Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hari Sutrisno, M.Si.

Disusun Oleh:
Irma Suryani HS
18708251015

PRODI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. Tujuan
Menunjukan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti mono
asam dengan konstanta keasaman yang bergantung pada suasana lingkungan dan
derajat oksidasi kation logam berdasarkan metode pH-metri.

B. Dasar Teori
Suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu disebut
dengan Sistem periodik unsur. Dengan sistem periodik unsur kita dapat
mengetahui nomor atom dan nomor massa, dan sifat keasaman dari suatu unsur.
Sifat asam dari unsur-unsur dapat diketahui dari letak unsur pada tabel sistem
periodik unsur, apabila letak suatu unsur semakin kekanan atau semakin keatas
makas sifat keasamannya semakin bertambah. Asam (acid) dapat digambarkan
sebagai zat yang menghasilkan ion Hidrogen (H+) ketika dilarutkan di dalam air.
Sedangkan basa dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan ion
hidrooksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air (Chang, 2005).
Kecenderungan sifat keasaman suatu unsur dikemukakan oleh beberapa ahli
diantaranya Arrhenius, Brownsted-Lowry dan Lewis. Menurut Arhenius (1894)
asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+ sedangkan basa melepaskan
ion OH- . Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ sedangkan pembawa sifat basa
adalah OH- . Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air
mengalami ionisasi sebagai berikut :

Misalnya : Asam HF dan asam HCl apabila didalam air maka akan mengalami
ionisasi berikut ini:
HF (asam) → H+ + F- KOH (basa) → K+ + OH-
HCl (asam) → H+ + Cl- NaOH (basa) → Na+ + OH-

Lebih lanjut Brownsted-Lowry (1923) mengemukakan bahwa basa


merupakan aseptor ion hidrogen dan asam merupakan donor ion hidrogen.
Misalnya : H3O+ (asam)→ H2O (basa)

1
H2O (asam) → OH- (basa)
NH4+ (asam) → NH3 (basa).

Teori asam basa Lewis (1923) menyatakan bahwa asam adalah aseptor
pasangan elektron, dan basa adalah donor pasangan elektron, misalnya Ag+
(asam) dan NH3 (basa). Menurut K.H. Sugiyarto (2009: 1.4 – 1.5), ion-ion logam
transisi yang ukurannya lebih kecil dibanding dengan ion-ion logam kelompok s
dengan periode yang sama sehingga menghasilkan rasio muatan per jari-jari yang
lebih besar bagi logam-logam transisi. Atas dasar ini, relatif terhadap logam
kelompok s diperoleh sifat-sifat logam transisi sebagai berikut:
1) Hidroksida dan oksida-oksida pada logam-logam transisi ( M2+ dan M3+ )
kurang bersifat basa dan lebih sukar larut.
2) Garam-garam pada logam transisi kurang stabil terhadap pemanasan dan
bersifat ionik.
3) Dalam air ion-ion dan garam-garam pada logam transisi mudah terhidrolisis
menghasilkan sifat agak asam dan juga mudah terhidrat.
4) Ion-ion pada logam transisi akan lebih mudah tereduksi.
Ion logam pada umumnya (M+, M2+, M3+, dst) merupakan aseptor pasangan
elektron, dan dapat diasumsikan bahwa sebagian besar ion logam bersifat asam.
Ion logam yang dijumpai dalam eksperimen, sebagian dalam bentuk ion logam
terhidrat. Polarisasi ikatan O-H dari molekul air yang terikat dipahami sebagai
hasil dari keasaman kation yang ada dalam air. Kation yang bersifat semakin asam
maka polarisasinya bertambah.
Meskipun senyawa logam-logam transisi dengan tingkat oksidasi +2 dan +3
sering dipertimbangkan ionik, namun tingginya muatan kation atau tingginya
tingkat oksidasi ini dan pengaruhnya pada polarisasi anion sekalipun hanya kecil
mengakibatkan beberapa oksida menunjukkan sifat asam dan senyawanya
menjadi bersifat kovalen. Sebagai contoh, Cr2O3 dam Mn2O3 menunjukkan sifat
amfoterik, dan semakin tinggi tingkat oksidasinya seperti pada CrO 3 dan Mn2O7,
oksida ini menjadi oksida asam (Sugiyarto, 2009).

