Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang terjadi karena hilangnya

darah sebanyak 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala

dua persalinan. Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab langsung

kematian ibu dan menempati persentase tertinggi sebesar 28%. Di berbagai negara,

paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,

proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60% (WHO, 2010).

Di Amerika serikat kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal

secara langsung diperkirakan terjadi 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data

statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Inggris 50% kematian ibu hamil

diakibatkan karena perdarahan post partum (Erawati, 2012).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan sebesar 28%,

eklampsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi nifas sebesar 11%, abortus

sebesar 5%, partus lama sebesar 5% dan penyebab lainnya adalah sebesar 11%.

(Depkes RI, 2010).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara penyebab utama kematian

ibu di Sumatera Utara belum ada surve khusus, tetapi secara nasional disebabkan

karena komplikasi persalinan 45%, retensio plasenta 20%, robekan jalan lahir 19%,

1
2

partus lama 11%, perdarahan dan eklampsia masing-masing 10%, komplikasi selama

nifas 5%, dan demam nifas 4% (Depkes RI, 2011).

Perdarahan post partum terjadi secara mendadak dan lebih berbahaya apabila

terjadi pada wanita yang menderita komplikasi kehamilan. Seorang ibu dengan

perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Kondisi kematian ibu

secara keseluruhan diperberat oleh tiga terlambatan yaitu terlambat dalam

pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat rujukan dan terlambat

mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan

post partum, namun ia akan mengalami kekurangan darah yang berat (anemia berat)

dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (Marlina, 2011).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post partum salah

satu yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan post partum adalah atonia uteri,

retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res dan penyakit pembekuan darah

(Puspita, 2012).

Pada dasarnya perdarahan post partum merupakan penjelasan suatu kejadian

dan bukan diagnosis. Perdarahan post partum dapat dicegah atau diantisipasi jika

tenaga kesehatan telah memperkirakan resiko kejadian tersebut dengan cara

menganamnesa saat masa kehamilan apakah ibu memiliki faktor resiko mengalami

perdarahan post partum (Prawirohardjo, 2010)

Perdarahan post partum dapat ditangani dengan perawatan kebidanan dasar,

namun keterlambatan dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut sehingga


3

memerlukan pelayanan kebidanan darurat yang komprehensif. Bukti dan penelitian

menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan

insidensi dan tingkat perdarahan post partum. Tindakan pencegahan tidak saja

dilakukan sewaktu bersalin, namun juga dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan

antenatal care yang baik. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan

kelahiran dan kesiagaan terhadap komplikasi dan agar melahirkan dengan bantuan

seorang bidan yang dapat memberikan perawatan pencegahan perdarahan postpartum

(Sarwono, 2008).

Menurut penelitian Shane (2009) di RSUD Dr. Pirngadi Medan diketahui

bahwa penyebab utama perdarahan post partum adalah retensio plasenta yaitu sebesar

53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atonia uteri 14,6 % dan inversion

uteri sebesar 2,4%.

Menurut penelitian Erawaty (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan perdarahan post partum Di Puskesmas Limba B Kota Selatan, terdapat 80%

ibu mengalami perdarahan, dengan penyebab yang berbeda-beda yaitu 36%

diantaranya disebabkan oleh retensio plasenta, 20% disebabkan oleh atonia uteri,

15% disebabkan oleh robekan jalan lahir, 10% disebabkan oleh anemia.

Menurut penelitian Micky (2012) tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny

D P1A0 Dengan Perdarahan Karena Atonia Uteri Di Rumah Sakit Kasih Ibu

Surakarta. Dengan kejadian ibu nifas dengan komplikasi 32,5%, dengan penyebab

laserasi jalan lahir 15%, retensio plasenta 12,5% dan atonia uteri 5%.
4

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam pada bulan Januari-April 2014 didapatkan jumlah persalinan pada

tahun 2014 sebanyak 120 persalinan dengan jumlah persalinan sepontan 70 orang

(58,3%), 50 (41,6%) dengan Secio Cesaria, dengan kejadian perdarahan post partum

25 orang (45,5%) dan faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah

berhubungan dengan atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta

res.

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu

Bersalin Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post

partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah atonia uteri berhubungan dengan terjadinya perdarahan

post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
5

2. Untuk mengetahui apakah retensio plasenta berhubungan dengan terjadinya

perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

3. Untuk mengetahui apakah laserasi jalan Lahir berhubungan dengan terjadinya

perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

4. Untuk mengetahui apakah plasenta res berhungan dengan terjadiya perdarahan

post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

4.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan pengetahuan serta mendapatkan pengalaman yang nyata

dalam melakukan penelitian serta penerapan ilmu metodologi penelitian

kesehatan dan asuhan kebidanan yang didapat peneliti selama pendidikan

2. Bagi RSUD Deli Serdang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi tempat penelitian

khususnya tentang faktor yang akan menyebabkan perdarahan post partum.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan bacaan di perpustakaan dan menambah informasi yang

dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran masyarakat khususnya bagi ibu

hamil yang akan menghadapi persalinan untuk mencegah terjadinya perdarahan

post partum.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perdarahan

Perdarahan adalah peristiwa kelauarnya darah dari pembuluh darah karena

mengalami kerusakan yang disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya

pembuluh darah yang tersumbat (Wuryanti, 2010).

Perdarahan (hemorage) adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, biasanya

akibat cedera. Perdarahan di bagi menjadi dua perdarahan internal atau eksternal

(Winkjosastro, 2008).

a. Di dalam tubuh ketika darah bocor dari pembuluh darah atau organ.

b. DI luar tubuh ketika darah mengalir melalui lubang alami (seperti vagina, mulut,

atau dubur).

c. Di luar tubuh ketika darah bergerak melalui istirahat di kulit

2.2.Post Partum

2.2.1. Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak

bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil

(Bobak, 2010).

6
7

Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih

kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2008).

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:

a. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-

jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Post partum terlambat (remote peurperium) yaitu waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan

atau tahunan

2.3. Ibu Bersalin (Partus)

Ibu bersalin (partus) adalah seorang ibu hamil yang mengalami proses

pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban dari rahim pada umumnya kehamilan

cukup bulan tanpa ada disertainya penyulit (Depkes RI, 2011).

Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang

diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran

bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya 12 sampai 14 jam

(Kemenkes RI, 2011).


8

Menurut cara persalinan:

1. Persalinan normal adalah persalinan yang berlangsung dengan bantuan iu sendiri

dan melalui jalan lahir

2. Persalinan dengan tindakan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari

luar misalnya dengan ekstra forcep, extraksi vakum, dan section cesaria

3. Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendiriya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian oksitoksin dan

prostaglanding.

2.4. Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang segera terjadi setelah

persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi dua bentuk yaitu perdarahan post

partum primer dan perdarahan post partum sekunder (Rukiyah 2010).

Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml

setelah bersali dan biasanya dan biasanya meneyababkan kehilangan bayak darah

adalah masalah kegawat daruratan yang serius dibidang kebidanan (Anik, 2012).

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml selama

24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan

post partum adalah perdarahan kala IV lebih dari 500-600 ml dalam 24 jam setelah

anak lahir (Eniyati, 2013).

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi

lahir. Pada praktistnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sebanyak itu, sebab
9

menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik

(Prawiroharjdo, 2008).

2.4.1. Klasifikasi

Klasifikasi perdarahan post partum:

1. Perdarahan post partum primer (Early Postpartum Hemmorrhage), yaitu

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.

2. Perdarahan post partum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage), yaitu

perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc

atau lebih.

2.4.2. Etiologi

Penyebab umum perdarahan post partum, antara lain:

1. Atonia uteri

2. Retensio plasenta

3. Sisa palaenta dan selaput ketuban (plasenta res)

4. Trauma atau perlukaan jalan lahir

5. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah, misalnya afibrinogenemia atau hipofrinogenia

(Yulianingsih, 2012).

2.4.3. Faktor predisposisi

Terdapat hal hal yang di curigai yang dapat menimbulkan perdarahan post

partum, yaitu:
10

1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya

a. Riwayat perdarahan pada persalianan yang terdahulu

b. Grandemultiparitas (lebih dari 4 anak)

c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun)

d. Bekas operasi sectio secaria

e. Pernah abortus sebelumnya

2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:

a. Persalinan kala dua yang terlalu cepat, misalnya setelah persalinan dengan

bantuan forcep dan ekstra vakum

b. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar dan

anak besar

c. Uterus yang kelelahan, persalinan lama

d. Uterus yang lembek akibat anestesia yang dalam

e. Inversio uteri primer dan sekunder (Maryunani, 2012).

2.4.4. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk

meningkatkan sirkulasi uterus. Atonia uteri dan sub-involusi uterus menyebabkan

kontraksi uterus menurun, sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak

menutup dengan sempurnah, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan

lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga

menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada

ibu, misalnya afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia karena tidak ada atau


11

kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan

penyebab dari perdarahan post partum (Saifudin, 2008).

2.4.5. Gejala Klinis

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari

volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada

kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinis umum yang biasa terjadi pada

perdarahan post partum adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (lebih

dari 500 cc), nadi lemah, pucat, ekstremitas dingin, lochia berwarna merah, haus,

pusing, gelisa, mual, tekanan darah lemah dan dapat terjadi syok hipovolemik

(Wiknjosastro, 2005).

2.4.6. Diagnosa Perdarahan Post Partum

Diagnosa perdarahan post partum yaitu timbul perdarahan banyak dalam

waktu yang cepat, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia

tampak pucat. Nadi dan pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume

total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada

kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus menerus dan meniimbulkan

syok (Saifudin, 2008).

Perdarahan post partum dapat di cegah apabila setelah anak lahir secara rutin

diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi

perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan
12

plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu di cari penyebabnya perdarahan

tersebut di akibat oleh atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.

Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada

palpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi

dengan baik. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk

melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan post partum dapat

dicegah, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena

sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi

di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam

persalinan (Winkjosastro, 2008).

Diagnosis perdarahan post partum:

1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.

3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:

a. Sisa plasenta atau selaput ketuban

b. Robekan rahim

c. Plasenta suksenturiata

4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.

5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test).

Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan

hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. perdarahan
13

tersebut akan membahayakan ibu karena perdarahan akan berjumlah banyak, ibu

menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu penting pada setiap

ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan

tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan

selama 1 jam (Maryunani, 2012).

2.4.7. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan untuk pasien dengan perdarahan post partum, yaitu:

1. Sejak masa antenatal, atasi anemia dengan nutrisi, zat besi, vitamin dan mineral.

2. Pada ibu dengan riwayat perdarahan post partum sebelumnya, persalinan harus

berlangsung di rumah sakit.

3. Tdak boleh memijat dan mendorong uterus kebawa sebelum plasenta lepas.

4. Penaganan: segera setelah diketahui perdarahan post partum, harus ditentukan

adanya syok.

5. Bila dijumpai adanya syok, maka segera berikan infus cairan, transfusi darah,

kontrol perdarahan dan pemberian oksigen.

6. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan untuk

menemukan etiologinya (Maryunani, 2012).

2.5. Faktor Faktor Penyebab Perdarahan Post Partum

Menurut Yulianingsih (2012) faktor yang menyebabkan perdarahan post

partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res, dan

penyakit pembekuan darah.


14

2.5.1. Atonia Uteri

A. Pengertian

Atonia uteri merupakan perdarahan post partum yang dapat terjadi karena

terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas (Anik,

2012).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbukan dari tempat

implamentasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).

B. Etiologi

Faktor faktor penyebab atonia uteri meliputi beberapa hal berikut :

1. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, dan anak

terlalu besar.

2. Kelelahan karena persalinan lama

3. Kehamilan grandemultipara (>5 anak).

4. Ibu dengan kedaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.

5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim

6. Infeksi uteri (koriomnionitis).

7. Riwayat pernah atonia uteri sebelumnya

8. Preeklamsi dan eklamsi


15

C. Penyebab

Atonia uteri terjadi karena uterus tidak berkontraksi dengan sempurnah

setelah anak lahi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan

rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (Manauba, 2007).

Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan

setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut

miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah

implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak

berkontraksi (Saifudin, 2008).

2.5.2. Retensio Plasenta

A. Pengertian

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau

melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan

pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Prawiroharjo, 2008).

Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari 30

menit setelah persalinan (Maryunani, 2013).

1. Jenis Retensio Plasenta

a. Plasenta adesiva

Plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam (plasenta yang

belum lahir dn masih melekat di dinding rahim karena kontraksi rahim kurang

kuat untuk melepaskan plasenta).


16

b. Plasenta inkreta

Vilikorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai

ke miometrium.

c. Plasenta akreta

Vilikorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa (plasenta yang

belum lahir dan masih melekat di dinding rahim karena vilikorialisnya

menembus desidua sampai miometrium).

d. Plasenta perkreta

Vilikoriolis tumbuh menembus serosa atau perineum dinding rahim

B. Etiologi

Retensio plasenta disebabkan oleh :

1. Faktor maternal

a. Gravida berusia lanjut

b. Multiparitas, plasenta akreta jarang dijumpai pada primigravida

c. Faktor uterus

1). Bekas secsio cesaria, plasenta tertanam di uterus

2). Bekas curettage

3). Bekas pengeluaran plasenta secara manual

4). Bekas endometritis

5). Faktor faktor plasenta

d. Plasenta previa

e. Implantasi korneal
17

f. Plasenta sukar lepas karena:

1). Mempunyai inersi di sudut tuba

2). Berukuran sangat kecil atau plasenta anularis (Cuningham, 2009).

