Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM

1. Konsep Dasar Medis


1.1 Pengertian
(1) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC)
yang disebabkan oleh proses ekstra cranial (Ngastiyah, 1997 : 229)
(2) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan
oleh proses ekstra cranial (Saharso D, 1997 : 148)
1.2 Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi
dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya tonsillitis, bronkitis
(Ngastiyah, 1997 : 231)
1.3 Patosofiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dan membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun
Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh
sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmitter dan terjadilah kejang.
Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan O 2 dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll, selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
lama (Ngastiyah, 1997;l29).
Gangguan elektron (Na+, K+, Cl+) bangkitan aliran listrik jaringan tubuh

Susunan saraf pusat terganggu

Hambatan pada pusat pernafasan

Spasme bronkus

Produksi ATP Hipoksia Asam laktat

Kebutuhan glukosa

Pencernaan Pernafasan Susunan Saraf


- Mual, muntah - Dyspneu - Distosia, disfagia, epilepsi
- Sekresi kronik, gangguan
kesadaran, peningkatan
TIK, kerusakan otak

Nutrisi kurang dari Bersihan jalan nafas Resiko injuri


kebutuhan tidak efektif

Gangguan keseimbangan Pola nafas tidak efektif Gangguan rasa


cairan dan elektrolit nyaman (nyeri)

1
1.4 Klasifikasi
(1) Kejang dengan sederhana.
- Umur 6 bulan sampai 4 tahun.
- Lama kejang tidak lebih 15 menit.
- Kejang bersifat umum.
- Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
- EEG normal 1 minggu setelah kejang.
- Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali.
(2) Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.
Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.
1.5 Diagnosa Banding
(1) Meningitis
(2) Enchepalitis
(3) Abses otak
1.6 Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor :
(1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
(2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
(3) Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan
kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas
serangan kejang tanpa demam hanya 2-3%.
1.7 Penatalaksanaan Medis
(1) Memberantas kejang secepat mungkin
Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang 80-90% dosis sesuai
dengan BB kurang dari 10 kg0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan
pertama secara iv ditunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan
dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka diberikan lagi tapi secara im.
(2) Pengobatan penunjang.
- Semua pakaian dibuka.
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.
- Usahakan jalan nafas bebas.
- Penghisapan lendir teratur.
- Fungsi TTV diobservasi ketat, jika adanya tekanan intra cranial yang meningkat tidak boleh
diberikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
(3) Pengobatan rumat
- Pengobatan profilaksis intermiten
- Pengobatan intermiten jangka panjang
(4) Mencari dan mengobati penyebab
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal,
pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula
darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.

2
1.8 Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
(1) Segera hentikan kejang
(2) Mencari penyebab
(3) Cegah kejang berulang
Tindakan keperawatan :
(1) Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah
dibungkus kasa.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang mengganggu
pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.
1.9 Komplikasi
(1) Lidah terluka / tergigit
(2) Apnea
(3) Depresi pusat pernafasan
(4) Retardasi mental
(5) Pneumonia aspirasi
(6) Status epileptikus

3
2. Konsep Dasar Askep
2.1 Pengkajian
(1) Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis kelamin laki-laki perempuan 2 : 1, insiden tertinggi
pada anak umur 2 tahun.
(2) Keluhan Utama
Kejang karena panas.
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah
demam.
(4) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain :
trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
(6) Activity Daily Life
- Nutrisi
Klien akan mengeluh sensitive dengan makanan yang merangsang aktivitas kejang,
kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping Dilantin.
- Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot.
(7) Pemeriksaan fisik
- TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
- Kepala
* Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang ke satu sisi.
* Wajah : sentakan wajah.
* Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
- Thorak
Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
- Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
(8) Pemeriksaan penunjang
- Glukosa : hipoglikemia
- Ureum/kreatinin : meningkat
- Erytrosit : anemia aplastik
- Rontgen kepala
- Lumbal pungsi : untuk menentukan penyebab kejang, apakah karena infeksi intra
cranial/bukan.
- EEG
- MRI
- CT Scan

4
2.2 Diagnosa Keperawatan (Susan Martin Tucker, 1998 : 483)
(1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat,
dehidrasi.
(2) Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
obstruksi tranchebronchial.
(3) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan misinterpretasi dan keterbatasan
pengetahuan.
(4) Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
(5) Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.