2
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi
asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+
disebut ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan
didahului kata asam. Sedangkan jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu
molekul basa disebut valensi basa. Asam kuat dan basa kuat terionisasi seluruhnya
dalam air, sedangkan asam lemah dan basa lemah terionisasi sebagian dalam air
(Andian, 2008).
pH suatu larutan dikenal sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen (dalam mol per liter) :
pH = - log [H3O+] atau pH = -log [H+]
pH suatu larutan akan meningkat apabila konsentrasi larutan tersebut
menurun [H+] sehingga pH disebut juga dengan derajat keasaman suatu zat
(Chang, 2005).
Asam kuat akan terionisasi seluruhnya, sehingga reaksi ionisasinya ialah
reaksi yang berkesudahan.
Misalnya : HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Sebaliknya, asam lemah akan membentuk reaksi kesetimbangan apabila
terionisasi sebagian. Contoh : CH3COOH (aq) ⇔ CH3COO- (aq) + H+ (aq) Rumus
umum dari ionisasi asam lemah valensi satu yaitu:

Pada reaksi ionisasi asam lemah valensi satu, [H+ ] = [A- ]. Apabila
konsetrasi awal [HA] adalah sebesar M, maka :

dengan:
Ka= tetapan ionisasi asam

3
M = konsentrasi asam ( satuannya M atau mol/liter )
Apabila asam makin kuat, makan ion yang terbentuk akan semakin banyak
pula, sehingga harga Ka semakin besar. Oleh karena itu, harga Ka disebut sebagai
ukuran kekuatan asam.
Tabel 1. Nilai Ka Beberapa Ion Logam

Ion Logam Ka Ion Logam Ka


Fe3+ 6,7 x 10-3 Fe3+ 5 x 10-9
Cr3+ 1,6 x 10-3 Cu3+ 5 x 10-9
Al3+ 1,1 x 10-5 Al3+ 5 x 10-10
Sc3+ 1,1 x 10-5 Sc3+ 2,5 x 10-10

Garam yang mengandung kation logam yang berukuran kecil dan


bermuatan tinggi (misalnya Al3+ , Cr3+ , Fe3+ , Bi3+, dan Be3+ ) dan basa konjugat
dari asam kuat juga menghasilkan larutan asam. Beberapa kation logam memiliki
sifat asam jika dilarutkan dalam air. Misalnya ketika aluminium klorida (AlCl 3)
larut dalam air, ion Al3+ mengambil bentuk terhidrasi Al(H2O)3+6. Ion bermuatan
positif Al3+ menarik rapatan elektron ke arah dirinya sehingga menyebabkan
ikatan O-H semakin polar. Akibatnya atom H memiliki kecenderungan lebih besar
untuk terionisasi dibandingkan atom hidrogen yang ada dalam molekul air yang
tidak terlibat dalam hidrasi.
Tingkat hidrolisis paling tinggi terjadi pada ion yang terkecil dan muatannya
paling tinggi sebab ion bermuatan tinggi yang “kompak” lebih efektif dalam
mempolarkan ikatan O-H dan memudahkan ionisasi. Keasaman dapat
dikorelasikan dengan kekuatan polarisasi dari kation. Inilah sebabnya mengapa
ion relatif besar yang bermuatan rendah seperti Na + dan K+ tidak banyak
mengalami hidrolisis (Chang 2005 : 118).
Logam hidroksida yang terlarut biasanya diukur keasaman kationnya.
Kation asam yang lebih kuat kurang melarutkan hidroksida. Biasanya, ion logam
transisi 3+ cukup asam untuk membentuk hidroksida yang mengendap dalam
larutan yang agak asam yang dibentuk ketika garamnya terlarut dalam air. Sedikit
endapan terbentuk ketika larutan tidak asam ditambahkan ke dalamnya. Ion yang
terdapat dalam blok d dan yang memiliki tingkat 2+ seperti Bo 2+ dan juga