C. Penyebab

Retensio plasenta terjadi karena ada tidak terjadi pelepasan plasenta selama

lebih dari 30 menit, sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan sinus-

sinus tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum (Manauba,2007).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila

sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi

untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung

kemih dan rectum penuh, oleh karena itu keduanya harus dikosongkan agar

mempermuda untuk pengeluarkan plasenta sehingga tidak terjadi perdarahan post

partum (Manauba, 2007).

2.5.3. Laserasi Jalan Lahir

A. Pengertian

Laserasi jalan lahir adalah trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang

terjadi pada serviks, vagiana, atau perineum (Maryunani, 2013).

Laserasi yang terjadi biasanya ringan (lecet laserasi), luka episiotomy, robekan

perineum spontan dari dari derajat ringan sampai ruptur perinci totalis (sfingter ani

terputus, robekan pada dinding vagiana, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris

dan uretra bahkan terberat seperti rupture uteri) (Prawirohardjo, 2008).


18

Laserasi jalan Lahir memiliki derajat tertentu:

1. Tingkat I : Robekan terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpisan

perineum

2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum

aranseralis, tetapi tidak mengenai otot sfingerani.

3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani

4. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan

B. Etiologi

Faktor penyebab terjadiya laserasi jalan lahir:

1. Faktor Maternal

a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong

b. Pasien tidak mampu berhenti mengejan

c. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang

berlebihan.

d. Edema dan kerapuhan pada perineum

e. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum

f. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga

g. Menekan kepala bayi ke arah posterior.

h. Peluasan episiotomi

2. Faktor-faktor janin :

a. Bayi yang besar

b. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior


19

c. Kelahiran bokong

d. Ekstrasksi forceps yang sukar

e. Dystocia bahu

f. Anomali congenital, seperti hydrocephalus.

C. Penyebab

Laserasi jalan lahir terjadi karena terjadi robekan jalan lahir yang di akibatkan

karena faktor maternal dan faktor janin, seperti partus presipatus dan bayi

makrosomia, sehingga terjadi perdarahan post partum (Saifudin, 2008).

Perdarahan yang terjadi karena adanya laserasi jalan lahir (perineum, vulva,

vagina, portio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan portio biasa

terjadi pada persalinan pervaginam. Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak

dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Oleh sebab itu

bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan melalui polindes, sehingga

peran dukun berangsur-angsur berkurang. Dengan demikian komplikasi akibat

robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan akan dapat berkurang

(Manauba, 2007).

2.5.4. Plasenta Res

A. Pengertian

Plasenta res adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa,

dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta

disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus.

Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
20

dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.

Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi

tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Prawiroharjo, 2008).

Sisa Plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti

kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan terganggunya kontraksi uterus

sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum.

Perdarahan post partum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta

atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di

kuratase dan pemberian obat uterotonika intravena (Cuningham, 2009).

B. Etiologi

1) His yang kurang baik

2) Penanganan kala III yang salah

Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu mekanisme

pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan sebagian plasenta.

3) Abnormalitas plasenta (Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan

penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan

plasenta).

4) Kelahiran bayi yang terlalu cepat

Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta secara

fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi gangguan retensi

sisa plasenta.
21

C. Penyebab

Plasenta res terjadi karena ada sebagian selaput maupun plasenta yang

tertinggal dalam uterus sehingga mengganggu kontraksi uterus dan retraksi,

menyebabkan sinus-sinus tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum

(Manauba, 2007).

Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum

terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan pasca persalinan

sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi

potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi

harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus

dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Cunningham, 2009).

Apabila sebagian plasenta belum keluar (satu atau lebih lobus) tertinggal,

maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat

menimbulkan perdarahan (Cunningham, 2009).

2.6. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Faktor yang berhubungan


perdarahan post partum:
1. Atonia uteri Perdarahan post partum
a. a
2. Retensio plasenta
3. Laserasi jalan lahir
4. Plasenta res
22

2.7. Hipotesis

1. Ada hubungan atonia uteri dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum

di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

2. Ada hubungan retensio plasenta dengan penyebab terjadinya perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

3. Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan penyebab terjadinya perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

4. Ada hubungan plasenta res dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum

di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam


23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat penelitian survei yang bersifat analitik dengan

pendekatan croos sectional yaitu untuk menganalisa faktor faktor yang berhubungan

dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

(Notoatmodjo, 2010).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun

alasan dilakukan di RSUD Deli Serdang karena masih tingginya angka kejadian

perdarahan post partum sebesar 45,5%

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April Tahun 2014 di RSUD

Deli Serdang.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam pada bulan Januari-April 2014 sebanyak 120 orang.

23
24

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi

sampel. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling

dengan cara systematic random sampling yang dilakukan dengan cara mengambil

responden dari sebagian populasi.

