Anda di halaman 1dari 3

Olah Kotoran Sapi Jadi Pupuk Organik

Koran SINDO

Kamis, 25 Desember 2014 - 13:05 WIB

Anggota kelompok ternak Sedyo Makmur Ngemplak I, Umbulmartani, Ngemplak, mengolah


kotoran sapi menjadi pupuk organik di rumah produksi pupuk milik kelompok setempat.
A+ A-
SLEMAN - Kotoran sapi kebanyakan hanya dimanfaatkan untuk pupuk kandang namun
tanpa proses pengolahan. Biasanya kotoran sapi itu hanya dibiarkan mengering di suatu lahan
dan setelah kering baru digunakan untuk penyuburan tanah atau tanaman.

Kondisi ini tentu dapat merusak lingkungan, terutama pencemaran udara. Sebab kotoran sapi
yang masih basah menimbulkan bau tidak sedap. Ini jelas membahayakan kesehatan bagi
orang yang menghirupnya. Padahal kotoran sapi itu sebenarnya bisa dibuat diolah menjadi
pupuk organik.

Hal ini yang dilakukan kelompok ternak Sedyo Makmur Dusun Ngemplak I, Desa
Umbulmartani, Kecamatan Ngempak, Sleman, yang berhasil mengolah limbah kotoran sapi
menjadi pupuk padat. Selain menjadi pupuk alternatif, pupuk organik ini juga dapat
mencegah kerusakan lingkungan disebabkan dari kotoran sapi itu.

Ketua II Kelompok Ternak Sedyo Makmur, Harno Muyono mengatakan, pembuatan pupuk
organik ini berawal saat ada penyuluhan dan pelatihan dari Dinas Pertanian setempat terkait
pengembangan pupuk organik dari kotoran sapi pada 2011 lalu. “Berawal dari situ menjadi
inspirasi kami, mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik,” ungkap Harno di rumah
produksi pupuk organik kelompok ternak mereka.
Harno menjelaskan, setelah mendapatkan penjelasan dan pelatihan, kemudian pihaknya
mencoba memanfaatkan kotoran sapi itu menjadi pupuk organik. Hanya untuk
pengembangannya terkendala pada peralatan, terutama alat produksi yang harganya mahal.
“Setelah konsultasi dengan Dinas Pertanian, kami disarankan membuat proposal ke pusat,”
ungkapnya.

Atas saran tersebut pihaknya kemudian mengajukan proposal dan oleh pusat dikabulkan.
Selain mendapatkan bantuan alat pengolahan berupa mesin penggiling, juga kadang komunal,
rumah produksi, dan kendaraan bermotor roda tiga. Total bantuan tersebut senilai Rp340 juta.
“Dari bantuan itu, kami mulai mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik,” ujarnya.

Menurut Harno, proses pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik, yakni langkah
pertama mencampur kotoran sapi dengan bahan pengurai, kapur, dan tetes tebu. Campuran
itu kemudian didiamkan beberapa hari untuk proses penguraian. Untuk penguraian
tergantung cuaca. Untuk cuaca kering biasanya membutuhkan waktu tiga pekan, sedangkan
saat musim hujan lebih lama lagi, yaitu selama enam pekan.

“Selama proses penguraian, juga harus dibolak-balik, yaitu satu kali seminggu pada musim
kering dan saat musim hujan sekali dalam dua Minggu. Untuk pembalikan ini dilakukan tiga
kali,” katanya. Harno menambahkan, setelah penguraian, kotoran sapi itu selanjutnya digiling
sebelum dikemas masih membutuhkan pengayaan lagi agar teksturnya halus. Tetapi karena di
tempatnya belum ada mesin pengayaan, setelah digiling langsung di kemas.

Meskipun begitu, tekstur pupuk yang dihasilkan sudah bagus. Untuk pengolahan
membutuhkan waktu lima jam. “Dalam sebulan, kami bisa mengolah 2,3 ton pupuk organik.
Pupuk itu dijual Rp600 per kg. Pupuk langsung disalurkan ke petani dan tokotoko pertanian
terdekat,” katanya.

Harno mengungkapkan, jumlah sapi kelompok ternak Sedyo Makmur ada 143 ekor dari tiga
jenis, yaitu metal, limusin, dan peranakan ongole (PO). Sapi itu milik 38 anggota kelompok.
Setiap sapi rata-rata menghasilkan 25 kg kotoran per hari. Dari jumlah itu hanya 60% yang
dapat diolah menjadi pupuk organik dan sisanya 40% digunakan langsung untuk pupuk
kandang.

Hasil dari pengolahan pupuk organik ini 80% untuk pemilik sapi dan 20% untuk
pengembangan kelompok tani. “Selain memberikan tambahan bagi kelompok tani dengan
menggunakan pupuk organik ini, produksi pertanian juga meningkat 60%,” katanya.

Sekretaris kelompok ternak Sedyo Makmur, Susmardono mengatakan, selain mengolah


kotoran sapi menjadi pupuk organik, pihaknya juga akan mengolah limbah cair kotoran sapi
menjadi pupuk cair dan biogas.

“Saat ini kami sedang membangun instalasi pengolahannya. Setelah jadi kami segera
memproduksi dalam jumlah besar,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai