengan responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha dan karyawan. Periode
penelitian dilakukan pada tahun 2017.
Dari 10 kuesioner yang disebar, terdapat 10 kuesioner yang kembali dan dapat diolah
dalam penelitian ini, sehingga jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 10 responden. Untuk menjelaskan latar belakang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, maka dibuatkan deskripsi tingkat literasi berdasarkan pendidikan terakir.
TABEL 4.2.6
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah Persentase
Terakhir
SD 0 0%
SMP 0 0%
SMA 9 90%
D3 0 0%
S1 0 0%
27
LAINNYA...
- S2 1 10%
Total 10 100%
Dari tabel 4.2.6 dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi adalah responden yang
memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 90%, kemudian pendidikan setingkat Magister (S2)
sebanyak 10%, dan tidak ada responden yang berpendidikan terakhir SD, SMP, Diploma, dan
Sarjana (S1). Hal ini berati mayoritas pemilik UMKM Rumah Makan dan Ampera adalah
berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.2.7
Tingkat Literasi Keuangan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
N Nama Nomor Soal T Pend
o Usaha 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 o idika
t n
a Tera
l khir
Ampera
1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 SMA
Eti
Rumah
Makan
2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 SMA
Taman
Surya
Ampera
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 SMA
Tika
Ampera
4 Awak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 SMA
Juo
Ampera
5 Carano 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5 SMA
Baru
Rumah
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 SMA
Makan
28
Simpang
Tiga
Ampera Magi
7 Bundo 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 ster
(S2)
Rumah
8 Makan 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 8 SMA
Inyak
Ampera
9 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 SMA
Piaman
1 Ampera 4
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 SMA
0 Hasnah
3
Total 5 4 3 4 5 0 2 2 0 1 2 1 2 2 1
4
Keterangan:
Poin Keterangan
1-8 Tingkat literasi rendah
9-11 Tingkat literasi sedang
12-16 Tingkat literasi tinggi
Dengan melakukan penelitian tentang literasi keuangan dengan responden sebanyak 10
UMKM Rumah makan dan Ampera dan menemukan bahwa tingkat literasi keuangan
berdasarkan pendidikan terakhir berada dalam kategori rendah. Dimana hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemilik rumah makan dengan pendidikan terakhir SMA paling tinggi hanya
mampu menjawab 7 (tujuh) petanyaan dengan benar dan paling rendah dengan menjawab 0
(nol) pertanyaan dengan benar. Sedangkan pendidikan terakhir Magister (S2) hanya mampu
menjawab 1 (satu) pertanyaan dengan benar.
Pengeloalan keuangan Ampera dan Rumah Makan Padang dapat terlihat dari diagram
berikut:
29
1. Ampera dan Rumah Makan memiliki laporan keuangan
Diagram 4.2.6 Kepemilikan Laporan Keuangan
8 6
6
4 2 2
2
0
Ada, lengkap Ada, tapi tidak Tidak ada
lengkap
Terlihat dari diagram disamping,bahwa 6 pemilik rumah makan dan ampera tidak memiliki
laporan keuangan, dan 2 lagi ada tapi tidak lengkap, serta 2 lagi ada dan lengkap.
2. Ampera dan Rumah Makan memiliki tenaga khusus untuk pembukuan
Diagram 4.2.7 Tenaga Khusus dalam Pembuatan Laporan Keuangan
15
10
10
5
0
0
Ada Tidak Ada
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 10 pemilik rumah makan dan ampera tidak memiliki
tenaga khusus yang membantu dalam pembuatan laporan keuangan.
3. Ampera dan Rumah Makan memiliki catatan transaksi penerimaan kas
Diagram 4.2.8 Catatan Trasaksi Penerimaan Kas
8 7
6
4 3
2
0
Ada Tidak Ada
30
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 7 pemilik rumah makan dan ampera tidak memiliki
catatan transaksi peneriman kas, dan 3 memiliki catatan transaksi penerimaan kas.
4. Ampera dan Rumah Makan memiliki catatan transaksi pengeluaran kas
Diagram 4.2.9 Catatan Trasaksi Pengeluaran Kas
8
6
6
4
4
2
0
Ada Tidak Ada
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 6 pemilik rumah makan dan ampera tidak
memiliki catatan transaksi pengeluaran kas, dan 4 pemilik memiliki catatan transaksi
pengeluaran kas.
