BAB I
PENDAHULUAN
darah sebanyak 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala
dua persalinan. Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab langsung
kematian ibu dan menempati persentase tertinggi sebesar 28%. Di berbagai negara,
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
secara langsung diperkirakan terjadi 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data
disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Inggris 50% kematian ibu hamil
eklampsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi nifas sebesar 11%, abortus
sebesar 5%, partus lama sebesar 5% dan penyebab lainnya adalah sebesar 11%.
ibu di Sumatera Utara belum ada surve khusus, tetapi secara nasional disebabkan
karena komplikasi persalinan 45%, retensio plasenta 20%, robekan jalan lahir 19%,
1
2
partus lama 11%, perdarahan dan eklampsia masing-masing 10%, komplikasi selama
Perdarahan post partum terjadi secara mendadak dan lebih berbahaya apabila
terjadi pada wanita yang menderita komplikasi kehamilan. Seorang ibu dengan
perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Kondisi kematian ibu
post partum, namun ia akan mengalami kekurangan darah yang berat (anemia berat)
satu yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan post partum adalah atonia uteri,
retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res dan penyakit pembekuan darah
(Puspita, 2012).
dan bukan diagnosis. Perdarahan post partum dapat dicegah atau diantisipasi jika
menganamnesa saat masa kehamilan apakah ibu memiliki faktor resiko mengalami
menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan
insidensi dan tingkat perdarahan post partum. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, namun juga dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
antenatal care yang baik. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan
kelahiran dan kesiagaan terhadap komplikasi dan agar melahirkan dengan bantuan
(Sarwono, 2008).
bahwa penyebab utama perdarahan post partum adalah retensio plasenta yaitu sebesar
53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atonia uteri 14,6 % dan inversion
dengan perdarahan post partum Di Puskesmas Limba B Kota Selatan, terdapat 80%
diantaranya disebabkan oleh retensio plasenta, 20% disebabkan oleh atonia uteri,
15% disebabkan oleh robekan jalan lahir, 10% disebabkan oleh anemia.
Menurut penelitian Micky (2012) tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny
D P1A0 Dengan Perdarahan Karena Atonia Uteri Di Rumah Sakit Kasih Ibu
Surakarta. Dengan kejadian ibu nifas dengan komplikasi 32,5%, dengan penyebab
laserasi jalan lahir 15%, retensio plasenta 12,5% dan atonia uteri 5%.
4
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam pada bulan Januari-April 2014 didapatkan jumlah persalinan pada
tahun 2014 sebanyak 120 persalinan dengan jumlah persalinan sepontan 70 orang
(58,3%), 50 (41,6%) dengan Secio Cesaria, dengan kejadian perdarahan post partum
25 orang (45,5%) dan faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah
berhubungan dengan atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta
res.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu
ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post
partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Deli Serdang.
post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
5
perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi tempat penelitian
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran masyarakat khususnya bagi ibu
post partum.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perdarahan
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya
akibat cedera. Perdarahan di bagi menjadi dua perdarahan internal atau eksternal
(Winkjosastro, 2008).
a. Di dalam tubuh ketika darah bocor dari pembuluh darah atau organ.
b. DI luar tubuh ketika darah mengalir melalui lubang alami (seperti vagina, mulut,
atau dubur).
2.2.Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
6
7
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih
kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2008).
a. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
c. Post partum terlambat (remote peurperium) yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
atau tahunan
Ibu bersalin (partus) adalah seorang ibu hamil yang mengalami proses
pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban dari rahim pada umumnya kehamilan
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran
2. Persalinan dengan tindakan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari
luar misalnya dengan ekstra forcep, extraksi vakum, dan section cesaria
3. Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendiriya tetapi baru
prostaglanding.
persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi dua bentuk yaitu perdarahan post
setelah bersali dan biasanya dan biasanya meneyababkan kehilangan bayak darah
adalah masalah kegawat daruratan yang serius dibidang kebidanan (Anik, 2012).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan
post partum adalah perdarahan kala IV lebih dari 500-600 ml dalam 24 jam setelah
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi
lahir. Pada praktistnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sebanyak itu, sebab
9
(Prawiroharjdo, 2008).
2.4.1. Klasifikasi
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc
atau lebih.
2.4.2. Etiologi
1. Atonia uteri
2. Retensio plasenta
5. Penyakit darah
(Yulianingsih, 2012).