4
Mg2+ mengendap sebagai hidroksida dalam larutan netral atau sedikit basa. Alkali
dan dan alkali tanah yang tersisa ( Kecuali Mg2+) memiliki sifat asam yang lemah
dan bahkan tidak berada pada skala asam ketika diukur pH-nya.
Pada umumnya, ion logam yang memiliki muatan yang besar dan jari-jari
yang kecil merupakan asam yang lebih kuat. Logam alkali tidak memperlihatkan
sifat asam, alkali tanah yang memiliki bilangan oksidasi 2+ bersifat agak asam,
unsur yang memiliki bilangan oksidasi 3+ memiliki sifat lebih asam, unsur yang
memiliki bilangan oksidasi 4+ atau lebih memiliki sifat asam kuat dalam larutan
karena keberadaanya sebagai ion yang teroksidasi. Berikut ini merupakan
beberapa contoh ion yang terdisosiasi dalam larutannya:
Tabel 2. Jari jari atom
Jari-jari Ion
Jari Jari
Z Ion Bilangan Koordinasi
Atom
2 4 6 8
13 Al3+ 118 2 4 6 8
27 Co2+ 116 - 53 68 -
29 Cu2+ 117 - 72 89 -
Dalam air, ion alumunium terdapat sebagai ion heksaakua-alumunium (III),
tetapi mengalami proses hidrolisis secara bertahap-tahap sampai membentuk ion
tetraakuadihidroksoalumunium (III) dengan reaksi:
[Al(H2O)6]3+(aq) + H20(aq) ↔ [Al(H2O)5 (OH)]2+(aq) + H+(aq)

Jadi, larutan garam alumunium akan bersifat asam apabila mempunyai


tetapan ionisasi asam yang hampir sama dengan asam asetat.
KH Sugiyarto (2009 : 1.5), perubahan ukuran ion yang sangat kecil dari Sc
hingga Cu, menyebabkan senyawa hidrat untuk ion-ion dengan tingkat oksidasi
+2 dan +3 mempunyai struktur yang berbentuk kristal, jumlah air kristal dan sifat
kelarutan yang memiliki kemiripan satu sama lain. Misalnya, semua M3+ ( M = Sc
s.d. Cu ) membentuk senyawa alum (tawas) dengan tipe K2SO4 M2(SO4)3.24H2O,
tetapi semua M2+ dapat membentuk isomorf sulfat yang rangkap, yaitu (NH4)2
SO4 MSO4.6H2O. Penentuan nilai pKa setiap ion terhidrat yaitu:

[M(H2O)6]x+ + H2O ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+ atau

5
[M(H2O)6]x+ ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+

Dalam kesetimbangan konsentrasi [M(H2O)5(OH)](x-1)+ = H+, maka


[𝐻+]2
𝐾𝑎 =
[ 𝑀(𝐻2 𝑂)6 ]𝑥+

dengan :
pKa = -log Ka
pH = -log pH

Maka diperoleh persamaan:

pKa = 2 pH + log Cgaram

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. pH-meter (1 buah)
b. Labu ukur 100 mL (3 buah)
c. Gelas beker 50 mL (3 buah)
d. Batang pengaduk (1 buah)
e. Neraca analitik (1 buah)
f. Cawan petri (1 buah)
g. Kertas
2. Bahan
a. Aluminium (III) Nitrat nanohidrat atau Al(NO3)3.9H2O (1,500 gr)
b. Kobal (II) Nitrat heksahidrat atau Co(NO3)2.6H2O (0,960 gr)
c. Tembaga (II) Nitrat trihidrat atau Cu(NO3)2.3H2O (1,160 gr)
d. Aquades (300 ml)
e. Larutan standar untuk mengkalibrasi pH meter