N
n=
1+N

120
n=
1+120

n = 55

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

d = standar eror

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel

sebanyak 55. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik (sistematik

random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi

dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 120 kemudian dibagi

dengan 55, maka intervalnya adalah 120:55 = 2,18 maka yang menjadi sampel adalah

setiap kelipatan 2 yaitu 2,4,6,8 dan seterusnya hingga diperoleh sebanyak 55 sampel.
25

3.4. Jenis Data

3.4.1. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di RSUD Deli

Serdang pada priode Januari–April 2014. Data tersebut mengenai jumlah ibu

bersalin, untuk mengetahui penyebab terjadinya perdarahan post partum.

3.5. Variabel dan Definisi operasional

3.5.1. Variabel Bebas

1. Atonia uteri adalah adanya pelepasan sebagian plasenta dari uterus dan sebagian

lagi belum terlepas (Maryunani, 2012).

Kategori Atonia Uteri:

0. Tidak Atonia Uteri (Ada kontraksi setiap 10 menit)

1. Atonia Uteri (Tidak ada kontraksi)

2. Retensio plasenta adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari

30 menit setelah persalinan (Anik, 2013).

Kategori Retensio Plasenta:

0. Tidak retensio plasenta (plasenta lahir lengkap <30 menit)

1. Retensio Plasenta (plasenta belum lahir setelah 30 menit )

3. Laserasi jalan lahir adalah suatu keadaan trauma yang diakibatkan oleh kelahiran

bayi yang terjadi pada serviks, vagiana, atau perineum (Maryunani, 2013).
26

Kategori Laserasi Jalan Lahir:

0. Tidak laserasi (tidak terdapat robekan pada jalan lahir)

1. Ada laserasi (terdapatnya robakan pada jalan lahir, meliputi 4 tingkatan yaitu)

4. Plasenta Res adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas sempurna dan

meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan

(Prawirohardjo, 2005).

Kategori Plasenta Res :

0. Tidak Plasenta Res

1. Plasenta Res

3.5.2. Variabel Terikat

Perdarahan post partum adalah keluarnya darah dari vagina ibu setelah anak

lahir melebihi 500 ml (Maryunani, 2012).

Kategori Perdarahan Post Partum :

0. Perdarahan (jika perdarahan ≥ 500 ml post partum)

1. Tidak Perdarahan Post Patum (jika terjadi perdarahan secara fisiologis < 500 ml

post partum)
27

3.6. Metode Pengukuran

Variabel Bebas Skala Hasil Ukur


Ukur
Atonia Uteri Ordinal 0. Tidak Atonia Uteri (Ada Kontraksi Setiap 10
Menit
1. Atonia Uteri (Tidaka Ada Kontraksi)
Retensio Ordinal 0. Tidak Retensio Plasenta (Plasenta Yang Lahir <
Plasenta 30 Menit)
1. Retensio Plasenta (Plsenta Yang Lahir Setelah 30
Menit).
Laserasi Jalan Ordinal 0. Tidak Laserasi Jalan Lahir (Tidak Terjadi Laserasi
Lahir Jalan Lahir)
1. Laerasi Jalan Lahir (Terjadi Laserasi Jalan Lahir,
Melalui 4 Tingkalatan)
Plasenta Res Ordinal 0. Tidak Plasenta Res
1. Plasenta Res
Perdarahan Post Ordinal 0. Perdarahan Post Partum (Perdarahan ≥ 500 ml).
Partum 1. Tidak Perdarahan Post Partum (Terjadi
Perdarahan Secara Fisiologis < 500 ml).

3.7. Pengolaan Data

Setelah data berhasil di kumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara

pengolaan data adalah sebagai berikut:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner

2. Coding

Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan. Misalnya jenis kelamin : 1=laki-laki, 2=perempuan.


28

3. Tabulating

Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data

base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau membuat tabel

contigensi.

4. Entri Data

Tindakan menyalin beberapa informasi ke media lain, yaitu dengan memasukkan

data kedalam program komputer.

5. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemugkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atu koreksi.

3.8. Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel.

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor faktor yang

berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin, lalu

dilakukan Uji Statistik.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang beralamat di

jalan Tamrin Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini

berdiri sejak tanggal 3 Febuari 1964 dibawa kepemilikan pemerintah Kabupaten Deli

Serdang dan termasuk Rumah Sakit Umum tipe B

Adapun dokter doker spesilis yang ikut membantu Di RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yaitu terdapat dr spesilis anak, dr obgien, dr

spesialis mata, dr spesilis paru, dr neurologi, dr spesialis penyakit dalam, dr gigi, dr

specalis penyakit kulit, psikiatri, poli THT, dr ortopedi, dan dr bedah.