5. Ampera dan Rumah Makan menyimpan bukti transaksi penerimaan kas
Diagram 4.2.10 Penyimpanan Bukti Transaksi Penerimaan Kas
6 5
4 3
2
2
0
Ada, lengkap Ada, tapi tidak Tidak ada
lengkap
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 5 pemilik rumah makan dan ampera tidak
menyimpan bukti transaksi penerimaan kas, 3 pemilik menyimpan dengan lengkap bukti
penerimaan kas, dan 2 lagi pemilik menyimpan namun tidak lengkap.
6. Ampera dan Rumah Makan menyimpan bukti transaksi pengeluaran kas
31
Diagram 4.2.11 Penyimpanan Bukti Transaksi Pengeluaran Kas
6 5
4 3
2
2
0
Ada, lengkap Ada, tapi tidak Tidak ada
lengkap
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 5 pemilik rumah makan dan ampera tidak
menyimpan bukti transaksi pengeluaran kas, 2 pemilik menyimpan dengan lengkap bukti
pengeluaran kas, dan 3 lagi pemilik menyimpan namun tidak lengkap.
7. Ampera dan Rumah Makan menyiapkan perencanaan anggaran keuangan
Diagram 4.2.12 Peyiapan Perecanaan Anggaran Keuangan
4 3 3
3 2 2
2
1 0
0
Selalu Sering Jarang Pernah Tidak
pernah
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 20% pemilik rumah makan dan ampera selalu
melakukan perencanaan anggaran keuangan, 20% sering, 30% jarang, 0% pernah,dan 30% tidak
pernah.
8. Ampera dan Rumah Makan menggunakan anggaran sebagai evaluasi usaha
Diagram 4.2.13 Anggaran Untuk Evaluasi Usaha
8 7
6
4 3
2 0 0
0
32
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 7 pemilik ampera dan rumah makanan kadang-
kadang menggunakan anggaran sebagai evaluasi usaha, dan 3 tidak ada membuat anggaran.
9. Ampera dan Rumah Makan mengguanakan keuntungan untuk
Diagram 4.2.14 Keutungan Digunakan Untuk
8 6
6 5
4
2
2 0 0
0
Ditabung di bank Ditabung dilembaga Tambahan Modal Beli Aset untuk Beli aset untuk luar
non bank Keperluan Usaha Usaha
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 39% pemilik menggunakan keuntungan untuk di
tabungan, 15% untuk tambahan modal, dan 46% untuk membeli aset keperluan usaha.
10. Yang dilakukan Ampera dan Rumah Makan jika Mengalami kekurangan dana
Diagram 4.2.15 Usaha Jika Kekurangan Dana
5 4
4 3
3 2 2
2
1 0 0
0
Pinjam ke Pinjam ke Pinjam ke Cari lebih giat tidak
Bank Lembaga Keluarga Investor melakukan
nonBank apa-apa
Terlihat dari diagram disamping, bahwa usaha pemilik jika mengalami kekurangan dana 18%
pinjam ke Bank, 0% tidak meminjam ke lembaga non bank, 27% Pinjam ke keluarga, 37% lebih
giat, dan 18% tidak melakukan apa-apa.
11. Pembayaran Hutang
33
Diagram 4.2.16.Pembayaran Hutang
Pembayaran Hutang
Pembayaran Hutang
6
4
4 3 3
2
0 0 0
0
Selalu tepat Sering Tepat Jarang Tepat Telat Bayar Selalu telat Tidak Punya
waktu Waktu Waktu Bayar Hutang
Terlihat dari diagram disamping 3 selalu tepat waktu, 4 sering tepat waktu,dan 3 tidak punya
hutang.
12. Alasan Ampera dan Rumah Makan tidak berhutang ke Bank
Diagram 4.2.17 Alasan Tidak Berhutang Ke Bank
8 6
6
4 3
2
2 1
0 0 0 0
0
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 25% pemilik sudah memiliki hutang, 8% riba, 50%
bunga tinggi, 17% tidak punya laporan.
6 5
4 3
2
2
0
Ada Kadang-kadang tidak ada membuat
anggaran
34
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 5 pemilik ada pemisahan keuangan pribadi dan
usaha, 3 kadang-kadang memisahkan, dan 2 tidak membuat anggaran.