D. Langkah Kerja

6
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Menimbang 1,50 gr aliminium (III) nitrat nano hidrat Al(NO 3)3.9H2O, kemudian
memasukkan dalam labu ukur ke-1 berukuran 100 mL,

Menimbang 0,96 gr Kobalt (II) Nitrat heksahidrat atau Co(NO3)2.6H2O, kemudian


memasukkan dalam labu ukur ke-2 berukuran 100 mL,

Menimbang 1,16 gr Tembaga (II) Nitrat trihidrat atau Cu(NO3)2.3H2O, kemudian


memasukkan dalam labu ukur ke-3 berukuran 100 mL,

Menambahkan aquades ke dalam masing-masing labu ukur 1, 2 dan 3 hingga


mencapai garis batas,

Menggoyang-goyangkan larutan yang ada dalam labu ukur searah gravitasi bumi
hingga larutan larut dengan sempurna,

Menuangkan masing-masing 50 mL larutan yang telah larut sempurna ke dalam


gelas beker 50 mL 1, 2 dan 3 secara berurut,

Mengukur pH masing-masing larutan dalam gelas beker secara bergantian


dengan menggunakan pH-meter hingga ditemukan hasil pengukuran konstan
yang ditunjukan pada jarum pH meter,

Mencatat hasil pengamatan yang diperoleh.

E. Hasil dan Analisis Data


1. Hasil
a. Tabel Pengamatan
Tabel 3. Data hasil pengamatan keasaman ion logam terhidrat

7
Massa Konsentrasi Warna
No. Larutan Percobaan Mr pH
(gram) (M) Larutan
1.
Al(NO3)3.9H2 1,5 375 2,6 0,04 Bening
2. Merah
Co(NO3)2.6H2O 0,96 291 5,8 0,03
muda
3.
Cu(NO3)2.3H2O 1,16 241,5 3,6 0,05 Biru muda

b. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 1. Hasil Pengukuran pH pada larutan Al(NO3)3.9H2

8
Gambar 2. Hasil Pengukuran pH pada larutan Co(NO3)2.6H2O

Gambar 3. Hasil Pengukuran pH pada larutan Cu(NO3)2.3H2O

2. Analisis Data
a. Perhitungan Al(NO3)3.9H2
a. Mr Al (NO3)3.9H2O = 375

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 1,50 1000


M= X = X = 0,04 𝑀
𝑀𝑟 𝑣 375 100

b. pH = - log [H+]
2,6 = - log [H+]
[H+] = 10 -2,6
[H+] = 2,5 x 10-3

c. PKa = 2 pH + log C garam


PKa = 2. 2,6 + log 0,04
PKa = 5,2 - 1,4
PKa = 3,8
PKa = - log Ka
3,8 = - log Ka
Ka = 10-3,8
Ka = 1,6 x 10-4

b. Perhitungan Co(NO3)2.6H2O
a. Mr Co(NO3)2.6H2O = 291

9
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 0,97 1000
M= X = X = 0,03 𝑀
𝑀𝑟 𝑣 291 100

b. pH = - log [H+]
5,8 = - log [H+]
[H+] = 10 -5,8
[H+] = 1,6 x 10-6

c. PKa = 2 pH + log C garam


PKa = 2. 5,8 + log 0,03
PKa = 11,6 – 1,48
PKa = 10,12
PKa = - log Ka
10,12 = - log Ka
Ka = 10-10.12
Ka = 7,6 x 10-11

c. Perhitungan Cu(NO3)2.3H2O
a. Mr Cu(NO3)2.3H2O = 241,5
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 1,16 1000
M= X = 241,5 X = 0,05 𝑀
𝑀𝑟 𝑣 100

b. pH = - log [H+]
3,6 = - log [H+]
[H+] = 10 -5,6
[H+] = 2,6 x 10-4

c. PKa = 2 pH + log C garam


PKa = 2. 3,6 + log 0,05
PKa = 7,2 – 1,31
PKa = 5,88
PKa = - log Ka
5,88 = - log Ka
Ka = 10-5,88
Ka = 1,3 x 10-6