Visi RSUD Deli Serdang

Pelayanan yang unggul dalam mutu prima dalam pelayanan dan menjadi pusat

rujuka serta menjadi pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk

mewujudkan masyarakat sehat.

Misi RSUD Deli Serdang

1. Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah serta bertanggung

jawab.

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sdm maupun sarana dan pra sarana

sesuai kebutuhan secara universal, terarah dan berkesinambungan.

29
30

3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan komunikasi serta pengolaan

data dan pengelolaan secara cepat dan akurat.

4. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sekitar pelayanan kesehatan

pendidikan, penelitian dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga,

pendidikan serta lembaga sosial.

4.2. Analisis Univariat

Gambaran umum responden dalam penelitian ini meliputi: atonia uteri,

retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res.

4.2.1. Perdarahan Post Partum

Untuk melihat perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli

Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang

NO Perdarahan Post Partum f %


1. Tidak perdarahan post partum 30 54,5
2. Perdarahan post partum 25 45,5
Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perdarahan post partum di RSUD

Deli Serdang lebih banyak tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 30

orang (54,5%) dan lebih sedikit yang mengalami perdarahan post partum senayak 25

orang (45,5%)
31

4.2.2. Atonia Uteri

Untuk melihat atonia uteri pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dapat

dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Atonia


Uteri di RSUD Deli Serdang

NO Atonia Uteri f %
1. Tidak Atonia Uteri 24 43,6
2. Atonia Uteri 31 56,4
Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa atonia uteri lebih banyak dengan

terjadi atonia uteri sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak atonia

uteri sebanyak 24 orang (43,6%).

4.2.3. Retensio Plasenta

Untuk melihat retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang

dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Retensio


Plasenta di RSUD Deli Serdang

NO Retensio Plasenta f %
1. Tidak retensio plasenta 23 41,8
2. Retensio plasenta 32 58,2
Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa retensio plasenta lebih banyak

dengan terjadi retensio plasenta sebanyak 32 orang (58,2%) dan lebih sedikit dengan

tidak retensio plasenta sebanyak 23 orang (41,8%).


32

4.2.4. Laserasi Jalan Lahir

Untuk melihat laserasi jalan lahir pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Laserasi


Jalan Lahir di RSUD Deli Serdang

NO Laserasi Jalan Lahir f %


1. Tidak ada laserasi jalan lahir 25 45,5
2. Laserasi jalan lahir 30 54,5
Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laserasi jalan lahir lebih banyak

dengan terjadi laserasi jalan lahir sebanyak 30 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan

tidak laserasi jalan lahir sebanyak 25 orang (45,5%).

4.2.5. Plasenta Res

Untuk melihat plasenta res pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dilihat

pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Plasenta


Res Ibu di RSUD Deli Serdang

NO Plasenta Res f %
1. Tidak plasenta res 24 43,6
2. Plasenta res 31 56,4
Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa plasenta res lebih banyak dengan

terjadi plasenta sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak plasenta

res sebanyak 24 orang (43,6%).


33

4.3. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat bertujuan untuk melihat apakah faktor atonia uteri, retensio

plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res penyebab terjadinya perdarahan post

partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang yang diapaki dengan Uji Statisti dan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

4.3.1. Hubungan Atonia Uteri dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

Untuk mengetahui hubungan atonia uteri dengan kejadian perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hubungan Atonia Uteri Responden dengan Terjadinya Perdarahan


Post Partum di RSUD Deli Serdang

NO Atonia Uteri Perdarahan Post Partum Total Prob


Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % N %
1. Tidak Atonia Uteri 5 20,8 19 79,2 24 100 0,002
2. Atonia Uteri 20 64,5 11 35,5 31 100
Total 25 45,5 30 54,4 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak

atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 orang (20,8%) dan tidak

perdarahan post partum sebanyak 19 orang (79,2%). Sedangkan dari 31 responden

dengan atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan

tidak perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Uji statistik dengan Uji

Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,002) < α ( 0,005 ) berarti Ho ditolak. Hal ini
34

menunjukkan bahwa atonia uteri berhubungan dengan kejadian perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

4.3.2. Hubungan Retensio Plasenta dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

Untuk mengetahui hubungan Retensio Plasenta dengan kejadian perdarahan

post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hubungan Retensio Plasenta Responden dengan Terjadinya


Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang

NO Retensio Plasenta Perdrahan Post Partum Total Prob


Perdarahan Tidak
Perdarahan
n % n % N %
1. Tidak retensio plasenta 5 21,7 18 78,3 23 100 0,005
2. Retensio plasenta 20 62,5 12 37,5 32 100
Total 25 45,5 30 54,5 55 200

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden tidak retensio

plasenta terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (21,7%) dan tidak

perdarahan post partum sebanyak 18 orang (78,3%) sedangkan dari 32 responden

terdapat perdarahan perdarahan post partum sebanyak 20 responden (62,5%) dan

tidak perdarahan post partum sebanyak 12 orang (37,5%). Hasil Uji Chi-Square

dengan menunjukkan bahwa prob (0,005) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal

menunjukkan bahwa retensio plasenta berhubungan dengan terjadinya perdarahan

post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.