14. Laba dari usaha digunakan untuk keperluan pribadi
Diagram 4.2.19 Uang Hasil Usaha untuk Keperluan Pribadi
5 4 4
1 1
0
0
tidak pernah pernah kadang-kadang sering sangat sering
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 4 pemilik kadang menggunakan laba untuk
keperluan pribadi, 4 responden sangat sering, 1 responden pernah, dan 1 respoden sering
menggunakan hasil usaha untuk keperluan pribadi.
15. Usaha telah balik modal
Diagram 4.2.20 Usaha Telah Balik Modal
15
10
10
5
0
0
sudah belum
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 100% usaha telah balik modal.
16. Perkiraan penjualan tahun ini dan sebelumnya
Diagram 4.2.21 Penjualan Tahun Ini dan Sebelumnya
5 4
4 3 3
3
2
1
0
lebih tinggi sama lebih rendah
35
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 3 penjualan tahun ini lebih tinggi daripada
sebelumnya, 3 pejualan sama, 4 penjualan lebih rendah.
5 4 4
2
0
lebih tinggi sama lebih rendah
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 20% keuntungan tahun ini lebih tinggi daripada
sebelumnya, 40% sama, 40% lebih rendah.
18. Perkiraan modal usaha tahun ini daripada tahun sebelumnya
Diagram 4.2.23 Perkiraan Modal Usaha Tahun Ini daripada Tahun Sebelumnya
10
7
5 3
0
0
lebih tinggi sama lebih rendah
Terlihat dari diagram disamping, bahwa 70% perkiraan modal usaha yang dibutuhkan tahun
ini lebih tinggi daripada sebelumnya, 30% sama dengan tahun sebelumnya.
4.3 Pembahasan
Terlihat bahwa tingkat literasi keuangan masing-masing UMKM Ampera dan Rumah Makan
masih tergolong rendah, dimana UMKM Ampera dan Rumah Makan hanya memperoleh tingkat
literasi terhadap financial literacy tertinggi dengan menjawab 8 (delapan) pertanyaan yang benar,
dan terendah tidak dapat menjawab pertanyaan atau sama dengan 0 (nol). Ini berarti masing-
36
masing responden Rumah Makan dan Ampera memiliki pengetahuan yang kurang bahkan tidak
memahami masalah Literasi Keuangan.
Jika dilihat secara keseluruhan rata – rata pengetahuan pemilik / pengelola rumah makan /
ampera berdasarkan indikator , dimana ditemukan banyak sekali yang menjawab tidak tau,
namun ada beberapa yang menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini mungkin dikarenakan
banyaknya pemilik usaha Rumah Makan/ Ampera yang malas saat membaca indikator kuesioner
dan asal menyontreng tidak tau pada kolom pilihan, dan juga tidak menutup kemungkinan jika
mereka memang benar – benar tidak tau dikarenakan berbagai hal seperti malas menghitung.
Dilihat dari basic finance atau pengetahuan dasar keuangan dimana banyak yang menjawab
salah saat di tanyai tentang dasar – dasar keuangan hal ini mungkin juga dikarenakan pengelola
rumah makan/ampera tersebut adalah ibu ibu atau bapak – bapak yang sudah berumur yang
sudah tidak mengerti lagi tentang dasar dasar keuangan. Jika dari debt and credit management,
saving and investmen, serta risk management bisa dikatakan hampir semuanya menjawab salah
ini juga mungkin dikarenakan tingkat kepekaan terhadap pengelolaan keuangan pada rumah
makan/ampera memang kurang, karena kebanyakan pengelola / pemilik hanya menilai
keuangannya berdasarkan untuk kebutuhan sehari – hari, jika kebutuhan sehari hari nya sudah
terpenuhi berarti keuangan dari rumah makan tersebut dikatakan berlaba dan sebaliknya.