Terdapat hal hal yang di curigai yang dapat menimbulkan perdarahan post
partum, yaitu:
10
a. Persalinan kala dua yang terlalu cepat, misalnya setelah persalinan dengan
anak besar
2.4.4. Patofisiologi
kontraksi uterus menurun, sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak
menutup dengan sempurnah, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan
lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinis umum yang biasa terjadi pada
perdarahan post partum adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (lebih
dari 500 cc), nadi lemah, pucat, ekstremitas dingin, lochia berwarna merah, haus,
pusing, gelisa, mual, tekanan darah lemah dan dapat terjadi syok hipovolemik
(Wiknjosastro, 2005).
waktu yang cepat, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia
tampak pucat. Nadi dan pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume
kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus menerus dan meniimbulkan
Perdarahan post partum dapat di cegah apabila setelah anak lahir secara rutin
diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi
perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan
12
plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu di cari penyebabnya perdarahan
tersebut di akibat oleh atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada
palpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi
dengan baik. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk
melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan post partum dapat
dicegah, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena
sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi
di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam
b. Robekan rahim
c. Plasenta suksenturiata
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test).
hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. perdarahan
13
tersebut akan membahayakan ibu karena perdarahan akan berjumlah banyak, ibu
menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu penting pada setiap
ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan
tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan
2.4.7. Penatalaksanaan
1. Sejak masa antenatal, atasi anemia dengan nutrisi, zat besi, vitamin dan mineral.
2. Pada ibu dengan riwayat perdarahan post partum sebelumnya, persalinan harus
3. Tdak boleh memijat dan mendorong uterus kebawa sebelum plasenta lepas.
adanya syok.
5. Bila dijumpai adanya syok, maka segera berikan infus cairan, transfusi darah,
6. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan untuk
partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res, dan
A. Pengertian
Atonia uteri merupakan perdarahan post partum yang dapat terjadi karena
terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas (Anik,
2012).
B. Etiologi
terlalu besar.
4. Ibu dengan kedaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
C. Penyebab
setelah anak lahi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
A. Pengertian
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan
Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari 30
a. Plasenta adesiva
Plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam (plasenta yang
belum lahir dn masih melekat di dinding rahim karena kontraksi rahim kurang
b. Plasenta inkreta
ke miometrium.
c. Plasenta akreta
d. Plasenta perkreta
B. Etiologi
1. Faktor maternal
c. Faktor uterus
d. Plasenta previa
e. Implantasi korneal
17
C. Penyebab
Retensio plasenta terjadi karena ada tidak terjadi pelepasan plasenta selama
lebih dari 30 menit, sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan sinus-
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih dan rectum penuh, oleh karena itu keduanya harus dikosongkan agar
A. Pengertian
Laserasi jalan lahir adalah trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang
Laserasi yang terjadi biasanya ringan (lecet laserasi), luka episiotomy, robekan
perineum spontan dari dari derajat ringan sampai ruptur perinci totalis (sfingter ani
terputus, robekan pada dinding vagiana, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris
1. Tingkat I : Robekan terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpisan
perineum
3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
4. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan
B. Etiologi
1. Faktor Maternal
berlebihan.
f. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
h. Peluasan episiotomi
2. Faktor-faktor janin :
c. Kelahiran bokong
e. Dystocia bahu
C. Penyebab
Laserasi jalan lahir terjadi karena terjadi robekan jalan lahir yang di akibatkan
karena faktor maternal dan faktor janin, seperti partus presipatus dan bayi
Perdarahan yang terjadi karena adanya laserasi jalan lahir (perineum, vulva,
vagina, portio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan portio biasa
terjadi pada persalinan pervaginam. Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak
dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Oleh sebab itu
robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan akan dapat berkurang
(Manauba, 2007).
A. Pengertian
Plasenta res adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa,
dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta
disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
20
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi
sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum.
Perdarahan post partum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta
atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di
B. Etiologi
plasenta).
Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta secara
fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi gangguan retensi
sisa plasenta.
21
C. Penyebab
Plasenta res terjadi karena ada sebagian selaput maupun plasenta yang
(Manauba, 2007).
sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi
harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus
Apabila sebagian plasenta belum keluar (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
2.7. Hipotesis
1. Ada hubungan atonia uteri dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum
3. Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan penyebab terjadinya perdarahan post
4. Ada hubungan plasenta res dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat penelitian survei yang bersifat analitik dengan
pendekatan croos sectional yaitu untuk menganalisa faktor faktor yang berhubungan
dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
(Notoatmodjo, 2010).