2.3 Perencanaan
(1) Diagnosa 1
- Tujuan : suhu tubuh normal
- Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC
- Rencana tindakan :
 Observasi TTV tiap 4 jam.
R/ Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasi beratnya
kejang.
 Kompres dingin dan ajaran keluarga cara mengompres.
R/ Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.
 Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.
R/ Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.
 Anjurkan klien untuk banyak minum.
R/ Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan suhu
tubuh dapat dicegah.
 Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.
R/ Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah
infeksi.
(2) Diagnosa II
- Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
- Kriteria hasil : respirasi normal 15-20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
- Rencana tindakan :
 Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala
selama serangan kejang).
R/ Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya jalan nafas.
 Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.
R/ Sebagai fasilitas sebagai usaha untuk bernafas.
 Suction bila perlu.
R/ Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R/ Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen
skunder terhadap spasme selama serangan kejang.

5
(3) Diagnosa III
- Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan
kejang.
- Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
- Rencana tindakan :
 Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.
R/ Megevaluasi keberhasilan pengobatan.
 Diskusikan tentang efek samping obat.
R/ Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat
menentukan program pengobatan lanjut.
 Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/anti piretik sesuai program medis.
R/ Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu dalam perawatan dan pengobatan.
 Jelaskan/anjurkan pada keluarga untuk mengatasi terjadinya kejang.
R/ Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.
 Segera turunkan panas bila terjadi panas.
R/ Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang.
(4) Diagnosa IV
- Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya
trauma.
- Kriteria hasil : tidak terjadi injuri selama perawatan.
- Rencana tindakan :
 Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang.
R/ Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian.
 Jaga lien dari injuri dengan memberikan pengaman pada sisi tempat tidur.
R/ Mencegah terjadinya injuri.
 Tinggallah bersama klien selama fase kejang.
R/ Meningkatkan keamanan klien mencegah terjadinya injuri atau trauma.
(5) Diagnosa V
- Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan perkembangan kognitif anak.
- Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
- Rencana tindakan :
 Cegah terjadinya kejang berulang
R/ Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental.
 Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis.
1. Diasepam / iv
2. Fenobarbital / im
R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.

6
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI

1. Pengertian
a) Suatu gangguan proksimal susunan syaraf yang ditandai dengan serangan-serangan dan
kehilangan atau perubahan kesadaran yang berulang disertai fenomena kejang, biasanya
disebabkan oleh adanya rangsangan yang berlebihan dan tidak terkontrol pada sekelompok neuron
serebral biasanya di daerah otak.
b) Lapisan muatan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron otak yang berkala dan berlalu dapat
mengakibatkan terganggunya kesadaran, sistem motorik, sensorik, vegetatif (otonomi dan psikis).
(Kapita Selekta II, 314)

2. Etiologi
a) Primer/idiopatik
b) Skunder/simtomatik dari penyakit lain :
1) Infeksi pada otak
2) Kelainan degeneratif
3) Kongenital
4) Keracunan obat/alkohol
5) Gangguan metabolisme dan elektrolit
6) Trauma kelahiran
7) Tumor otak
8) Hipoksia dan hipoglikemia

3. Patofisiologi
Epilepsi
Adanya gangguan serebral
Ditentukanya adanya lesi

Lesi mesenchepalon Les pada cerebelum dan batang otak


- Thalamus
- Cortek cerebri

Kemungkinan besar bersifat Epileptogenik Biasanya tidak dapat terjadi serangan


epilepsi

4. Gejala Klinis
Kejang umum tonik klinik yang berulang sedemikian rupa sehingga penderita tidak kembali ke tingkat
kesadaran diantara dua kejang.

5. Klasifikasi
a) Epilepsi partial / Jakson / fokal
1) Gejala dasar (sensorik, motorik, otonomik)
Sifat-sifat :
(a) Biasanya kesadaran tidak terganggu

7
(b) Awitan fokal biasanya kejang unilateral atau kedutan pada jari dan wajah yang kemudian
dapat menyebar ke seluruh sisi tubuh yang terkena serangan.
2) Gejala kompleks / psikomotor / lobus tempral.
Sifat-sifat :
(a) Biasanya penderita sadar waktu terjadi serangan tetapi tidak mengingat kembali apa yang
telah terjadi.
(b) Gangguan mental sementara, gerakan otomatis yang tidak bertujuan.
(c) Ingatan yang muncul secara tiba-tiba kejadian di masa lalu, halusinasi visual atau dengar,
perubahan kepribadian, tingkah laku sosial, moode yang tidak tepat di suasana.
(d) Tercetus oleh musik, kedipan sinar atau rangsangan lain.