F. Pembahasan
Percobaan menguji keasaman ion logam terhidrat dilakukan pada hari
Jum’at tanggal 08 Maret 2019 dengan tujuan untuk menunjukan bahwa ion
metalik terhidrat memiliki perilaku seperti mono asam dengan konstanta

10
keasaman yang bergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation
logam berdasarkan metode pH-metri.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1 buah pH-meter, 3
buah labu ukur 100 mL, 3 buah gelas beker 50 mL, pipet tetes, pengaduk, kertas
dan gelas ukur. Adapaun bahan yang digunakan adalah Aluminium (III) Nitrat
nanohidrat atau Al(NO3)3.9H2O, Kobalt (II) Nitrat heksahidrat atau
Co(NO3)2.6H2O, Tembaga (II) Nitrat trihidrat atau Cu(NO3)2.3H2O, Aquades dan
larutan standar untuk mengkalibrasi pH meter.
Kegiatan pertama pada percobaan ini yaitu menimbang padatan 1,50 gram
Al(NO3)3.9H2O, 0,960 gram Co(NO3)2.6H2O, dan 1,160 gram Cu(NO3)2.3H2O
menggunakan neraca analitik yang dikalibrasi dahulu dengan menggunakan
cawan petri sebagai wadahnya. Kemudian membuat larutan dengan cara
melarutkan 1,50 gram Al(NO3)3.9H2O yang sudah ditimbang tadi ke dalam labu
ukur 1 berukuran 100 mL menggunakan akuades, melarutkan 0,960 gram
Co(NO3)2.6H2O ke dalam labu ukur 2 berukuran 100 ml dengan menggunakan
akuades dan melarutkan 1,160 gram Cu(NO3)2.3H2O ke dalam labu ukur 3
berukuran 100 ml dengan menggunakan akuades. Kemudian larutan tersebut di
goyang-goyangkan searah gravitasi bumi agar larutan larut secara sempurna,
sehingga terbentuk larutan Al(NO3)3.9H2O yang berwarna bening, larutan
Co(NO3)2.6H2O merah muda, dan larutan Co(NO3)2.6H2O biru muda.
Kegiatan selanjutnya adalah menuangkan larutan sebanyak 50 ml ke dalam
masing-masing gelas beker 50 ml 1,2 dan 3, kemudian praktikan mengukur pH
masing masing larutan dengan menggunakan pH-meter yang sebelumnya telah
dikalibrasi menggunakan larutan standar, berdasarkan percobaan yang dilakukan
diperoleh hasil :
1. pH pada larutan Al(NO3)3.9H2O dengan konsetrasi 0,04 M adalah 4,4 dengan
konsentrasi [H+] = 2,5 x 10-3. Dari nilai pH yang diperoleh maka kita bisa
menghitung nilai pKa dari Al(NO3)3.9H2O dan diperoleh nila pKa dari
Al(NO3)3.9H2O adalah 3,8 maka diperoleh nilai Ka dari Al(NO3)3.9H2O
adalah 1,6 x 10-4