Jika dilihat literasi keuangan berdasarkan gender dimana 40% responden adalah laki – laki
dan 60% adalah perempuan, didapat bahwa tingkat literasi keuangan masing – masing nya
adalah rendah dimana poin nya hanya berkisar antara 1-8 (tingkat literasi rendah). Rata – rata
yang memiliki literasi yang tinggi dari hasil penelitian 10 responden adalah perempuan, hal ini
mungkin disebabkan karena adanya kebiasaan yang berbeda antara laki laki dan perempuan
dimana perempuan mempunyai kebutuhan yang lebih banyak daripada laki – laki dan oleh sebab
itu secara tidak langsung perempuan lebih bisa dalam mengatur keuangannya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Selain itu perempuan juga lebih matang dalam memperhitungkan sebuah
benefit / keuntungan dari sebuah usaha dan mengetahui antisipasi apa yang akan dilakukan jika
terjadi suatu masalah dalam kondisi keuangan, serta dalam hal pengambilan risiko perempuan
cendrung tidak mau ambil risiko berbeda dengan laki – laki yang cendrung mau mengambil risiko
yang tinggi.
37
4.3.4 Pembahasan Tingkat Literasi berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tingkat literasi berdasarkan pendidikan terakhir ini tidak terlihat pengaruh pendidikan yang
tinggi terhadap pengelolaan keuangan. Seperti hal nya pada penelitian yang dilakukan pada 10
responden dimana ada responden yang berpendidikan terakhir S2 tetapi tidak memiliki literasi
yang tinggi hal ini mungkin dikarenakan latar belakang pendidikan yang diambil bukan dari
pendidikan/ ilmu yang berhubungan dengan keuangan. Dimana banyak responden yang juga
hanya berlatar belakang pendidikan SMA/SMK yang mungkin sangat sedikit pengetahuan
tentang keuangannya. Jadi tingkat pedidikan bisa mempengaruhi pengelolaan suatu usaha.
Pada hasil penelitian yang dilakukan pada 10 orang responden rata rata hampir semua rumah
makan/ Ampera tidak mempunyai laporan keuangan. Hal ini mungkin dikarenakan para
pengelola tidak bisa membedakan antara pengeluaran untuk investasi di usaha rumah makan/
ampera tersebut dan pengeluaran untuk biaya, biasanya seluruh pembelian bahan makanan
dicatat sebagai biaya oleh pemilik/pengelola rumah makan/ampera, selanjutnya hal ini bisa
dilatarbelakangi oleh tidak bisanya dicatat persediaan persediaan yang masih ada pada rumah
makan dikarenakan banyaknya macam persediaan untuk usaha rumah makan/ampera ini,
kemuadian yang paling utama adalah tidak adanya pencatatan pemakaian uang untuk
kepentingan internal/pemakaian pribadi pemilik dimana hal ini tentunya bisa merugikan pemilik
/ pengelola rumah makan/ampera tersebut. Jadi pengelolaan keuangannya hanya berdasarkan
perkiraan dari pemilik / pengelola rumah makan/ampera.
38
BAB V
39
8. Terdapat bahwa 20% responden pemilik rumah makan dan ampera selalu melakukan
perencanaan anggaran keuangan, 20% sering, 30% jarang, 0% pernah, dan 30% tidak
pernah melakukan perencanaan anggaran keuangan.
9. Sebagian besar pemilik ampera dan rumah makan menggunakan anggaran untuk evaluasi
namun tidak selalu, hanya dalam kategori kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil lainnya
tidak pernah menggunakan anggaran untuk evaluasi usaha.
10.Terdapat 39% pemilik rumah makan dan ampera menggunakan keuntungan untuk di
tabung di bank, 15% untuk tambahan modal, dan 46% untuk membeli aset keperluan
usaha, dan tidak terdapat rumah makan dan ampere menggunakan keuntungan untuk
ditabung kepada lembaga nonbank, ataupun untuk membeli asset untuk luar usaha.
11.Jika pemilik rumah makan dan ampera menghadapi kondisi usaha kekurangan dana 18%
pemilik rumah makan dan ampera akan pinjam ke Bank, 27% Pinjam ke keluarga, 37% lebih
giat, dan 18% tidak melakukan apa-apa, dan tidak terdapat rumah makan dan ampere akan
melakukan pinjaman ke lembaga non Bank ataupun mencari investor.
12.Dalam memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya terdapat 3 responden rumah makan
dan ampera yang selalu tepat waktu dalam membayar hutang, 4 sering tepat waktu,dan 3
tidak punya hutang, dan tidak terdapat rumah makan dan ampera yang jarang tepat waktu
dalam membayar hutang, telat bayar ataupun selalu telat bayar. Dan terdapat 25% pemilik
rumah makan dan ampera tidak ingin berhutang kepada Bank karena alasan sudah memiliki
hutang, 8% riba, 50% bunga tinggi, 17% tidak punya laporan.
13.Sebagian pemilik rumah makan dan ampera melakukan pemisahan keuangan pribadi dan
usaha, 30% kadang-kadang, 20% lainnya tidak membuat anggaran. Dan 4 pemilik rumah
makan dan ampera kadang-kadag menggunakan laba untuk keperluan pribadi, 4 pemilik
rumah makan dan ampera sangat sering menggunakan laba untuk keperluan pribadi, 1
responden pernah dan 1 responden sering menggunakan hasil usaha untuk keperluan
pribadi.
14.Seluruh responden pemilik rumah makan dan ampera mengakui bahwa usahanya telah
balik modal, dengan 3 responden mengakui bahwa penjualan tahun ini lebih tinggi dari
tahun sebelumnya, 3 responden menyatakan sama, dan 4 responden lainnya menyatakan
penjualan tahun ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan semakin
banyak nya pesaing dalam jarak yang berdekatan dengan lokasi. Sehingga dalam
memperoleh keuntungan pun tidak banyak responden yang mendapatkan keuntungan
lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2 responden), sedangkan responden yang mengaku
40
memiliki keuntungan sama dan lebih rendah tahun ini dari tahun sebelumnya adalah
sebanding (4:4).
15.Terdapat 70% responden memperkirakan modal usaha yang dibutuhkan tahun ini lebih
tinggi daripada sebelumnya, 30% sama dengan tahun sebelumnya.
5.2 Saran
UMKM memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian di Indonesia,
sangat penting bagi UMKM untuk mengetahui literasi keuangan, pemerintah seharusnya
memberikan pelatihan dan penyuluhan khusus terhadap pengetahuan dasar literasi keuangan
agar setiap pemilik dan Pengelola UMKM dapat mengambil keputusan bisnis dengan benar,
banyak usaha yang tidak memisahkan keuangan pribadi dan usaha yang mengakibatkan usaha
tersebut tidak berkembang, dengan manajemen pengelolaan keuangan yang benar, usaha
UMKM diharapkan dapat berkembang. Saran lain dari penliti bahwa mahasiswa sebagai agent
of change bisa turut berkontribusi dalam membantu menambah pengetahuan literasi keuangan
UMKM dengan pemberian penyuluhan atau dalam program KKN.
41
DAFTAR PUSTAKA
Aziza Kurnia, 2017, OJK: Hanya 29.7 Persen Masyarakat yang Paham Literasi Keuangan, Jakarta,
www.kompas.com, Diakses 9 November 2017
Fernandes Tania, 2015, Financial Literacy Levels of Small Business Owners and it Correlation
with Firms Operating Performances, Journal of Economia E Gestao (Online), U Porto,
https://sigarra.up.pt, diakses 8 November 2017
http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/Pages/Literasi-
Keuangan.aspx, 2013, Literasi Keuangan, diakses 7 November 2017
Ichwan Chyntia, 2016, Studi Literasi KeuanganPengelolaan Usaha Kecil Menengah pada
WilayahGerbangkertasusila, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Surabaya,
https://eprints.perbanas.ac.id, diakses 9 November 2017
Kementrian Keuangan, 2012, Kebijakan Antisipasi Krisis Tahun 2012 Melalui Program Kredit
Usaha Rakyat
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/laporan_tim_kajian_kebijakan_antisipasi_kris
is_tahun_2012_melalui_kur.pdf, diakses 8 November 2017
Machado, 2016, Growth of Small Business: A Literature Review and Prespective of Studies V.23,
Journal of Sao Carlos (Online), https://dx.doi.org/10.1590/0104-530X1759-14, diakses 8
November 2017
NN, 2011, Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja dan Keberlangsungan UMKM di Pasar
Bandar Buat Padang, http://scholar.unand.ac.id/31014/2/BAB%20I.pdf, diakses 7 November
2017.
NN, 2016, Raising Financial Literacy in Small Business, Business Journal (Online), Vancouver .SW
Washigton, www.vbjusa.com, diakses 9 November 2017
42