b) Epilepsi umum
1) Absence / petit mall
Sifat-sifat :
(a) Bilateral, simetris dan tidak memiliki awitan lokal.
(b) Kesadaran hilang selama beberapa detik ditandai dengan terhentinya percakapan untuk
sesaat, pandangan kosong atau kedipan mata yang cepat.
(c) Hampir hilang sewaktu remaja atau diganti epilepsi tonik / klonik.
2) Tonik klonik / Grand mall
Sifat-sifat :
(a) Epilepsi dengan serangan klasik
(b) Biasanya didahului oleh adanya suatu aura
(c) Kesadaran hilang
(d) Spasme otot umum secara tonik / klonik
(e) Lidah dapat tergigit
(f) Bingung dan amnesia terhadap kejadian-kejadian sewaktu terjadi serangan
3) Kejang unilateral
4) Kejang yang tidak terklasifikasi

6. Komplikasi
a) Kegagalan jantung
b) Fraktur
c) Edema serebri
d) Aspirasi pneumoni
e) Kegagalan ginjal mendadak

7. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan fisik : Sesuai dengan gejala klinik dan penyebabnya
b) Pemeriksaan tambahan
1) Darah : Kimia darah, hematologi, kadar obat anti epilepsi, gas darah.
2) EEG : Untuk menentukan letak / fokus letaknya
3) EKG : Memperkuat diagnosa epilepsi, kelainan khas timbulnya ritme yang cepat
dengan voltage yang tinggi

8
4) Foto Ro paru
5) Lumbal fungsi : Adanya tanda-tanda meningitis (protein meningkat)

8. Penatalaksanaan
Waktu dalam menit Prosedur
0 - Nilai fungsi kardio respiratori, bila telah jelas adanya kejang tonik
klonik. Bila meragukan observasi dulu serangan kejang tonik
kloniknya yang dilihat apakah ada gangguan kesadaran pada akhir
serangan.
- Bebas jalan nafas
5 - Berikan infus dengan cairan NaCl yang mengandung Vitamin
komplek dan berikan bolus 50 cc, 50% glukosa.
10 - Berikan diazepam IV tidak cepat 2 mg/mnt sampai kejang
berhenti atau sampai 20 mg mula ialah diberi bolus feniton 50
mg/mnt – 18 mg/kg bila terjadi hipotensi.
30-40 - Bila kejang masih ada berikan diazepam IV 100 mg/tts dilarutkan
dalam 500 cc IV dengan kecepatan 40 cc/jam.
50-60 - Bila kejang masih tetap berlangsung anestesi umum dengan
halotan dan neuromuskuler junction blockade diberikan bila ahli
anestesi tidak ada, dapat diberikan infus 4% cairan paroldehid
dalam NACl, diberikan secepat mungkin sampai kejang berhenti.
80 - Bila paroldehid tidak dapat menghentikan kejang di dalam waktu
20 menit mulai saat diberikan perinfus, harus segera diberikan
anestesi umum dengan halotan dan merumuskan Junction
blockade.

9. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul


a) Potensial injury (cidera) berhubungan dengan awitan cepat dari perubahan status kesadaran dan
aktivitas kejang.
b) Potensial ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kontraksi otot-otot pernafasan.
c) Isolasi sosial berhubungan dengan serangan kejang.
d) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan serangan kejang.

10. Rencana Keperawatan


a) Diagnosa keperawatan I
1) Berikan penjelasan pada klien/keluarga tentang penyebab dan akibat dari penyakitnya.
2) Ciptakan lingkungan yang therapeutik.
3) Berikan touge spatel pada saat kejang.
4) Longgarkan pakaian terutama pada daerah leher.
5) Cegah terjadinya kejang yang berulang.
6) Berikan tempat tidur dengan posisi yang rendah.
7) Kolaborasi dengan tim medis.

b) Diagnosa keperawatan II
1) Kaji tingkat sesak pada klien.
2) Berikan penjelasan pada keluarga tentang proses penyakitnya.
9
3) Berikan O2 bila perlu.
4) Observasi tanda vital tiap 3 jam.
5) Cegah timbulnya cegah berulang.
6) Lakukan suction bila ada sekret yang menumpuk.
7) Kolaborasi dengan dokter.

10
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doengoes ME (1999), Nursing Care Plans, Edisi Tiga, EGC, Jakarta.

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Saharso D. (1997), Pedoman Diagnosis dan Terapi, FK Unair, Surabaya.

11
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN EPILEPSI

Oleh :
EKA SANTI AFFANDI
NIM : 2003.09

AKADEMI KEPERAWATAN
KABUPATEN LAMONGAN
2004/2005

12

Anda mungkin juga menyukai