11
2. Pada larutan Co(NO3)2.6H2O dengan konstrasi 0,03 M diperoleh pH larutan
sebesar 6,6 dengan konsentrasi [H+] = 1,6 x 10-6. Sehingga dapat diperoleh
bahwa nilai pKa dari Co(NO3)2.6H2O adalah 10,12 sehingga diperoleh nilai
Ka dari Co(NO3)2.6H2O adalah 7,6 x 10-11
3. pH dari larutan Cu(NO3)2.3H2O dengan konsetrasi 0,05 M berdasarkan
pengujian kami adalah 5,5 dengan konsentrasi [H+] = 2,6 x 10-4. Sehingga
nilai pKa dari Cu(NO3)2.3H2O adalah 5,88 sehingga didapatkan nilai Ka dari
Cu(NO3)2.3H2O adalah 1,3 x 10-6
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data diperoleh bahwa nilai pH
dari Al(NO3)3.9H2O (2,6) < Cu(NO3)2.3H2O (5,8) < Co(NO3)2.6H2O (3,6). Hal ini
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa konsentrasi [H+] dari
Al(NO3)3.9H2O > Cu(NO3)2.3H2O > Co(NO3)2.6H2O dimana pH suatu larutan
akan meningkat seiring menurunya konsentrasi [H+] sehingga pH disebut juga
derajat atau ukuran keasaman suatu zat (Chang, 2005).
Berdasarkan hasil pengukuran pH dan perhitungan diperoleh bahwa
Konstanta Ionisasi asam (Ka) Al(NO3)3.9H2O = 1,6 x 10-4; Ka Co(NO3)2.6H2O =
7,6 x 10-11; dan Ka Cu(NO3)2.3H2O = 1,3 x 10-6. Dari data tersebut, maka dapat
kita lihat bahwa Ka terbesar adalah Ka Al(NO 3)3.9H2O , kemudian Ka yang
lebih kecil adalah Ka Cu(NO3)2.3H2O dan pa terkecil pada praktikum ini adalah
Co(NO3)2.6H2O atau dengan kata lain Ka Al(NO3)3.9H2O > Ka Cu(NO3)2.3H2O >
Ka Co(NO3)2.6H2O, hal tersebut sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa
semakin besar Ka, semakin kuat pula kekuatan asamnya – artinya semakin tinggi
konsentrasi [H+] pada kesetimbangan karena ionisasinya maka semakin rendah
pH nya (Chang, 2005).
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data maka diperoleh nilai pKa
Al(NO3)3.9H2O = 3,88 ; pKa Co(NO3)2.6H2O = 10,12; dan pKa Cu(NO3)2.3H2O
= 5,88 . Dari data tersebut, maka dapat kita lihat bahwa pKa terbesar adalah pKa
Co(NO3)2.6H2O, kemudian pKa yang lebih kecil adalah pKa Cu(NO 3)2.3H2O dan
pKa terkecil pada praktikum ini adalah Al(NO3)3.9H2O atau dengan kata lain pKa
Al(NO3)3.9H2O< pKa Cu(NO3)2.3H2O < Ka Co(NO3)2.6H2O. Dari data tersebut
dapat diketahui adanya hubungan antara pKa dengan kekuatan asam, yaitu

12
semakin kecil nilai pKa maka kekuatan asam larutan garam akan semakin besar
(ditunjukan oleh nilai [H+] yang semakin besar dan pH yang semakin kecil).
Kecenderungan keasaman ditinjau dari jari-jari ion, jari-jari ion Al3+ , Cu2+ dan
Co2+ berturut-turut adalah 68, 87 dan 89 untuk bilangan oksidasi 6 maka urutan
kenaikan pada jari-jari ionnya adalah Al3+ < Cu2+ < Co2+.
Maka dapat disimpulkan simpulkan bahwa apabila jari jari ionnya semakin
besar maka pHnya akan semakin besar dan keasamannya semakin kecil. Hal ini
menunjukan adanya hubungan antara jari-jari ion dengan kekuatan asam, karena
jari – jari ion Al3+ < Cu2+ < Co2+ maka kekuatan asamnya berbanding terbalik
yaitu Al3+ memiliki kekuatan asam lebih kuat dibanding Cu 2+ kemudian Co2+ .
Kekuatan suatu keasaman pada kation juga dipengaruhi oleh perbandingan
antara rasio tinggi muatan tersebut, yaitu semakin tinggi rasio muatan/ukuran
maka polarisasi ikatan O-H bertambah, sehingga kekuatan keasaman kation
semakin besar. Kation yang memiliki ukuran yang semakin kecil dan muatan
positif yang semakin besar mempunyai daya mempolarisasi semakin kuat dan
kekuatan asam semakin besar. Ion yang memiliki muatan positif besar dan jari-jari
ion kecil akan memiliki keasaman yang kuat. Logam terhidrat yang dilarutkan
dalam H2O diukur keasaman kationnya. Keasaman kation logam dalam larutan
H2Osebagai akibat dari polarisasi pada ikatan O-H dari molekul H2O yang terikat.
Jika semakin tinggi muatan kation maka kecenderungannya akan semakin polar.
Dengan bertambahnya polarisasi ikatan maka kation akan bersifat semakin asam.
Berarti kation Al3+ memiliki kemampuan polarisasi yang lebih besar dibandingkan
Cu2+ dan Co2+.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Semakin kecil nilai pKa maka kekuatan asam larutan garam akan semakin
besar. semakin besar harga pKa garam, maka tingkat keasaman larutan garam
tersebut makin berkurang.