35

4.3.2. Hubungan Laserasi Jalan Lahir dengan Kejadian Perdarahan Post


Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang

Untuk mengetahui hubungan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan

post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hubungan Laserasi Jalan Lahir Responden dengan Terjadinya


Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang

NO Laserasi Jalan Lahir Perdarahan Post Partum Total Prob


Perdarahan Tidak
Perdarahan
n % n % N %
1. Tidak laserasi jalan lahir 5 20 20 80 25 100 0,001
2. Laserasi jalan lahir 20 66,7 10 33,3 30 100
Total 25 45,5 30 54,5 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 25 responden tidak laserasi

jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20%) dan tidak

perdarahan post partum sebanyak 20 orang (80%) sedangkan dari 30 responden

laserasi jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (66,7%) dan

yang tidak perdarahan post partum sebanyak 10 orang (33,3%). Uji statistik dengan

Uji Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,001) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal

ini menunjukkan bahwa laserasi jalan lahir berhubungan dengan terjadinya

perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

4.3.4. Hubungan Plasenta Res dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

Untuk mengetahui hubungan plasenta res dengan kejadian perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.9.


36

Tabel 4.9. Hubungan Plasenta Res Responden dengan Terjadinya Perdarahan


Post Patum di RSUD Deli Serdang

NO Plasenta Res Perdarahan Post Partum Total Prob


Perdarahan Tidak
Perdarahan
n % n % N %
1. Tidak Plasenta Res 5 20,8 19 79,2 24 100 0,002
2. Plseta Res 20 64,5 11 35,5 31 100
Total 25 45,5 30 54,5 55 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak

plaseta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20,8%) yang tidak

perdarahan post partum sebanyak 19 orang (79,2%) sedangkan dari 31 responden

plasenta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan tidak

perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Hasil Uji Statistik dan Uji Chi-

Square dengan menunjukkan bahwa prob (0,002) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal

ini menunjukkan bahwa plasenta res berhubungan dengan terjadinya perdarahan post

partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.


37

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Atonia Uteri dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada
Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang atonia uteri mengalami

perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square

didapat nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa

atonia uteri berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin.

Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami atonia

uteri akan semakin tinggi mengalami perdarahan post partum.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa atonia uteri terjadi jika uterus tidak

berkontraksi atau tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh

darah ditempat implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) menyebabkan

perdarahan tidak terkendali. Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui

kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini

menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat

plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi

myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama

perdarahan postpartum (Wuryanti, 2010).

Hasil ini sesuai dengan penelitan Erawati (2012) bahwa terdapat hubungan

antara atonia uteri dengan perdarahan post partum sebesar 15%. Bahwa atonia uteri

terjadi karena uterus tidak mampu menutup perdarahan dari tempat imlamentasi

37
38

plasenta setelah anak dan plasenta lahir sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan

post partum

Maka menurut asumsi peneliti atonia uteri terjadi karena uterus tidak dapat

berkontraksi setelah anak lahir karena kontraksi uterus merupakan mekanisme utama

untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan, maka bila kontraksi uterus tidak

baik akan menyebabkan terjadinya perdarahan post partum.

Atonia uteri tidak terjadi apabila kontraksi uterus baik setelah anak lahir dan

penyebab atonia uteri seperti peregangan uterus yang berlebihan, persalinan lama,

grandemultipara, atau preeklamsi dan eklamsi tidak terjadi selama kehamilan dan

persalinan (Prawirohardjo, 2008).

5.2. Hubungan Retensio Plaseta dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum


Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang.

Hasil penelitaian menunjukkan bahwa ibu yang retensio plasenta mengalami

perdarahan post partum sebesar 62,5%. Hasil pengujian dengan Uji Chi-Square

didapat nilai prob sebesar (0,005) < α (0,003) maka secara statistik menunjukkan

bahwa retensio palsenta berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada

ibu bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang retensio

plasenta akan semakin tinggi mengalami perdarahan post partum.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa retensio plasenta di sebabkan karena

plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan

perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah

rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.
39

Perdarahan ini terjadi karena plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30

menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding

uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2002).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Winkjosastro (2008) terdapat hubungan

retensio plasenta dengan perdarahan postpartum. Hal ini di sebabkan karena plasenta

sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan

perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah

rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.

Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian maka retensio plasenta terjadi

karena plasenta tidak lepas dari tempat implamentasinya sehingga mengganggu

kontraksi dan retraksi uterus, menyebabkan sinus-sinus tetap terbuka, dan

menimbulkan perdarahan postpartum.

Retensio plasenta tidak terjadi apabila plasenta dapat lepas setelah anak lahir

kurang dari 30 menit dan penyebab retensio plasenta seperti multiparitas, bekas

curettage atau plasenta previa yang tidak terjadi selama kehamilan dan persalinan

(Cuningham, 2009).

5.3. Hubungan Laserasi Jalan Lahir dengan Terjadinya Perdarahan Post


Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Hasil penelitaian menunjukkan bahwa ibu yang laserasi jalan lahir mengalami

perdarahan post partum sebesar 66,7%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square

didapat nilai prob (0,001) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa

laserasi jalan lahir berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu
40

bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami

laserasi jalan lahir akan semakin besar mengalami perdarahan post partum.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa robekan jalan lahir selalu memberikan

perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari

jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga

dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan

robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir

dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk

dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam

atau speculum. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari

perdarahan post partum. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri.

Perdarahan post partum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan

oleh robekan serviks atau vagina (Manauba, 2007).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Shane (2009), terdapat hubungan antara

status robekan jalan lahir dengan perdrahan post partum karena robekan jalan lahir

sebesar 29,3%. Bahwa laserasi jalan lahir terjadi karena partus presipatus,edema dan

kerapuan pada perineum, bayi besar atau distosia bahu.

Menurut asumsi peneliti ibu yang mengalami laserasi jalan lahir akan lebih

besar mengalami perdarahan post partum karena terjadi robekan pada pembuluh

darah yang disebabkan karena robekan vagina maupun selaput perineum sehingga

terjadi perdarahan post partum.


41

Laserasi jalan lahir tidak terjadi apabila penyebab terjadinya laserasi jalan

lahir seperti partus presipatus, edema dan kerapuan pada perineum, bayi besar atau

distosia bahu tidak terjadi pada persalinan (Prawirohardjo, 2008).

5.4. Hubungan Plasenta Res dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada
Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang plasenta res mengalami

perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dan Uji Chi-Square didapat

nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa palsenta res

berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin. Mengacu

hasil penelian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami plasenta res akan

semakin tinggi mengalami perdarahan post partum.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa plasenta res terjadi karena

plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta

atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta disebabkan oleh plasenta

tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian

plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi

secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang

bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak

berkurang (Prawiroharjo, 2008).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Cuningham (2009) terdapat hubungan

antara plasenta res dengan perdarahan post partum. Hal ini terjadi karena

tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang


42

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka

dan menimbulkan perdarahan post partum.

Menurut asumsi peneliti bahwa plasenta res terjadi karena tertinggalnya

sebagian plasenta maupun selaput plasenta disebabkan karena his yang kurang baik

seperti atonia uteri, dan penaganan kala III yang salah, sehingga menyebabkan

terjadinya perdarahan post partum.

Plasenta res tidak terjadi apabila plasenta lahir lengkap dan uterus

berkontraksi baik, maupun penganan kala III yang benar (Winkjosastro, 2008).
43

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ada hubungan atonia uteri dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu

bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

2. Ada hubungan retensio plasenta dengan terjadinya perdarahan post partum pada

ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

3. Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum pada

ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

4. Ada hubungan plasenta res dengan terjadinya perdarahan post partum, pada ibu

bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

6.2. Saran

1. Melihat masih tingginya kejadian perdarahan post partum maka perlu dilakukan

penyuluhan secara intensif bagi ibu bersalin berupa pemahaman tentang faktor

yang akan menyebabkan terjadinya peradarahan post partum

2. Diharapkan kepada RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam agar dapat memberikan

penyuluhan kesehatan kepada ibu bersalin terutama tentang faktor faktor yang

menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dan agar datanya lebih di

lengkapi

3. Disarankan bagi institusi pendidikan untuk lebih melengakapi bahan bacaan

untuk menembah pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan patologi

43
44

kebidanan dan menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau peneliti lebih

lanjut.

4. Diharapkan kepada calon ibu bersalin agar lebih rajin memeriksakan

kehamilannya, mengikuti setiap anjuran dari tenaga kesehatan untuk mencegah

terjadinya perdarahan post partum, dan kepada tenaga kesehatan, diharapkan

dapat memberikan informasi kepada calon ibu bersalin mengenai komplikasi

yang terjadi pada kehamilan dan persalinan yang menyebabkan perdarahan post

partum.

Anda mungkin juga menyukai