Lokasi penelitian ini di lakukan di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun
alasan dilakukan di RSUD Deli Serdang karena masih tingginya angka kejadian
Deli Serdang.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Deli Serdang
23
24
3.3.2. Sampel
dengan cara systematic random sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
N
n=
1+N
120
n=
1+120
n = 55
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
d = standar eror
random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi
dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 120 kemudian dibagi
dengan 55, maka intervalnya adalah 120:55 = 2,18 maka yang menjadi sampel adalah
setiap kelipatan 2 yaitu 2,4,6,8 dan seterusnya hingga diperoleh sebanyak 55 sampel.
25
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di RSUD Deli
Serdang pada priode Januari–April 2014. Data tersebut mengenai jumlah ibu
1. Atonia uteri adalah adanya pelepasan sebagian plasenta dari uterus dan sebagian
2. Retensio plasenta adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari
3. Laserasi jalan lahir adalah suatu keadaan trauma yang diakibatkan oleh kelahiran
bayi yang terjadi pada serviks, vagiana, atau perineum (Maryunani, 2013).
26
1. Ada laserasi (terdapatnya robakan pada jalan lahir, meliputi 4 tingkatan yaitu)
4. Plasenta Res adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas sempurna dan
meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
(Prawirohardjo, 2005).
1. Plasenta Res
Perdarahan post partum adalah keluarnya darah dari vagina ibu setelah anak
1. Tidak Perdarahan Post Patum (jika terjadi perdarahan secara fisiologis < 500 ml
post partum)
27
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner
2. Coding
Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
3. Tabulating
Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data
contigensi.
4. Entri Data
5. Cleaning
Analisis bivariate dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor faktor yang
berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin, lalu
BAB IV
HASIL PENELITIAN
jalan Tamrin Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
berdiri sejak tanggal 3 Febuari 1964 dibawa kepemilikan pemerintah Kabupaten Deli
Adapun dokter doker spesilis yang ikut membantu Di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yaitu terdapat dr spesilis anak, dr obgien, dr
Pelayanan yang unggul dalam mutu prima dalam pelayanan dan menjadi pusat
rujuka serta menjadi pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk
jawab.
2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sdm maupun sarana dan pra sarana
29
30
Untuk melihat perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perdarahan post partum di RSUD
Deli Serdang lebih banyak tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 30
orang (54,5%) dan lebih sedikit yang mengalami perdarahan post partum senayak 25
orang (45,5%)
31
Untuk melihat atonia uteri pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dapat
NO Atonia Uteri f %
1. Tidak Atonia Uteri 24 43,6
2. Atonia Uteri 31 56,4
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa atonia uteri lebih banyak dengan
terjadi atonia uteri sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak atonia
Untuk melihat retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang
NO Retensio Plasenta f %
1. Tidak retensio plasenta 23 41,8
2. Retensio plasenta 32 58,2
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa retensio plasenta lebih banyak
dengan terjadi retensio plasenta sebanyak 32 orang (58,2%) dan lebih sedikit dengan
Untuk melihat laserasi jalan lahir pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laserasi jalan lahir lebih banyak
dengan terjadi laserasi jalan lahir sebanyak 30 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan
Untuk melihat plasenta res pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dilihat
NO Plasenta Res f %
1. Tidak plasenta res 24 43,6
2. Plasenta res 31 56,4
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa plasenta res lebih banyak dengan
terjadi plasenta sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak plasenta
Analisis Bivariat bertujuan untuk melihat apakah faktor atonia uteri, retensio
plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res penyebab terjadinya perdarahan post
partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang yang diapaki dengan Uji Statisti dan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak
atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 orang (20,8%) dan tidak
dengan atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan
tidak perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Uji statistik dengan Uji
Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,002) < α ( 0,005 ) berarti Ho ditolak. Hal ini
34
post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden tidak retensio
plasenta terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (21,7%) dan tidak
tidak perdarahan post partum sebanyak 12 orang (37,5%). Hasil Uji Chi-Square
dengan menunjukkan bahwa prob (0,005) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal
post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 25 responden tidak laserasi
jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20%) dan tidak
laserasi jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (66,7%) dan
yang tidak perdarahan post partum sebanyak 10 orang (33,3%). Uji statistik dengan
Uji Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,001) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak
plaseta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20,8%) yang tidak
plasenta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan tidak
perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Hasil Uji Statistik dan Uji Chi-
Square dengan menunjukkan bahwa prob (0,002) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa plasenta res berhubungan dengan terjadinya perdarahan post
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Atonia Uteri dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada
Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square
didapat nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa
atonia uteri berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin.
Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami atonia
Hal ini sesuai dengan teori bahwa atonia uteri terjadi jika uterus tidak
myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama
Hasil ini sesuai dengan penelitan Erawati (2012) bahwa terdapat hubungan
antara atonia uteri dengan perdarahan post partum sebesar 15%. Bahwa atonia uteri
terjadi karena uterus tidak mampu menutup perdarahan dari tempat imlamentasi
37
38
plasenta setelah anak dan plasenta lahir sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan
post partum
Maka menurut asumsi peneliti atonia uteri terjadi karena uterus tidak dapat
berkontraksi setelah anak lahir karena kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan, maka bila kontraksi uterus tidak
Atonia uteri tidak terjadi apabila kontraksi uterus baik setelah anak lahir dan
penyebab atonia uteri seperti peregangan uterus yang berlebihan, persalinan lama,
grandemultipara, atau preeklamsi dan eklamsi tidak terjadi selama kehamilan dan
perdarahan post partum sebesar 62,5%. Hasil pengujian dengan Uji Chi-Square
didapat nilai prob sebesar (0,005) < α (0,003) maka secara statistik menunjukkan
bahwa retensio palsenta berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada
ibu bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang retensio
Hal ini sesuai dengan teori bahwa retensio plasenta di sebabkan karena
plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah
rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.
39
Perdarahan ini terjadi karena plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2002).
retensio plasenta dengan perdarahan postpartum. Hal ini di sebabkan karena plasenta
sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah
rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian maka retensio plasenta terjadi
Retensio plasenta tidak terjadi apabila plasenta dapat lepas setelah anak lahir
kurang dari 30 menit dan penyebab retensio plasenta seperti multiparitas, bekas
curettage atau plasenta previa yang tidak terjadi selama kehamilan dan persalinan
(Cuningham, 2009).
Hasil penelitaian menunjukkan bahwa ibu yang laserasi jalan lahir mengalami
perdarahan post partum sebesar 66,7%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square
didapat nilai prob (0,001) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa
laserasi jalan lahir berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu
40
bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
laserasi jalan lahir akan semakin besar mengalami perdarahan post partum.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa robekan jalan lahir selalu memberikan
perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari
jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga
dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan
robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir
dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk
atau speculum. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan post partum. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri.
Perdarahan post partum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan
Hasil ini sesuai dengan penelitian Shane (2009), terdapat hubungan antara
status robekan jalan lahir dengan perdrahan post partum karena robekan jalan lahir
sebesar 29,3%. Bahwa laserasi jalan lahir terjadi karena partus presipatus,edema dan
Menurut asumsi peneliti ibu yang mengalami laserasi jalan lahir akan lebih
besar mengalami perdarahan post partum karena terjadi robekan pada pembuluh
darah yang disebabkan karena robekan vagina maupun selaput perineum sehingga
Laserasi jalan lahir tidak terjadi apabila penyebab terjadinya laserasi jalan
lahir seperti partus presipatus, edema dan kerapuan pada perineum, bayi besar atau
5.4. Hubungan Plasenta Res dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada
Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang
perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dan Uji Chi-Square didapat
nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa palsenta res
berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin. Mengacu
hasil penelian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami plasenta res akan
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa plasenta res terjadi karena
plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta
atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta disebabkan oleh plasenta
tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang
bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak
antara plasenta res dengan perdarahan post partum. Hal ini terjadi karena
sebagian plasenta maupun selaput plasenta disebabkan karena his yang kurang baik
seperti atonia uteri, dan penaganan kala III yang salah, sehingga menyebabkan
Plasenta res tidak terjadi apabila plasenta lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, maupun penganan kala III yang benar (Winkjosastro, 2008).
43
BAB VI
6.1. Kesimpulan
1. Ada hubungan atonia uteri dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu
2. Ada hubungan retensio plasenta dengan terjadinya perdarahan post partum pada
3. Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum pada
4. Ada hubungan plasenta res dengan terjadinya perdarahan post partum, pada ibu
6.2. Saran
1. Melihat masih tingginya kejadian perdarahan post partum maka perlu dilakukan
penyuluhan secara intensif bagi ibu bersalin berupa pemahaman tentang faktor
2. Diharapkan kepada RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam agar dapat memberikan
penyuluhan kesehatan kepada ibu bersalin terutama tentang faktor faktor yang
lengkapi
43
44
kebidanan dan menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau peneliti lebih
lanjut.
yang terjadi pada kehamilan dan persalinan yang menyebabkan perdarahan post
partum.