13
2. Pada metalik terhidrat, semakin kecil ukuran jari jari dan semakin besar
muatan kationnya maka kekuatan suatu asam akan semakin membesar
sehingga harga pKa akan semakin mengekecil. Hal ini disebabkan oleh daya
mempolarisasi ikatan O-H akan semakin besar atau kuat. Kekuatan keasaman
kation dipengaruhi oleh perbandingan antara rasio tinggi muatan/ukuran.
Semakin tinggi rasio muatan/ukuran maka kekuatan keasaman kation
semakin besar.

H. Tugas
1. Bagaimanakah hubungan pKa dengan kekuatan asam, jelaskan?
Jawaban:
Nilai pKa larutan berbanding lurus dengan nilai pHnya, tetapi nilai pKa dan
pH larutan berbanding terbalik dengan tingkat keasaman larutan. Artinya
semakin besar nilai pKa maka semakin besar pula nilai pHnya, semakin besar
nilai pH maka tingkat keasaman larutan semakin rendah. Sehingga semakin
besar pKa larutan maka tingkat keasaman suatu larutan semakin rendah, hal
ini dikarenakan polaritas ikatan O-H akan semakin berkurang.
2. Bagaimanakah hubungan kekuatan asam logam terhidrat terhadap jari-jari ion
logam, jelaskan?
Jawaban:
Pada metalik terhidrat, semakin kecil ukuran jari jari dan semakin besar
muatan kationnya maka kekuatan asam akan semakin besar. Semakin kuat
asamnya maka harga pKa akan semakin kecil. Hal ini karena daya
mempolarisasi ikatan O-H akan semakin besar atau kuat. Kekuatan keasaman
kation dipengaruhi oleh perbandingan antara rasio tinggi muatan/ukuran.
Semakin tinggi rasio muatan/ukuran maka kekuatan keasaman kation semakin
besar.

I. Daftar Pustaka
Andian, Ari. 2008. Larutan Asam dan Basa. Yogyakarta : UNY.

14
Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga “Konsep Konsep Inti”
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hari Sutrisno., Senam. (2016). Praktikum Kimia.Yogyakarta : Program


Pascasarja UNY.

K.H Sugiyarto.(2009). Dasar-dasar kimia anorganik transisi. Yogayakarta :


FMIPA UNY.

J. Lampiran
1. Dokumentasi Praktikum
2. Laporan Sementara.

15
LAMPIRAN

1. Dokumentasi Praktikum

1,5 gram Al(NO3)3.9H2O,

0,96 gram Co(NO3)2.6H2O,

1,16 gram Cu(NO3)2.3H2O

16
Larutan Al(NO3)3.9H2O,
Co(NO3)2.6H2O, dan
Cu(NO3)2.3H2O yang telah
ditambahkan aquades sampai
garis batas labu ukur.

50 ml Larutan Al(NO3)3.9H2O,
Co(NO3)2.6H2O, dan
Cu(NO3)2.3H2O dipindahkanka
kedalam gelas beker 50 ml.

Mengukur pH larutan Larutan


Al(NO3)3.9H2O dengan pH
meter yang telah dikalibrasi.

17
Mengukur pH larutan Larutan
Cu(NO3)2.3H2O dengan pH
meter yang telah dikalibrasi

Mengukur pH larutan Larutan


Co(NO3)2.6H2O dengan pH
meter yang telah dikalibrasi

18
2. Laporan Sementara

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai